Studi Analisis Hukum Analisis Hukum Perkawinan di Bawah Umur Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Imam Syafi’i
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 dan Imam Syafi’i
Bukhori* Yoyo Hambali**
Abstract: The problem of this research is how the law of underage marriage according to Law No. 1 of 1974 and according to Imam Shafi'i, and whether the similarities and differences underage marriage law by Act No. 1 of 1974 and Imam Shafi'i ? This is a qualitative research method research library. Through the study concluded that based on the Marriage Law No. 1 of 1974 is the minimum age to be allowed to mate, the male 19 and female 16 years of article 7, paragraph 2, while according to the Shafi'i that age permissibility perform a marriage is determined by the maturity of someone in this is the age of majority to carry out the marriage is 15 years old. Similarities between the two, they both require the existence in a marriage. Both were very clear in explaining that the trustee is entitled to be a father/grandfather and asked permission to one of the two.
Keywords: Underage Marriage Law, Marriage Law No. 1 of 1974, Imam Shafi'i
Pendahuluan * pulkan dan akad maksudnya nikah Kata ‚nikah‛ secara lughatan adalah suatu perbuatan perkumpulan
berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Ala yang dilakukan antara seorang suami
dan istri sampai akhirnya. Sedangkan memiliki arti menghimpun, mengum-
Ad-dhamu, wal wathi wal ‘aqdu yang
secara syar’an adalah akad yang berisi tentang rukun-rukun, syarat-syarat
dalam sebuah pernikahan. * 1 Sehingga
Bukhori, SH. memperoleh gelar dapat dikatakan bahwa pernikahan Sarjana Hukum Islam dari Program Studi
yaitu akad yang sangat kuat atau Agama Islam UNISMA Bekasi pada tahun
Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah
miitsaaqan ghaliidzan untuk mentaati 2016.
Fakultas
**Yoyo Hambali, M.A. adalah Dosen Program Studi Al-Ahwal Al-Syakh-
1 shiyyah Fakultas Agama Islam UNISMA Muhammad Nawawi bin Umar Al- Bekasi.
Jawi, Taushih „Ala Ibn Qasim (Surabaya: Dar Al- ‘Ilmi), h. 195.
89 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 89 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
2 menikah itu dapat menundukkan ibadah. pandangan, dan juga lebih bisa
Perkawinan merupakan salah satu menjaga kemaluan. Namun, siapa asas pokok dalam hidup yang utama
yang belum mampu, hendaklah ia dalam menjalin pergaulan dalam
berpuasa, sebab hal itu dapat masyarakat yang sempurna. Dengan
meredakan nafsunya 3 .‛ perkawinan seseorang akan terpeli-
Pernikahan (Perkawinan) merupa- hara dari kebinasaan hawa nafsu,
kan suatu lembaga suci yang ber- sebagaimana sabda Nabi Saw.
tujuan untuk membentuk keluarga اَنَ ثَّدَح ِبَِأ اَنَ ثَّدَح ٍثاَيِغ ِنْب ِصْفَح ُنْب ُرَمُع اَنَ ثَّدَح yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan yang َلاَق َديِزَي ِنْب ِنَْحَّْرلا ِدْبَع ْنَع ُةَراَمُع ِنَِثَّدَح َلاَق ُشَمْعَْلْا menyebutkan bahwa perkawinan ialah
اَّنُك ِوَّللا ُدْبَع َلاَقَ ف ِوَّللا ِدْبَع ىَلَع ِدَوْسَْلْاَو َةَمَقْلَع َعَم ُتْلَخَد ikatan lahir batin antara seorang pria اَنَل َلاَقَ ف اًئْيَش ُدَِنَ َلَ اًباَبَش َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِِّبَِّنلا َعَم
dengan seorang wanita sebagai suami َعاَطَتْسا ْنَم isteri dengan tujuan membentuk ِباَبَّشلا َرَشْعَم اَي َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر ْعِطَتْسَي َْلَ ْنَمَو ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُوَّنِإَف ْجَّوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبْلا keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
ٌءاَجِو ُوَل ُوَّنِإَف ِمْوَّصلاِب ِوْيَلَعَ ف 4 Yang Maha Esa. Pertimbangan Artinya: Telah menceritakan ke-
tersebut adalah bahwa sebagai negara pada kami Amru bin Hafsh bin
yang berdasarkan kepada Pancasila, Ghiyats Telah menceritakan kepada
sila pertama yaitu Ketuhanan Yang kami bapakku Telah menceritakan
Maha Esa, maka perkawinan mem- kepada kami Al A'masy ia berkata;
punyai hubungan yang erat sekali Telah menceritakan kepadaku Uma-
dengan agama, sehingga perkawinan rah dari Abdurrahman bin Yazid ia
bukan saja mempunyai unsur lahir berkata; Aku, Alqamah dan Al Aswad
(jasmani), tetapi juga memiliki unsur pernah menemui Abdullah, lalu ia pun
batin (rohani) yang mempunyai berkata; Pada waktu muda dulu, kami
peranan penting. pernah
Pengertian perkawinan menurut shallallahu 'alaihi wasallam. Saat itu,
berada bersama
Nabi
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu kami tidak sesuatu pun, maka Rasulu-
akad yang sangat kuat atau misaqan llah shallallahu 'alaihi wasallam
ghalizan untuk mentaati perintah bersabda kepada kami: "Wahai sekalian pemuda, siapa diantara kalian telah mempunyai kemampuan, 3 Abu Abdillah Muhammad bin maka hendaklah ia menikah, karena
Ismail Al-Bukhari, Matn Al-Bukhari Bihasiyatis Sanadi Juz‟u Al-Tsalisu,
2 Abdurrahman, Kompilasi Hukum (Indonesia: Al-Haramain), h. 238. 4 Perpustakaan Nasional RI, Undang-
Islam di Indonesia (Jakarta:
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Akademika Pressindo, 2007), h. 114.
PT.
(Bandung: New Merah Putih, 2009), h.12.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 90
Allah dan melaksanakannya merupa- yah , seperti menjawab salam. Ada kan ibadah, yang bertujuan untuk
pula yang menilainya sebagai fardhu‘- mewujudkan kehidupan rumah tangga
ain , seperti zakat fitrah ataupun kur- sakinah , mawaddah dan rahmah .
ban. Pendapat yang menilai hokum- Nikah, menurut bahasa berarti ber-
nya wajib adalah suatu riwayat dari kumpul menjadi satu (penyatuan).
