Tinjauan Arahan Zona Pola Ruang dan Analisis Luasan

Gambar 16 Peta Risiko Bencana Banjir

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Banjir

Peta Ancaman Ancaman Bahaya banjir Signifikan dibagian Komersil dan bisnis, permukiman utara baik untuk Prov DKI Jakarta, Jawa

kepadatan tinggi, pertanian dan lahan Barat maupun Banten. Meliputi zona

terbuka, Industri dan Gudang, Budidaya terutama B5, dan Non budidaya

Pendidikan dan Fasilitas Umum, (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga

Fasilitas Transportasi, Rumah di signifikan untuk 4 titik Pusat kegiatan

bangun bangun

Kerentanan banjir signifikan untuk bagian Komersil dan bisnis, permukiman Kerentanan

utara Prop DKI Jakarta, sebagian Kota kepadatan tinggi, pertanian dan lahan Tanggerang dan sebagian bekasi timur.

terbuka, Industri dan Gudang, Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun

Peta Risiko Risiko Bencana banjir Signifikan dibagian Komersil dan bisnis, permukiman utara baik untuk Prov DKI Jakarta, Jawa

kepadatan tinggi, pertanian dan lahan Barat maupun Banten. Meliputi zona

terbuka, Industri dan Gudang, Budidaya terutama B5, dan Non budidaya

Pendidikan dan Fasilitas Umum, (N) dan Penyangga. Bahkan ancaman juga

Fasilitas Transportasi, Rumah di signifikan untuk 4 titik Pusat kegiatan

bangun

nasional

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.4. Bencana Tanah Lonsor KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL BOGOR 64 TINGGI 2 CIANJUR 64 TINGGI 3

KOTABOGOR 26 TINGGI 95

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA BANJIR DAN TANAH

LONGSOR

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

Gambar 17 Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor

Untuk jenis bencana kedua, tanah longsor berikut adalah peta ancaman bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta ancaman bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang Jabodetabekpunjur.

Berbeda dengan banjir yang mengancam pantai utara, maka ancaman bencana tanah longsor sangat signifikan terjadi di bagian selatan Jabodetabekpunjur yakni di Kabupaten Bogor pada zona B4 dan B4/HP.

1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan zona B4/HP (kawasan hutan produksi tetap atau terbatas sesuai peraturan perUU). Kawasan ini dipengaruhi oleh topografi, terdapat di daerah Cipanas, Sukajaya, Jasinga, Cigudeg, dan Nanggung. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres 54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung;

2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor; ancaman tinggi pada zona B4 (perumahan hunian rendah, pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan, perikanan, peternakan), dan dipengaruh topografi di daerah Citeureup, Babakanmadang, Sukamakmur, Cisarua, Megamendung, dan Ciawi.

Ini peta kerentanan bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta kerentanan bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang Jabodetabekpunjur.

Kerentanan bencana tanah longsor signifikan di Kota Bogor dan Kota Jakarta Timur pada zona B.

Gambar 18 Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor

Berikut peta risiko bencana tanah longsor berdasarkan overlay dari peta risiko bencana BNPB terhadap peta struktur dan pola ruang Jabodetabekpunjur.

Risiko bencana tanah longsor sangat signifikan pada zona B4 dan B4/HP di Kabupaten Bogor.

1. Kawasan Barat Kabupaten Bogor; risiko sedang cenderung tinggi, jumlah penduduk rendah. Arahan penggunaan lahan menurut Perpres 54/2008 sudah cukup tepat sebagai kawasan lindung; sehingga perlu diperkuat manajemen risiko dengan pengetatan penggunaan lahan agar tidak terjadi konversi dari perumahan hunian rendah menjadi perumahan hunian sedang atau padat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai trend konversi lahan di wilayah ini.

2. Kawasan Timur Kabupaten Bogor; risiko sedang cenderung tinggi. Akan meningkat bila penggunaan lahan untuk pemukiman dan pembangunan infrastruktur juga meningkat. Perlu studi lebih lanjut untuk menilai trend konversi lahan di wilayah ini.

Gambar 19 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Tanah Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Longsor

Peta Ancaman Ancaman bencana Tanah Longsor sangat Semak-semak dan Hutan, Pertanian Signifikan di Kab Bogor pada zone B4,

dan Ruang Terbuka B4/H

Peta Kerentanan Kerentanan Bencana Tanah Longsor Semak-semak dan Hutan, Pertanian signifikan di Kota Bogor dan Kota Jakarta dan Ruang Terbuka Timur pada zona B

Peta Risiko Risiko bencana Tanah Longsor sangat Semak-semak dan Hutan, Pertanian Signifikan di Kab Bogor dan Kota Bogor

dan Ruang Terbuka pada zone B4, B4/H

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.5. Bencana Letusan Gunung Berapi

Untuk bencana Letusan Gunung api di kawasan Jabodetabekpunjur tidak ditemukan data pada IRBI. Sekalipun demikian Pada Peta ancaman Bencana Gunung api terlihat ada 2 titik Ancaman yang tinggi di kabupaten Bogor yang merupakan wilayah hulu.

Gambar 20 Peta Ancaman Bencana Gunung Api

1. Gunung Salak, Ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona Non budidaya. Adanya aktifitas vulkanik yang ditandai dengan beberapa fenomena Panas bumi. Ancaman terlihat signifikan dan Tinggi pada zone N-2

2. Gunung Gede Pangrango, Ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona Non budidaya. Ancaman terlihat signifikan dan cenderung sedang di zone N-2.

Gambar 21 Peta Kerentanan Bencana Gunung Api

Gambar 22 Peta Risiko Bencana Gunung Api

1. Gunung Salak, Risiko bencana letusan gunung api di sekitar zona Non budidaya N-2 cenderung sedang. Risiko yang sedang ini sebagai akibat kondisi eksisiting dan arahan penggunaan lahan sebagai zone N-2 yang mengurangi aktifitas manusia dan bangunan pada zone ini.

2. Gunung Gede Pangrango, Ancaman bencana letusan gunung api di sekitar zona Non budidaya, meluas juga ke arah zone B3 dan B4. Perlu dipertimbangkan agar zona yang masih terkena Risiko letusan gunung ini juga di arahkan ke kawasan budidaya dengan kepadatan/aktifitas manusia yang rendah, atau bila memungkinkan di alihkan ke zona non-budidaya.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Gunung Api

Peta Ancaman Ancaman Bencana Gunung api Tidak Semak-semak dan Hutan, Pertanian

Signifikan untuk titik-titik PKN dan signifikan dan Ruang Terbuka di zone N kab bogor.

Peta Kerentanan Bencana Gunung api Tidak Semak-semak dan Hutan, Pertanian Kerentanan

Signifikan untuk titik-titik PKN dan signifikan dan Ruang Terbuka di zone N kab bogor.

Peta Risiko Risiko Bencana Gunung api Tidak Signifikan Semak-semak dan Hutan, Pertanian untuk titik-titik PKN dan signifikan di zone N dan Ruang Terbuka kab bogor.

