Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Berenergi pada Atlet Bulutangkis Laki-laki di Klub Indocafe Medan
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Johanes Irpan
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 24 Juli 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Bajak V Komplek Kehutanan Blok J No. 13 Telepon : 085765027444
II. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1999-2000 : TK Eria Medan
2. Tahun 2000-2006 : SD Methodist 12 Medan 3. Tahun 2006-2009 : SMP Methodist 12 Medan 4. Tahun 2009-2012 : SMA Harapan Mandiri Medan III. Riwayat Pelatihan
-
IV. Riwayat Organisasi
1. Tahun 2012 : Anggota PEMA FK USU Departemen Kerohanian 2. Tahun 2013 : Anggota PEMA FK USU Departemen KASTRAD 3. Tahun 2014 : Kepala Divisi Hubungan Masyarakat SCORA FK USU
(2)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera,
Saya Johanes Irpan, sedang menjalani Pendidikan Dokter di Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Berenergi pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub Indocafe Medan”. Saya mengadakan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan dan pengaruh pemberian minuman berenergi dengan peningkatan kekuatan otot
Untuk keperluan tersebut, saya mohon kesediaan Saudara menjadi responden dalam penelitian ini. Pada awal penelitian ini akan dilakukan pengukuran kekuatan otot sebelum diberi minuman pada salah satu tangan. Selanjutnya setelah pengukuran, diberikan minuman kemudian istirahat 30 menit lalu dilakukan pengukuran kekuatan otot kembali pada tangan yang sama. Partisipasi Saudara bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas Saudara akan dirahasiakan dan tidak dipublikasikan. Data yang terkumpul hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud lain. Jika terdapat hal yang kurang dimengerti, Saudara dapat bertanya langsung kepada peneliti, saya, Johanes Irpan.Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Dalam penelitian ini responden akan terlebih dahulu mengisi identitas diri. Jika Saudara bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.
Terima kasih saya ucapkan kepada Saudara yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan Saudara dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, September2015 Peneliti,
(3)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Handphone :
telah mendapatkan keterangan dari peneliti bahwa saya akan diminta untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul “Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Berenergi pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub Indocafe Medan”. Di dalam penelitian ini, kekuatan otot saya akan diukur sebelum diberi minuman pada salah satu tangan. Selanjutnya setelah pengukuran, diberikan minuman berenergi kemudian istirahat 30 menit lalu dilakukan pengukuran kekuatan otot kembali pada tangan yang sama.
Saya menyadari manfaat dan risiko penelitian ini. Saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian ini sebagai subjek penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun..
Medan September 2015 Subjek Penelitian,
(4)
Lampiran 4
LEMBAR IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN
Tanggal :
Tanggal Bulan Tahun
Nama Lengkap :
Usia :
Sedang Cidera (Sakit) : Ya Tidak
Sudah berapa lama bergabung di klub : Saat Hari Penelitian (Diisi oleh peneliti) :
Konsumsi Minuman Berenergi : Rutin (1x perhari)
Jarang (1x perminggu)
Waktu Tertentu,
Sebutkan,...
(5)
Lampiran 5
LEMBAR PENCATATAN HASIL PENGUKURAN
Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Berenergi pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub Indocafe Medan
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : Berat Badan : Tinggi Badan : Keterangan:
Hasil Pengukuran (kg) 1 (Sebelum) 2 (Sesudah)
(6)
Lampiran 6 DATA INDUK
No Usia
Lama Konsumsi Minuman Berat Tinggi Kekuatan Otot Kekuatan Otot
Intepretasi
Bergabung Berenergi Badan Badan Sebelum Sesudah
1 17 Tahun >2 tahun Tidak pernah 68 176 35,2 28,7 Menurun
2 17 Tahun >2 tahun Tidak pernah 55 160 32,7 30,8 Menurun
3 17 Tahun >2 tahun Tidak pernah 52 167 37,7 45,9 Meningkat
4 17 Tahun 1-2 tahun Tidak pernah 65 170 36 35,3 Menurun
5 18 Tahun >2 tahun Waktu tertentu 60 170 44,9 41,5 Menurun
6 22 Tahun 1-2 tahun Tidak pernah 68 175 37,7 35,1 Menurun
7 21 Tahun 1-2 tahun Jarang (1 kali seminggu) 66 168 38,2 40,3 Meningkat
8 17 Tahun >2 tahun Jarang (1 kali seminggu) 56 173 27,9 30,6 Meningkat
9 17 Tahun >2 tahun Tidak pernah 60 166 29,3 32,2 Meningkat
10 21 Tahun <1 tahun Tidak pernah 59 161 32,1 31 Menurun
11 18 Tahun 1-2 tahun Jarang (1 kali seminggu) 67 175 44,5 40,7 Menurun
12 18 Tahun >2 tahun Tidak pernah 85 186 36,9 35,3 Menurun
13 18 Tahun >2 tahun Tidak pernah 70 175 37 39,8 Meningkat
(7)
15 21 Tahun >2 tahun Tidak pernah 62 160 45,5 43,2 Menurun
16 17 Tahun >2 tahun Tidak pernah 50 165 22,4 30,9 Meningkat
17 17 Tahun 1-2 tahun Tidak pernah 47 165 38,9 41,4 Meningkat
18 23 Tahun >2 tahun Jarang (1 kali seminggu) 58 160 39,8 38,4 Menurun
19 17 Tahun <1 tahun Waktu tertentu 48 166 32,4 34,2 Meningkat
20 19 Tahun >2 tahun Tidak pernah 58 175 41,3 39,9 Menurun
21 17 Tahun >2 tahun Waktu tertentu 54 162 29,1 27,1 Menurun
(8)
Lampiran 7
HASIL OUTPUT SPSS
Usia Peserta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
17 11 50,0 50,0 50,0
18 5 22,7 22,7 72,7
19 1 4,5 4,5 77,3
21 3 13,6 13,6 90,9
22 1 4,5 4,5 95,5
23 1 4,5 4,5 100,0
Total 22 100,0 100,0
Lama Bergabung di Klub
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<1 tahun 2 9,1 9,1 9,1
1-2 tahun 5 22,7 22,7 31,8
>2 tahun 15 68,2 68,2 100,0
Total 22 100,0 100,0
Konsumsi Minuman Berenergi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Jarang (1 kali seminggu) 4 18,2 18,2 18,2
Waktu tertentu 4 18,2 18,2 36,4
Tidak pernah 14 63,6 63,6 100,0
Total 22 100,0 100,0
Berat Badan Peserta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
47-55 kg 6 27,3 27,3 27,3
56-65 kg 9 40,9 40,9 68,2
66-85 kg 7 31,8 31,8 100,0
(9)
Tinggi Badan Peserta
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
160-165 cm 7 31,8 31,8 31,8
166-170 cm 7 31,8 31,8 63,6
173-186 cm 8 36,4 36,4 100,0
Total 22 100,0 100,0
Statistics Hasil Pengukuran Sebelum Hasil Pengukuran Sesudah
N Valid 22 22
Missing 0 0
Mean 36,523 37,195
Median 37,350 36,850
Mode 37,7 35,3
Std. Deviation 5,9927 6,3302
Variance 35,912 40,071
Range 23,1 25,4
Minimum 22,4 27,1
Maximum 45,5 52,5
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Hasil Pengukuran Sebelum ,116 22 ,200* ,966 22 ,615 *. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Hasil Pengukuran Sesudah ,118 22 ,200* ,960 22 ,494 *. This is a lower bound of the true significance.
(10)
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.
Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pair 1
Hasil Pengukuran Sebelum - Hasil Pengukuran Sesudah
(11)
(12)
(13)
(14)
Alsunni, A.A., 2011. Are Energy Drinks Physiological?.Park J Physiol, 7 (11). Astayogi, B.G., 2012. Pengaruh Minuman Berenergi Yang Mengandung Taurine
Terhadap VO2Max dan Masa Pemulihan Denyut Nadi Latihan, UNEJ. Diunduh Dari :http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/26682? show=full. Diakses tanggal 11 Mei 2015.
Astorino, T.A., M.N. Terzi, D.W. Roberson, and T.R. Burnett. Effect of two doses of caffeine on muscular function during isokinetic exercise. Med. Sci. Sports Exerc. 42 : 2205–10.
Augusta, R.M., 2013. Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Kekuatan Otot Perut, Kekuatan Otot Lengan, Kelentukan Pergelangan Tangan, Kekuatan Otot Tungkai dan Power Kaki Terhadap Hasil Jumping Smash, UNS. Diunduh Dari : http://ejournal.unesa.ac.id/article/3828/67/article.pdf. Diakses tanggal 24 November 2015.
Babu, K.M., Church,R.J.,Lewander,W., 2008. “Energy Drink : The New Eye -Opener for Adolescents”.Clinical Pediatric Emergency Medicine.
Buxton, C., Hagan, J.E., 2012. A Survey Of Energy Drinks Consumption Practices Among Student-Athletes In Ghana Lesson For Developing Health Education Intervantion Programmes. J Int Soc Sports Nutr., 9 (9).
Campbell, B. et al., 2013. International Sociaty Of Sports Nutrition Position Stand Energy Drink. J Int Soc Sports Nutr.,10 (1).
Cesar, A.A., Ramdlani, S., Yatnawijaya, B., 2014. Pusat Pembinaan Bulutangkis Berstandar Internasional di Kota Malang, UNBRAW. Diunduh Dari : http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/download/51/5 1. Diakses tanggal 24 November 2015.
(15)
Coso, J.D., Salinero, J.J., Milan, C.G., Vicen, J.A., Gonzalez, B.P., 2012. Dose Response Effects Of A Caffeine-Containing Energy Drink On Muscle Performance : A Repeated Measures Designs. J Int Soc Sports Nutr., 9 (21). Dahlan, M.S., 2009. Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi ke-3. Salemba Medika, Jakarta: 72-75.
Heneman K. 2007. Some Facts About Energy Drink. Nutrition and Health Info Sheet For Health Profesionals.
Herman, 2010. Pengaruh Latihan Terhadap Fungsi Otot Dan Pernapasan. Jurnal Ilara, 1 (2) : 27-32.
Hooger, W.W.K., Hooger, S.A., 2013. Lifetime Physical Fitness And Wellness.12th Edition.
Ishak, M., 2011. Analisis Tinggi Badan dan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Kemampuan Smash Dalam Permainan Bulutangkis Siswa SMP Negeri 2 Makassar. Competitor, 3 : 73-83.
Lesmana, S.I., 2014. Perbedaan Pengaruh Metode latihan Beban Terhadap Kekuatan dan Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau Dari Perbedaan Gender (Studi Komparasi Pemberian Latihan Beban Metode Delorme Dan Metode Oxford), Universitas Esa Unggul. Diunduh Dari : http://www.esaunggul.ac.id/article/perbedaan-pengaruh-metode-latihan- beban-terhadap-kekuatan-dan-daya-tahan-otot-biceps-brachialis-ditinjau- dari-perbedaan-gender-studi-komparasi-pemberian-latihan-beban-metode-delorme-dan-metode-oxford/. Diakses tanggal 11 Mei 2015.
Lubis, H.M., Sulastri, D., Afriwardi, 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Ketahanan Kardiorespirasi, Kekuatan Dan Ketahanan Otot Dan Fleksibilitas Pada Mahasiswa Laki-Laki Jurusan Pendidikan Dokter Universitas Andalas Angkatan 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 4 (1) :
(16)
142-McCormack, W.P., Hoffman, R.J., 2012. Caffeine, Energy Drinks and Strength Power Performance.Strength and Conditioning Journal, 34 (4).
Mrazik, D.M., 2004. Reconsidering Caffeine : Anawake And Alert New Look at
America’s Most Commonly Consumed Drug, HARVARD UNIVERSITY Available From : http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos: [Accesed 11 May 2015].
Pamuji, A., 2013. Survei Pembinaan Prestasi Klub Bulutangkis PB. Hamas Semarang,UNNES. Diunduh Dari : http://lib.unnes.ac.id/ 18616/1/ 6211409036.pdf. Diakses Tanggal 24 November 2015.
Powers, S.K., Howley, E.T., 2007. Exercise Physiology Theory and Aplication To Fitness And Performance. New York :Mc Graw Hill International Edition. Prihatanta, H., 2011. Pengaruh Minuman Suplemen Terhadap Kemampuan Lari
12 Menit. Medikora, 7 (2) : 1-13.
Putriastuti, R., 2007. Persepsi,Konsumsi Dan Preferensi Minuman Berenergi. Jurnal Gizi dan Pangan, 2 (3): 13-25.
Robergs, R.A., Keteyian, S.J., 2003. Fundamental Of Exercise Physiology For Fitness, Performance And Healt.:New York : Mc Graw Hill Second Edition. Ryoto, V., 2012. Hubungan Antara Kekuatan Otot Genggam Dengan Umur, Tingkat Kemandirian, Dan Aktifitas Fisik Pada Lansia Wanita Klub Geriatri Terpilih Jakarta Utara Tahun 2012. FKM UI, 2012.
Saeed, R., 2013. The Acute Effect Of “Red Bull Energy Drink” On Blood Lactate Levels and Performance In Active Male. Life Science Journal, 10 (1s). Setiawan, D.A., Setiowati, A., 2014. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terhadap Kekuatan Otot Pada Lansia Di Panti Wredha Rindang Asih III Kecamatan Boja. JSSF, 3 (3) : 30-35.
(17)
Sinaga, F.A., 2012. Pengaruh Minuman Berenergi Yang Mengandung Kafein Terhadap Denyut Jantung dan Tekanan Darah Serta VO2Max, UNIMED.
Diunduh Dari: http://digilib.unimed.ac.id/pengaruh-minuman-berenergi- yang-mengandung-kafein-terhadap-denyut-jantung-dan-tekanan-darah-serta-vo2max- 28820.html. Diakses tanggal 11 Mei 2015.
Stojanovic, M.D., Stojanovic, M.V., Kanostrevac, K., Veljovic, D., Medjedovic, B., Ostojic, S.M., 2011. The Effects of Pre-exercise High Energy Drink on Exercise Performance in Physically Active Men and Women. Advances in Physical Education, 1 (1) : 1-5.
Turley, K.R., Rivas, J.D., Townsend, J.R., Morton, A.B., Kosarek, J.W., Cullum, M.G., 2012. Effects of Caffeine on Anerobic Exercise in Boys. Pediatric Exercise Science, 24 : 210-9.
Widyarini, Riskiyani, S., Thaha, R.M., 2014. Perilaku Konsumsi Minuman Berenergi Pada Sopir Pete-Pete Trayek Sudiang Kota Makasar, UNHAS. Diunduh Dari: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 11436/WIDYARINI%20K11110904.pdf?sequence=1.Diakses tanggal 11 Mei 2015.
Zatsiorsky, V.M., 2003. Strength And Power Training For Sport. In: Komi, P.V., Strength And Power In Sport Vol. III The Encyclopedia of Sport Medicine. UK :439-40.
(18)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan. Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Defenisi Operasional
1. Minuman Berenergi
a) Definisi Operasional : Minuman berasa yang mengandung
beberapa zat stimulan yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot.
b) Jenis Minuman : Extra Joss berbentuk serbuk, berat 4 g tiap sachet yang diproduksi oleh Bintang
Toedjoe, Jakarta 13930 Indonesia. c) Komposisi Minuman : Taurine 1000 mg, ginseng 20 mg,
vitamin B11,2 mg, vitamin B2 sodium phosphate 3 mg, vitamin B3 16 mg, vitamin B5 5 mg, vitamin B6 1,5 mg, vitamin B8 (inositol) 25 mg, vitamin B12 1 mcg, royal jelly 2 mg, 1,3,7 trimethyxanthine 50 mg ditambah aspartame,ace sulfamate-k, Perbedaan Kekuatan
Otot Pemberian Minuman
(19)
sodium bicarbonate, asamcitrat, flavor, sunset yellow (CI 1598), quinolone yellow (CI 47005).
d) Takaran Pemberian :1 sachet Extra Joss dilarutkan dalam 200 ml air.
2. Kekuatan Otot
a) Defenisi Operasional : Kemampuan untuk melakukan kontraksi otot secara maksimal dengan cara mencengkeram alat pengukur kekuatan otot.
b) Cara Ukur : Melihat dan mencatat angka yang
ditunjukkan pada skala ukur sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
c) Alat Ukur : Hand Grip Strength Test d) Hasil Ukur : ... kg
e) Skala Pengukuran : Interval 3.3. Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah
pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
Ha : Ada perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
(20)
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (interventional) dengan metode pretest-posttest design, yaitu mengukur kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi latihan klub Indocafe Medan, Gedung PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) Sumut Jalan Willliem Iskandar / Pancing Medan. Pengambilan danpengumpulan data dilakukan pada bulan September - November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah atlet bulutangkis klub Indocafe Medan. Populasi merupakan atlet bulutangkis laki-laki berusia17-25 tahun dan terdaftar secara aktif sebagai atlet untuk pembinaan kejuaraan. Populasi memiliki rutinitas yang hampir sama di dalam pelatihan yang dilakukan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik individu dalam populasi tidak terlalu berbeda. Pemilihan sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi berikutini : Kriteria inklusi :
1) Responden adalah atlet bulutangkis klub Indocafe Medan yang terdaftar secara aktif,
2) Responden sudah mengikuti pelatihan menjadi atlet bulutangkis minimal 1 tahun,
3) Responden berjenis kelamin laki-laki, 4) Responden berumur 17-25 tahun,
(21)
Kriteria Eksklusi :
1) Sedang mengalami cedera pada bagian tangan yang dominan untuk bermain bulutangkis.
Menurut Sopiyudin (2009) perhitungan besar sampel dapat dirumuskan sebagai berikut:
n = Zα+ Zβ S X1−X2
2
Dimana :
n = Jumlah Sampel
Zα= deviat baku alfa (1,96) Zβ = deviat baku beta (1,64)
S = simpang baku dari selisih nilai antarkelompok (1,29) X1−X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna (1)
Parameter yang ditetapkan peneliti adalah Zα, Zβ dan X1–X2. Sedangkan S dapat diambil dari kepustakaan sebelumnya. Maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :
n = Zα+ Zβ S X1−X2
2
n = 1,96 + 1,64 1,29 1
(22)
n = 4,644 1
2
n = 4,644 2
n = 21,56 (dibulatkan menjadi 22)
Dari hasil perhitungan rumus diatas, maka diambil jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 22 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dari pengamatan dan pencatatan hasil pengukuran. Pencatatan dilakukan pada lembar pencatatan hasil pengukuran (Lampiran 4).
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Calon sampel diberi penjelasan mengenai penelitian kemudian calon yang setuju untuk mengikuti penelitian diminta untuk mengisi lembar persetujuan (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Kemudian sampel diwawancara untuk menentukan apakah sampel memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi (Lampiran 3),
b. Sampel dihubungi untuk datang ke Gedung PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) Sumut pada hari penelitian dilakukan,
c. Sampel dipersilahkan untuk pemanasan ringan terlebih dahulu selama 5 menit,
d. Kemudian dilakukan pengukuran kekuatan ototsebelum pemberian intervensi dengan menggunakan alat Hand Grip Strength Test. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Dan nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik. Hasil pengukuran dicatat dalam tabel yang telah disediakan (Lampiran 4),
e. Sampel kemudian diberi intervensi pemberian minuman berenergi, f. Sampel kemudian dipersilahkan istirahat selama 30 menit,
(23)
g. Setelah 30 menit, dilakukan pengukuran kekuatan otot kembali setelah pemberian intervensi dengan menggunakan alat Hand Grip Strength Test. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Dan nilai yang diambil adalah nilai yang terbaik. Hasil pengukuran dicatat kembali dalam tabel yang telah disediakan (Lampiran 4),
h. Penelitian dilakukan secara bertahap sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni hasil data yang diperoleh dari pengukuran langsung. Proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Package for Sosial Science) dengan proses sebagai berikut :
a.Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. b.Coding
Selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
c.Entry
Kemudian data dimasukkan ke dalam program komputer SPSS. d.Cleaning
Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembenaran atau koreksi.
(24)
e.Saving
Data yang telah dimasukkan dan telah diperiksa disimpan dalam folder. f.Analisis data
Data hasil pengukuran dipresentasekan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Science) for windows dan dilakukan uji t-dependent untuk menguji hipotesis. Uji dinyatakan berbeda secara bermakna jika nilai p < 0,05 dengan interval kepercayaan 95% (Wahyuni, 2007).
4.6. Ethical Clearance
Penelitian ini akan dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
(25)
4.7. Alur Penelitian
Perhitungan dan Analisa Data
Pengambilan Data Etichal Clearance
Publikasi Seminar Hasil Penyusunan Hasil
Pemberian Intervensi Minuman Berenergi Pengisian Lembar Persetujuan
Oleh Sampel
Sampel Melakukan Pemanasan Ringan 5 Menit
Pengukuran Kekuatan Otot Sebelum Diberikan Intervensi Penyusunan Proposal
Penjelasan Penelitian Kepada Sampel
Sampel istirahat 30 menit Sampel Istirahat 30 Menit Pengukuran Kekuatan Otot Setelah Diberikan Intervensi
(26)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi latihan klub bulutangkis Indocafe Medan yang terletak di Gedung PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia) Sumut Jalan Williem Iskandar / Pancing Medan. Gedung ini terdiri dari 6 lapangan bulutangkis di dalamnya dan dikelilingi oleh bangku-bangku penonton yang ingin menyaksikan pertandingan. Klub Indocafe sendiri merupakan klub bulutangkis asal Medan yang saat ini aktif mengikuti kejuaraan bulutangkis nasional maupun internasional. Klub ini memiliki jumlah atlet aktif sekitar 70 orang yang terdiri laki-laki dan perempuan yang digolongkan dalam kelompok usia tertentu. Aktifitas latihan berlangsung sekitar 3 jam mulai pukul 15.00–18.00 WIB dengan didalamnya termasuk istirahat 30 menit.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel penelitian ini adalah atlet bulutangkis laki-laki klub Indocafe Medan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 22 orang.
