Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
ANALlSlS SO83AL EKONOMl PENCURlAN KAYU
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
OLEH :
MUH YULIANTO
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
MUH YULIANTO, Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus
Kabupaten Blora Jawa Tengah). Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR,
HERMANTO SIREGAR dan SUNSUN SAEFULMAKIM.
Pencurian kayu jati merupakan penyebab kerusakan terbesar dari hutan
yang ada di Pulau Jawa, dan menjadi penyebab kerugian paling besar bagi
Perhutani, dibandingkan dengan kebakaran, bibrikan, penggembalaan liar dan
bencana alam.
Di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah, dalam kurun tahun 1997 2001 rata-rata intensitas pencurian kayu mencapai 9.807 kasushahun, dengan
kerugian fisik berupa hilangnya pohonhunggak rata-rata mencapai 87.518
tunggakhahun, dan kerugian finansial rata-rata Rp. 12,1 Milyarttahun. Bahkan
untuk tahun 2001 kerugiannya mencapai Rp. 101 Milyar. Ke~sakanlingkungan
berupa deforestasi juga telah rnenyebabkan terjadinya banjir besar dan angin
topan di Blora pada tahun 2001, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp. 2,1
Milyar. Masyarakat sekiar hutan juga terganggu kehidupan sosialnya, baik
disebabkan tindakan represif aparat keamanan maupun akibat ulah para pelaku
pencurian kayu yang berasal dari luar daerah.
Hasil analisis dengan menggunakan Spatial Autoregressive Model (SAR)
menyatakan bahwa fenomena pencurian kayu mempunyai keterkaitan spasial
yang sangat kuat, artinya kejadian pencurian kayu di suatu wilayah temyata
sangat dipengaruhi oleh pencurian kayu di wilayah tetangga atau sekiamya.
Sedangkan latar belakang atau penyebab pencurian kayu adalah : (1) kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang masih sangat rendah; (2) sistem pengawasan
dan pengamanan hutan yang kurang efektif atau tidak berjalan dengan baik; (3)
struktur pasar dan industri kayu yang tidak seimbang, dimana permintaan jauh
melebihi produksi; (4) penegakan hukum yang tidak tegas dan adil; (5)
penyelewengan aparat pemerintah (milder, sipil, kepdisian, dan Perhutani); (6)
terbatasnya akses masyarakat untuk ikut mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya hutan; dan (7) karakteristiklpotensi hutan yang ada.
Hasil analisis dengan perabtan 'Game Theory" menunjukkan bahwa
model pengeldaan hutan yang memberikan akses kepada masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan akan dapat memberikan hasil
yang optimum.
Qengan demikian otonomi kehutanan perlu terus didorong
pelaksanaannya,
dengan tujuan mengembalikan hak-hak pengelolaan
sumberdaya hutan kepada masyarakat (komunitas lokal), karena merekalah
yang paling berkepentingan dan paling mengetahui cara-cara pengelolaan
sumberdaya hutan yang mengarah kepada keberlanjutan.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
, ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENCURIAN KAYU
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.
ANALISlS SOSIAL EKONOMI PENCURDAN KAYU
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
MUH YULIANTO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA
JNSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus
Kabupaten Blora Jawa Tengah)
Nama
: Muh Yulianto
NRP
: P.15500011
Program Studi
: llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
n
Prof. Dr.lr. H. Affendi Anwar. MSc.
Ketua
*ks?
Dr. Ir. HR. Sunsun Saefulhakim M.A r.
Dr. Ir. ~eimantblsireaar,M.Ec
~nggota
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
TanggaHuIus :
3 0 OCT 2@2
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, lahir di Sragen
pada tanggal 25 Juli 1967 dari Ibu bernama Siti Badriyah dan Ayah bernama
Bagus Soejoto.
Penulis menamatkan pendidikan dasar sampai dengan menengah di
Sragen dan Surakarta. Pada tahun 1992 penulis lulus dari Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan pada tahun 2000, penulis mendapat
kesempatan tugas belajar pada Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan (PWD) Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
dengan beasiswa Pusdiklat Renbang-OTO Bappenas.
Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipii Departemen Dalam
Negeri diperbantukan
pada
Kabupaten
Sragen
sebagai
Staf
Kantor
Pembangunan Desa mulai tahun 1995. Tahun 1997 diangkat menjadi Kasubsi
Pengembangan LKMD pada Kantor PMD Kabupaten Sragen hingga tahun 1998,
selanjutnya menjabat sebagai Kasubsi Peningkatan Ketrampilan Masyarakat,
hingga berangkat tugas belajar ke PS-PWD PPs-IPB tahun 2000.
Penuiis menikah dengan istri tercinta UMI MASITHOH pada tanggal 2
Maret 1997 dan sekarang telah dikaruniai seorang putri, yaitu ALiYA MALYATI,
yang lahir pada tanggal 23 Desember 1997.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2002 ini adalah
pencurian kayu jati, dengan judul Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi
Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah).
Terima kasih yang tulus ikhlas penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta dukungan, sejak persiapan,
pelaksanaan penelitian, sampai dengan penyusunan hasil, yaitu :
I.Bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, M.Sc. selaku Ketua Komisi
Pembimbing, sekaligus sebagai Ketua Program Studi PWD PPs-IPB.
2. Bapak Dr. Ir. HR. Sunsun Saefulhakim, M.Agr. sebagai anggota Komisi
Pembimbing.
3. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. sebagai anggota Komisi
Pembimbing.
4. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Pembangunan
(Pusdiklat Renbang-OTO) BAPPENAS.
5. Bapak Bupati Sragen
6. Direksi PT. Perhutani, Kepala PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah, Adminitratur
KPH Blora, Cepu, dan Randublatung beserta seluruh staf.
7. Pemerintah Kabupaten Blora
8. Lembaga Arupa Yogyakarta.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi PWD PPs-IPB.
10. Keluarga besar "Al-Afkar" Darmaga - Bogor.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Khusus untuk Umi dan Aliya, istri dan anakku tercinta, terima kasih atas
doa dan segala pengorbanannya. Demikian pula orangtua dan segenap
keluargaku yang telah banyak memberikan dukungan dan doa.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2002
Muh Yulianto
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABf L ............................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
VIII
I.
PENDAHULUAN ..................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................................
1.2. Permasalahan ................................................................
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................
...
1
1
4
6
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELlTlAN ...................
2.1. Pengelolaan Hutan Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan...
2.2. Kebijakan Pengelolaan Hutan di Indonesia ............................
2.3. Kebijakan Pembangunan dan Degradasi Sumberdaya Alam ....
2.4. Pencurian Kayu ...............................................................
2.4.1. Macam Pencuri ......................................................
2.4.2. Kuantitas, Frekuensi dan Skala Pencurian .....................
2.4.3. Latar Belakang Pencurian Kayu .................................
2.4.4. Bentuk dan Cara Pencurian Kayu ................................
2.4.5. Upaya Penanggulangan Pencurian Kayu ......................
2.5. Pengembangan Ekonomi Komunitas dalam rangka Mengatasi
Degradasi Sumberdaya Alam ............................................
2.5. Kerangka Pemikiran .........................................................
2.6. Hipotesis .......................................................................
Ill.
METODOLOGI PENELlTlAN ..................................................
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
3.2. Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.3. Pendekatan Permasalahan ................................................
3.4. Metode Analisis Data .......................................................
3.4.1. Analisis Sistem Pengawasan dan Pengamanan Hutan,
Bentuk dan Cara Pencurian kayu, serta Jumlah Kerugian yang Ditimbulkan.......................................
3.4.2. Analisis Latar Belakang dan Penyebab Terjadinya
Pencurian Kayu.....................................................
3.4.3. Metode Game Theory ...............................................
3.4.4. Kesiapan Daerah Menuju Pelaksanaan Otonomi
Kehutanan............................................................
3.5. Batasan Operasional ......................................................
3.6. Variabel, Notasi dan Sumber Data ......................................
IV.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN .....................................
4.1. Letak dan Luas .............................................................................
4.2. Geologi dan Topografi ..................................................................
4.3. lklim ............................................................................................
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ............................................
4.5. Potensi Hutan ...............................................................................
78
78
80
81
81
84
4.6. Pengusahaan Hutan .................................................................
4.7. Gangguan Keamanan Hutan .......................................................
4.8. Sistem Pengawasan dan Pengamanan Hutan ............................
4.9. Upaya Mengatasi Gangguan Keamanan Hutan ..........................
85
88
89
91
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
5.1. Tingkat Pencurian Kayu ..............................................................
5.2. Bentuk dan Cara Pencurian Kayu .......................................
5.2.1. Jenis-jenis Pencurian Kayu .......................................
5.2.2. Pelaku Pencurian Kayu ............................................
5.2.3. Cara Pencurian Kayu ...............................................
5.3. Kerugian Akibat Pencurian Kayu .................................................
5.4. Latar Belakang dan Penyebab Terjadinya Pencurian Kayu ........
5.4.1. Data dan Variabel ...................................................
5.4.2. Pendugaan dengan Metode OLS .................................
5.4.3. Model Keterkaitan Spasial ........................................
5.4.4. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Pencurian Kayu ...
5.5. Upaya Mengatasi Pencurian Kayu ..............................................
5.6. Analisis Game Theory .......................................................
5.7. Pembahasan Umum Hasil Penelitian ..........................................
5.8. Pengembangan Ekonomi komunitas sebagai Alternatif Model
Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan ....................
VI .
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 174
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 174
6.2. Saran-saran ................................................................................ 178
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
180
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data gangguan keamanan hutan Perum Perhutani Tahun 1994-1998 ....
5
2. Permintaan bahan baku sentra industri kerajinan kayu Jepara dan
kaitannya dengan pasok yang bisa disediakan PT. Perhutani .............
25
3. Keuntungan ekonomi masyarakat dari penjarahan di KPH
Randublatung .............................................................................
26
4 . Perincian jenis analisis. notasi. variabellparameter serta sumber data ..... 76
5. Luas wilayah Kabupaten Blora menurut penggunaan lahan ....................
79
6. Letak astronomis KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........................... 79
7. Batas geografis wilayah KPH Blora. Cepu dan Randublatung ................
80
8. Luas dan pembagian wilayah kerja KPH Blora. Cepu dan
Randublatung ............................................................................................
80
9. Keadaan geologi dan topografi KPH Blora. Cepu dan Randublatung ...... 81
10. Tipe iklim dan curah hujan di KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........
81
11. Jumlah penduduk. kepadatan. dan rata-rata luas kepemilikan lahan ....... 82
12. Mata pencaharian penduduk. tingkat pengangguran dan pendapatan .
perkapita ..............................................................................................
83
13. Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Blora ......................................
84
14. Tingkat religiusitas (kondisi sosial keagamaan) masyarakat ....................
85
15. Kondisi dan potensi hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung .............. 86
16. Kegiatan pengusahaan hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........ 87
17. Kegiatan pemasaran hasil hutan (jati) KPH Blora. Cepu dan
Randublatung ...........................................................................................
87
18. Data gangguan keamanan KPH Blora. Cepu dan Randublatung ............. 88
19. Data pencurian kayu KPH Blora. Cepu dan Randublatung .....................
89
20. Perbandingan potensi hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung Tahun 199511996 dan 200012001 ..........................................................
90
21. Jumlah personil pengawasan dan pengamanan hutan KPH Blora.
Cepu dan Randublatung ...........................................................................
92
22 . Penegakan hukum kasus pencurian kayu ..............................................
23 . Data penyidikan pencurian kayu jati tahun 1988 .
2001 .........................
24. Kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan KPH Blora.
Cepu dan Randublatung ...........................................................................
25 . Kerugian bersih akibat pencurian kayu di KPH Blora. Cepu dan Randublatung tahun 2000 ......................................................................
26. Deskripsi data penelitian ............................................................
27. Hasil pendugaan dengan metode OLS ..........................................
28. Hasil pendugaan dengan metode OLS. SAR dan SEM ....................
29. Hasil pendugaan dengan metode SAR .........................................
30. Kontribusi sektor dominan pada PDRB Kabupaten Blora ..................
31. Nilai produksi sektor Pertanian pada PDRB Kabupaten Blora ..............
32. Perkembangan industri Kabupaten Blora ......................................
33. Volume permintaan kayu dan produksi yang dapat disediakan .
Perhutani Unit I ......................................................................................
34. Pengeluaran dan pemasukan pesanggem dari program tumpangsari ....
35. Perbandingan pendapatan petani pada beberapa pola .
pengelolaan hutan ..............................................................................
36. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Blora .................................
37. Kontribusi Sub-sektor kehutanan terhadap PDRB Kab. Blora ..............
38 . Kontribusi PSDHIIHH terhadap APBD dan PADS Kab. Blora .............
39. Hasil wawancara terfulis mengenai kesiapan kabupaten dalam .
otonomi kehutanan ..............................................................................
40. Matriks Pay-off dalam lnferaksi "Permainan" antara Perhutani .
(Pemerintah) dan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Pola .
Tumpangsari dan MR MozaikIPHBM .........................................
DAFTAR GAMSAR
Halaman
1. Keberianjutan dalam arti peningkatan modal perkapita dan perubahan
komposisi dari keempat jenis modal .............................................
8
2 . Kerangka berpikir tiga dimensi tentang keberlanjutan ......................
10
3 . Bagan alir kerangka pemikiran kebijakan pengelolaan SDA .............
56
4 . Bagan alir pendekatan penelitian .................................................
64
5 . Struktur organisasi pengawasan dan pengamanzn hutan .......................
91
6 . Jumlah peristiwa pencurian kayu di KPH Blora. Cepu dan
Randublatung Tahun 1997 - 2001 .........................................................
96
7. Tingkat pencurian kayu per BKPH Tahun 1997 .
2000 .......................
58
8. Alur pencurian kayu jati ......................................................
103
9. Nilai kerugian material akibat pencurian kayu tahun 1997-2000 ..........
104
10. Nilai kerugian finansial akibat pencurian kayu tahun 1997-2000 .........
105
11. Kerugian material menurut BKPH tahun 1997 - 2000 .........................
106
12. Kerugian finansial menurut BKPH tahun 1997 - 2000 ........................
'I06
13. llustrasi perbandingan model OLS. SEM dan S.4 R .......................
113
14. Penurunan luas wilayah hutan produktif ...............................................
?29
15. Perbandingan potensi kelas hutan di Blora tahun 1995/1996 dengan .
tahun 2000/2001 ..................................................................................... 133
DAFTAR LAMPlRAN
Halaman
1. Rekapitulasi data hasil penelitian .............................................
183
2 . Matriks pernbobotan (Weighted Matrix) ...................................
184
3. Hasil pengolahan data penelitian .............................................
185
4 . Perhitungan matriks Pay-off dalam Model "permainan" dalam .
pengelolaan sumberdaya hutan .............................................
191
5. Peta Kabupaten Blora............................................................
193
I. PENDAHULUAN
1.ILatar
.
Belakang
Kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian nasional Indonesia
sampai saat ini masih cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari indikator utama yajtu
indikator produksi, perdagangan luar negeri dan sosial ekonomi selama kurun
waktu 1990-1998. Kontribusi sektor kehutanan pada tahun 1997 dan 1998
tercatat
16.01 % dan 18.84 % dari total PDB Nasional. Serapan tenaga kerja
pada tahun yang sama adalah sekitar tiga puluh juta jiwa. (Dephutbun R!,
2000). Data yang tercatat menunjukan bahwa selama sepuluh tahun terakhir,
rata-rata hasil hutan telah menyumbang sekitar 6 - 7% PDB dan 20% dari total
pendapatan devisa yang mencapai US $ 8,5 Milyar (Kartodiharjo dalam
Dephutbun RI, 2000). Nilai yang cukup besar ini telah menempatkan kontribusi
hasil hutan pada ranking kedua setelah minyak dan memiliki nilai yang cukup
strategis bagi perkembangan dan kelanjutan perekonomian Indonesia.
Sumbangan sektor kehutanan yang cukup signifikan tersebut bukannya
tanpa memberikan dampak negatif. Eksploitasi hutan yang bertujuan ekonomi
dalam skala besar yang nyaris tidak terkontrol membawa dampak mewsak
terhadap lingkungan. Selain itu, pengelolaan sumberdaya yang terlalu
dikendalikan secara sentralistis telah mengakibatkan manfaat nyata yang sampai
saat ini belum dirasakan oleh masyarakat lokal sekitar hutan.
Anwar (2000a) menyatakan bahwa dengan pengelolaan sumberdaya
alam yang dilakukan secara sentralistik, maka hak-hak masyarakat komunal atau
hak-hak ulayat (tenitorial use right) yang dimiliki oleh penduduk asli di daerahdaerah secara lokal dengan warisan yang diturunkan dari nenek moyang mereka
sejak ratusan tahun yang lalu dimarjinalkan dan diambilalih oleh negara. Hal ini
terjadi karena kesalahan interpretasi terhadap UUD 1945 tenrtama ketentuan
pasal 33 ayat 3, yang ditafsirkan oleh para penguasa (pejabat pusat) bahwa
penguasaan oleh negara sama dengan penguasaan oleh pemerintah pusat yang
menganggap dirinya sebagai mewakili negara. Sebagai akibatnya, maka hak-hak
masyarakat lokal untuk memungut dan memanfaatkan sumberdaya alam menjadi
hilang, karena diambil oleh penguasa pusat. Padahal pihak yang sangat
mengetahui cara-cara pengelolaan sumberdaya alam lokal atau regional yang
mengarah kepada sistem yang berkelanjutan adalah penduduk lokal tersebut
yang didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan mereka yang telah
merupakan warisan dari nenek moyang mereka dalam kurun waktu ratusan
tahun. Ada ha1 penting yang dilupakan oleh pemerintah pusat, yaitu ketentuan
pasal 33 UUD 1945 tersebut yang menyatakan bahwa pemanfaatan kekayaan
alam yang dikuasai negara tersebut harus ditujukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat, termasuk masyarakat komunal lokal.
Sebagai akibat tidak dihormatinya hak-hak ulayat masyarakat komunal
tersebut oleh pemerintah, maka hak-hak mereka menjadi tidak menentu
(uncertain property right) yang pada dasamya akan mengarah kepada terjadinya
kerusakan sumberdaya hutan. Di lain pihak penguasaan dan pengelolaan
sumberdaya alam yang lokasinya tersebar sangat luas di seluruh wilayah negara,
maka
akan
sangat
pengendaliannya,
sulitlah
karena
bagi
biaya-biaya
pemerintah
transaksi
untuk
(biaya
melaksanakan
pemantauan,
enforcement) dari klaim (claim) negara tersebut sangat mahal, sehingga dalam
prakteknya tidak mungkin untuk diiaksanakan. Dengan demikian sumberdaya
alam tersebut akan mengalami 'semacam akses terbuka' (quasi-open-acces
resoums) yang semua pihak mau memaksimumkan keuntungan dari
sumberdaya tersebut, sedangkan tidak satupun yang mau memelihara
kelestariannya, sehingga pada akhirnya akan mengalami degradasi juga.
Dominasi peran Pemerintah Pusat dalam pengelolaan sumberdaya hutan
ternyata masih terlihat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan serta Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999 yang
mengukuhkan Perum Perhutani sebagai "penguasa tunggal" sumberdaya hutan
di Pulau Jawa. Terjadinya reformasi dalam sistem pemerintahan yang dipicu oleh
krisis multidirnensi yang melanda negara Indonesia temyata belum dapat
mengubah paradigma pengelolaan sumberdaya hutan yang masih bersifat
sentralistik. Padahal dengan reformasi dan krisis tersebut, yang diiringi dengan
makin terbukanya saluran informasi, masyarakat menjadi tahu bahwa hasil-hasil
pembangunan, diantaranya sebagian besar berasal dari hasil ekspoilitasi
sumberdaya alam, banyak yang diselewengkan oleh para penguasa (pejabat
pemerintah). Hal tersebut telah memicu timbulnya konflik vertikal dan horizontal
yang berkepanjangan, akibat keresahan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh
masyarakat di daerah-daerah.
Yang sangat memprihatinkan dan sungguh mencemaskan adalah
kenyataan terjadinya penebangan kayu liar secara besar-besaran atau yang
lazim disebut penjarahan, terus berlangsung hingga saat ini, tanpa dapat
dihentikan oleh aparat yang berwenang termasuk Perhutani sendiri.Tentu
keprihatinan dan kecemasan tersebut bukan tanpa dasar. Mengingat dampak
rusaknya lingkungan, ekologi bahkan kondisi sosial ekonomi masyarakat pun
terancam. Bukit-bukit, tebing-tebing, bahkan ngarai sekalipun saat ini telah
menerawang terang, tanpa hambatan lebat dan rimbunnya pepohonan.
Sementara ketika hujan turun, air dari perbukitan mengalir deras membawa
lumpur, batuan dan humus yang tidak dapat diserap oleh tanah lagi. Banjir besar
yang melanda banyak daerah di Pulau Jawa akhir-akhir ini merupakan akibat
langsung dari kerusakan sumberdaya hutan yang sudah sangat parah tersebut.
Pihak Perhutani sendiri menyatakan bahwa penyebab kerusakan hutan
tersebut adalah karena terjadinya pencurian dan penjarahan kayu secara besarbesaran yang dilakukan oleh rakyat atau masyarakat sekitar hutan, tanpa
mencari penyebab dan alasan mendasar kenapa rakyat melakukan pencurian
kayu tersebut.
Selama ini yang diangap sebagai penyebab utama pencurian kayu
adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang miskin dan
tertinggal, sehingga penanggulangannya juga lebih banyak bersifat represif dan
parsial, seperti misalnya melalui peningkatan pengamanan hutan, maupun
dengan program-program peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
hutan, seperti melalui program Kelompok Tani Hutan (KTH), Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat, dan lain-lain. Tetapi ternyata hasilnya belum dapat
mengatasi permasalahan pencurian kayu tersebut. Untuk itu perlu dicari
penyebab-penyebab lain yang menjadi simpul dari permasalahan pengelolaan
hutan, khususnya masalah pencurian kayu tersebut.
1.2. Pennasalahan
Dari uraian diatas, maka dapal dikatakan bahwa saat ini yang menjadi
perhatian utama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam,
khususnya sumberdaya hutan adalah terjadinya kerusakan yang sangat parah
dari hutan-hutan alam yang ada. Kerusakan yang sangat parah tersebut terjadi
baik di luar Jawa, yang pengelolaan hutannya diserahkan kepada pengusaha
HPH maupun di pulau Jawa, yang pengelolaannya dilaksanakan oleh PT.
Perhutani.
Khusus di pulau Jawa, berdasarkan data yang ada kerusakan terbesar
dari sumberdaya hutan yang ada disebabkan oleh pencurian kayu, dibandingkan
dengan penyebab lain seperti kebakaran hutan, bibrikan, penggembalaan liar,
maupun bencana alam. Pencurian kayu tersebut juga menjadi penyebab
kerugian terbesar yang dialami oleh Perhutani, sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data Gangguan Keamanan Hutan Perum Perhutani 1994-1998
1
= Pohon
= I
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
OLEH :
MUH YULIANTO
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
MUH YULIANTO, Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus
Kabupaten Blora Jawa Tengah). Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR,
HERMANTO SIREGAR dan SUNSUN SAEFULMAKIM.
Pencurian kayu jati merupakan penyebab kerusakan terbesar dari hutan
yang ada di Pulau Jawa, dan menjadi penyebab kerugian paling besar bagi
Perhutani, dibandingkan dengan kebakaran, bibrikan, penggembalaan liar dan
bencana alam.
Di Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah, dalam kurun tahun 1997 2001 rata-rata intensitas pencurian kayu mencapai 9.807 kasushahun, dengan
kerugian fisik berupa hilangnya pohonhunggak rata-rata mencapai 87.518
tunggakhahun, dan kerugian finansial rata-rata Rp. 12,1 Milyarttahun. Bahkan
untuk tahun 2001 kerugiannya mencapai Rp. 101 Milyar. Ke~sakanlingkungan
berupa deforestasi juga telah rnenyebabkan terjadinya banjir besar dan angin
topan di Blora pada tahun 2001, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp. 2,1
Milyar. Masyarakat sekiar hutan juga terganggu kehidupan sosialnya, baik
disebabkan tindakan represif aparat keamanan maupun akibat ulah para pelaku
pencurian kayu yang berasal dari luar daerah.
Hasil analisis dengan menggunakan Spatial Autoregressive Model (SAR)
menyatakan bahwa fenomena pencurian kayu mempunyai keterkaitan spasial
yang sangat kuat, artinya kejadian pencurian kayu di suatu wilayah temyata
sangat dipengaruhi oleh pencurian kayu di wilayah tetangga atau sekiamya.
Sedangkan latar belakang atau penyebab pencurian kayu adalah : (1) kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang masih sangat rendah; (2) sistem pengawasan
dan pengamanan hutan yang kurang efektif atau tidak berjalan dengan baik; (3)
struktur pasar dan industri kayu yang tidak seimbang, dimana permintaan jauh
melebihi produksi; (4) penegakan hukum yang tidak tegas dan adil; (5)
penyelewengan aparat pemerintah (milder, sipil, kepdisian, dan Perhutani); (6)
terbatasnya akses masyarakat untuk ikut mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya hutan; dan (7) karakteristiklpotensi hutan yang ada.
Hasil analisis dengan perabtan 'Game Theory" menunjukkan bahwa
model pengeldaan hutan yang memberikan akses kepada masyarakat dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan akan dapat memberikan hasil
yang optimum.
Qengan demikian otonomi kehutanan perlu terus didorong
pelaksanaannya,
dengan tujuan mengembalikan hak-hak pengelolaan
sumberdaya hutan kepada masyarakat (komunitas lokal), karena merekalah
yang paling berkepentingan dan paling mengetahui cara-cara pengelolaan
sumberdaya hutan yang mengarah kepada keberlanjutan.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
, ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENCURIAN KAYU
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.
ANALISlS SOSIAL EKONOMI PENCURDAN KAYU
(Studi Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah)
MUH YULIANTO
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA
JNSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi Kasus
Kabupaten Blora Jawa Tengah)
Nama
: Muh Yulianto
NRP
: P.15500011
Program Studi
: llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
n
Prof. Dr.lr. H. Affendi Anwar. MSc.
Ketua
*ks?
Dr. Ir. HR. Sunsun Saefulhakim M.A r.
Dr. Ir. ~eimantblsireaar,M.Ec
~nggota
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi
llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan
TanggaHuIus :
3 0 OCT 2@2
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, lahir di Sragen
pada tanggal 25 Juli 1967 dari Ibu bernama Siti Badriyah dan Ayah bernama
Bagus Soejoto.
Penulis menamatkan pendidikan dasar sampai dengan menengah di
Sragen dan Surakarta. Pada tahun 1992 penulis lulus dari Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan pada tahun 2000, penulis mendapat
kesempatan tugas belajar pada Program Studi llmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan (PWD) Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
dengan beasiswa Pusdiklat Renbang-OTO Bappenas.
Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipii Departemen Dalam
Negeri diperbantukan
pada
Kabupaten
Sragen
sebagai
Staf
Kantor
Pembangunan Desa mulai tahun 1995. Tahun 1997 diangkat menjadi Kasubsi
Pengembangan LKMD pada Kantor PMD Kabupaten Sragen hingga tahun 1998,
selanjutnya menjabat sebagai Kasubsi Peningkatan Ketrampilan Masyarakat,
hingga berangkat tugas belajar ke PS-PWD PPs-IPB tahun 2000.
Penuiis menikah dengan istri tercinta UMI MASITHOH pada tanggal 2
Maret 1997 dan sekarang telah dikaruniai seorang putri, yaitu ALiYA MALYATI,
yang lahir pada tanggal 23 Desember 1997.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2002 ini adalah
pencurian kayu jati, dengan judul Analisis Sosial Ekonomi Pencurian Kayu (Studi
Kasus Kabupaten Blora Jawa Tengah).
Terima kasih yang tulus ikhlas penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta dukungan, sejak persiapan,
pelaksanaan penelitian, sampai dengan penyusunan hasil, yaitu :
I.Bapak Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, M.Sc. selaku Ketua Komisi
Pembimbing, sekaligus sebagai Ketua Program Studi PWD PPs-IPB.
2. Bapak Dr. Ir. HR. Sunsun Saefulhakim, M.Agr. sebagai anggota Komisi
Pembimbing.
3. Bapak Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. sebagai anggota Komisi
Pembimbing.
4. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Pembangunan
(Pusdiklat Renbang-OTO) BAPPENAS.
5. Bapak Bupati Sragen
6. Direksi PT. Perhutani, Kepala PT. Perhutani Unit I Jawa Tengah, Adminitratur
KPH Blora, Cepu, dan Randublatung beserta seluruh staf.