Ahmad, yaitu pendapat sebagian Menurut syara' , nikah berarti suatu
ulama mazhab Hambali. aqad yang berisi pembolehan mela-
Sebagian ulama mazhab Syafi’i di kukan hubungan badan, dengan
Irak pun berpendapat hukumnya wa- menggunakan lafaz nikahin (menikah-
jib kifayah dan dia memerangi warga kan) atau tazwiwin (mengawinkan). 5 setempat yang enggan menikah. Para
Hukum asalnya adalah ibahah ulama yang berpendapat hukumnya hukumnya dapat berubah sesuai
fardhu‘ain ataupun fardhu kifayah itu dengan berubahnya 'illah , yaitu dapat
berdalil dengan teks-teks yang menjadi sunah, wajib, makruh, dan
memerintahkan pernikahan seperti haram. Banyak ulama berpendapat
firman Allah Swt dalam QS. An-Nur hukum perkawinan (pernikahan) ada-
ayat 32:
lah fardhu ‘ain sehingga berdosa orang yang tidak melakukannya,
ْمُكِئآَمِإَو ْمُكِداَبِع ْنِم َينِِلِاَّصلاَو ْمُكنِم ىَماَيَلْْا اوُحِكنَأَو padahal mampu. Ini menurut para
ٌميِلَع ٌعِساَو ُللهاَو ِوِلْضَف نِم ُللها ُمِهِنْغُ ي َءآَرَقُ ف اوُنوُكَي نِإ ulama madzhab dzhahiri . Ibnu Hazm
Artinya: ‚Dan kawinkanlah orang- pun menulis bahwa pernikahan itu
orang yang sendirian di antara kamu wajib bagi laki-laki saja, buka perem-
dan orang-orang yang layak (ber- kawin) dari hamba-hamba sahayamu
puan. Sementara Al Kisa’i menukil bahwa ada ulama mazhab Hanafi yang
yang laki-laki dan hamba-hamba menilai pernikahan hukumnya fardu
sahayamu yang perempuan. Jika kifayah , seperti jihad dan shalat
mereka miskin, Allah akan memam- jenazah, sementara yang lain menilai
pukan mereka dengan karunia-Nya. hukumnya wajib. 6 Dan Allah Maha Luas (pemberian- 7
Para ulama mazhab Hanafi yang Nya) lagi Maha Mengetahui.‛
menilai pernikahan hukumnya wajib
itu ada yang menilainya fardhu kifa- Juga sabda Rasulullah Saw : َرَشْعَم اَي : م. ص ِللها ُلْوُسَر َلاَق :َلاَق ٍدْوُعْسَم ِنْبا ِنَع
5 Uwaizah Kamil Muhammad, Fiqh َو ِرَصَبْلِل ُّضَغَا ُوَّنِاَف ،ْجَّوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبلْا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم ِباَبَّشلا Wanita (Jakarta: Pustaka Al-Qautsar,
2008), h.396.
7 Pernikahan: Resep Mujarab Memperbaiki Departemen Agama RI, Al-
6 Muhammad Ibrahim,
Trilogi
Qur‟an Kesalahan Rerumah Tangga (Bekasi:
dan Terjemahnya (Jakarta: PT. PANTJA Daun Publishing. 2003), h.1.
CEMERLANG, 2015), h. 354.
91 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
ٌءاَجِو ُوَل ُوَّنِاَف ِمْوَّصلاِب ِوْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي َْلَ ْنَم َو .ِجْرَف Ada beberapa motivasi yang men- ْلِل ُنَصْحَا ) dorong seorang laki-laki memilih وْيَلَع ٌقَفَّ تُم(
seorang perempuan untuk pasangan Artinya: ‚Wahai para pemuda, hidupnya dalam perkawinan, dan barang siapa memiliki kemampuan, demikian pula dorongan seorang hendaklah dia menikah karena itu
perempuan waktu memilih laki-laki lebih menundukkan pandangan dan menjadi pasangan hidupnya. Yang lebih menjaga kemaluan. Barang siapa pokok diantaranya adalah: karena tidak mampu, hendaklah dia berpuasa
kecantikan seorang wanita atau ke- karena itu merupakan perisai bagi-
8 nya.‛ gagahan seorang laki-laki atau kesu- buran keduanya dalam mengharapkan
Maka, menurut imam Syafi’i per- anak keturunan, karena kekayaan, nikahan hukumnya wajib tanpa ada
karena kebangsawanannya dan karena dalil yang mengalihkannya dari
keberagamaannya. Di antara alasan hukum wajib itu. Itulah sekilas penda- yang banyak itu, maka yang paling pat para ulama tentang pernikahan. utama dijadikan motivasi adalah Meskipun demikian, masih ada saja karena keberagamaannya. Hal ini orang-orang yang tidak mau mene- dijelaskan Nabi dalam haditsnya: rima fitrahnya atau menutup mata
dari hikmah penciptaanya sehingga ُللها ىَّلَص ِِّبَِّنلا ِنَع ُوْنَع َلَاَعَ ت ُللها َيِضَر َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَعَو
mereka enggan menikah tanpa ada اَِلِاَمَِلَِو اَِبِاَسَِلَِو اَِلِاَمِل :ٍعَبْرَِلْ ُةَأْرَمْلا ُحَكْنُ ت( َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع alasan yang bisa diterima.
Dalam pandangan Islam perkawin- ِوْيَلَع ِوْيَلَع ٌقَفَّ تُم .َكَدَي ْتَبِرَت ِنْيِّدلا ِتاَذِب ْرَفْظاَف اَهِنْيِدِلَو
an itu bukanlah hanya urusan perdata .ِةَعْ بَّسلا ِةَّيِقَب
semata, bukan pula sekedar urusan Artinya: ‚Dari Abi Hurairah r.a
keluarga dan masalah budaya, tetapi dari nabi Saw bersabda: Wanita itu
masalah dan peristiwa agama, oleh dikawin karena empat sebab, karena
karena perkawinan itu dilakukan hartanya, karena kedudukan atau untuk memenuhi sunnah Allah dan
kebangsawanannya, kecantikannya sunnah Nabi. Disamping itu, perka-
dan karena agamaannya. Pilihlah winan juga bukan untuk mendapatkan
wanita yang beragama, karena engkau 9 ketenangan hidup sesaat, tetapi untuk
akan selamat. (Muttafaqun ‘Alaih). selama hidup. Oleh karena itu,
seseorang mesti menentukan pilihan Yang dimaksud dengan keberaga- pasangan hidupnya itu secara hati– maannya disini adalah komitmen
hati dan dilihat dari berbagai segi. keagamaannya atau kesungguhannya dalam menjalankan ajaran agamanya. Ini dijadikan pilihan utama karena
8 Al-Hafidz ibnu Hajar Al-Asqalani,
Bulugh Al- Maram Min „Adilatil Ahkam
9 (Darul Ihya Al-
Kitabul ‘Arabiyah), h. 200. Ibid., h. 201.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 92 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 92
tahun bagi wanita untuk diizinkan cantikan suatu ketika dapat pudar
kawin berarti dipandang sebagai ke- demikian pula kedudukan, suatu
tentuan dewasa bagi seorang wanita. ketika akan hilang.
Dengan mengacu pada persyaratan Perkawinan adalah suatu peristiwa
ini, jika pihak calon mempelai wanita hukum. Sebagai suatu peristiwa hu-
di bawah umur 16 tahun, maka yang kum maka subjek hukum yang
bersangkutan dikategorikan masih di melakukan peristiwa tersebut harus
bawah umur dan tidak cakap untuk memenuhi syarat. Salah satu syarat
bertindak di dalam hukum termasuk manusia sebagai subjek hukum untuk
perkawinan. Namun dapat dikatakan cakap melakukan
melakukan
demikian, ketentuan yang ada dalam perbuatan hukum adalah harus sudah
Undang-Undang Perkawinan menge- dewasa. Mengingat hukum yang
nai syarat umur 16 tahun bagi wanita mengatur tentang perkawinan adalah
sebenarnya tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka
2003 tentang Perlindungan Anak. 10 ketentuan dalam undang-undang ini-
Dalam undang-undang tersebut, peru- lah yang harus ditaati semua golongan
musan seseorang yang dikategorikan masyarakat yang ada di Indonesia.
sebagai anak adalah seseorang yang Salah satu prinsip yang dianut
belum berusia 18 tahun, sehingga undang-undang ini, calon suami istri
ketentuan dewasa menurut undang- harus telah masak jiwa raganya untuk
undang ini adalah 18 tahun. Undang- dapat melangsungkan perkawinan
Undang Perlindungan Anak pun me- agar dapat mewujudkan perkawinan
ngatur bahwa orang tua berkewajiban secara baik tanpa berakhir pada per-
dan bertanggung jawab untuk men- ceraian dan memperoleh keturunan
cegah terjadinya perkawinan pada yang baik dan sehat. Untuk itu harus
usia anak-anak. 11 Prinsip yang dianut dicegah adanya perkawinan antara
dalam Undang-Undang Perkawinan calon suami isteri yang masih di
maupun Undang-Undang Perlindung- bawah umur. Di samping itu, per-
an Anak, walaupun kedua undang- kawinan mempunyai hubungan de-
undang tersebut menentukan umur ngan masalah kependudukan. Batas
yang berbeda dalam penentuan kede- umur yang lebih rendah bagi wanita untuk kawin mengakibatkan laju
10
kelahiran yang lebih tinggi. Oleh Undang-Undang Republik Indone- karena itulah Undang-Undang Nomor
sia No. 23 tentang Perlindungan Anak
1 Tahun 1974 menentukan batas (2002) Pasal 1. 11 Undang-Undang
umur untuk kawin bagi pria adalah 19 Perkawinan
Indonesia Tahun 1974, tahun dan bagi wanita berusia 16
Republik
(Surabaya: Arloka), h. 1.
93 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 94
wasaan, tidak menginginkan terjadi- nya perkawinan di bawah umur. Hanya saja undang-undang tidak mencantumkan sanksi yang tegas dalam hal apabila terjadi pelanggaran karena perkawinan adalah masalah perdata sehingga apabila perkawinan di bawah umur terjadi maka per- kawinan tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat dan dapat dibatal- kan. Ketentuan ini sebenarnya tidak menyelesaikan permasalahan dan tidak adil bagi wanita. Bagaimanapun jika perkawinan sudah berlangsung pasti membawa akibat, baik dari aspek fisik maupun psikis.
Selain itu, jika dikaji dari aspek hukum pidana walaupun dalam KUHP dimuat ketentuan dalam pasal 288 ayat (1) yang memberi ancaman hukuman 4 tahun, tetapi haruslah ada pengaduan dan pembuktian peristiwa tersebut memenuhi unsur-unsur pida- na yang ada serta proses persidangan yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi wanita sehingga untuk membawa persoalan tersebut menjadi peristiwa pidana tidaklah mudah. Tampaklah bahwa dari aspek hukum, perkawinan di bawah umur merupa- kan perbuatan melanggar undang- undang, terutama terkait ketentuan batas umur untuk kawin.
Dari perspektif gender, perkawin- an di bawah umur merupakan bentuk ketidakadilan gender yang dialami wanita akibat kuat berakarnya budaya patriarki pada masyarakat yang meng- anggap wanita sebagai barang dan selalu berada di bawah. Perkawinan di
bawah umur merupakan masalah yang pelik dan sensitif. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dampak dan akibat hukum perkawinan di bawah umur berdasarkan ketentuan hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan ser- ta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait sesuai dengan hukum positif yang berlaku di Indo- nesia.
Kematangan biologis dan psiko- logis calon mempelai merupakan salah satu prinsip yang di anut oleh undang-undang perkawinan, karena perkawinan mempuanyai tujuan yang sangat luhur yaitu untuk membentuk keluarga sakinah dan juga untuk mendapatkan keturunan. Perkawinan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda akan menghasilkan keturunan yang kurang baik. Hal ini bukan saja karena dihasilkan dari bibit yang belum matang, tetapi juga karena kurangnya pengetahuan pasangan muda mudi tadi tentang cara-cara pengasuhan anak sehingga anak akan tumbuh dengan pola pengasuhan dan pendidikan yang kurang maksimal. Oleh karena itu perkawinan yang belum memenuhi syarat usia minimal bolehnya menikah harus di mini- malisir untuk mencegah terjadinya kekhawatiran kekhawatiran terse-
but. 12 Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan oleh
Rahmad Hakim, Hukum Perka- winan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.144.
seseorang yang pada hakikatnya Setiap pasangan yang akan kurang mempunyai persiapan atau
menikah harus memperhatikan faktor- kematangan baik secara biologis,
faktor yang dapat menjadikan rumah psikologis maupun sosial ekonomi.
tangga harmonis yang penuh keba- Sedangkan perkawinan menurut Un-
hagiaan, cinta dan kasih sayang dang-Undang Perkawinan adalah
seperti: prinsip-prinsip perkawinan ikatan lahir batin antara seorang pria
yaitu musyawarah dan demokrasi, dengan seorang wanita sebagai suami
menciptakan rasa aman dan tentram istri dengan tujuan membentuk
dalam kehidupan keluarga, menghin- keluarga yang bahagia dan kekal
dari dari kekerasan, prinsip hubungan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
suami istri sebagai partner dan prin- Esa. 13 sip keadilan. 15 Keadaan tersebut Di zaman yang sudah modern
tidak bisa dilakukan apabila dilakukan seperti sekarang ini terlihat masih ada
dalam usia yang terlalu muda, orang yang melangsungkan perni-
pengetahuan tentang berumah tangga kahan di bawah umur, padahal
dan keterampilan nafkah harus dike- masyarakat sedang dituntut untuk
tahui. Untuk mendapatkan hasil yang meningkatkan kualitas sumber daya
maksimal perlu waktu yang lama. manusia. Dan yang menarik lagi yaitu
Keterampilan tersebut tidak bisa perkawinan diusia muda justru terjadi
didapatkan dengan baik apabila dilingkungan masyarakat muslim,
perkawinan dilakukan dalam usia baik yang hidup di pedesaan maupun
yang terlalu muda. di kota.
Sebagaimana diketahui bahwa Tujuan dari pernikahan dibawah
negara telah mengatur tentang perni- umur atau sering disebut dengan
kahan dalam Undang-Undang Perni- pernikahan dini menurut Fauzil
kahan Nomor 1 Tahun 1974 yang Adhim adalah untuk menjaga kehor-
menyebutkan bahwa ‚calon suami matan dari pengaruh luar yang akan
19 menjerumuskan kepada kemaksiatan,
sekurang-kurangnya berumur
tahun dan calon istri sekurang selain itu pendapat ini menganggap 16 kurangnya berumur 16 tahun.
kebutuhan seks adalah kebutuhan jiwa Ketentuan batas umur ini, seperti yang mendasar. 14 yang tersebut dalam penjelasan pasal
7 ayat
(1) Undang-Undang
15 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Khairudin Nasution, Hukum Tahun 1974 (Bandung: New Merah Putih,
13 Perpustakaan Nasional
RI,
Perkawinan 1 dilengkapi UU negara 2009), h. 12. 14 muslim
kontemporer (Yogyakarta: Muhammad
Academia & taddafa: 2005), h.55. Indahnya Pernikahan Dini (Jakarta: Gema
Fauzil
Adhim,
16 Pasal 7 ayat 1 UUP no. 1 Tahun Insani Press.2002), h. 27.
95 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
Perkawinan didasarkan pada pertim- Metode yang digunakan dalam bangan kemaslahatan keluarga dan
penelitian ini adalah metode peneli-
rumah tangga perkawinan. 17 Adanya
tian kualitatif yang dapat diartikan ketentuan ini jelas menimbulkan pro sebagai metode penelitian yang
dan kontra dalam penerimaannya berlandaskan pada library research , karena dalam Al-Quran dan Hadits
yang mana penelitian ini menitik- yang notabenya menjadi sumber dari
beratkan pada hasil pengumpulan data hukum Islam tidak memberikan
dari buku-buku yang berkenanan ketetapan yang jelas dalam batas
dengan penelitian ini. 18 Penelitian minimal umur dalam pernikahan.
kepustaan ( Library research ) adalah Kedua sumber hukum tersebut hanya
penelitian yang dilakukan untuk men- menetapkan dugaan, isyarat dan
cari teori dan referensi yang berke- tanda-tanda kedewasaan saja.
naan dengan hukum perkawinan. Sebagian besar hukum Islam yang
Tujuan dari penelitian kepustakaan ini mengatur masalah pernikahan adalah
adalah untuk menjabarkan secara hukum yang dikembangkan oleh
lebih luas mengenai Hukum perka- mazhab atau jumhur ulama yang
dibawah umur menurut sering di sebut dengan sebutan maz-
winan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun hab empat, yang masing-masing
1974 tentang Perkawinan dan Syafi’i dikembangkan oleh para imam
secara lebih sistematis dan objektif. mazhab. Dalam penulisan Skripsi ini
Metode ini dilakukan dengan cara yang di pergunakan adalah masalah
mengkaji dan menelususri data yang hukum perkawinan di bawah umur
ada dalam buku-buku yang berhu- menurut Undang-Undang Nomor 1
bungan dan ada kaitannya dengan Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
permasalahan yang dibahas dalam menurut Imam Syafi’i.
skripsi ini.
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk
Hukum Perkawinan di Bawah Umur mengetahui hukum perkawinan di
Menurut Undang-Undang Nomor 1 bawah umur menurut Undang-Undang
Tahun 1974
Nomor 1 Tahun 1974 dan menurut Dalam pasal 14 RUU HMPA Imam Syafi’i; (2) Untuk mengetahui
(Rancangan Undang-Undang Hukum persamaan dan perbedaan hukum
Materil Peradilan Agama) disebut perkawinan di bawah umur menurut
bahwa untuk kemaslahatan keluarga Undang-Undang Nomor 1 Tahun
dan rumah tangga, perkawinan hanya 1974 dan menurut Imam Syafi’i.
dapat dilakukan apabila calon mem-
17 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di
18 V. Jupp, The Sage Dictionary Of Indonesia, cet 6 (Jakarta: Pt. Raja
Research Method (Britain: Grafindo Persada, 2003), h.76.
Social
Athenaeum Press, Great 2006), h.15.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 96 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 96
hanya mengatur tentang:
1) Izin orang tua bagi orang kembali khususnya terkait dengan
16 tahun ketentuan ini perlu dikaji
yang akan melangsungkan perkawin- batas minimal usia perkawinan bagi
an apabila belum mencapai umur 21 perempuan yaitu 16 tahun. Dalam
tahun (Pasal 6 ayat 2). realitasnya banyak perempuan yang
2) Perkawinan hanya didizinkan menderita kanker mulut rahim dise-
jika pihak pria sudah mencapai umur babkan karena menikah pada usia
19 tahun dan pihak wanita sudah muda dan organ seksualnya belum
berumur 16 tahun (Pasal 7 Ayat 1). matang. Bahkan kanker mulut rahim
3) Umur minimal untuk diizin- ini telah menjadi penyebab kematian
kan melangsungkan perkawinan, yaitu yang cukup signifikan bagi kaum ibu
pria 19 tahun dan wanita 16 tahun di indonesia.tentu saja dalam meru-
(Pasal 7 ayat 2). muskan ketentuan batas minimal usis
4) Anak yang belum mencapai perkawinan perlu dilakukan peneliti-
umur 18 tahun atau belum pernah an tentang dampak perkawinan usia
kawin, berada didalam kekuasaan muda kaum perempuan terhadap
orang tua (Pasal 47 ayat 1). tingkat pendidikan kaum perempuan.
5) Anak yang belum mencapai Hal ini karena tingkat pendidikan
umur 18 tahun atau belum pernah tentu akan sangat berpengaruh ter-
kawin, yang tidak berada dibawah hadap kemandirian kaum perempuan
kekuasaan orang tuanya, berada di masyarakat.
dibawah kekuasaan wali (pasal 50 Tingkat pertumbuhan penduduk
ayat 1).
yanng tinggi juga perlu diperhatikan
6) Tidak ada ketentuan yang sebagai akibat dari perkawinan usia
mengatur tentang "yang disebut muda.karena tinnginya jumlah pen-
belum dewasa dan dewasa" dalam duduk yang tidak di imbangi dengan
undang-undang ini. 20 kualitas penduduk hannya akan
Dalam pasal 7 Undang-Undang meninggalkan generasi yang lemah
Perkawinan disebutkan, untuk dapat dan menjadi beban masyarakat. 19 menikah, pihak pria harus sudah
Berdasarkan Undang-Undang mencapai umur 19 tahun dan pihak Republik Indonesia yang berlaku
wanita sudah mencapai umur 16 hingga sekarang, pengertian belum
tahun. Meski demikian, penyimpang- dewasa dan dewasa belum ada penger-
an terhadap batas usia tersebut dapat tiannya. Undang-Undang Nomor 1
terjadi jika ada dispensasi yang
19 Muhamad Isna Wahyudi, Pemba-
20 Undang-Undang Republik Indone- haruan Hukum Perdata Islam (Bandung:
sia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Mandar Maju, 2014), hh. 38-39.
Perkawinan
97 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 97 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
yaitu dalam bentuk kata-kata bagi orang tua dari pihak pria maupun
pihak laki-laki, janda dan dalam pihak wanita.
bentuk diam yaitu kerelaan bagi gadis yang perlu dimintai persetujuannya.
Hukum Perkawinan di Bawah Umur Sedang untuk penolakan dengan Menurut Imam Syafi’i
bentuk kata-kata. Kata nikah menurut bahasa itu
Persetujuan gadis dengan menam- artinya mengumpulkan, setubuh dan
pakkan sikap diam tidak diper- akad. Sedangkan menurut syara’ selisihkan lagi, kecuali pendapat yang
nikah adalahh akad yang memenuhi diriwayatkan dari para pengikut Imam
Syafi’i yang mengatakan bahwa salah satu syarat agar pernikahan
beberapa rukun dan syarat. 21 Dan
persetujuan gadis harus dalam bentuk tersebut terpenuhi yaitu adanya wali
kata-kata jika orang yang menikah- nikah sebagaimana nabi Saw telah
kannya bukan kakek atau ayahnya. bersabda:
Jumhur fuqaha dalam memegangi ِللها َلْوُسَر َلاَق :َلاَق ِوْيِبَأ ْنَع َسْوُم ِبَِأ ِنْب َةَدْرُ ب ِبَِأ ْنَعَو pendapatnya bahwa persetujuan gadis ُةَعَ بْرَْلْاَو ُدَْحَْأ ُهاَوَر .ٍِّلَِوِب َّلَِإ َحَكِنَلَ :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص cukup dengan sikap diamnya. Alasan berupa sabda nabi Saw yang
Artinya: ‚Dari Abi Burdah bin Abi diriwayatkan dengan shahih : Musa dari bapaknya telah berkata,
rasulullah Saw telah bersabda: Tidak اَهِسْفَ ن ِفِ ُرَمْأَتْسُت ُرْكِبْلاَو اَهِّ ي ِلَو ْنِم اَهِسْفَ نِب ُّقَحَأ ُِّيَِّْلَْا sah sebuah pernikahan kecuali dengan
اَهُ تاَمُص اَهُ نْذِإَو adanya wali.‛ (HR. Ahmad dan Imam
Artinya: Janda-janda itu lebih yang empat). 22 berhak atas dirinya daripada walinya, sedang gadis itu dimintai pendapat
Dari hadits di atas dapat disimpul- tentang dirinya dan persetujuannya kan bahwa dalam suatu pernikahan
adalah diamnya.‛ 23 tidak akan dapat terlaksana tanpa
Imam Syafi’i berkata: siapa saja adanya orang yang mewakili yang
yang menjadi wali bagi seorang menjadi wali dalam memberikan
wanita (baik janda atau perawan), lalu persetujuan dalam akad pernikahan.
ia menikahkan wanita itu tanpa izin si wanita, maka pernikahan dianggap
21 Syaikh Muhammad bin Qasim Al-
batal, kecuali seorang bapak menikah- Ghazi, Syarah Fath Al-Qorib Al-Mujib
(Surabaya: Darul I’lmi), h. 41.
23 Al-Qadi Abu Walid Muhammad bin Ismail Kahlani, Subul Al-Salam juz II
22 Al-Sayyid Al-Imam Muhammad
bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Syarah Bulugh Al-Maram min Adilati Al-
Al-Qurtubi Al-Andalusi, Ahkam (Bandung: Maktabah Dahlan), h.
bin Rusyd
Bidayat Al-Mujtahid wa Nihayat Al- 110.
Muqtashid Juz II (Haramain), h. 3.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 98 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 98
hal kekuasaan terhadap perawan, karena nabi Saw menolak pernikahan
sebagaimana tidak ada perbedaan khansa (putri Khudzam) ketika
antara mereka dalam hal kekuasaan dinikahkan oleh bapaknya secara 24 terhadap janda.
paksa. Nabi Saw tidak memberikan Lebih lanjut lagi I mam Syafi’i reaksi selain mengatakan, ‚Apabila
berkata: tidak boleh bagi bapak engkau mau berbakti kepada bapakmu
menikahkan anak perawannya yang dengan merestui pernikahan yang
perawan dan tidak boleh bagi wali dilakukannya. ‛ Apabila restu dari
selain bapak menikahkan perawan beliau atas pernikahan itu sebagai
maupun janda yang sehat akalnya pembolehan darinya, maka lebih tepat
hingga terdapat empat unsur: dikatakan bahwa beliau memerin-
a. Keridhaan dari wanita yang tahkan Al-Khansa untuk pernikahan
akan dinikahkan dan saat itu ia telah yang diselenggarakan oleh bapaknya
baligh . Adapun batasan baligh adalah dan
telah mengalami haid (menstruasi) besarnya kekuasaan bapak terhadap-
tidak menolaknya,
karena
atau usianya telah cukup 15 tahun. nya.
b. Keridhaan laki-laki yang Imam Syafi’i berkata: Saya tidak
akan menikah saat itu ia telah baligh mengetahui ada ahli ilmu yang
pula.
berbeda pendapat tentang tidak ada
c. Wanita itu harus harus hak bagi seorang pun di antara wali
dinikahkan oleh wali atau sultan untuk menikahkan seorang wanita
(penguasa).
(baik perempuan maupun janda)
d. Pernikahan ini disaksikan kecuali ada restu darinya. Apabila
oleh dua orang saksi yang adil. mereka tidak mampu membedakan
Apabila penikahan tidak memenuhi antara gadis dan janda yang sama-
salah satu dari keempat unsur ini, sama dewasa, maka tidak boleh
maka pernikahan dianggap rusak melakukan apapun kecuali apa yang
(tidak sah). 25
telah saya sifatkan tentang perbedaan Pendapat yang menjadi dasar bagi antara gadis dan janda sehubungan
imam Syafi’i mengenai usia 15 tahun dengan bapak yang menjadi wali dan
bagi laki-laki adalah dari rasulullah bapak yang tidak menjadi. Jika tidak
bahwa jihad (membela agama Allah) boleh bagi bapak menikahkan anak
itu adalah berusia 15 tahun. Pada usia perawan kecuali atas restu darinya,
itu juga sudah ditetapkan dalam tentu bapak tidak boleh menikahkan anak perempuannya yang masih kecil
24 Imron Rosadi et al, Ringkasan
dan harus terlebih dahulu bermusya- Kitab Al-Umm Jilid 2
warah dengannya. Di samping itu, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 443. tidak akan ada perbedaan antara
25 Ibid., h. 447.
99 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 99 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
Allah sebagai Pengawas (atas persak- dapat bahwa untuk menambah
sian itu).‛ 27
kedewasaan baik dewasa mengurus dirinya sendiri maupun dewasa
Dan hadits nabi Muhammad Saw. mengurus suami dan rumah tang-
Ketika menikahi Siti Aisyah pada ganya, ada baiknya kalau anak
usia dini:
perempuan tersebut menikah pada usia 15 tahun kemudian hal ini
ْنَع ٍماَشِى ْنَع ُناَيْفُس اَنَ ثَّدَح َفُسوُي ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح dijadikan landasan usia perkawinan
َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ اَهْ نَع ُوَّللا َيِضَر َةَشِئاَع ْنَع ِويِبَأ menurut imam Syafi’i adalah berda-
ٍعْسِت ُتْنِب َيِىَو ِوْيَلَع ْتَلِخْدُأَو َينِنِس ِّتِس ُتْنِب َيِىَو اَهَجَّوَزَ ت sarkan dari firman Allah dalam surat
اًعْسِت ُهَدْنِع ْتَثَكَمَو An-Nisa ayat 6 yaitu :
Artinya: ‚Telah menceritakan ْمُهْ نِّم مُتْسَناَء ْنِإَف َحاَكِّنلا اوُغَلَ باَذِإ َّتََّح ىَماَتَيْلا اوُلَ تْ باَو
kepada kami Muhammad bin Yusuf اوُرَ بْكَي نَأ اًراَدِبَو اًفاَرْسِإآَىوُلُكْأَتَلََو ْمَُلِاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ اوُعَ فْداَف Telah menceritakan kepada kami اًدْشُر Sufyan dari Hisyam dari bapaknya ِفوُرْعَمْلاِب ْلُكْأَيْلَ ف اًيرِقَف َناَك نَمَو ْفِفْعَ تْسَيْلَ ف اِّيِنَغ َناَك نَمَو
dari Aisyah radliallahu 'anha, bah- اًبيِسَح ِللها ِب ىَفَكَو ْمِهْيَلَع اوُدَهْشَأَف ْمَُلِاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ ْمُتْعَ فَد اَذِإَف
wasanya; Nabi shallallahu 'alaihi Artinya: ‚Dan ujilah anak yatim
wasallam menikahinya saat ia ber- itu sampai mereka cukup umur untuk
umur enam tahun, dan ia digauli saat kawin. Kemudian jika menurut pen-
berumur sembilan tahun. Dan Aisyah dapatmu mereka telah cerdas (pandai
hidup bersama dengan beliau selama memelihara harta), maka serahkanlah
sembilan tahun.‛ 28 kepada mereka harta-hartanya. Dan
janganlah kamu makan harta anak َوْرُع ِنْب ِماَشِى ْنَع ٌبْيَىُو اَنَ ثَّدَح ٍدَسَأ ُنْب ىَّلَعُم اَنَ ثَّدَح
yatim lebih dari batas kepatutan dan اَهَجَّوَزَ ت َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ َةَشِئاَع ْنَع ِويِبَأ ْنَع
(janganlah kamu) tergesa-gesa (mem- َلاَق َينِنِس ِعْسِت ُتْنِب َيِىَو اَِبِ َنََ بَو َينِنِس ِّتِس ُتْنِب َيِىَو belanjakannya) sebelum mereka de-
َينِنِس َعْسِت ُهَدْنِع ْتَناَك اَهَّ نَأ ُتْئِبْنُأَو ٌماَشِى wasa. Barangsiapa (di antara pemeli-
Artinya: ‚Telah menceritakan hara itu) mampu, maka hendaklah ia
kepada kami Mu'alla bin Asad Telah menahan diri (dari memakan harta
menceritakan kepada kami Wuhaib anak yatim itu) dan barangsiapa
dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian
apabila kamu menyerahkan harta ke- 27 Departemen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya pada mereka, maka hendaklah kamu (Jakarta: PT. PANTJA
adakan saksi-saksi (tentang penye- CEMERLANG, 2015), h. 77.
28 Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari, Matn Al-Bukhari
26 Imam Syafi’i, Al-Umm, Jilid 3 Bihasiyati Al- Sanadi Juz‟u Al-Tsalisu (Mesir: Dar Al-Fikr, 1991), h.19.
(Indonesia: Al-Haramain), h. 249.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 100 Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 100
sebut untuk kemaslahatan kedua berusia enam tahun, dan mulai
mempelai.
menggaulinya saat ia berumur sem- (c) Tidak dibolehkan melakukan bilan tahun. Hisyam berkata; Dan
hubungan suami isteri sampai tiba telah diberitakan kepadaku bahwa
masa yang secara fisik maupun Aisyah hidup bersama Rasulullah
psikologis siap menjalankan tanggung shallallahu 'alaihi wasallam selama
jawab hidup berumah tangga. sembilan tahun.‛ 29 (d) Untuk mencegah terjadinya Asrorun Ni’am Sholeh berpen-
hubungan suami isteri pada usia dapat bahwa pernikahan dini di
masih kecil, maka pihak wali dapat bolehkan sepanjang pelaksanaannya
memisahkan keduanya. 30 terdapat
mashlahat bagi kedua mempelai, namun jika hal itu akan
Analisis Hukum Perkawinan di bawah melahirkan kerusakan bagi mempelai
umur Menurut Undang-Undang No. 1 maka pernikahan menjadi haram, dan
Tahun 1974 dan Imam Syafi’i dalam kondisi yang demikian mem-
Dalam Undang-Undang No. 1 pelai mempunyai hak untuk fasakh .
Tahun 1974 tentang perkawinan dije- Dengan demikian, meskipun seca-
laskan bahwa hukum perkawinan ra fikih persoalan penetapan usia
mempunyai hubungan dengan masa- pernikahan diperselisikan, namun jika
lah kependudukan, yang selanjutnya sudah ditetapkan oleh ulil amri, maka
hubungan terhadap umat Islam mempunyai kewajiban
mempunyai
jumlah anak dan terhadap persoalan syar’i untuk mengikutinya. Dengan
keluarga berencana (KB). Undang- demikian pengaturan usia pernikahan
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun dapat dibenarkan sepanjang usia
1974 ini menentukan batasan umur pernikahan tersebut bukan bersifat
minimum untuk kawin dan ternyata pembatasan ( tahdid ). Meskipun usia
batas umur yang lebih rendah bagi pernikahan dini diperbolehkan, namun
seorang wanita untuk kawin itu untuk menjaga kemaslahatan dari usia
pengaruh tehadap pernikahan dini, menurut Imam
mempunyai
kelahiran jika dibandingkan dengan Syafi’i harus memenuhi ketentuan
umur yang lebih tinggi untuk kawin. sebagai berikut :
Selain daripada itu, batas umur (a) Yang menikahkan adalah
tesebut merupakan jaminan agar calon walinya, dan menurut ulama Syafi- ’iyyah hanya oleh ayah atau kakek
(dari ayah), tidak boleh menikahkan 30 Asrorun Ni’am Sholeh, Perni-
Usia Dini Perspektif dirinya sendiri atau oleh hakim. Fikih Munakahat “Dalam Ijma Ulama”
kahan
29 Ibid., h. 249.
(Indonesia: Majlis Ulama Indonesia,
2009), h. 223.
101 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 101 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
ini telah menjadi penyebab kematian perkawinan secara baik tanpa berakhir
yang cukup signifikan bagi kaum ibu dangan perceraian serta mendapat
di indonesia. Tentu saja dalam keturunan yang baik dan sehat.
merumuskan ketentuan batas minimal Dari penjelasan undang-undang
usis perkawinan perlu dilakukan pe- tersebut, menunjukkan bahwa sesung-
nelitian tentang dampak perkawinan guhnya pembentukan undang-undang
usia muda kaum perempuan terhadap perkawinan memiliki tujuan-tujuan
tingkat pendidikan kaum perempuan. tertentu selain memenuhi tuntutan
Hal ini karena tingkat pendidikan masyarakat saat itu. Sepertinya hal-
tentu akan sangat berpengaruh nya batasan usia nikah bagi
terhadap kemandirian kaum perem- perempuan (16 tahun) yang tujuannya
puan di masyarakat. adalah untuk menekan laju kelahiran.
Tingkat pertumbuhan penduduk Batasan umur dalam melangsungkan
yanng tinggi juga perlu diperhatikan suatu pernikahan menurut Undang-
sebagai akibat dari perkawinan usia Undang Nomor 1 Tahun 1974 berbeda
muda.karena tingginya jumlah pen- dengan pendapatnya Imam Syafi’i,
duduk yang tidak di imbangi dengan dimana
dalam Undang-Undang kualitas penduduk hannya akan tersebut menetapkan usia 19 tahun
meninggalkan generasi yang lemah bagi laki dan 16 tahun bagi wanita 32 dan menjadi beban masyarakat.
sebagaimana dalam pasal 7 ayat 1 Sehingga untuk mengurangi kejadian Undang-Undang Perkawinan Tahun
yang telah disebutkan maka Peme- 1974. 31 Keadaan seseorang belum rintah mengeluarkan sebuah peraturan
dewasa dalam hukum perdata nasional dalam Undang-Undang Nomor 1 dikenal dengan belum dewasa ( mir-
Tahun 1974 Tentang Perkawinan dejarig ) sehingga permohonan pasal 7
Pasal 6 ayat 2, yaitu: Undang-Undang
Izin orang tua bagi orang yang seseorang dimohonkan untuk keadaan
Perkawinan
ini
akan melangsungkan perkawinan pendewasaan ( hand lichig) , alasan
apabila belum mencapai umur 21 mengapa diperlukannya pendewasaan
tahun (Pasal 6 ayat 2). sedangkan disini banyak perempuan yang
menurut Imam Syafi’i baik pria menderita kanker mulut rahim dise-
maupun wanita telah berusia 15 babkan karena menikah pada usia
tahun/ baligh .
muda dan organ seksualnya belum
31 Perpustakaan Nasional
32 Muhammad Isna Wahyudi, Undang-Undang Perkawinan Nomor 1
RI,
Pembaharuan Hukum Perdata Islam Tahun 1974 (Bandung: New Merah Putih,
(Bandung: Mandar Maju, 2014), hh. 38- 2009), h.12.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 102
Perbedaan tersebut terjadi karena dan di bawah 16 tahun (bagi di dalam Al-Qur’an maupun hadits 33 perempuan).
Nabi tidak ditemukan dalil yang Secara umum, dalam menjawab secara tersurat ( eksplisit ) menetapkan
hukum pernikahan dibawah umur atau tentang
dini, pendapat para fuqaha dapat melangsungkan suatu pernikahan.
batasan umur
dalam
dikategorikan menjadi tiga kelompok: Sepertinya hal-hal yang melatar-
1) Pandangan Jumhur Fuqaha belakangi Undang-Undang Nomor 1
2) Pandangan yang dikemuka- Tahun 1974 dalam menetapkan
kan oleh Ibn Subramah dan Abu Bakr batasan umur dalam perkawinan
Al-Asham, menyatakan bahwa perni- adalah adanya berbagai pengalaman
kahan usia di bawah umur/dini di lapangan tentang munculnya
hukumnya terlarang secara mutlak. berbagai permasalahan yang muncul
3) Pandangan yang dikemuka- dalam suatu rumah tangga disebabkan
kan Ibn Hazm. Beliau memilah antara karena kedua belah pihak (suami dan
pernikahan anak laki-laki kecil de- istri) pada saat melangsungkan
ngan anak perempuan kecil. Per- pernikahan
nikahan anak perempuan yang masih sehingga antara suami dan istri belum
masih terlalu
dini,
kecil oleh bapaknya di perbolehkan, mampu untuk mengendalikan dan
sedangkan pernikahan anak laki-laki mengontrol emosi masing-masing
yang masih kecil dilarang. 34 yang berujung kepada perselisihan
Argument yang dijadikan landasan dan percekcokan dalam rumah tangga.
adalah pendapat Imam Syafi’i dalam Adapun berkaitan dengan Perka-
kitabnya Al-Umm: winan dibawah umur atau perkawinan dini menurut Imam Syafi’i adalah
ْنَع َةَنْ يَ يُع ُنْب ُناَيْفُس اَنَرَ بْخَا : َلَاَعَ ت ُللها ُوَِحَْر ُّيِعِفَّشلا َلاَق pernikahan yang dilaksanakan sesuai
: ْتَلاَق اَهْ نَع ُللها َيِضَر َةَشِئاَع ْنَع ِوْيِبَا ْنَع َةَوْرُع ِن ْب ٍماَشِى dengan syarat dan rukunnya, namun
ٍعْبَس ْوَأ ٍّتِس ُةَنْ بَا اَنَاَو َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص َِّبَِّنلا ِنَْحَكَن(( mempelai masih kecil. Batasan
)ٍعْسِت ُةَنْ بَا اَنَاَو ِبِ َنََ بَو pengertian kecil di sini merujuk pada
Artinya:‚Telah Berkata Imam beberapa ketentuan fikih yang bersifat
Syafi’i‛ Telah mengabarkan kepada kualitatif, yakni anak yang belum
kami Sufyan bin Uyainah dari Hisyam baligh dan secara psikis belum siap
bin ‘Urwah dari Ayahnya dari ‘Aisyah menjalankan tanggung jawab keru-
ra. Telah berkata: Bahwa rasulullah mahtanggaan. Sementara dalam pers-
Saw telah menikahiku (Aisyah) ketika pektif hukum positif, pengertian kecil
di sini adalah anak yang masih di
bawah umur 19 tahun (bagi laki-laki) 33 H.M. Asrorun Ni’am Sholeh, “Pernikahan Usia Dini Perspektif Fikih
Munakahah” dalam Ijma‟ Ulama (Majelis Ulama Indonesia, 2009), h. 213.
34 Ibid., h. 214.
103 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016 103 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
'alaihi wasallam menikahinya saat itu sembilan tahun . 35 berusia enam tahun, dan mulai menggaulinya saat ia berumur
Dan hadits nabi Muhammad Saw. sembilan tahun. Hisyam berkata; Dan Ketika menikahi Siti Aisyah pada
telah diberitakan kepadaku bahwa usia dini:
Aisyah hidup bersama Rasulullah ْنَع ٍماَشِى ْنَع ُناَيْفُس اَنَ ثَّدَح َفُسوُي ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح shallallahu 'alaihi wasallam selama sembilan tahun.‛ 37 َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ اَهْ نَع ُوَّللا َيِضَر َةَشِئاَع ْنَع ِويِبَأ Jika telah terjadi pernikahan
ٍعْسِت ُتْنِب َيِىَو ِوْيَلَع ْتَلِخْدُأَو َينِنِس ِّتِس ُتْنِب َيِىَو اَهَجَّوَزَ ت dibawah umur, yakni seorang wali اًعْسِت ُهَدْنِع ْتَثَكَمَو menikahkan anaknya yang masih
Artinya: ‚Telah menceritakan kecil, maka pernikahan tersebut kepada kami Muhammad bin Yusuf
hukumnya sah dan mengikat sifatnya. Telah menceritakan kepada kami
Sebagaimana nabi Saw bersabda: Sufyan dari Hisyam dari bapaknya
ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َلاَق : َلاَق ُوْنَع ُللها َىِضَر َةَرْ يَرُى ِبَِأ ْنَعَو dari
bahwasanya; Nabi shallallahu 'alaihi .اَهِسْفَ ن َةَأْرَمْلا ُجِّوَزُ تَلََو ,ُةأرلم ا َةَأْرَلما ُجِّوَزُ ت َلَ : َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها
Aisyah radliallahu
'anha,
wasallam menikahinya saat ia )تاقث ولاجرو نَطقرادلاو وجام نبا هاور(
berumur enam tahun, dan ia digauli Artinya: Dari Abu Hurairah ra saat berumur sembilan tahun. Dan
berkata: bersabda Rasulullah saw. Aisyah hidup bersama dengan beliau
wanita tidak boleh mengawinkan selama sembilan tahun.‛ 36 wanita dan wanita tidak boleh
َةَوْرُع ِنْب ِماَشِى ْنَع ٌبْيَىُو اَنَ ثَّدَح mengawinkan dirinya (HR. Ibnu ٍدَسَأ ُنْب ىَّلَعُم اَنَ ثَّدَح Majah dan Daraquthni, dan para
perawinya orang-orang terpercaya). اَهَجَّوَزَ ت َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُوَّللا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ َةَشِئاَع ْنَع ِويِبَأ ْنَع 38
َلاَق َينِنِس ِعْسِت ُتْنِب َيِىَو اَِبِ َنََ بَو َينِنِس ِّتِس ُتْنِب َيِىَو Hadits di atas jelas menjelaskan َينِنِس َعْسِت ُهَدْنِع posisi wali dalam pernikahan sebagai ْتَناَك اَهَّ نَأ ُتْئِبْنُأَو ٌماَشِى
Artinya: ‚Telah menceritakan syarat sahnya suatu pernikahan, dan kepada kami Mu'alla bin Asad Telah
oleh karenanya wali adalah bagian menceritakan kepada kami Wuhaib dari rukun pernikahan. Tidak adanya
dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya wali dalam pernikahan mengakibat- kan tidak sahnya pernikahan.
35 Abi Abdillah Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i, Al-Umm Juz 5 (Daar Al-
Fikr), h. 19.
37 Ibid., h. 249.
38 Muhammad bin Ismail Al-Kahlani Ismail Al-Bukhari, Matn Al-Bukhari
36 Abu Abdillah Muhammad bin
Al-San'ani, Subul Al-Salam Juz 3 (Cairo: Bihasiyati Al- Sanadi Juz‟u Al-Tsalisu
Syirkah Maktabah Mustafa Al-Babi Al- (Indonesia: Al-Haramain), h. 249.
Halabi, 1950), hh. 119-120.
Maslahah , Vol.7, No. 2, Desember 2016 104
Bahkan dalam pendapat imam maka pernikahan dianggap rusak Syafi’i yang lainnya dalam kitab Al- 40 (tidak sah).
Umm bekata bahwa gadis maupun Pendapat yang menjadi dasar bagi janda belum dewasa bila menikah
Imam Syafi’i mengenai usia 15 tahun tanpa disertai oleh wali nikah maka
bagi laki-laki adalah dari rasulullah nikahnya tersebut batal, hal ini
bahwa jihad (membela agama Allah) sebagaimana ia tegaskan dalam
itu adalah berusia 15 tahun. Pada usia kitabnya al-Umm :
itu juga sudah ditetapkan dalam
hukuman hadd (denda) padanya. 41 ِْيرَغِب اَهُجَّوَز ٌرْكِب ْوَا ٌبِّيَ ث ٍةَأَرْما ُِّلَِو ِّيَأَف :ُّي
.ٌلِطاَب ُحاَكِّنلاَف اَِنِْذِإ Sebagaimana imam Syafi’i telah berkata dalam kitab Al-Umm
Artinya: Telah berkata imam Syafi’i: wali bagi seorang perempuan
ُللها ىَّلَص ِللها ِلوُسَر ِةَّنُس ْنِم َناَك اَّمَلَ ف :ُّيِعِفاَّشلا َلاَق janda ataupun perawan nikahnya
َذَخَأَو ًةَّنَس ِةَرَشَع َسَْخَ ِنْبِإ ىَلَع ُنْوُكَي َداَهِْلِا َّنَأ َمَّلَسَو ِوْيَلَع dengan tanpa izin maka pernikahan
ىَمَاَتَيْلا ِفِ َكِلاَذِب ُللها ُمْكُحَو ِدْوُدُْلِا ِفِ ٌلَذَب َنْوُمِلْسُمْلا Artinya: Berkata imam Syafi’i: Imam Syafi’i berkata: tidak boleh
batal. 39
maka tatkala telah ditetapkan dari bagi bapak menikahkan anak pera-
sunnah raasulullah bahwa jihad (turut wannya yang perawan dan tidak boleh
dalam perang membela agama Allah) bagi wali selain bapak menikahkan
itu adalah berusia 15 tahun. Pada usia perawan maupun janda yang sehat
itu umat muslimin juga sudah akalnya hingga terdapat empat unsur:
ditetapkan dalam hukuman hadd
a. Keridhaan dari wanita yang (denda) dan hukum Allah padanya akan dinikahkan dan saat itu ia telah
(anak yatim). 42 baligh . Adapun batasan baligh adalah
lanjut imam Syafi’i telah mengalami haid (menstruasi)
Lebih
berpendapat bahwa untuk menambah atau usianya telah cukup 15 tahun.
kedewasaan baik dewasa mengurus
b. Keridhaan laki-laki yang dirinya sendiri maupun dewasa me- akan menikah saat itu ia telah baligh
ngurus suami dan rumah tangganya, pula.
ada baiknya kalau anak perempuan
c. Wanita itu harus harus tersebut menikah pada usia 15 tahun dinikahkan oleh wali atau sultan
kemudian hal ini dijadikan landasan (penguasa).
usia perkawinan menurut imam
d. Pernikahan ini disaksikan Syafi’i adalah berdasarkan dari firman oleh dua orang saksi yang adil.
Apabila penikahan tidak memenuhi salah satu dari keempat unsur ini,
40 Ibid., h. 447.
41 Imam Syafi’i, Al-Umm, Jilid 3
(Mesir: Dar Al-Fikr, 1991), h.19.
42 Abi Abdillah Muhammad bin Idris Asy- Syafi’i, Op.Cit., h. 19.
39 Abi Abdillah Muhammad bin Idris
Asy- Syafi’i, Op.Cit., h. 19.
105 Maslahah, Vol. 7, No. 2, Desember 2016
Allah dalam surat An-Nisa ayat 6 umur kawinlah sebagai masa untuk yaitu :
tanggung jawab ْمُهْ نِّم مُتْسَناَء ْنِإَف َحاَكِّنلا اوُغَلَ باَذِإ َّتََّح ىَماَتَيْلا اوُلَ تْ باَو pemeliharaan harta kepada mereka. اوُرَ بْكَي نَأ اًراَدِب Dalam menunjukan umur nikah dan َو اًفاَرْسِإآَىوُلُكْأَتَلََو ْمَُلِاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ اوُعَ فْداَف اًدْشُر sekaligus umur dewasa dimaksud,
menyerahkan
ِفوُرْعَمْلاِب ْلُكْأَيْلَ ف اًيرِقَف َناَك نَمَو ْفِفْعَ تْسَيْلَ ف اِّيِنَغ َناَك نَمَو ayat ini menggunakan kata rusyd اًبيِسَح ِللهاِب ىَفَكَو ْمِهْيَلَع اوُدَهْشَأَف ْمَُلِاَوْمَأ ْمِهْيَلِإ ْمُتْعَ فَد اَذِإَف
yang dalam tafsir Departemen Agama Artinya: ‚Dan ujilah anak yatim
diartikan cerdas (pandai itu sampai mereka cukup umur untuk
RI,
memelihara harta). Ayat inilah yang kawin. Kemudian jika menurut
dijadikan dasar para ahli agama untuk pendapatmu mereka telah cerdas
menyatakan bahwa usia nikah bukan (pandai memelihara harta), maka
hanya sekedar aqil baligh yang serahkanlah kepada mereka harta-
ditandai dengan haid dan mimpi hartanya. Dan janganlah kamu makan
basah, tetap harus sudah dewasa harta anak yatim lebih dari batas
( rusyd ). Dengan demikian dari kepatutan dan (janganlah kamu) ter-
berbagai tinjauan dapat disimpulkan gesa-gesa (membelanjakannya) sebe-
bahwa perkawinan ideal adalah lum mereka dewasa. Barangsiapa (di
perkawinan pasangan yang sudah antara pemelihara itu) mampu, maka
rusyd /bukan sekedar aqil baligh . hendaklah ia menahan diri (dari
Dan pernikahan Aisyah pada usia memakan harta anak yatim itu) dan
yang masih 6 tahun dan mulai digauli barangsiapa miskin, maka bolehlah ia
pada usia 9 tahun bukanlah hal yang makan harta itu menurut yang patut.