Tabel 5.1.Karakteristik Sampel Penelitian
Variabel Jumlah n=22 (orang) %
Usia 17-20 Tahun 17 77,3
21-25 Tahun 5 22,7
Lama Bergabung < 1 Tahun 2 9,1
1-2 Tahun > 2 Tahun
5 15
22,7 68,2
Konsumsi Minuman Jarang 4 18,2
(27)
Tidak Pernah 14 63,6
Indeks Massa Tubuh Normoweight 20 90,9
Underweight 2 9,1
Berdasarkan tabel 5.1., distribusi sampel terbanyak pada penelitian ini adalah pada kelompok usia 17-20 tahun, yaitu sebanyak 17 orang, sedangkan untuk kelompok usia 21-25 tahun sebanyak 5 orang. Berdasarkan lama bergabung yang terbanyak pada penelitian ini adalah atlet yang telah bergabung lebih dari 2 tahun yaitu sebanyak 15 orang. Sedangkan untuk atlet lama bergabung 1-2 tahun hanya terdapat 5 orang dan lama bergabung kurang dari 1 tahun hanya 2 orang.
Berdasarkan konsumsi minuman berenergi yang terbanyak adalah yang tidak pernah konsumsi minuman berenergi yaitu sebanyak 14 orang. Sedangkan untuk minum minuman berenergi pada waktu tertentu dan jarang (1 kali seminggu) masing-masing sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk indeks massa tubuh, yang memiliki indeks masa tubuh normoweight sebanyak 20 orang dan yang memiliki indeks massa tubuh underweight sebanyak 2 orang.
Tabel 5.2. Rata-Rata Kekuatan Otot Pengukuran Kekuatan Otot Rata-Rata
(kg)
Standard Deviasi
Sebelum 36,523 5,9927
Sesudah 37,195 6,3302
Berdasarkan tabel 5.2., rata-rata kekuatan otot atlet sebelum diberikan minuman berenergi adalah 36,523 kg (SD± 5,9927) dan ketika dilakukan pengukuran sesudah diberikan minuman berenergi, didapati hasil yang menunjukkan peningkatan rata-rata kekuatan otot menjadi 37,195 kg (SD± 6,3302).
(28)
5.1.3. Hasil Analisis Data
Berdasarkan uji normalitas data, didapatkan bahwa hasil uji normalitas data kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi menunjukkan nila p = 0,200 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, maka dilakukan uji parametrik yaitu uji t-dependent.
Perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan yang diuji dengan menggunakan uji t-dependent diperoleh nilai p = 0,460 (p > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan. 5.2. Pembahasan
Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung bahan-bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan bahan-bahan lainnya yang dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun mental. Sedangkan kekuatan otot adalah kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi dalam kecepatan kontraksi tertentu untuk mengatasi beban, baik beban tubuh sendiri maupun beban tubuh di tambah beban dari luar tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada sampel. Hal ini sejalan dengan penelitian Ramezani (2013) yang dilakukan pada 19 orang mahasiswa laki-laki yang aktif berolahraga (30 menit latihan perhari) dimana ditemukan perbedaan rata-rata yang tidak signifikan sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi. Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian Stojanovic (2011) yang meneliti pada 10 orang laki-laki yang aktif berolahraga bahwa tidak ditemukan perbedaan bermakna dari rata-rata kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi serta ditambahkan lagi oleh Turley, dkk. (2012) yang meneliti pada 24 orang laki-laki terbagi dalam 2 kelompok dan
(29)
didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna kekuatan otot pada subjek yang diberikan minuman berenergi dibanding subjek yang diberikan placebo.
Perbedaan kekuatan otot tidak terlalu signifikan mungkin karena kafein sebagai bahan kandungan utama dalam minuman berenergi hanya bekerja sebagai antagonis reseptor dari adenosine. Pengaruhnya ke neurotransmitter ini hanya akan meningkatkan jumlah asam lemak bebas dan menunda kelelahan. Kafein juga mampu mempengaruhi kerja dopamin, epinefrin dan serotonin namun tidak ada sumber pasti yang menyatakan pengaruh secara langsung kafein terhadap neuromuscular yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kekuatan otot. Hasil ini menjadi pendukung penelitian sebelumnya oleh Astorino, dkk. (2010) dalam Saeed (2013) yang menyatakan bahwa hanya sedikit efek ergogenik kafein pada minuman berenergi terhadap kekuatan otot dan itu tidaklah berpengaruh secara signifikan.
(30)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Rata-rata kekuatan otot sebelum pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan adalah 36,523 kg.
2. Rata-rata kekuatan otot sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan adalah 37,195 kg.
3. Terdapat peningkatan kekuatan otot sesudah pemberian minuman berenergi, namun peningkatan ini secara statistik tidak signifikan.
6.2. Saran
1. Dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai kekuatan otot atlet dengan mengukur kekuatan otot di bagian tubuh lainnya dengan menggunakan metode yang berbeda.
2. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan zat aktif lainnya untuk mengetahui efek dari zat tersebut terhadap kekuatan otot.
(31)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Berenergi
2.1.1. Defenisi Minuman Berenergi
Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung zat-zat stimulan untuk meningkatkan energi, kewaspadaan, dan meningkatkan performa (Alsunni, 2011). Menurut Buxton (2012), minuman berenergi adalah minuman yang dipercaya untuk mengurangi dan mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik, psikologi dan kinerja kognitif.
Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin dan bahan lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan, metabolisme dan mental performa (Campbell, 2013).
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung bahan-bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan bahan lainnya yang dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun mental.
2.1.2. Perkembangan Minuman Berenergi
Pada tahun 2006 berdasarkan data yang diperoleh Zenith International, konsumsi minuman energi di seluruh dunia meningkat sebesar 17% dari tahun sebelumnya menjadi 960 juta galon. Di Indonesia, pada tahun 2001 ada 19 produsen minuman energi dengan total kapasitas produksi 5.49 juta kg/tahun (noncair) dan 79.74 juta liter/tahun (cair). Menurut data yang diperoleh Business Monitor International (BMI) di Indonesia pada tahun 2009, produksi minuman energi dalam bentuk cair sebanyak 1,2 triliun liter dan meningkat menjadi 1.38 triliun liter pada tahun berikutnya. Adapun total penjualan minuman energi pada tahun 2009 sebesar Rp 16,9 triliun dan bernilai Rp 20,54 triliun pada tahun
(32)
berikutnya. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas peningkatan produksi minuman energi yang tentunya selaras dengan peningkatan minat konsumsi minuman energi pada masyarakat (Widyarini et al, 2014).
2.1.3. Manfaat Minuman Berenergi
Minuman berenergi diciptakan untuk memberi energi yang tinggi kepada konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat energi lainnya. Mengkonsumsi minuman berenergi mampu meningkatkan euphoria, mengurangi agitasi, ansietas, iritabilitas dan insomnia karena zat stimulan itu sendiri seperti kafein. Minuman ini juga mampu meningkatkan ketahanan otot tubuh (Alsunni, 2011). Minuman berenergi yang berkafein dapat meningkatkan kualitas kerja dengan meningkatkan kewaspadaan, performa psikomotor, pengetahuan, memori dan mood. Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam memberi peningkatan energi menunjukkan bahwa minuman energi dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada kelompok subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Dan dikatakan lebih lanjut bahwa kafein merupakan penyebab utama efek ini (McCormack dan Hoffman, 2012).