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.6. Bencana Gelombang Ekstrem dan Abrasi KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL TANGERANG 18 TINGGI 77 KOTAJAKARTATIMUR 21 TINGGI 57

KOTAJAKARTAUTARA 45 TINGGI 3 CIANJUR 22 TINGGI 49

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA GELOMBANG PANTAI

DAN ABRASI

50 45 40 35 30 25 20 15 10

SKOR

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011 Berikut adalah peta Ancaman, kerentanan dan Risiko bencana Abrasi pantai. Bencana Abrasi ini

berupa garis lurus sepanjang pantai dan cenderung dominan di bagian utara yang merupakan daerah hilir bagi kawasan Jabodetabekpunjur.

Gambar 23 Peta Ancaman Bencana Abrasi

Untuk Peta ancaman abrasi pantai dominan di sepanjang pantai utara Jakarta dan pantai utara provinsi Banten, dalam hal ini Kabupaten Tanggerang.Sedangkan untuk pantai utara Jawa Barat cenderung rendah. Untuk Daerah dengan ancaman yang rendah atau tidak ada bisa dianggap pula terjadi proses sebaliknya yaitu pengendapan yang berarti juga pendangkalan tinggi muka air laut.

1. Pantai utara Kab Tanggerang, mulai dari pantai Dadap hingga Tanjung Pasir ancaman Abrasi pantai cukup signifikan dan sedang cenderung tinggi. Pada perbatasan antara Kabupaten Tanggerang dengan DKI Jakarta justru tidak terlihat ancaman yang signifikan, justru memberikan indikasi adanya pengendapan/pendangkalan.

2. Pantai utara DKI jakarta ancaman abrasi cenderung tinggi, sebagai akibat zone B-1 dan aktifitas infrastruktur sepanjang garis pantai, misalnya jalan Tol ke Bandara, pelabuhan Muara Angke dan Tanjung Priok dan pembangunan perumahan baru yang semakin berkembang ke pantai, selain itu ada isu penurunan muka air tanah dan penurunan daya dukung akibat minimnya zona Non-budidaya dan berkurangnya lahan bakau.

Gambar 24 Peta Kerentanan Bencana Abrasi

Gambar 25 Peta Risiko Bencana Abrasi

Untuk Risiko bencana Abrasi Pantai cenderung tinggi di sepanjang pantai utara DKI Jakarta.

1. Dapat di lakukan studi untuk pembangunan infrastruktur semacam sea defense atau giant sea wall yang akan mengurangi risiko abrasi. Atau solusi peningkatan kualitas dan kapasitas kawasan Lindung, atau perluasan zone N-1 dan N-2 pada kawasan tersebut.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Abrasi

Peta Ancaman Ancaman Signifikan di Zona P3 dan P5 Perairan, Rawa, Sungai dan Kolam; untuk kawasan pantai Propinsi DKI Jakarta.

Pertanian dan Ruang terbuka Signifikan juga di zona P5 wilayah Pantai kabupaten Tanggerang.

Peta Kerentanan signifikan di zona P3 Propinsi Perairan, Rawa, Sungai dan Kolam; Kerentanan

DKI Jakarta Pertanian dan Ruang terbuka

Peta Risiko Risiko Signifikan di Zona P3 dan P5 untuk Perairan, Rawa, Sungai dan Kolam; kawasan pantai Propinsi DKI Jakarta

Pertanian dan Ruang terbuka

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.7. Bencana Cuaca Extrem KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL TANGERANG 33 TINGGI 82 KOTAJAKARTAPUSAT 31 TINGGI 100 KOTAJAKARTAUTARA 21 TINGGI 205 BEKASI 28 TINGGI 129

BOGOR 59 TINGGI 6 CIANJUR 46 TINGGI 21 KOTABOGOR 22 TINGGI 179 KOTADEPOK 30 TINGGI 107

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA ANGIN TOPAN

SKOR 10

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011 Ancaman Bencana Putting beliung terlihat signifikan di kawasan bagian timur dari KSN

Jabodetabekpunjur, meliputi daerah hulu tengah dan hilir.

Gambar 26 Peta Ancaman Bencana Putting Beliung

Untuk daerah yang signifikan adalah provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bogor;

1. Provinsi Jawa barat meliputi Kota Bekasi dan Kabupaten bekasi, ancaman cenderung tinggi pada zone B-1, B3, B4.

2. Kabupaten Bogor signifikan pada zone B4 Untuk kerentanan Bencana Angin putting beliung sebagaimana terlihat pada peta di atas tampak tidak

signifikan.Sebagian besar untuk wilayah Barat dan Timur kawasan Jabodetabekpunjur cenderung rendah dan ada yang mendekati sedang.

Untuk Risiko Bencana Angin putting beliung, signifikan padapropinsi Jawa Barat, dan kabupaten Bekasi, terutama di kota Bekasi.

1. Risiko Sedang cenderung tinggi untuk kota bekasi dengan arahan zone B1. Kondisi ini dapat dilakukan studi lebih dalam mengenai konstruksi bangunan dan atap yang lebih memiliki daya tahan terhadap angin putting beliung.

Gambar 27 Peta Kerentanan Bencana Putting Beliung

Gambar 28 Peta Risiko Bencana Putting Beliung

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Putting Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Beliung

Peta Ancaman Ancaman Putting Belung Signifikan di Komersil dan bisnis, permukiman Kab Bekasi, Prop Jawa Barat pada zone

kepadatan tinggi, Industri dan Gudang B-4, B-4/HP dan B7

Peta Kerentanan Kerentanan Bahaya Putting beliung tidak Komersil dan bisnis, permukiman terlalu signifikan

kepadatan tinggi, Industri dan Gudang Peta Risiko

Risiko Putting Belung Signifikan di Kab Komersil dan bisnis, permukiman Bekasi, Prop Jawa Barat pada zone B-4,

kepadatan tinggi, Industri dan Gudang B-4/HP dan B7

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.8. Bencana Kekeringan

KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL KOTATANGERANG 18 TINGGI 93 TANGERANG 24 TINGGI 27 BEKASI 24 TINGGI 26 BOGOR 24 TINGGI 17 CIANJUR 19 TINGGI 72 KOTADEPOK 21 TINGGI 57

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA KEKERINGAN

5 SKOR

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

Kekeringan akan berdampak terutama pada kegiatan pertanian, baik persawahan, perkebunan dan perikanan. Efek yang dirasakan bisa berupa gagal panen, kerugian pertanian, meningkatnya kebutuhan akan air bersih, produksi perikanan dan berkurangnya pasokan air tawar permukaan maupun bawah tanah.

Di bawah ini adalah peta ancaman bahaya kekeringan.Terlihat pola untuk wilayah utara cenderung rendah dan ancamannya semakin meninggi ke arah selatan.Wilayah utara memang Jakarta, Tanggerang dan Bekasi memang aslinya merupakan ekosistem rawa, yang kemudian diolah menjadi kawasan persawahan.Di RTR KSN pun arahan penggunaan lahannya untuk wilayah utara Tanggerang adalah B5, sedangkan Jakarta karena kebutuhan permukiman yang sangat tinggi, rawa-rawa di bagian utara sudah dikonversi menjadi B1.Demikian juga Kabupaten bekasi.