7. Pemerintah Kabupaten Blora
8. Lembaga Arupa Yogyakarta.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi PWD PPs-IPB.
10. Keluarga besar "Al-Afkar" Darmaga - Bogor.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Khusus untuk Umi dan Aliya, istri dan anakku tercinta, terima kasih atas
doa dan segala pengorbanannya. Demikian pula orangtua dan segenap
keluargaku yang telah banyak memberikan dukungan dan doa.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2002
Muh Yulianto
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABf L ............................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
VIII
I.
PENDAHULUAN ..................................................................
1.1. Latar Belakang ...............................................................
1.2. Permasalahan ................................................................
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................
...
1
1
4
6
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELlTlAN ...................
2.1. Pengelolaan Hutan Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan...
2.2. Kebijakan Pengelolaan Hutan di Indonesia ............................
2.3. Kebijakan Pembangunan dan Degradasi Sumberdaya Alam ....
2.4. Pencurian Kayu ...............................................................
2.4.1. Macam Pencuri ......................................................
2.4.2. Kuantitas, Frekuensi dan Skala Pencurian .....................
2.4.3. Latar Belakang Pencurian Kayu .................................
2.4.4. Bentuk dan Cara Pencurian Kayu ................................
2.4.5. Upaya Penanggulangan Pencurian Kayu ......................
2.5. Pengembangan Ekonomi Komunitas dalam rangka Mengatasi
Degradasi Sumberdaya Alam ............................................
2.5. Kerangka Pemikiran .........................................................
2.6. Hipotesis .......................................................................
Ill.
METODOLOGI PENELlTlAN ..................................................
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
3.2. Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.3. Pendekatan Permasalahan ................................................
3.4. Metode Analisis Data .......................................................
3.4.1. Analisis Sistem Pengawasan dan Pengamanan Hutan,
Bentuk dan Cara Pencurian kayu, serta Jumlah Kerugian yang Ditimbulkan.......................................
3.4.2. Analisis Latar Belakang dan Penyebab Terjadinya
Pencurian Kayu.....................................................
3.4.3. Metode Game Theory ...............................................
3.4.4. Kesiapan Daerah Menuju Pelaksanaan Otonomi
Kehutanan............................................................
3.5. Batasan Operasional ......................................................
3.6. Variabel, Notasi dan Sumber Data ......................................
IV.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELlTlAN .....................................
4.1. Letak dan Luas .............................................................................
4.2. Geologi dan Topografi ..................................................................
4.3. lklim ............................................................................................
4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ............................................
4.5. Potensi Hutan ...............................................................................
78
78
80
81
81
84
4.6. Pengusahaan Hutan .................................................................
4.7. Gangguan Keamanan Hutan .......................................................
4.8. Sistem Pengawasan dan Pengamanan Hutan ............................
4.9. Upaya Mengatasi Gangguan Keamanan Hutan ..........................
85
88
89
91
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
5.1. Tingkat Pencurian Kayu ..............................................................
5.2. Bentuk dan Cara Pencurian Kayu .......................................
5.2.1. Jenis-jenis Pencurian Kayu .......................................
5.2.2. Pelaku Pencurian Kayu ............................................
5.2.3. Cara Pencurian Kayu ...............................................
5.3. Kerugian Akibat Pencurian Kayu .................................................
5.4. Latar Belakang dan Penyebab Terjadinya Pencurian Kayu ........
5.4.1. Data dan Variabel ...................................................
5.4.2. Pendugaan dengan Metode OLS .................................
5.4.3. Model Keterkaitan Spasial ........................................
5.4.4. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Pencurian Kayu ...
5.5. Upaya Mengatasi Pencurian Kayu ..............................................
5.6. Analisis Game Theory .......................................................
5.7. Pembahasan Umum Hasil Penelitian ..........................................
5.8. Pengembangan Ekonomi komunitas sebagai Alternatif Model
Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan ....................
VI .
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 174
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 174
6.2. Saran-saran ................................................................................ 178
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
180
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data gangguan keamanan hutan Perum Perhutani Tahun 1994-1998 ....
5
2. Permintaan bahan baku sentra industri kerajinan kayu Jepara dan
kaitannya dengan pasok yang bisa disediakan PT. Perhutani .............
25
3. Keuntungan ekonomi masyarakat dari penjarahan di KPH
Randublatung .............................................................................
26
4 . Perincian jenis analisis. notasi. variabellparameter serta sumber data ..... 76
5. Luas wilayah Kabupaten Blora menurut penggunaan lahan ....................
79
6. Letak astronomis KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........................... 79
7. Batas geografis wilayah KPH Blora. Cepu dan Randublatung ................
80
8. Luas dan pembagian wilayah kerja KPH Blora. Cepu dan
Randublatung ............................................................................................
80
9. Keadaan geologi dan topografi KPH Blora. Cepu dan Randublatung ...... 81
10. Tipe iklim dan curah hujan di KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........
81
11. Jumlah penduduk. kepadatan. dan rata-rata luas kepemilikan lahan ....... 82
12. Mata pencaharian penduduk. tingkat pengangguran dan pendapatan .
perkapita ..............................................................................................
83
13. Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Blora ......................................
84
14. Tingkat religiusitas (kondisi sosial keagamaan) masyarakat ....................
85
15. Kondisi dan potensi hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung .............. 86
16. Kegiatan pengusahaan hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung ........ 87
17. Kegiatan pemasaran hasil hutan (jati) KPH Blora. Cepu dan
Randublatung ...........................................................................................
87
18. Data gangguan keamanan KPH Blora. Cepu dan Randublatung ............. 88
19. Data pencurian kayu KPH Blora. Cepu dan Randublatung .....................
89
20. Perbandingan potensi hutan KPH Blora. Cepu dan Randublatung Tahun 199511996 dan 200012001 ..........................................................
90
21. Jumlah personil pengawasan dan pengamanan hutan KPH Blora.
Cepu dan Randublatung ...........................................................................
92
22 . Penegakan hukum kasus pencurian kayu ..............................................
23 . Data penyidikan pencurian kayu jati tahun 1988 .
2001 .........................
24. Kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan KPH Blora.
Cepu dan Randublatung ...........................................................................
