1
KESELARASAN ANTARA NILAI ISLAM DAN BUDAYA JAWA MENURUT MANGKUNEGARA IV
1
Purwadi
Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta Telp: 0274-550843-12; Email: purwadiuny.ac.id
Abstract
The Javanese people make use of the life guidelines taken from the valuable piwulang-piwulang inherited from one generation to another. Review of ethics is
of great importance to be carried out to balance the progress of science and technology. Mangkunegara IV gave points out that the spectrum of human
knowledge principally contains the symbolic value systems, thus the culture as a single vehicle of human existence is a symbolic system. Belief as knowledge, arts,
philosophy, and science is a symbolic manifestation of human existence. Keywords : Mangkunegara IV, Serat Wedhatama, Value Systems.
1. PENGANTAR
Kebudayaan Jawa memiliki nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai tersebut berasal dari norma-norma agama Islam, norma
adat, dan norma-norma sosial yang sudah berlangsung sepanjang usia kebudayaan itu sendiri. Kristalisasi nilai-nilai tersebut telah mengakar kuat dalam hati para
pendukung kebudayaan Jawa. Salah satu contohnya adalah seorang raja dari Pura Mangkunegaran yang sangat terkenal, yaitu Mangkunegara IV.
2
Dalam lingkungan kebudayaan Jawa, beliau dikenal sebagai seorang raja dan pujangga. Berbagai karya sastra yang mengandung nilai spiritual, dia
1
Dimuat dalam Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 8 no. 2, Juli-Desember 2010 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat P3M STAIN Purwokerto.
2
Kamajaya, Karangan Pilihan KGPAA. Mangkunegara IV Yogyakarta: Yayasan Centhini, 1992, hal. 12.
2 wariskan sebagai pembinaan setiap insan yang mempunyai akhlaqul karimah.
Karyanya yang sering menjadi bahan kajian adalah Serat Wedhatama. Di dalamnya, memang terkandung ajaran mengenai keselarasan antara nilai Islam
dan budaya. Tulisan ini membahas persoalan tasawuf Jawa yang dikaitkan dengan
akulturasi kebudayaan. Berdasarkan Serat Wedhatama,
3
dapat diketahui bahwa masalah syariat yang sering menjadi perhatian umat Islam mesti mendapat
pengkajian yang seksama sehingga kesalahpahaman antarwarga dapat dihindari. Dengan demikian, pengkajian makalah ini bertujuan untuk membudayakan
tatanan masyarakat untuk mengakui keberagaman.
2. METODE PENELITIAN DAN LANDASAN TEORI
Kajian ini menggunakan metode interpretasi dan holistika. Dalam melaksanakan penelitian, seseorang akan berhadapan dengan kenyataan.
Kenyataan itu dapat dibedakan beberapa aspek. Bisa berbentuk fakta, yaitu suatu perbuatan atau kejadian, maupun data, yaitu pemberian dalam wujud hal atau
peristiwa yang disajikan. Dapat pula dalam wujud sesuatu yang terdapat tentang hal, peristiwa atau kenyataan lain yang mengandung pengetahuan atau kenyataan
lain yang mengandung pengetahuan untuk dijadikan dasar keterangan selanjutnya. Mungkin juga kenyataan berbentuk gejala, yaitu sesuatu yang tampak sebagai
3
Anjar Ani, Serat Wedhatama Semarang : Dahara Prize, 1982, hal. 12.
3 tanda adanya peristiwa atau kejadian. Ketiga aspek itu akan mendapatkan titik
berat yang berbeda menurut masing-masing disiplin ilmu.
4
Serat Wedhatama berisi kesusastraan Jawa, wayang kulit, dan bentuk- bentuk kebudayaan lainnya, yaitu keris, bentuk-bentuk bangunan keraton, candi,
adat-istiadat bermacam-macam upacara, dan peribahasa. Kesemuanya itu bersifat simbolis dan memerlukan penafsiran interpretasi menurut tata cara
tertentu pula agar dapat dipahami secara rasional sehingga harus dilakukan analisis. Dalam hal ini, ketajaman dan kehalusan perasaan akan sangat
memainkan peranan karena dapat memberikan bantuan dalam usaha mencapai pemahaman tersebut.
Holistika merupakan corak dalam konsepsi filosofis yang berupaya mencapai kebenaran yang utuh. Dalam penelitian filsafat ini, tokoh yang menjadi
objek studi tidak hanya dilihat secara otomatis, yaitu secara terisolasi dari lingkungannya, tetapi ditinjau dalam interaksi dengan seluruh kenyataannya.
Manusia hanya dapat dipahami dengan memahami seluruh kenyataan dalam hubungan dengan dia, dan dia sendiri dalam hubungan dengan segalanya.
Pemahaman tokoh hanya mungkin dilakukan dengan melihat hubungan tidak hanya di antara ide, melainkan juga dengan manusia lain serta dengan alam
sekitarnya. Hubungan dalam hidup manusia terutama bersifat vital dan komunikatif, yang satu mempengaruhi yang lain. Memahami sesuatu itu terjadi
sebab peneliti
mengerti relasi-relasi
dan fungsi-fungsinya
terhadap lingkungannya. Namun demikian, walaupun tidak ada hubungan vital dengan
4
Anton Bakker dan A. Charris Z., Metodologi Penelitian Filsafat Yogyakarta : Pustaka Filsafat, 1994, hal. 41.
4 banyak hal atau orang di sekitarnya, tetapi hanya dengan usaha membuat
komparasi saja sudah dapat membantu untuk lebih memahami objek penelitian.
5
3. PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA