dengan kontrak elektronik yang kemudian dicetak. Dalam hal ini yang terjadi adalah suatu dokumen elektronik diubah ke
dalam bentuk tercetak sedangkan dokumen aslinya tetap berbetntuk tidak tertulis. Dicetaknya suatu kontrak
elektronik tidak berarti kontrak tersebut telah memenuhi syarat sebagai alat bukti tertulis.
82
Upaya kedua adalah dengan membuat Rancangan Undang- undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam
RUU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini telah dimasukkan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
pembuktian dalam suatu transaksi elektronik, yaitu: Pasal 4
1 Informasi elektronik memiliki kekuatan hukum sebagai
alat bukti yang sah 2
Bentuk tertulis print out dari informasi elektronik merupakan alat bukti dan memiliki akibat hukum yang
sah
3 Informasi elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan sistem elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi.
4 Ketentuan mengenai informasi elektronik sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 3 tidak berlaku untuk
a.
pembuatan dan pelaksanaan surat wasiat; b.
pembuatan dan pelaksanaan surat-surat terjadinya perkawinan dan putusnya perkawinan;
c. surat-surat berharga yang menurut undang-undang
harus dibuat dalam bentuk tertulis; d.
perjanjian yang berkaitan dengan transaksi barang tidak bergerak;
e. dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hak
kepemilikan;
82
Wawancara dengan Ibu Hj. Nirwana, S.H., M.Hum., salah seorang hakim Pengadilan Negeri Semarang, di Pengadilan Negeri
Semarang, hari Rabu, tanggal 28 Juni 2006. f.
dokumen-dokumen lain yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan
adanya pengesahan notaris atau pejabat yang berwenang.
Pasal 6 Terhadap semua ketentuan hukum yang mensyaratkan
bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli selain yang diatur dalam Pasal 4 ayat 4,
persyaratan tersebut telah terpenuhi berdasarkan undang-undang ini jika informasi elektronik tersebut
dapat terjamin keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses, dapat
ditampilkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Pasal 7
Setiap orang yang menyatakan suatu hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak orang lain
berdasarkan atas keberadaan suatu informasi elektronik harus menunjukkan bahwa informasi
elektronik tersebut terjamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses, dan dapat
ditampilkan sehingga dapat menerangkan suatu keadaan.
Pasal 8 Setiap orang yang akan menggunakan hak sebagaimana
dimaksud pada Pasal 7, harus memastikan bahwa informasi elektronik yang ada padanya berasal dari
sistem elektronik terpercaya.
Yang dimaksud dengan sistem elektronik yang terpercaya adalah sistem elektroni yang andal, aman, dan beroperasi
sebagaimana mestinya. Lebih lanjut disebutkan bahwa penyelenggara sistem elektronik harus memenuhi persyaratan
minimum sebagai berikut: a.
dapat menampilkan kembali informasi elektronik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem elektronik yang
telah berlangsung b.
dapat melindungi keotentikan, integritas, kerahasiaan, ketersediaan, dan keteraksesan dari informasi elektronik
dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut; c.
dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut;
d. dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan