Solo, The Spirit of Java
Baru-baru ini, Pemerintah daerah di kawasan Subosukawonosraten, Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan
Klaten, atau sekarang populer dengan sebutan Solo Raya menyadari perlunya sebuah brand yang dapat dijadikan sebagai identitas bagi
kotanya. Berdasar hal tersebut, pemerintah daerah sepakat untuk membuat suatu kebijakan dengan menciptaka suatu identitas wilayah.
Identitas itu, diharapkan akan terbangun image Kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa, dan juga sebagai langkah untuk menarik wisatawan
sekaligus investor baik dari dalam maupun luar negeri.
A. Latar Belakang
3
Branding kota dengan tujuan promosi untuk mengenalkan sebuah kota kepada masyarakat umum baik dalam atau luar negeri, cukup
marak akhir-akhir ini. Sebutlah kota Jogja dengan slogan Jogja Never Ending Asia, Jakarta dengan Enjoy Jakarta, atau baru-baru
ini pemerintah kota Semarang yang menyelenggaraan kontes
penciptaan logo untuk kota Semarang dengan slogan “The Beauty of Asia”, yang menuai protes di kalangan masyarakatnya, karena
tanpa ada proses dan keterlibatan dari masyarakatnya. Mungkin
banyak juga yang mengadaptasi dari pengaruh luar seperti Malaysia Truly Asia, Uniquely Singapore. Selain tersebut hendaklah
mencerminkan identitas, sejarah, budaya, gaya hidup kota itu.
3
http:www.andreasrio.comblog?cat=3
Kesamaan bahasa dan budaya dalam suatu region tertentu, membentuk suatu komunitas yang kuat dalam mengkomunikasikan
“jati diri” dan upaya menumbuhkan kebersamaan merupakan satu kunci sukses pelaksanaan kerjasama antarwilayah. Pemerintah di
kawasan Subosukowonosraten akhirnya menyadari akan pentingnya brand bagi wilayahnya, seperti daerah atau negara lain. Tujuh kepala
daerah di kawasan tersebut duduk bersama untuk membicarakan suatu program yang untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai brand
name bagi wilayah eks-karesidenan Surakarta tersebut. Mereka menyadari akan adanya potensi besar yang dimiliki oleh masing-
masing daerah, yang meliputi potensi sejarah, seni, budaya, perdagangan, dan industri yang saling berkaitan antardaerah.
Kawasan-kawasan tersebut akhirnya bekerjasama dengan tujuan terciptanya sebuah kawasan dengan daya aing ekonomi yang
kuat. Kawasan Subosukawonosraten bekerjasama dengan tujuan terciptanya sebuah kawasan dengan daya saing ekonomi yang kuat.
Untuk itu diperlukan identitas wilayah branding sebagai alat pemasaran, sekaligus menempatkan kawasan positioning di antara
wilayah yang bersangkutan maupun kawasan lain
4
. Solo ingin membangun citra baru, sebagai kota yang selalu dikenang sebagai
pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Berdasarkan hal tersebut dan dengan mempertimbangkan kemampuan potensial yang dimiliki,
4
http:dolankesolo.blogspot.com200703sekilas-tentang-solo.html
akhirnya tercipta slogan “Solo, The Spirit of Java”. Peluncuran slogan ini berkaitan dengan usaha memasarkan wilayah
Subosukawonosraten. Slogan itu melekat sebagai identitas wilayah Solo, dan akan menjadi trade mark bagi setiap promosi dan usaha
mengangkat produk unggulan ke dunia internasional. Dengan slogan baru ini, pemerintah daerah di wilayah
Subosukowonwsraten menawarkan keunikan wilayahyang meliputi :
• Kekayaan peninggalan warisan budaya • Kekhasan karakter masyarakat, terutama kehangatan dan
keramahan
• Kekuatan tradisi perdagangan dan industri yang tangguh. B. Proses
Kebijakan mengenai identitas baru, dengan slogan “Solo, The Spirit of Java”, teberntuk berdasar kesepakatan bersama antara ketujuh
kepala daerah untuk menciptakan sinergi antardaerah. Merekalah dan juga didukung oleh beberapa LSM serta pengusaha dari
perusahaan daerah di kawasan Subosukowonosraten yang terlibat dalam proses pembuatan identitas sekaligus program kerjanya. Dan
sebagai pelaksana intinya, dibentuk satu perusahaan, yaitu PT Solo Raya, yang bertanggung jawab atas pemasaran dan pelaksanaan
programnya. Dalam pertemuan yang membicarakan identitas baru tersebut,
menandai sinergi antardaerah itu, setiap kepala daerah membawa air
dari daerah masing-masing. Air dari tujuh wilayah kabupatenkota itu, dituangkan gubernur dalam bokor. Air yang telah bercampur
selanjutnya diserahkan pada Direktur PT Solo Raya, Bimo. Sebelumnya air diarak dalam acara kirab sesaji sapta rengga hayu.
Proses lahirnya kebijakan penciptaan identitas baru bagi wilayah Subosukowonosraten tidak cukup sulit. Kesamaan latar
belakang budaya memberikan pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilannya. Yang perlu dilakukan pemerintah bersangkutan
adalah menyangkut sinergi antardaerah. Harus ada pembagian bidang apa yang harus dijadikan orientasi masing-masing wilayah
untuk dikembangakan. Tahap inilah yang menjadi tahap identifikasi masalah, dan untuk selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan
agenda yang akan menjadi pokok pelaksanaan kebijakan tersebut. Komitmen masing-masing pemerintah daerah untuk
perkembangan daerah cukup besar dan nampaknya mereka telah memiliki kesamaan persepsi dan tujuan akan identitas baru ini.
Perkembangan wilayah dengan kemajuan pariwisata, perdagangan, dan industri menjadi suatu agenda yang hendak diwujudkan
bersama. Pembagian bidang yang menjadi orientasi masing-masing daerah tidak sulit diwujudkan. Tiap daerah memiliki potensi masing-
masing, dan potensi yang paling menonjollah yang kemudian harus lebih diprioritaskan. Misalnya Solo yang mengandalkan potensi seni
dan budayanya, Sragen dengan potensi industrinya, dan lain
sebagainya. Inilah yang menjadi kesepakatan bersama. Jangan sampai berbenturan dengan program yang ditangani dinas. Satu
daerah dengan daerah lain, harus jelas pembagian areanya. Para pelaku usaha di tujuh wilayah tersebut pun sangat
mendukung slogan tersebut, dan bahkan merekalah yang mengusulkan agar segera dipatenkan. Dengan adanya slogan itu,
maka kebersamaan misi pemasaran wilayah tidak akan tumpang tindih lagi. Mereka bisa satu kata memasarkan Solo, tanpa embel-
embel egosentris dan egowilayah yang selama ini masih melekat di kalangan birokrat maupun pelaku usaha.
Memang dalam hal ini masyarakat tidak dilibatkan langsung dalam pembuatan kebijakan tersebut. Namun, pemerintah daerah
yang bersangkutan berupaya agar seluruh masyarakatnya terlibat untuk mensukseskannya. Sosialisasi dilakukan, guna menumbuhkan
kepercayaan akan keuntungan bersama yang dapat dicapai atas keberhasilannya. Masyarakat, seperti halnya daera-daerah lain
dalam kawasan Subosukowonosraten, berhak untuk melakukan monitoring terhadap pelaksanaan agenda di daerah lain. Dan bila
terdapat suatu hambatan ataupun kesalahan, akan dilakukan evaluasi program dengan mempertimbangakan masukan pihak-pihak
yang terkait.
C. Tujuan