Ancaman bahaya kekeringan untuk KSN Jabodetabekpunjur terlihat sangat tinggi di kab Bogor, Tanggerang, Tanggerang selatan dan Kabupaten Bekasi.Untuk kawasan perkotaan seperti DKI Jakarta dan Kota Bekasi dan Kota Tanggerang, mungkin dampak kekeringan terhadap pertanian tidak dirasakan secara langsung. Tetapi akan berdampak secara tidak langsung terhadap pasokan bahan pangan dan pertanian dan bahkan bisa berujung pada krisis air bersih.

Gambar 29 Peta Ancaman Bencana Kekeringan

Gambar 30 Peta Kerentanan Bencana Kekeringan

Gambar 31 Peta Risiko Bencana Kekeringan

Untuk risiko kekeringan di beberapa lokasi terlihat sangat tinggi.

1. Bagian Barat Kabupaten Bogor, termasuk wilayah parung, Tigaraksa dan Gunung Sindur. Sebagian besar penggunaan lahannya adalah kebun campuran, tegalan dan sedikit sekali persawahan.

2. Bagian utara Kabupaten Bekasi, dari mulai Muara Gembong sampai dengan perbatasan Cilincing. Penggunaan lahan utamanya adalah persawahan dan tambak dan dalam arahan perpres 54/2008 adalah B5 dengan diselingi N-1 dan N-2.

3. Bagian selatan Kabupaten Bogor, meliputi wilayah Citereup, Cileungsi dan Kelapa nunggal dengan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka. Selain itu dalam arahan penggunaan lahan berupa B4 dan B4/HP.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Kekeringan

Peta Ancaman Ancaman bencana kekeringan ini Signifikan Semak-semak dan Hutan, Pertanian di bagian Selatan untuk kab Bogor pada

dan Ruang Terbuka zone N dan B-4, B4/HP

Peta Kerentanan bencana kekeringan signifikan Semak-semak dan Hutan, Pertanian Kerentanan

di bagian selatan dan tersebar merata di dan Ruang Terbuka bagian tengah pada zona N dan B

Peta Risiko Risiko bencana kekeringan tersebar merata Semak-semak dan Hutan, Pertanian dari kab Bogor, Kab Bekasi pada zone N dan dan Ruang Terbuka B-4 dan b-4/HP, B7 dan B7/HP

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.9. Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Untuk Ancaman kebakaran hutan dan lahan signifikan hanya di kabupaten Bogor dengan kondisi sedang cenderung rendah.

1. Bagian barat kabupaten Bogor meliputi kecamatan Cipanas dan Sukajaya. Pada arahan pernggunaan lahan dominan N-2, B4 dan B4/HP. Sedangkan penggunaan lahan saat ini berupa pertanian dan ruang terbuka, semak-semak dan hutan.

Gambar 32 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Untuk kerentanan bencana Kebakaran hutan dan lahan di semua kawasan Jabodetabekpunjur cenderung rendah.

Gambar 33 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Gambar 34 Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Untuk Risiko bencana kebakaran hutan dan lahan ada 2 titik yang cukup signifikan.Kondisinya sedang cenderung rendah.

1. Bagian Barat kabupaten Bogor, meliputi kawasan Cipanas dan Jasinga, kawasan ini dominan N-2, B4 dan B4/HP

2. Bagian Timur kabupaten Bogor meliputi kawasan Gunung Bagian Timur kabupaten Bogor meliputi kawasan Gunung gede Pangrango, Ciawi, Cisarua, Caringan dan sebagian kawasan Megamendung. Daerah ini dominan N-2

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Kebakaran Hutan Lahan

Peta Ancaman Ancaman bahaya kebakaran hutan lahan Signifikan di Semak-semak dan Hutan, kab Bogor pada zone N, B4/HP dan B4

Pertanian dan Ruang Terbuka

Peta Kerentanan bahaya kebakaran hutan lahan Signifikan Semak-semak dan Hutan,

Kerentanan di kab Bogor pada zone N, B4/HP dan B4 Pertanian dan Ruang Terbuka Peta Risiko

Risiko bahaya kebakaran hutan lahan Signifikan di Semak-semak dan Hutan, kab Bogor pada zone N, B4/HP dan B4

Pertanian dan Ruang Terbuka

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.10. Bencana Kebakaran Gedung dan Permukiman

KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL TANGERANG 30 TINGGI 45 KOTAJAKARTABARAT 57 TINGGI 2 KOTAJAKARTAPUSAT 54 TINGGI 4 KOTAJAKARTASELATAN 52 TINGGI 5 KOTAJAKARTATIMUR 49 TINGGI 7 KOTAJAKARTAUTARA 46 TINGGI 8

BEKASI 26 TINGGI 68 BOGOR 29 TINGGI 50 CIANJUR 36 TINGGI 23

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA KEBAKARAN PERMUKIMAN

SKOR

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

Ancaman Bencana Kebakaran gedung dan Permukiman cukup dominan Sedang cenderung Tinggi terutama disekitar kawasan satelit, seperti Kab dan kota Bekasi, Kabupaten bogor dan Kabupaten Tanggerang. Sedangkan DKI Jakarta cenderung sedang rendah. Untuk Kota Tanggerang, Tanggerang Selatan dan depok cendeerung rendah. Dibawah ini tampilan peta ancaman kebakaran permukiman.

Gambar 35 Peta Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman

Gambar 36 Peta Kerentanan Bencana Kebakaran Permukiman

Untuk kerentanan bencana Kebakaran permukiman dominan pada dua lokasi. Kerentanan ini menunjukkan bahwa secara history di kedua wilayah ini lebih sering terjadi bencana kebakaran permukiman dibandingkan dengan wilayah lainnya dan kejadian kebakaran tersebut lebih banyak membawa kerugian baik secara materiil maupun korban jiwa :

1. Kota Jakarta Timur, Arahan yang dominan adalah B1

2. Kota Bogor, arahan yang dominan adalah B1 Untuk Risiko bencana kebakaran permukiman seperti di bawah ini menunjukkan bahwa sebagian

besar wilayah Jabodetabekpunjur kondisinya sedang dan cenderung rendah.Untuk wilayah Kota Bogor walaupun memiliki kerentanan yang cukup tinggi tetapi Risiko menunjukkan rendah. Sedangkan Kota Jakarta Timur, dengan kerentanan yang rendah tetapi menunjukkan Risiko yang Sedang.

Gambar 37 Peta Risiko Bencana Kebakaran Permukiman

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Kebakaran Pemukiman

Peta Ancaman Ancaman Bencana Kebakaran Permukiman Komersil dan bisnis, permukiman Signifikan untuk kab Bogor, Tanggerang, kab kepadatan tinggi, Semak-semak dan dan kota bekasi dan Cianjur pada zone B,

Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka dan N

Peta Kerentanan Bencana kebakaran Permukiman Komersil dan bisnis, permukiman Kerentanan

signifikan untuk kota Jakarta Timur dan kepadatan tinggi, Semak-semak dan Bogor

Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka Peta Risiko

Risiko Bencana Kebakaran Permukiman Komersil dan bisnis, permukiman Signifikan untuk kab Bogor, Tanggerang, kab kepadatan tinggi, Semak-semak dan dan kota bekasi dan Cianjur pada zone B,

Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka dan N

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.11. Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Untuk ancaman bencana epidemi dan wabah penyakit hampir semua wilayah Jabodetabekpunjur menunjukkan tingkat ancaman yang rendah.

Gambar 38 Peta Ancaman Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Untuk kerentanan bencana Epidemi dan penyakit dominan di Kota Bogor dan Kota Jakarta timur.

Gambar 39 Peta Kerentanan Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Gambar 40 Peta Risiko Bencana Epidemi dan Wabah Penyakit

Untuk risiko bencana epidemi dan wabah penyakit hampir semua wilayah Jabodetabekpunjur menunjukkan tingkat risiko yang rendah.

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Epidemi

Penggunaan Lahan Saat ini (Demam Berdarah, HIV/AIDS, Campak, Kepadatan Penduduk)

Kondisi Bencana

Peta Ancaman

Ancaman bencana epidemi agak

Komersil dan bisnis, permukiman

signifikan untuk 9 pusat kegiatan

kepadatan tinggi, pertanian dan lahan

nasional, pada zona B DKI jakarta

terbuka, Industri dan Gudang,

dan Jawa Barat.

Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun

Peta Kerentanan

Kerentanan Epidemi signifikan

Komersil dan bisnis, permukiman

untuk Jakarta Timur dan Kota

kepadatan tinggi, pertanian dan lahan

Bogor

terbuka, Industri dan Gudang, Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun

Peta Risiko Risiko bencana epidemi agak Komersil dan bisnis, permukiman signifikan untuk 9 pusat kegiatan kepadatan tinggi, pertanian dan lahan nasional, pada zona B DKI jakarta terbuka, Industri dan Gudang, dan Jawa Barat.

Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.12. Bencana Gagal Teknologi KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL BEKASI 27 TINGGI 5

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL KEPULAUANSERIBU 28 TINGGI 32 KOTAJAKARTASELATAN 32 TINGGI 19 KOTAJAKARTATIMUR 24 TINGGI 48

BOGOR 34 TINGGI 12 CIANJUR 21 TINGGI 66

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

BEKASI INDEKS RAWAN BENCANA KECELAKAAN INDUSTRI

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA KECELAKAAN

TRANSPORTASI

SKOR

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011 Untuk ancaman bencana kegagalan Teknologi hampir semua wilayah Jabodetabekpunjur memiliki

tingkat ancaman bencana yang tinggi. Hal ini disebabkan karena kepadatan penduduk dan intensifnya penggunaan teknologi terutama transportasi, industri kimia dan berat, nuklir dan manufaktur.

Gambar 41 Peta Ancaman Bencana Gagal Teknologi

Berdasarkan administratifnya ada 6 wialayh yang memiliki ancaman Gagal teknologi yang tinggi :

1. DKI Jakarta, di semua wilayahnya, Jakarta Barat, Timur, utara dan selatan sebagian besar zona B1, dengan penggunaan lahan bisnis dan Komersil dan permukiman kepadatan tinggi. Pemanfaatan teknologi yang intensif dari transportasi, permukiman, manufaktur dan kimia, pembangkit tenaga listrik dan industri besar lainnya membuat wilayah ini memiliki tingkat ancaman yang tinggi.

2. Kota Bogor, kepadatan penduduk yang tinggi, intensifnya pengunaan transportasi dan berabagai industri juga ada di kota ini. Ancaman kegagalan teknologi yang Tinggi pada Kota Bogor dominan pada zona B1.

3. Kabupaten Bogor, jalur transportasi yang cukup intensif.

4. Kabupaten Bekasi, industri yang berpusat di Cikarang dan sebagian besar perbatasan dengan DKI Jakarta, kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah pekerja yang juga cukup banyak dan intensif menggunakan transportasi baik pribadi hingga alat berat dan kendaraan pengangkut.

5. Kota Depok, kapedatan yang tinggi, penggunaan transportasi yang intensif, kegiatan pendidikan yang intensif.

6. Kota Tanggerang dan Kota Tanggerang selatan, untuk Tanggerang sebagian besar industri sepanjang Daan Mogot, dari kalideres hingga Bandara, beberapa instalasi farmasi, jalur lintas transportasi dari DKI menuju Merak

Gambar 42 Peta Kerentanan Bencana Gagal Teknologi

Untuk Peta kerentanan Bencana Kegagalan teknologi sebagian besar wilayah Jabodetabekpunjur cenderung rendah, selain Jakarta Timur dan Kota Bogor yang cenderung sedang.

Untuk Tingkat Risiko Bencana Kegagalan Teknologi ada 3 wialayh yang terlihat tinggi;

1. Jakarta Timur, sebagian besar zone B1 dengan penggunaan lahan saat ini kawasan perdagangan, bisnis dan komersial dan permukiman kepadatan tinggi. Diperlukan study untuk meningkat infrastruktur yang lebih tahan bencana.

2. Kota Bogor, sebagian besar zone B1 diperlukan pengendalian penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan tahan bencana.

3. Kabupaten Bekasi, untuk kawasan industri perlu dipikirkan persiapan fail over dan manajemen risiko bencana mengingat sebagian besar industri dan kegiatan intensif teknologi lainnya dikawasan ini merupakan milik privat atau swasta.

Gambar 43 Peta Risiko Bencana Gagal Teknologi

Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi tabel berikut ini:

Bencana Kegagalan

Penggunaan Lahan Saat ini Teknologi (Industri Kimia, Manufaktur)

Kondisi Bencana

Peta Ancaman

Ancaman bencana kegagalan

Komersil dan bisnis, permukiman

teknologi sangat Signifikan untuk

kepadatan tinggi, Industri dan

prop dki jakarta, prop jawa barat

Gudang, Pendidikan dan Fasilitas

dan sebagian banten pada zone B

Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah

dan N

di bangun , Semak-semak dan Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka

Peta Kerentanan

Kerentanan Bencana kegagalan

Komersil dan bisnis, permukiman

teknologi signifikan untuk kota

kepadatan tinggi, Industri dan

Jakarta Timur dan Bogor

Gudang, Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun , Semak-semak dan Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka

Peta Risiko Risiko bencana kegagalan teknologi Komersil dan bisnis, permukiman

Signifikan untuk prop dki jakarta, kepadatan tinggi, Industri dan prop jawa barat dan sebagian Gudang, Pendidikan dan Fasilitas banten pada zone B dan N

Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun , Semak-semak dan Hutan, Pertanian dan Ruang Terbuka

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

3.4.13. Bencana Konflik Sosial KABUPATEN SKOR KELAS RANGKINGNASIONAL KOTAJAKARTABARAT 45 TINGGI 2 KOTAJAKARTAPUSAT 21 SEDANG 25

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011

SKOR INDEKS RAWAN BENCANA KONFLIK SOSIAL

Sumber : IRBI BN PB Tahun 2011 Untuk Ancaman Bencana konflik sosial, ada 2 wilayah yang cenderung tinggi ;

1. Kota Jakarta Selatan

2. Kota Jakarta Barat

Gambar 44 Peta Ancaman Bencana Konflik Sosial

Gambar 45 Peta Kerentanan Bencana Konflik Sosial

Gambar 46 Peta Risiko Bencana Konflik Sosial

Untuk Tingkat Risiko Bencana Konflik sosial juga ada 2 wilayah yang cenderung tinggi ;

1. Kota Jakarta Selatan

2. Kota Jakarta Barat Dari hasil pembacaan Peta Ancaman, kerentanan dan Risiko di atas dapat di rangkum menjadi

tabel berikut ini: Bencana

Kondisi Bencana Penggunaan Lahan Saat ini Konflik Sosial

Peta Ancaman Ancaman konflik sosial Signifikan di Prov DKI Komersil dan bisnis, permukiman Jakarta, Kota Jakarta Selatan dan Kota

kepadatan tinggi, Industri dan Jakarta Barat

Gudang, Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun

Peta Kerentanan Konflik sosial tersebar merata Komersil dan bisnis, permukiman Kerentanan

terutama signifikan di Kota Jakarta Timur kepadatan tinggi, Industri dan dan Kota Bogor, sisanya medium untuk Gudang, Pendidikan dan Fasilitas seluruh prop DKI Jakarta, Kab Bekasi dan Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah

Bogor

di bangun

Peta Risiko Risiko konflik sosial Signifikan di Prov DKI Komersil dan bisnis, permukiman Jakarta, Kota Jakarta Selatan dan Kota kepadatan tinggi, Industri dan Jakarta Barat

Gudang, Pendidikan dan Fasilitas Umum, Fasilitas Transportasi, Rumah di bangun ,

Sumber : Analisis peta ancaman, kerentanan dan risiko bencana terhadap struktur dan pola ruang kawasan Jabodetabekpunjur, 2013

Berdasarkan ke 13 jenis bencana tersebut dapat disimpulkan zona-zona yang signifikan terkena dampak bencana tersebut untuk Kawasan Jabodetabekpunjur sebagai berikut.

Tabel 7 Risiko Bencana Yang Signifikan dikaitkan dengan Zonasi di Jabodetabekpunjur

Provinsi

Provinsi

Jenis Bencana Provinsi No.

Lokasi Banten

B1, B6, Bagian

B1, B6, Bagian utara

B1, B6, B7, Bagian

utara 2 Gempa Bumi

Cinere, Kota

B,N

Kota

Depok, Kota

Tangerang,

Bogor, Cimanggis,

Serpong

Cileungsi, Kota Bekasi

3 Epidemi

B Kota

B, N

Cinere, Kota

Jakarta

Depok, Kota

Pusat,

Bogor, Cimanggis,

Utara,

Cileungsi, Setu,

Barat,

Tambun, Kota

4 Gunung Api

- 5 Abrasi

Kab Bogor

B1, B6, Pantai B7 dan utara N1

Jakarta

- & Lahan

6 Kebakaran Hutan -

N,

Kab. Bogor

B4/HP, B4

7 Kebakaran

Kab. Pemukiman

B, N

Kab. Bogor, Kab.

B, N

Tangerang 8 Kegagalan

Cianjur

Kota Teknologi

Kota Bogor, Kota

B, N

Barat,

Depok, Cinere,

Kab. Bogor,

B4, B4/HP, Kab.

B4/HP,

pantai utara Kab.

Tangerang

B7, N

Bekasi, Kab. Cianjur

10 Konflik Sosial

B Jakarta Sel -

& Barat

Provinsi

Provinsi

Jenis Bencana Provinsi No.

Lokasi Banten

Jakarta

Barat

11 Puting Beliung

B4,

Kab. Bekasi

B4/HP, B7

12 Tanah Longsor

B4,

Kab & Kota Bogor

B4/HP

13 Tsunami

Sumber : analisis peta ancaman, kerentanan dan Risiko bencana terhadap struktur dan Pola Ruang kawasan Jabodetabekpunjur, Team Tata ruang 2013

3.5. Analisis Spasial Penyerapan RTR KSN ke RTRW Kabupaten/Kota

Untuk RTR KSN terdiri dari 3 Peta yaitu :

1. Peta Arahan Sistem Transportasi

2. Peta Sistem Air Baku dan Pengendalian Banjir

3. Peta Struktur dan Pola Ruang

Peta arahan Sistem Transportasi terdiri dari kondisi jalan existing yaitu: jalan Tol, Jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lain, serta jalan kereta api. Peta ini juga memuat rencana jalan tol, arteri dan rencana jalan kereta api, jalur bus prioritas dan rencana jalur angkutan masal.

Untuk Peta Sistem Air Baku dan Pengendalian Banjir memuat informasi Batas DAS, arah pasokan, kanal, rencana kanal dan waduk, rencana waduk, sungai dan danau/situ.

Sedangkan Peta Struktur dan Pola Ruang berisi rencana jalan kereta api, rencana jalan arteri, jalur bus prioritas, rencana jalur angkutan masal, kanal dan rencana kanal, waduk dan rencana waduk, sungai dan danau dan Pusat Kegiatan Nasional. Juga memuat zona-zona Lindung (N-1), Hutan konservasi/cagar alam/taman nasional (N-2), dan zona-zona Budidaya (B-1 sd B-7), serta zona-zona Penyangga (P1 sd P5). Dengan demikian untuk analisis penyerapan RTR KSN secara spasialakan dilakukan dengan menggunakan Peta Struktur dan Pola Ruang saja karena sudah memuat kedua peta

lainnya. Untuk penyerapan RTR KSN Jabodetabekpunjur ke dalam RTRW sebenarnya pernah dikaji secara

cepat oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas terkait upaya penanganan banjir Jakarta. Isu-isu utama yang dibahas antara lain pengurangan ruang terbuka, perubahan guna lahan Situ/Danau, dan Lokasi Genangan Banjir dari 2000 – 2008. Kajian cepat itu juga membahas tata ruang dalam pengendalian banjir dan hasilnya adalah RTRW Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat sudah sesuai dengan Perpres 54/2008.