Menurut Putriastuti (2007) dalam penelitiaannya yang berjudul persepsi, konsumsi dan preferensi minuman berenergi yang dilakukan terhadap supir bis malam sebanyak 63,9% responden merasakan efek minuman berenergi hanya satu hingga dua jam saja. Sebanyak 27,8% responden menyatakan efeknya tiga hingga empat jam dan sebanyak 8,3% menyatakan efeknya lima hingga enam jam. Kafein diabsorbsi secara sempurna dalam sistem pencernaan selama 30-60 menit. Maksimum efek di otak akan muncul dalam waktu 2 jam.
Minuman berenergi diyakini dapat membantu mengganti energi yang hilang setelah berlatih ataupun berkompetisi.Selain itu juga dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang, meningkatkan performa dan mengurangi kelelahan (Buxton, 2012).Pemberian minuman berenergi yang mengandung kafein juga
(33)
dapat menigkatkan denyut jantung secara signifikan dan berhubungan dengan tekanan darah pada akhirnya (Sinaga, 2012).
2.1.4. Kandungan Zat Minuman Berenergi dan Efek yang Ditimbulkan
Tabel 2.1. Zat Kandungan Minuman Berenergi dan Efeknya Terhadap Tubuh
ZAT KANDUNGAN EFEK TERHADAP TUBUH
Kafein ( 70-200 mg) Stimulasi sistem saraf pusat sehingga
memberikan efek “alert”. Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Taurine Meregulasi denyut jantung, kontraksi
otot dan tingkat energi.
Guarana Merupakan zat stimulan yang
meningkatkan “alertness” dan energi. Mempunyai efek yang sama seperti kafein
Vitamin B Membantu dalam konversi makanan
menjadi energi
Ginseng (18-400 mg dalam 16 ons) Meningkatkan energi, mempunyai komponen anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan ingatan. Menstimulasi hipothalamus dan kelenjar pituitari untuk mengekskresi adeno corticotropic hormone (ACTH)
Ginkgo Biloba Membantu retensi ingatan, konsentrasi, sirkulasi, mempunyai efek anti-depresan.
L-Carnitine Merupakan asam amino yang biasanya diproduksi oleh hati dan ginjal. Bersifat termogenik dan membantu dalam pengurangan berat badan dan
(34)
meningkatkan daya tahan tubuh sewaktu berolahraga
Gula Sumber metabolisme karbohidrat tubuh
untuk menghasilkan tenaga
Anti-oxidant Membantu pemulihan tubuh daripada
efek radikal bebas
Glucuronalactone Biasanya dijumpai dalam tubuh dan merupakan glukosa yang dimetabolisme oleh hati. Membantu detoksifikasi, sekresi hormone dan biosintesis vitamin C. Dalam minuman berenergi dipercaya mencegah zat lain menggunakan cadangan glikogen dalam otot
Sumber : Babu, K.M., Church,R.J.,Lewander,W., 2008. “Energy Drink : The New
Eye-Opener for Adolescents”, Clinical Pediatric Emergency Medicine.
Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein dalam jumlah besar sebagai bahan aktif utama meskipun zat lain seperti taurine, riboflavin, piridoksin,vitamin B, dan berbagai herbal seperti guarana, ginseng dan ginkgo biloba juga ada. Kandungan gula yang tinggi (sekitar 9% atau 10%) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih berkalori tetapi juga menghambat penyerapan cairan dan dapat menyebabkan kram perut. Konsentrasi kafein dalam minuman berenergi dapat berkisar tiga sampai lima kali konsentrasi dalam minuman bersoda. Namun, hal ini telah ditemukan memiliki konsekuensi kesehatan yang merugikan (Buxton, 2012).
Kafein sebagai bahan utama dan terbesar dalam minuman berenergi memiliki kesamaan struktur dengan adenosine sehingga disebut sebagai functional adenosine reseptor antagonis. Telah diketahui bahwa adenosin merupakan neurotransmitter yang mengaktifkan reseptor A1 yang mampu menghambat lipolisis yaitu penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Salah satu kerja
(35)
kafein adalah menghambat reseptor ini sehingga proses lipolisis meningkat yang kemudian meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam darah sehingga menghemat atau menunda pemakaian glikogen sebagai sumber energi hingga pada akhirnya menunda kelelahan. Penurunan aktivitas adenosine nantinya akan meningkatkan aktivitas dopamin. Kafein dapat juga meningkatkan kadar epinefrin atau adrenalin, dengan cara menghambat potensial post sinaptik. Fungsi epinefrin adalah menstimulasi sistem saraf simpatik, peningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot, penurunan aliran darah ke kulit dan organ viseral, pelepasan glukosa oleh hati. Penggunaan kafein akut juga meningkatkan kadar serotonin, menyebabkan perubahan mood. Kafein dapat berfungsi sebagai diuretik karena menginhibisi adenosine. Hal ini disebabkan karena adenosine menyebabkan konstriksi arteriol aferen glomerulus.Inhibisi adenosine menyebabkan vasodilatasi, dengan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus (GFR) (Mrazik, 2004).
2.2. Kekuatan Otot
2.2.1. Defenisi Kekuatan Otot
Strength atau kekuatan adalah ketahanan maksimal yang dapat dihasilkan selama kontraksi otot dalam kecepatan kontraksi tertentu (Robergs dan Keteyian, 2003). Kekuatan otot (Muscular Strength) dapat didefinisikan sebagai ketahanan maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah otot atau kumpulan otot (Powers dan Howley, 2007).
Strength atau kekuatan, yaitu suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak. Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkankomponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan (Chan, 2012).
Kekuatan otot adalah istilah umum yang mempunyai pengertian yang bermacam-macam, antara lain : kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup
(36)
otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun statis. Kekuatan otot dapat juga berarti kekuatan maksimal otot yang ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi (Lesmana, 2014).
Berdasarkan pendapat dan pengertian tersebut, maka dapat di gambarkan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan atau kualitas otot dalam berkontraksi dalam kecepatan kontraksi tertentu untuk mengatasi beban, baik beban tubuh sendiri maupun beban tubuh di tambah beban dari luar tubuh.
2.2.2. Kekuatan Otot Pada Atlet
Kekuatan dibutuhkan oleh atlet untuk meningkatkan performanya. Dan dalam upaya serta maksud di waktu tertentu dibutuhkan pertimbangan antara mempertahankan kekuatan itu lebih lama atau meningkatkan kekuatan itu sendiri (Zatsiorsky, 2003). Latihan kekuatan dan ketahanan dibutuhkan oleh atlet untuk menjaga otot-ototnya, menjaga berat badan, mencegah obesitas, mengurangi resiko cedera, mencegah nyeri punggung belakang, meningkatkan kepadatan tulang, menjaga tekanan darah serta menjaga psikologi serta mental untuk tetap baik (Hooger, 2013).
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot
Menurut Lesmana (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah : 1. Usia dan jenis kelamin
Kekuatan otot mulai timbul sejak lahir sampai dewasa dan terus meningkat terutama pada usia 20 sampai 30-an dan secara gradual menurun seiring dengan peningkatan usia.Pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda sampai menjelang usia puber,setelah itu pria akan mengalami peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding wanita,dan perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30 sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan massa otot setelah puber, karena
(37)
setelah masa puber massa otot pria 50% lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita.
2. Ukuran cross sectional otot
Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat.Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara fisiologis cross sectional area dan tegangan maksimal pada otot ketika dilakukan stimulasi elektrik. Kekuatan otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8 kg/cm2 pada cross sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin. Namun variabilitas cross sectional area pada suatu otot akan berbeda setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas.