25 . Kerugian bersih akibat pencurian kayu di KPH Blora. Cepu dan Randublatung tahun 2000 ......................................................................
26. Deskripsi data penelitian ............................................................
27. Hasil pendugaan dengan metode OLS ..........................................
28. Hasil pendugaan dengan metode OLS. SAR dan SEM ....................
29. Hasil pendugaan dengan metode SAR .........................................
30. Kontribusi sektor dominan pada PDRB Kabupaten Blora ..................
31. Nilai produksi sektor Pertanian pada PDRB Kabupaten Blora ..............
32. Perkembangan industri Kabupaten Blora ......................................
33. Volume permintaan kayu dan produksi yang dapat disediakan .
Perhutani Unit I ......................................................................................
34. Pengeluaran dan pemasukan pesanggem dari program tumpangsari ....
35. Perbandingan pendapatan petani pada beberapa pola .
pengelolaan hutan ..............................................................................
36. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Blora .................................
37. Kontribusi Sub-sektor kehutanan terhadap PDRB Kab. Blora ..............
38 . Kontribusi PSDHIIHH terhadap APBD dan PADS Kab. Blora .............
39. Hasil wawancara terfulis mengenai kesiapan kabupaten dalam .
otonomi kehutanan ..............................................................................
40. Matriks Pay-off dalam lnferaksi "Permainan" antara Perhutani .
(Pemerintah) dan Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Pola .
Tumpangsari dan MR MozaikIPHBM .........................................
DAFTAR GAMSAR
Halaman
1. Keberianjutan dalam arti peningkatan modal perkapita dan perubahan
komposisi dari keempat jenis modal .............................................
8
2 . Kerangka berpikir tiga dimensi tentang keberlanjutan ......................
10
3 . Bagan alir kerangka pemikiran kebijakan pengelolaan SDA .............
56
4 . Bagan alir pendekatan penelitian .................................................
64
5 . Struktur organisasi pengawasan dan pengamanzn hutan .......................
91
6 . Jumlah peristiwa pencurian kayu di KPH Blora. Cepu dan
Randublatung Tahun 1997 - 2001 .........................................................
96
7. Tingkat pencurian kayu per BKPH Tahun 1997 .
2000 .......................
58
8. Alur pencurian kayu jati ......................................................
103
9. Nilai kerugian material akibat pencurian kayu tahun 1997-2000 ..........
104
10. Nilai kerugian finansial akibat pencurian kayu tahun 1997-2000 .........
105
11. Kerugian material menurut BKPH tahun 1997 - 2000 .........................
106
12. Kerugian finansial menurut BKPH tahun 1997 - 2000 ........................
'I06
13. llustrasi perbandingan model OLS. SEM dan S.4 R .......................
113
14. Penurunan luas wilayah hutan produktif ...............................................
?29
15. Perbandingan potensi kelas hutan di Blora tahun 1995/1996 dengan .
tahun 2000/2001 ..................................................................................... 133
DAFTAR LAMPlRAN
Halaman
1. Rekapitulasi data hasil penelitian .............................................
183
2 . Matriks pernbobotan (Weighted Matrix) ...................................
184
3. Hasil pengolahan data penelitian .............................................
185
4 . Perhitungan matriks Pay-off dalam Model "permainan" dalam .
pengelolaan sumberdaya hutan .............................................
191
5. Peta Kabupaten Blora............................................................
193
I. PENDAHULUAN
1.ILatar
.
Belakang
Kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian nasional Indonesia
sampai saat ini masih cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari indikator utama yajtu
indikator produksi, perdagangan luar negeri dan sosial ekonomi selama kurun
waktu 1990-1998. Kontribusi sektor kehutanan pada tahun 1997 dan 1998
tercatat
16.01 % dan 18.84 % dari total PDB Nasional. Serapan tenaga kerja
pada tahun yang sama adalah sekitar tiga puluh juta jiwa. (Dephutbun R!,
2000). Data yang tercatat menunjukan bahwa selama sepuluh tahun terakhir,
rata-rata hasil hutan telah menyumbang sekitar 6 - 7% PDB dan 20% dari total
pendapatan devisa yang mencapai US $ 8,5 Milyar (Kartodiharjo dalam
Dephutbun RI, 2000). Nilai yang cukup besar ini telah menempatkan kontribusi
hasil hutan pada ranking kedua setelah minyak dan memiliki nilai yang cukup
strategis bagi perkembangan dan kelanjutan perekonomian Indonesia.
Sumbangan sektor kehutanan yang cukup signifikan tersebut bukannya
tanpa memberikan dampak negatif. Eksploitasi hutan yang bertujuan ekonomi
dalam skala besar yang nyaris tidak terkontrol membawa dampak mewsak
terhadap lingkungan. Selain itu, pengelolaan sumberdaya yang terlalu
dikendalikan secara sentralistis telah mengakibatkan manfaat nyata yang sampai
saat ini belum dirasakan oleh masyarakat lokal sekitar hutan.
Anwar (2000a) menyatakan bahwa dengan pengelolaan sumberdaya
alam yang dilakukan secara sentralistik, maka hak-hak masyarakat komunal atau
hak-hak ulayat (tenitorial use right) yang dimiliki oleh penduduk asli di daerahdaerah secara lokal dengan warisan yang diturunkan dari nenek moyang mereka
sejak ratusan tahun yang lalu dimarjinalkan dan diambilalih oleh negara. Hal ini
terjadi karena kesalahan interpretasi terhadap UUD 1945 tenrtama ketentuan
pasal 33 ayat 3, yang ditafsirkan oleh para penguasa (pejabat pusat) bahwa
penguasaan oleh negara sama dengan penguasaan oleh pemerintah pusat yang
menganggap dirinya sebagai mewakili negara. Sebagai akibatnya, maka hak-hak
masyarakat lokal untuk memungut dan memanfaatkan sumberdaya alam menjadi
hilang, karena diambil oleh penguasa pusat. Padahal pihak yang sangat
mengetahui cara-cara pengelolaan sumberdaya alam lokal atau regional yang
mengarah kepada sistem yang berkelanjutan adalah penduduk lokal tersebut
yang didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan mereka yang telah
merupakan warisan dari nenek moyang mereka dalam kurun waktu ratusan
tahun. Ada ha1 penting yang dilupakan oleh pemerintah pusat, yaitu ketentuan
pasal 33 UUD 1945 tersebut yang menyatakan bahwa pemanfaatan kekayaan
alam yang dikuasai negara tersebut harus ditujukan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat, termasuk masyarakat komunal lokal.