Gambar Posisi/Letak Ketinggian Daerah Jabodetabekpunjur

Sumber : Kaji Cepat Kawasan Jabodetabekpunjur - Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Januari 2013

Untuk wilayah hulu/atas yang ditetapkan sebagai zona N sangat penting sebagai wilayah tangkapan hujan, penyerapan/pasokan air tanah, dan pada beberapa kasus bencana dijadikan sebagai tujuan evakuasi.Untuk kasus Jabodetabekpunjur, kawasan hulu/atas ini adalah Kota Bogor dan Kabupaten

Bogor dan Puncak- Cianjur.Dengan demikian, kajian akan fokus pada overlay RTRW Kab Bogor terhadap arahan Zona N (Non-Budidaya) dari Perpres 54/2008.

Dari RTRW Kab Bogor didapatkan Rencana Pola Ruang 2029 untuk daerah atas/hulu adalah: Hutan Konservasi, Konservasi Perairan, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Cadangan dan Enclave. Sebarannya dapat di lihat pada Gambar 11. Jika dioverlay terhadap zona N pada Perpres 54/2008, maka untuk Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Konservasi cocok/sesuai dengan zona N-1 dan N-2 pada perpres 54/2008. Sedangkan kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas cocok dengan Zona B4, B4/HP pada Perpres lihat Gambar 12). Sehingga

untuk kawasan atas/hulu dapat dikatakan RTRW sudah sesuai dengan arahan Perpres 54/2008.

Gambar 47 Rencana Pola Ruang Kabupaten Bogor 2029

Sumber: RTRW Kabupaten Bogor 2010-2029

Gambar 48 Overlay Rencana Pola Ruang Kab Bogor terhadap Arahan Zona N pada Perpres 54/2008

Sumber: RTRW Kabupaten Bogor 2010-2029

Untuk Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Konservasi dari gambaran di atas cocok/sesuai dengan zona N-1 dan N-2 pada perpres 54/2008. Sedangkan kawasan hutan Produksi dan hutan

produksi terbatas cocok dengan Zona B4, B4/HP pada perpres. Sehingga untuk kawasan atas/hulu dapat dikatakan RTRW sudah sesuai dengan arahan perpres 54/2008.

Untuk Kondisi Landuse Existing pada zone N-1 dan N-2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 8Kondisi dan Komposisi Landuse existing pada Zonasi N-1 dan N-2 di Kab Bogor Kawasan Jabodetabekpunjur

No 2 Landuse LuasHA LuasKM Persentase (%)

1 21. Rumah di bangun

2 23. Permukiman Kepadatan Rendah

3 24. Industri dan Gudang

4 25. Komersil dan Bisnis

5 29. Pertanian dan Ruang Terbuka

6 30. Rawa, Sungai dan Kolam

7 31. Fasilitas Transportasi

8 32. Semak-semak dan Hutan

100.00 Sumber : Pengolahan data spasial Peta Struktur dan Pola Ruang Perpres 54/2008 dan Landuse 2010 PU, Team Tata Ruang 2013

Walaupun demikian kondisi bencana terutama banjir yang masih terjadi menuntut analisis lebih lanjut. Apakah zona N ini harus diperluas, ditingkatkan atau ada rekayasa teknologi yang dapat mengurangi limpasan permukaan hujan, misalnya konsep green roof, sumur resapan dan sebagainya.

3.6. Kajian Risiko Bencana untuk RTRW-P yang terkait KSN Jabodetabekpunjur

Ada 3 Propinsi yang terkait Kawasan Strategis Nasional JabodetabekPunjur, Yaitu Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Banten dan Propinsi Jawa Barat.Untuk masing-masing Propinsi tersebut sudah membuat Peraturan Daerah mengenai Tata Ruang yang di tuangkan dalam Perda. Untuk DKI Jakarta dituangkan dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012, Jawa Barat dalam Perda Nomor 22 Tahun 2010 dan Propinsi Banten dalam Perda Nomor 2 Tahun 2011.

Untuk Rencana Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disebut RPB Provinsi, merupakanwujud dari upaya pemerintah terkait untuk merumuskan program-program kegiatan danfokus prioritas penanggulangan bencana.Penyusunan RPB Provinsi merupakanpelaksanaan dari Undang-undang

Nomor 24 Tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana.RPB Provinsi adalah sebuah dokumen resmi yang memuat data dan informasitentang risiko bencana.

Dari RTRW propinsi tersebut dapat dilihat struktur dan Pola ruang masing-masing untuk kemudian dilihat keterkaitannya dengan RTR KSN Jabodetabekpunjur dan RPB Propinsi.

3.6.1. RTRW Provinsi Jawa Barat

Rencana Struktur Ruang untuk Provinsi Jawa Barat memasukkan 3 Pusat kegiatan, yaitu Pusat Keegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal. Pusat-pusat kegiatan tersebut didukung oleh Infrastruktur Transportasi Darat (Terminal A, Terminal B, Dry Port, Rencana Terminal) , Infrastruktur Transportasi Udara dan Infrastruktur Transportasi Laut. Untuk PKN terbagi menjadi 2, yaitu : PKN Sistem Nasional dan PKN Sistem Provinsi.

WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;

Gambar Peta Struktur Ruang RTRW Propinsi Jawa Barat

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat dan Perda no. 22 Tahun 2010 RTRWP Jawa Barat Sedangkan untuk Rencana Pola Ruang meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan

Lindung ini meliputi Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, Kawasan Konservasi Perairan, Kawasan yang memberikan Perlindungan terhadap kawasan di bawahannya, Kawasan Rawan Bencana Alam dan kawasan perlindungan Geologi. Untuk kawasan Budidaya meliputi Lindung ini meliputi Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam, Kawasan Konservasi Perairan, Kawasan yang memberikan Perlindungan terhadap kawasan di bawahannya, Kawasan Rawan Bencana Alam dan kawasan perlindungan Geologi. Untuk kawasan Budidaya meliputi

Gambar Peta Pola Ruang RTRW Propinsi Jawa Barat

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat dan Perda no. 22 Tahun 2010 RTRWP Jawa Barat Berdasarkan RPB Provinsi Jawa Barat ada 12 jenis bencana yang merupakan ancaman terhadap

propinsi tersebut.

1. Banjir

2. Gelombang ekstrim & Abrasi

3. Gempa Bumi

4. Kebakaran Hutan dan lahan

5. Gagal Teknologi

6. Kekeringan

7. Epidemi dan wabah penyakit

8. Konflik Sosial

9. Cuaca ekstrim (angin puting beliung

10. Tanah Longsor

11. Tsunami

Tabel Jenis Rawan Bencana di Jawa Barat Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Barat

No Jenis Bencana

Kri teria

Lokasi

1. Ka wasan rawan

Kab. Bogor, Kab. Sukabumi , tanah longsor

฀Kawasan berbentuk lereng yang

ra wan terhadap perpindahan

Kab. Cianjur, Ka b. Bandung,

ma terial pembentuk lereng berupa

Kab. Ga rut, Kab. Purwaka rta ,

ba tuan, ba han rombakan, tanah

Kab. Sumedang, Kab.

a tau ma terial campuran;

Tasikmala ya , Ka b. Cia mis, Kab.

฀Kawasan yang diidentifikasi sering

Ma jalengka , Ka b. Kuningan, dan

dan berpotensi mengalami kejadian

Kab. Ci rebon

tanah longsor.