3. Hubungan antara panjang dan tegangan otot pada waktu kontraksi
Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit perubahan panjang otot ketika berkontraksi. Tenaga kontraktil otot yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh karena pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjang daripada saat istirahat. Tenaga pada otot dapat terus berkurang ketika otot berkontraksi (memendek). Ketika otot dalam kontraksi penuh maka tenaga kontraktil yang dihasilkan dapat berkurang sampai nol.
4. Recruitmen motor unit
Peningkatan recruitment motor unit akan meningkatkan kekuatan otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuro-muscular yang terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan badan sel) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch fiber). Kontraksi otot dengan tenaga kecil akan mengaktifkan sedikit motor unit, tetapi kontraksi dengan tenaga besar akan mengaktifkan banyak motor unit. Tidak semua motor unit pada serabut otot aktif pada saat yang sama. Hal itu berarti pada kontrol neural fast twitch fiberdan slow twitch fiber akan memodulasi secara selektif jenis serabut yang akan digunakan sesuai dengan karakteristiknya. Jenis latihan akan mempengaruhi motor unit yang aktif. Pada resistance exercise atau latihan untuk meningkatkan
(38)
kekuatan otot akan mengaktifkan fast twitch fiber sedangkan pada latihan untuk meningkatkan endurance akan mengaktifkan slow twitch fiber.
5. Tipe kontraksi otot
Otot mengeluarkan tenaga paling besar ketika kontraksi eksentrik (memanjang) melawan tahanan. Dan otot juga mengeluarkan tenaga lebih sedikit ketika kontraksi isometrik serta mengeluarkan tenaga yang paling sedikit ketika kontraksi konsentrik (memendek) melawan beban.
6. Jenis serabut otot
Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat kontraktil otot sepertikekuatan,endurance, power, kecepatan dan ketahanan terhadap kelelahan/fatigue. Tipe serabut IIA dan B (fast twitch fiber) memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah tegangan tetapi sangat cepat mengalami kelelahan/fatigue. Tipe I(slow twitch fiber) menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat dibandingkan dengan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan/fatigue.
7. Ketersediaan energi dan aliran darah
Otot membutuhkan sumber energi yang adekuat untuk berkontraksi, menghasilkan tegangan, dan mencegah kelelahan/fatigue. Tipe serabut otot yang predominan dan suplai darah yang adekuat, serta transport oksigen dan nutrisi ke otot akan mempengaruhi hasil tegangan otot dan kemampuan untuk melawan kelelahan/fatigue.
8. Kecepatan kontraksi
Torsi yang besar dihasilkan pada kecepatan yang lebih rendah. Kecepatan berarti rata-rata gerakan dalam arah tertentu. Kecepatan pemendekan atau pemanjangan otot secara substansial akan mempengaruhi tegangan otot yang terjadi selama kontraksi. Penurunan tegangan kontraksi terjadi ketika peningkatan kecepatansaat pemendekan otot yang merupakan dasar penjelasan jumlah links yang terbentuk per unit waktu antara filamen aktin dan miosin. Pada kecepatan lambat, jumlah maksimum cross-bridge dapat terbentuk.Semakin cepat filamen
(39)
aktin dan miosin slide terhadap satu dengan yang lain, semakin kecil jumlah links yang terbentuk antara filamen-filamen dalam satu unit waktu dan semakin kecil tegangan yang terjadi. Kecepatan kontraksi berbanding terbalik dengan besar beban pada otot atau dengan kata lain berarti semakin cepat kontraksi maka tegangan yang dihasilkan semakin kecil.
9. Motivasi
Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal. Oleh karena itu seseorang harus mau melakukan usaha yang maksimal agar menghasilkan kekuatan maksimal.
2.3. Minuman Berenergi dan Kekuatan Otot pada Atlet
Minuman energi sering dikonsumsi oleh atlet sebelum kompetisi dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja mereka. Kepercayaan pada minuman energi dipegang oleh sebagian besar atlet, terutama karena istilah "energi drink" menyampaikan pesan bahwa produk tersebut memiliki hubungan dengan aktivitas fisik. Akibatnya, atlet yang kurang informasi mungkin menganggap bahwa beberapa manfaat akan diperoleh setelah mengkonsumsi minuman ini. Kebanyakan atlet mengkonsumsi minuman berenergi dengan harapan memperoleh energi, meskipun tidak ada konfirmasi ilmiah tentang efektivitas ergogenic minuman energi. Atlet , terutama mereka yang bermain olahraga yang sangat kompetitif , lebih mungkin untuk menunjukkan minat pada produk-produk baru yang menjamin mereka dari peningkatan kinerja mereka atau pemulihan cepat setelah penampilan . Dengan demikian mereka mudah tergoda untuk mengonsumsi minuman energi ini. Selain itu, produsen merekomendasikan minuman energi ini untuk olahraga yang membutuhkan tingkat energi yang tinggi (Buxton, 2012).
Dalam meta - analisis baru-baru ini dilaporkan bukti kuat mengenai efek ergogenic kafein pada kekuatan otot kaki , meskipun tidak seperti efek yang ditemukan dalam kelompok otot lainnya . Namun demikian, manfaat baru hadir ketika menelan 6 mg / kg kafein. Kafein yang terdapat pada minuman berenergi
(40)
meningkatkan oksidasi lemak dan karbohidrat. Pada penelitian terhadap hewan coba ditemukan bahwa kafein dapat secara langsung mempengaruhi otot melalui peningkatan pengeluaran Ca++ dari reticulum sarcoplasma atau melalui inhibisi adenosin sehingga terjadi peningkatan motor unit pada CNS. Pada manusia dosis 6 mg/kg kafein dapat meningkatkan kekuatan otot ekstensor lutut (Coso et al, 2012).
Kafein pada minuman berenergi dapat meningkatkan ekstensi dan fleksi lutut, serta meningkatkan kecepatan kontraksi fleksi siku.Penggunaan minuman berenergi juga dapat menjaga performa kekuatan otot setelah latihan berat (McCormack, 2012).
(41)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Pada era modern ini banyak atlet dan pelatih berusaha mencapai prestasi yang setinggi-tingginya dengan berbagai cara dan metode yang cukup ilmiah. Salah satu cara dan metode yang ditempuh adalah mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman suplemen untuk meningkatkan prestasinya (Prihatanta, 2011).
Kemajuan konsumsi minuman berenergi tidak terlepas dari peranan iklan sebagai media promosi kepada masyarakat dan tentunya disertai klaim-klaim tertentu untuk membentuk kepercayaan masyarakat terhadap produk minuman energi tertentu.Pengguna berumur 18 hingga 25 tahun menjadi sasaran pemasaran minuman berenergi (Putriastuti, 2007). Alsunni (2006) menyatakan bahwa 65% daripada pengkonsumsi minuman berenergi adalah masyarakat golongan umur 13-35 tahun dan 65% diantaranya adalah pria.
Berdasarkan penelitian Ratika Putriastuti dengan judul persepsi, konsumsi dan preferensi minuman berenergi pada tahun 2007 disebutkan manfaat secara fungsional minuman berenergi yaitu manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis antara lain 91,7% merasakan badan yang tadinya lemah menjadi segar dan bersemangat yang ditandai dengan semakin kuat dan penuh konsentrasi untuk melaksanakan aktivitas. Ditambahkan lagi 55,6% sampel mempercayai manfaat minuman berenergi hanya berdasarkan iklan atau klaim yang diterbitkan dan 100% sampel merasa tidak mengalami keluhan ketika mengonsumsi minuman berenergi dan yang dirasakan adalah manfaat tanpa ada efek samping.