Sebagai akibat tidak dihormatinya hak-hak ulayat masyarakat komunal
tersebut oleh pemerintah, maka hak-hak mereka menjadi tidak menentu
(uncertain property right) yang pada dasamya akan mengarah kepada terjadinya
kerusakan sumberdaya hutan. Di lain pihak penguasaan dan pengelolaan
sumberdaya alam yang lokasinya tersebar sangat luas di seluruh wilayah negara,
maka
akan
sangat
pengendaliannya,
sulitlah
karena
bagi
biaya-biaya
pemerintah
transaksi
untuk
(biaya
melaksanakan
pemantauan,
enforcement) dari klaim (claim) negara tersebut sangat mahal, sehingga dalam
prakteknya tidak mungkin untuk diiaksanakan. Dengan demikian sumberdaya
alam tersebut akan mengalami 'semacam akses terbuka' (quasi-open-acces
resoums) yang semua pihak mau memaksimumkan keuntungan dari
sumberdaya tersebut, sedangkan tidak satupun yang mau memelihara
kelestariannya, sehingga pada akhirnya akan mengalami degradasi juga.
Dominasi peran Pemerintah Pusat dalam pengelolaan sumberdaya hutan
ternyata masih terlihat dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan serta Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1999 yang
mengukuhkan Perum Perhutani sebagai "penguasa tunggal" sumberdaya hutan
di Pulau Jawa. Terjadinya reformasi dalam sistem pemerintahan yang dipicu oleh
krisis multidirnensi yang melanda negara Indonesia temyata belum dapat
mengubah paradigma pengelolaan sumberdaya hutan yang masih bersifat
sentralistik. Padahal dengan reformasi dan krisis tersebut, yang diiringi dengan
makin terbukanya saluran informasi, masyarakat menjadi tahu bahwa hasil-hasil
pembangunan, diantaranya sebagian besar berasal dari hasil ekspoilitasi
sumberdaya alam, banyak yang diselewengkan oleh para penguasa (pejabat
pemerintah). Hal tersebut telah memicu timbulnya konflik vertikal dan horizontal
yang berkepanjangan, akibat keresahan dan ketidakadilan yang dirasakan oleh
masyarakat di daerah-daerah.
Yang sangat memprihatinkan dan sungguh mencemaskan adalah
kenyataan terjadinya penebangan kayu liar secara besar-besaran atau yang
lazim disebut penjarahan, terus berlangsung hingga saat ini, tanpa dapat
dihentikan oleh aparat yang berwenang termasuk Perhutani sendiri.Tentu
keprihatinan dan kecemasan tersebut bukan tanpa dasar. Mengingat dampak
rusaknya lingkungan, ekologi bahkan kondisi sosial ekonomi masyarakat pun
terancam. Bukit-bukit, tebing-tebing, bahkan ngarai sekalipun saat ini telah
menerawang terang, tanpa hambatan lebat dan rimbunnya pepohonan.
Sementara ketika hujan turun, air dari perbukitan mengalir deras membawa
lumpur, batuan dan humus yang tidak dapat diserap oleh tanah lagi. Banjir besar
yang melanda banyak daerah di Pulau Jawa akhir-akhir ini merupakan akibat
langsung dari kerusakan sumberdaya hutan yang sudah sangat parah tersebut.
Pihak Perhutani sendiri menyatakan bahwa penyebab kerusakan hutan
tersebut adalah karena terjadinya pencurian dan penjarahan kayu secara besarbesaran yang dilakukan oleh rakyat atau masyarakat sekitar hutan, tanpa
mencari penyebab dan alasan mendasar kenapa rakyat melakukan pencurian
kayu tersebut.
Selama ini yang diangap sebagai penyebab utama pencurian kayu
adalah kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan yang miskin dan
tertinggal, sehingga penanggulangannya juga lebih banyak bersifat represif dan
parsial, seperti misalnya melalui peningkatan pengamanan hutan, maupun
dengan program-program peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
hutan, seperti melalui program Kelompok Tani Hutan (KTH), Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat, dan lain-lain. Tetapi ternyata hasilnya belum dapat
mengatasi permasalahan pencurian kayu tersebut. Untuk itu perlu dicari
penyebab-penyebab lain yang menjadi simpul dari permasalahan pengelolaan
hutan, khususnya masalah pencurian kayu tersebut.
1.2. Pennasalahan
Dari uraian diatas, maka dapal dikatakan bahwa saat ini yang menjadi
perhatian utama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam,
khususnya sumberdaya hutan adalah terjadinya kerusakan yang sangat parah
dari hutan-hutan alam yang ada. Kerusakan yang sangat parah tersebut terjadi
baik di luar Jawa, yang pengelolaan hutannya diserahkan kepada pengusaha
HPH maupun di pulau Jawa, yang pengelolaannya dilaksanakan oleh PT.
Perhutani.
Khusus di pulau Jawa, berdasarkan data yang ada kerusakan terbesar
dari sumberdaya hutan yang ada disebabkan oleh pencurian kayu, dibandingkan
dengan penyebab lain seperti kebakaran hutan, bibrikan, penggembalaan liar,
maupun bencana alam. Pencurian kayu tersebut juga menjadi penyebab
kerugian terbesar yang dialami oleh Perhutani, sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data Gangguan Keamanan Hutan Perum Perhutani 1994-1998
1
= Pohon
= I