Kab. Ci rebon, Kab. Indrama yu, gelombang

2. Ka wasan

฀Kawasan sekitar pantai yang rawan

Kab. Subang, Kab. Ka rawang, pasang

terha dap gelombang pasang

dengan kecepa tan anta ra 10

dan Kab. Bekasi

sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul aki bat angin kencang a tau gra vi tasi bulan atau ma taha ri ; ฀Kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana gelombang pasang.

3. Ka wasan rawan

Kab. Cia mis, Kota Banja r, Kab. banji r

Ka wasan yang diidentifi kasi seri ng

dan berpotensi tinggi mengalami

Ci rebon, Kota Ci rebon, Kab.

bencana ba nji r.

Ma jalengka , Ka b. Indrama yu, Kab. Subang, Kab. Bandung, Kab. Ka ra wang, dan Kab. Bekasi

4. Ka wasan Ca ga r ฀Kawasan Geologi Pasir Pawon alam geologi

dan Gua Pa won Ka b. Bandung Ba ra t ฀Kawasan Geologi Batu Obsidian Na greg, terletak di Kab. Bandung ฀Kawasan Geologi Ciletuh Kab. Sukabumi ฀Kawasan Geologi Rancah Kab. Cia mis ฀Kawasan Geologi Pasirgintung Kab. Tasikmala ya

5. Ka wasan Ka rs

Pengertian : Kawasan Ka rs

Kabupa ten Bogor, Ka bupa ten

merupa kan bentang alam yang uni k

Sukabumi , Kabupaten Cianjur,

dan langka . Ka rena terbentuk dengan

Kabupa ten Ka rawang,

proses yang berlangsung lama dan

Kabupa ten Bekasi, Kabupa ten

hanya dijumpai pada daerah-daerah

Purwaka rta , Kabupa ten Ci rebon,

tertentu, sudah tentu ka wasan ka rs

Kabupa ten Bandung Ba ra t,

menjadi objek eksplorasi dan

Kabupa ten Ga rut, Ka bupa ten

ekspl oitasi manusia.

Tasikmala ya , dan Ka bupa ten Ciamis

6. Ka wasan rawan

฀Kawasan Gunung Salak, letusan gunung

฀Kawasan dengan jarak atau radius

terletak di Kabupaten Bogor api

tertentu da ri pusat letusan yang

terpenga ruh langsung dan tidak

dan Sukabumi ;

langsung, dengan tingka t

฀Kawasan Gunung Gede-

kera wanan yang berbeda ;

Pangrango, terletak di Ka b.

฀Kawasan di sekitar kawah atau

Bogor, Cianjur, dan Sukabumi

kaldera ; dan/a tau

฀Kawasan Gunung Patuha,

฀Kawasan berupa lembah yang

Ka wasan Gunung Wa yang

dapa t menjadi daerah terlanda

Wi ndu, dan Ka wasan Gunung

awan panas , aliran laha r, la va ,

Talagabodas , terletak di Ka b.

lonta ran a tau guguran bau pi jar

Ba ndung

dan/a tau aliran gas bera cun.

฀Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kab. Kuningan, Ci rebon, dan Ma jalengka

฀Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Ga rut

Ka wasan Gunung Tangkuban Pa rahu, terletak di Kab.Bandung dan Subang ฀Kawasan Gunung Papanda yan, terletak di Ka b. Ga rut dan Bandung ฀Kawasan Gunung Galunggung, terletak Kab.

฀Tersebar di daerah rawan gempa bumi

7. Ka wasan rawan

฀Kawasan yang berpotensi dan/atau

gempa bumi Bogor-Puncak- tektonik

pernah mengalami gempa bumi

dengan skala VII sampai dengan

Cianjur, daerah ra wan gempa

XII Modified Mercall y Intensity

bumi Sukabumi- Padala rang-

(MMI);

Ba ndung

฀Kawasan yang mempunyai sejarah

฀Daerah rawan gempa bumi

kegempaan yang merusak;

Purwaka rta -Subang-

฀Kawasan yang dilalui oleh patahan

Ma jalengka

akti f

฀Daerah rawan gempa bumi

daerah yang mempunyai cata tan

Ga rut-Tasikmalaya -Ciamis

kegempaan dengan kekuata n (ma gni tudo) lebih besa r da ri 5 pada skala ri chter; ฀Kawasan dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai , endapan pantai dan ba tua n lapuk;

฀Kawasan lembah bertebing curam yang disusun ba tuan mudah longsor.

8. Ka wasan rawan

Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. gerakan tanah

Ka wasan dengan kerentanan tinggi

untuk terpengaruh gera kan tanah,

Sukabumi , Kab. Purwaka rta ,

teruta ma jika kegiata n manusia

Kab. Subang, Kab. Bandung,

menimbulkan ga ngguan pada lereng

Kab. Bandung Ba ra t, Kab. di ka wasan ini . Sumedang, Kab. Ga rut, Kab. Tasikmala ya , Ka b. Cia mis, Kab. Kuningan dan Ka b. Ma jalengka

฀Kawasan yang berada di terletak di zona

9. Ka wasan yang

฀Sempadan dengan lebar paling

seki ta r Sesa r Cimandiri sesar akti f

sediki t 250 meter da ri tepi jalur

pa tahan akti f;

(Palabuhanra tu-Padala rang)

฀Kawasan dengan kerentanan

฀Kawasan yang berada di

ka rena terdapat pa da zona sesar

seki ta r Sesa r Lembang

yang akti f.

(Bandung Ba ra t) ฀Kawasan yang berada di seki ta r Sesa r Ba ribis

(Kuni ngan-Ma jalengka) 10. Ka wasan rawan

Terseba r di Ka b. Ciamis, Kab. tsuna mi

Pantai dengan elevasi rendah

dan/a tau berpotensi a tau perna h

Tasikmala ya , Ka b. Ga rut, Kab.

Cianjur, dan Ka b. Sukabumi 11. Ka wasan rawan

mengalami tsuna mi.

Kab. Bekasi, Kab. Ka rawa ng, abrasi

Pantai yang berpotensi memiliki

kerentanan terjadinya abrasi dan/a tau

Kab. Subang, Kab. Indra ma yu,

pernah mengalami abrasi .

Kab. Ci rebon, Kab. Sukabumi , Kab. Cianjur, Ka b. Ga rut, Kab. Tasikmala ya dan Ka b. Ciamis.

12. Ka wasan yang

Terseba r di Ka bupa ten/Kota memberi kan

Meliputi kri teria kawasan imbuhan air

tanah :

perlindungan

฀Memiliki jenis fisik batuan tanah dengan

terha dap ai r

kemampuan melulus kan ai r dengan jumlah ya ng bera rti ; ฀Memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau; ฀Memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah kemampuan melulus kan ai r dengan jumlah ya ng bera rti ; ฀Memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau; ฀Memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah

da ripada muka air tanah yang tertekan

Sumber : RTRW Jawa Barat 2009-2029 dalam RPB Jabar 2012 -2016 Adanya keterbatasan kewenangan provinsi sebagai pemerintahan administratif maka perlu diberikan

batasan tambahan untuk dapat melakukan pendekatan langsung ke daerah yang sangat membutuhkan. Penambahan batasan ini disusun dalam mekanisme Zona Prioritas Penanggulangan Bencana Provinsi Jawa Barat .