Menurut Heneman (2007) minuman berenergi adalah minuman yang berisi kafein sebagai bahan utama yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti taurin, guarana dan vitamin B yang diklaim mampu menyediakan energi tambahan. Menurut Sinclair (2000) dalam Sinaga (2012), secara farmakologi kafein bekerja didalam tubuh dan menimbulkan berbagai efek diantaranya
(42)
menyekat reseptor adenosine, meningkatkan kadar asam lemak bebas, melepaskan epinefrin, melepaskan kortisol dan mempengaruhi susunan saraf pusat.
Pada masyarakat, makanan atau minuman berenergi sudah menjadi suatu kebutuhan.Berdasarkan hasil pengamatan, produk-produk minuman berenergi sangat banyak dikonsumsi olahragawan, bahkan banyak diantaranya meminum sampai 3 botol sebelum bertanding dengan alasan meningkatkan penampilan (Sinaga, 2012). Masyarakat beranggapan minuman berenergi memiliki fungsi untuk mengembalikan stamina setelah melakukan pekerjaan berat dan menambah tenaga saat melakukan aktivitas tertentu. Sedangkan olahragawan beranggapan minuman berenergi memiliki fungsi untuk meningkatkan stamina, performa mental, jangka waktu atletik dan ketahanan aerobik saat berolahraga (Astayogi, 2012).
Untuk mencapai prestasi yang tinggi para atlet terkadang sangat fanatik terhadap satu suplemen minuman walaupun hal tersebut akan berakibat fatal pada diri mereka. Menurut Gabe Mirkin yang dikutip oleh Hadwi P. (2011) menyatakan bahwa ada seorang dokter yang menawari atlet untuk mengonsumsi suplemen yang menjamin kemenangannya tetapi memiliki resiko meninggal setelah meminumnya. Ternyata lebih dari 50% atlet mendaftarkan diri melakukannya.
Kekuatan otot merupakan ketahanan maksimum yang dapat dihasilkan otot dan menjadi hal praktis sebagai bentuk evaluasi program-program fisik maupun mental oleh para atlet (Powers, 2007). Kekuatan otot akan menghasilkan ketahanan yang besar dalam performa atlet sendiri dan untuk mempertahankannya dibutuhkan sebuah usaha untuk terus meningkatkan kekuatan tersebut (Zatsiorsky, 2003). Kesuksesan atlet di banyak cabang olahraga melibatkan beberapa komponen fisik diantaranya kekuatan otot sebagai hal yang utama dan diimbangi keseimbangan pengeluaran energi, koordinasi serta psikologi yang meliputi motivasi (Powers, 2007).
(43)
Bulutangkis tergolong dalam jenis olahraga dengan tingkat pengeluaran energi cukup besar disertai kemungkinan dehidrasi menengah sampai berat.Dalam olahraga ini juga diperlukan stamina serta kebugaran fisik maksimal untuk menjaga bahkan meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot. Penggunaan minuman berenergi mungkin dapat menjadi asupan tambahan bagi atlet bulutangkis sendiri untuk menghadapi hal tersebut.
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh minuman berenergi terhadap peningkatan kekuatan otot pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
1.2.Rumusan Masalah
Adakah perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui kekuatan otot sebelum pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan. 2) Untuk mengetahui kekuatan otot sesudah pemberian minuman
berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan. 3) Untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah
pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
(44)
1.4.Manfaat Penelitian
1) Dalam bidang pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi baru tentang minuman berenergi dan sebagai tahap akhir bagi peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2) Dalam bidang pelayanan masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi tentang kegunaan minuman berenergi dan membantu masyarakat khususnya atlet untuk mengambil kebijakan dalam mengonsumsi minuman berenergi.
3) Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.
(45)
ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan minuman berenergi semakin pesat didukung oleh promosi terhadap keuntungan mengkonsumsi minuman berenergi yang belum diketahui kebenarannya. Banyak atlet khususnya juga atlet bulutangkis ikut mengkonsumsi minuman berenergi dengan harapan mampu meningkatkan prestasinya salah satunya dengan meningkatkan kekuatan otot melalui minuman ini sendiri.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (interventional) dengan metode pretest-posttest design. Sampel penelitian menggunakan atlet laki-laki di klub Indocafe Medan sebanyak 22 orang atlet . Pada awal penelitian seluruh sampel akan diukur kekuatan ototnya, kemudian dilanjutkan dengan meminum minuman berenergi sebanyak 200 ml. Sampel kemudian beristirahat selama 30 menit kemudian dilakukan kembali pengukuran kekuatan otot. Kekuatan otot diukur dengan menggunakan alat Hand Grip Strength Test dengan satuan kilogram (kg). Teknik analisis data dengan uji-t berpasangan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi (p > 0,05).
Simpulan: Pemberian minuman berenergi tidak mempengaruhi kekuatan otot sebelum dan setelah diminum.
(46)
ABSTRACT
Introduction: The development of energy drink nowadays is very rapid, supported by promotion of an unproved advantages in consuming them. Many athlete, especially badminton athletes consume energy drinks hoping they could increase their achievements, for example, drinking energy drinks could increase their muscles strength.
Objective: The purpose of this study is to distinguish the differences of muscles strength between before and after the male badminton athletes taking energy drinks at Indocafe Medan club.
Method: This is an interventional study with pretest-posttest methods. Participants are 22 male athletes at Indocafe Medan club. At the beginning, every participants’ muscles strength will be measured, continue at taking the energy drink about 200 ml. Participants will then rest for half an hour and then their muscles strength will be measured again. Muscle strength measures using Hand Grip Strength Test device with units in kg. The data analysis technique is paired t-test.
Result: The results showed no significant differences before and after taking the energy drink (p>0.05).
Conclusion: Consuming energy drink before and after do not affect muscle strength.
(47)
PERBEDAAN KEKUATAN OTOT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI PADA ATLET BULUTANGKIS
LAKI-LAKI DI KLUB INDOCAFE MEDAN
Oleh : JOHANES IRPAN
120100148
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(48)
PERBEDAAN KEKUATAN OTOT SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MINUMAN BERENERGI PADA ATLET BULUTANGKIS
LAKI-LAKI DI KLUB INDOCAFE MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Oleh :
JOHANES IRPAN 120100148
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(49)
(50)
ABSTRAK
Latar Belakang: Perkembangan minuman berenergi semakin pesat didukung oleh promosi terhadap keuntungan mengkonsumsi minuman berenergi yang belum diketahui kebenarannya. Banyak atlet khususnya juga atlet bulutangkis ikut mengkonsumsi minuman berenergi dengan harapan mampu meningkatkan prestasinya salah satunya dengan meningkatkan kekuatan otot melalui minuman ini sendiri.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi pada atlet bulutangkis laki-laki di klub Indocafe Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (interventional) dengan metode pretest-posttest design. Sampel penelitian menggunakan atlet laki-laki di klub Indocafe Medan sebanyak 22 orang atlet . Pada awal penelitian seluruh sampel akan diukur kekuatan ototnya, kemudian dilanjutkan dengan meminum minuman berenergi sebanyak 200 ml. Sampel kemudian beristirahat selama 30 menit kemudian dilakukan kembali pengukuran kekuatan otot. Kekuatan otot diukur dengan menggunakan alat Hand Grip Strength Test dengan satuan kilogram (kg). Teknik analisis data dengan uji-t berpasangan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah pemberian minuman berenergi (p > 0,05).
Simpulan: Pemberian minuman berenergi tidak mempengaruhi kekuatan otot sebelum dan setelah diminum.
