LAPORAN PELAKSANAAN KONSELING INDIVIDUAL
Tanggal :
Senin, 1 September 2014
Tempat :
Mushola Al-Muhtadin
A. Identitas Konseli
Nama : M. Safli Rusyandana
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 12 tahun
Agama : Islam
Etnis : Jawa
KelasSemester : VII BI
Sekolah : SMP N 2 Bantul
Rumah : Bantul
B. Deskripsi Kasus
Safli adalah seorang siswa kelas VII B di SMP N 2 Bantul. Ia merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Menurut penuturan guru mata pelajaran, Safli sering
bersikap gaduh di kelas. Ia sering melanggar tata tertib seperti makan di kelas, memakai jaket dan topi pula di dalam kelas. Orangtuanya telah bercerai saat ia duduk
di bangku kelas 6 SD dan sekarang ia tinggal bersama ayahnya walaupun saat tidur ia tidur di rumah eyangnya yang mengurus adik-adiknya. Hal inilah yang membuatnya
sering berbuat gaduh di kelas, ia ingin melupakan masalahnya, ia ingin ceria seperti teman-temannya.
C. Pendekatan Person Centered
Rogers beranggapan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membimbing, mengatur, dan mengendalikan dirinya sendiri. Rogers menolak
pandangan Freud bahwa perilaku manusia cenderung tidak disadari, irrasional, dan destruktif. Menurut Rogers hakikat manusia adalah sebagai berikut.
a. Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami
bahwa organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan memiliki
kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
b. Perilaku manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsinya tentang medan
fenomenal dan individu itu mereaksi medan itu sebagaimana yang dipersepsi.
Oleh karena itu, persepsi individu tentang medan fenomenal bersifat subjektif.
c. Manusia pada dasarnya bermartabat dan berharga dan dia memiliki nilai-nilai
yang dijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi dirinya.
d. Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif tidak
merusak dirinya.
Person Centered merupakan suatu bentuk terapi yang dapat diterapkan pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Fokus utama dari terapi yang dikembangkan
Carl R. Roger ini adalah kemampuan individu memecahkan masalah, bukan terpecahkannya masalah. Konseli memegang peranan aktif dalam konseling, sedang
konselor bersifat pasif reflektif. Pendekatan konseling Person Centered menekankan pada kecakapan konseli untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan
memecahkan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri self, aktualisasi diri, teori kepribadian,
hakekat kecemasan. Hubungan konseli dengan konselor merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepribadian konseli yang integral
dan mandiri. Dalam Person Centered pribadi yang bermasalah ialah seseorang yang
memiliki kesenjangan antra self-real dan self-ideal.
Kasus di atas menunjukkan bahwa self-ideal Jimmy adalah ia menginginkan orang tuanya terutama ibu selalu mendukung dan memperhatikannya, ibu yang tidak
mempunyai sifat keras dan pemarah. Sedangkan, self-real dalam kasus Jimmy adalah dalam kenyataannya ibu Jimmy kurang memperhatikannya dan mendukungnya. Ibu
Jimmy juga mempunyai sifat yang keras dan terkadang marah hingga sampai ‘main tangan’. Kesenjangan antara self-real dan self-ideal inilah yang membuat Jimmy
mempunyai motivasi belajar yang rendah.
Oleh karena itu, dengan konsep pendekatan dan teori Person Centered ini dapat memberikan bantuan terhadap Jimmy untuk dapat memecahkan masalah dirinya
yang berhubungan dengan adanya kesenjangan antara self-real dan self-ideal Jimmy.
D. Teknik Pendekatan Person Centered