Zona Prioritas merupakan strategi teknis yang ditujukan untuk memberikan daerah fokus Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan intervensi di wilayah kabupaten/ kota untuk menghasilkan pencapaian yang berarti dalam 5 tahun masa perencanaan. Selain itu penyusunan zona prioritas ini juga diharapkan dapat menjamin efektivitas anggaran penanggulangan bencana.

Tabel Zona Prioritas Penanggulangan Bencana Provinsi Jawa Barat

ZONA PRIORITAS KABUPATEN/KOTA PENANGGULANGAN BENCANA

1. Gempa Bumi

1. Cimahi

2. Bandung Barat

3. Kota Bandung

2. Sukabumi Garut

5. Letusan Gunung Api

1. Majalengka

2. Kuningan

6. Cuaca Ekstrim

1. Bekasi

2. Karawang

7. Tanah Longsor

1. Bogor

2. Sukabumi

Sumber : RPB Jawa Barat 2012 - 2016

3.6.2. RTRW Provinsi DKI Jakarta

Struktur Ruang di dalam RTRW Propinsi DKI Jakarta memasukkan Pusat Kegiatan Primer dan Pusat Kegiatan Sekunder.Sebagian Besar Pusat Kegiatan Primer ada di Daratan. Untuk Kepulauan Seribu, khususnya Pula Pramuka dimasukkan ke dalam Pusat Kegiatan Sekunder.

Gambar Rencana Struktur Ruang Provinsi DKI Jakarta

Sumber : Perda Propinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 dan data GIS Bappeda Prop DKI Gambar Rencana Struktur Ruang Provinsi DKI Jakarta Daratan

Sumber : Perda Propinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 dan data GIS Bappeda Prop DKI Struktur Ruang Propinsi DKI Jakarta diatas di dukung oleh Prasarana Transportasi, jalur penerbangan

dan jalur pelayaran. Untuk Prasarana transportasi meliputi :Rel Kereta api, Jalan Tol, Jalan arteri dan rencana sistem angkutan umum masal berbasis rel, rencana jalan tol, rencana jalan arteri dan rencana jalan strategis nasional. Jalur penerbangan dari Bandara, Jalur pelayaran meliputi : pelayaran pulau pemukiman, pelayaran pulau wisata dan pelayaran regional.

Sedangkan Pola Ruang Jakarta terdiri dari Peruntukan Ruang untuk Fungsi Lindung, Terbuka hijau budidaya, fungsi Ibukota Negara, Permukiman, Permukiman Taman, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, Pertanian, Industri dan Pergudangan, Ruang Terbuka non hijau (Ruang terbuka Biru). Untuk Pulau, perairan dan pesisir di zonasi sebagai Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan wisata, dan Zona Permukiman. Ada juga Cagar alam/suaka margasatwa dan perlindungannya, kawasan budidaya perairan, dan Kawasan Taman Arkeologi.Selain itu Peta Struktur Ruang memuat juga Rencana Pulau Reklamasi untk permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa dan peruntukan industri dan pergudangan.Pola ruang tersebut didukung oleh Rel KA, Jalan Tol, Jalan Arteri, rencana jalan strategis nasional dan rencana sistem angkutan umum masal berbasis rel.

Gambar Rencana Pola Ruang Provinsi DKI Jakarta

Sumber : Perda Propinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 dan data GIS Bappeda Prop DKI Sama dengan Struktur Ruang, Pola Ruang Propinsi DKI Jakarta juga terbagi 2, yaitu keseluruhan

meliputi Daratan Utama dan pulau, perairan dan pesisir juga ada yang khusus untuk daratan saja. Dari Peta Pola Ruang Propinsi DKI Jakarta Daratan sangat terlihat bahwa Kawasan Peruntukan fungsi lindung sangat Minim.Kawasan Lindung tersebut hanya sedikit wilayah di Penjaringan.

Gambar Rencana Struktur Ruang Provinsi DKI Jakarta Daratan

Sumber : Perda Propinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 dan data GIS Bappeda Prop DKI Berdasarkan RPB DKI Jakarta ada 9 jenis bencana yang merupakan ancaman terhadap propinsi

tersebut.Yaitu :

1. Gelombang Ekstrim & Abrasi Tinggi

2. Cuaca Ekstrim Tinggi

3. Banjir Tinggi

4. Epidemi dan Wabah Penyakit Tinggi

5. Gempa Bumi Tinggi

6. Gagal Teknologi Tinggi

7. Konflik Sosial Tinggi

8. Tanah Longsor Tinggi

9. Tsunami Tinggi

3.6.3. RTRW Provinsi Banten

Struktur Ruang dalam RTRW Propinsi Banten terdiri dari Sistem Pusat Pelayanan yang mengakomodir : PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), PKWP (Pusat Kegiatan Wilayah

Propinsi) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain itu juga memuat Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Gardu Induk Listrik. Struktru Ruang di Propinsi Banten ini di dukung oleh infrastruktur Jalan Tol, Arteri Propinsi) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain itu juga memuat Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Gardu Induk Listrik. Struktru Ruang di Propinsi Banten ini di dukung oleh infrastruktur Jalan Tol, Arteri

Gambar Struktur Ruang Propinsi Banten

Sumber : Perda Propinsi Banten No. 2 Tahun 2011 , dan Data GIS RTRW Bappeda Banten Sedangkan untuk Pola Ruang Propinsi Banten meliputi Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung.

Untuk Kawasan budidaya terdiri dari : Industri, Pertanian, Permukiman, Hutan Produksi, Perkebunan. Sedangkan Kawasan Lindung terdiri dari : Taman Wisata Alam (TWA), Cagar Alam (CA), Taman Nasional (TN) dan Hutan Lindung (HL). Selain itu pola ruang ini juga mengakomodir Pertambangan yaitu : Bahan Galian Logam, Bahan Galian Non Logam dan Batubara.

Gambar Struktur Ruang Propinsi Banten

Sumber : Perda Propinsi Banten No. 2 Tahun 2011 , dan Data GIS RTRW Bappeda Banten Berdasarkan RPB Propinsi Banten ada 12 jenis bencana yang merupakan ancaman terhadap propinsi

tersebut.Yaitu :

1. Cuaca Ekstrim

2. Banjir

3. Tsunami

4. Gelombang Ekstrim dan Abrasi

5. Gempa Bumi

6. Kekeringan

7. Tanah Longsor

8. Kebakaran Hutan dan Lahan

9. Epidemi dan Wabah Penyakit

10. Konflik Sosial

11. Gagal Teknologi

12. Letusan Gunung Api

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5