(51)
ABSTRACT
Introduction: The development of energy drink nowadays is very rapid, supported by promotion of an unproved advantages in consuming them. Many athlete, especially badminton athletes consume energy drinks hoping they could increase their achievements, for example, drinking energy drinks could increase their muscles strength.
Objective: The purpose of this study is to distinguish the differences of muscles strength between before and after the male badminton athletes taking energy drinks at Indocafe Medan club.
Method: This is an interventional study with pretest-posttest methods. Participants are 22 male athletes at Indocafe Medan club. At the beginning, every participants’ muscles strength will be measured, continue at taking the energy drink about 200 ml. Participants will then rest for half an hour and then their muscles strength will be measured again. Muscle strength measures using Hand Grip Strength Test device with units in kg. The data analysis technique is paired t-test.
Result: The results showed no significant differences before and after taking the energy drink (p>0.05).
Conclusion: Consuming energy drink before and after do not affect muscle strength.
(52)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K), selaku Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Sp.GK, selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada dr. M. Rusda M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, dr.Milahayati Daulay, M.Biomed, yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, sehingga selesainya laporan hasil penelitian ini. Juga kepada dr.Isti Ilmiyati Fujiati, Msc, CM-FM, MPEd.Ked dan dr. Dairion Gatot, Sp.PD. KHOM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.
6. Kepada orangtua penulis, Ayahanda Ir.Tolopan Nelson Nadapdap dan Ibunda Dermina Pasaribu, serta kakak dan adik penulis, Anasthachia Lopina Abriani Nadapdap, SE dan Cindy Erika Nadapdap yang senantiasa mendukung dan memotivasi penulis.
(53)
7. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada teman-teman klub bulutangkis Indocafe Medan yang memberikan penulis waktu dan tempat agar pelaksanaan penelitian ini dapat berlangsung dan Fakultas Keolahragaan UNIMED yang turut membantu peminjaman alat dalam penelitian ini.
8. Kepada sahabat-sahabat penulis, Astry Amelia, Daniel Halomoan, Andrew Timanta, Ayu Sihotang, Namoratta Rumahorbo, Getsy Daony, Merlin Napitupulu, Rico Gandy, Athan Bremana, Jesika Andrea, Jethro Felim, Louis Reinaldo dan seluruh sahabat-sahabat yang lainnya yang tidak dapat diucapkan satupersatu yang selama ini sangat membantu penulis selama masa perkuliahan dan pengumpulan data penelitian.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru, dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Berenergi Pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub Indocafe Medan”. Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Medan, 07 Desember 2015
(54)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... Abstrak... ....
Abstract………
Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Singkatan ... Daftar Lampiran ... BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian ... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Minuman Berenergi ... 2.1.1 Defenisi Minuman Berenergi ... 2.1.2 Perkembangan Minuman Berenergi ... 2.1.3 Manfaaat Minuman Berenergi ... 2.1.4 Kandungan Zat Minuman Berenergi dan Efek Yang Ditimbulkan. ... 2.2 Kekuatan Otot ... 2.2.1 Defenisi Kekuatan Otot ... 2.2.2 Kekuatan Otot Pada Atlet ... 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot ... 2.3 Minuman Berenergi dan Kekuatan Otot Pada Atlet ... BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 3.2. Defenisi Operasional ...
i ii iii iv vi viii ix x xi 1 1 3 3 4 5 5 5 5 6 7 9 9 10 10 13 15 15 15
(55)
3.3. Hipotesis ... BAB 4 METODE PENELITIAN ... 4.1. Jenis Penelitian ... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sample ... 4.4. Teknik pengumpulan Data ... 4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 4.6. Ethical Clearance ... 4.7. Alur Penelitian ... BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5.1 Hasil Penelitian ... 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 5.1.3 Hasil Analisis Data. ... 5.2 Pembahasan ... BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1.Kesimpulan ... 6.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 16 17 17 17 17 19 20 21 22 23 23 23 23 25 25 27 27 27 28
(56)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Zat Kandungan Minuman Berenergi dan 7 Efeknya Terhadap Tubuh
5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia 22
5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama 23
Bergabung
5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Konsumsi 23
Minuman Berenergi
5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan 24 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan 24
5.6 Hasil Pengukuran Kekuatan Otot 25
5.7 Rata-Rata Kekuatan Otot 26
5.8 Uji Normallitas Data (Kekuatan Otot) 27
dengan Kolmogorov-Smirnov
5.9 Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan 27
Sesudah Pemberian Minuman Berenergi Pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub
(57)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(58)
DAFTAR SINGKATAN
BMI : Business Monitor International ACTH : Adrenocorticotropic Hormone GFR : Glomerular Filtration Rate
(59)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Lembar Identitas Subjek Penelitian
Lampiran 5 Lembar Pencatatan Hasil Pengukuran Lampiran 6 Data Induk
Lampiran 7 Hasil Output SPSS Lampiran 8 Ethical Clearance Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
(1)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... Abstrak... ....
Abstract………
Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Singkatan ... Daftar Lampiran ... BAB 1 PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian ...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...
2.1 Minuman Berenergi ... 2.1.1 Defenisi Minuman Berenergi ... 2.1.2 Perkembangan Minuman Berenergi ... 2.1.3 Manfaaat Minuman Berenergi ... 2.1.4 Kandungan Zat Minuman Berenergi dan Efek Yang Ditimbulkan. ... 2.2 Kekuatan Otot ... 2.2.1 Defenisi Kekuatan Otot ... 2.2.2 Kekuatan Otot Pada Atlet ... 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot ... 2.3 Minuman Berenergi dan Kekuatan Otot Pada Atlet ...
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...
3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 3.2. Defenisi Operasional ...
i ii iii iv vi viii ix x xi 1 1 3 3 4 5 5 5 5 6 7 9 9 10 10 13 15 15 15
(2)
3.3. Hipotesis ...
BAB 4 METODE PENELITIAN ...
4.1. Jenis Penelitian ... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sample ... 4.4. Teknik pengumpulan Data ... 4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 4.6. Ethical Clearance ... 4.7. Alur Penelitian ...
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...
5.1 Hasil Penelitian ... 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ... 5.1.3 Hasil Analisis Data. ... 5.2 Pembahasan ...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...
6.1.Kesimpulan ... 6.2. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 16 17 17 17 17 19 20 21 22 23 23 23 23 25 25 27 27 27 28
(3)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Zat Kandungan Minuman Berenergi dan 7 Efeknya Terhadap Tubuh
5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia 22
5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama 23
Bergabung
5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Konsumsi 23
Minuman Berenergi
5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Berat Badan 24 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tinggi Badan 24
5.6 Hasil Pengukuran Kekuatan Otot 25
5.7 Rata-Rata Kekuatan Otot 26
5.8 Uji Normallitas Data (Kekuatan Otot) 27
dengan Kolmogorov-Smirnov
5.9 Perbedaan Kekuatan Otot Sebelum dan 27
Sesudah Pemberian Minuman Berenergi Pada Atlet Bulutangkis Laki-Laki di Klub
(4)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(5)
DAFTAR SINGKATAN
BMI : Business Monitor International ACTH : Adrenocorticotropic Hormone GFR : Glomerular Filtration Rate
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4 Lembar Identitas Subjek Penelitian
Lampiran 5 Lembar Pencatatan Hasil Pengukuran Lampiran 6 Data Induk
Lampiran 7 Hasil Output SPSS Lampiran 8 Ethical Clearance Lampiran 9 Surat Izin Penelitian