yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu
adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut
sebagai pembakaran sempurna. Umumnya excess air diambil 30 dari kebutuhan udara stoikiometri.
2.2.2. Nilai Pembakaran
Bila di dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg Hidrogen, O kg Oksigen, S kg Belerang, N kg Nitrogen, A kg abu, W kg air
maka dapat dihitung nilai pembakaran atau heating value dari bahan bakar tersebut, yaitu jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran yang sempurna
dari 1kg bahan bakar yang dimaksud, berdasarkan rumus-rumus berikut: Q
high
= 33915 C + 144033 H - O8 + 10648 S kilojoulekg … … … … …2.18
Q
low
= 33915 C + 121423 H - O8 + 10648 S – 2512W + 9 x O8 kilojoulekg
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …2.19
Q
high
= nilai pembakaran tertinggi atau highest heating value, yang dalam hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu,
sehingga panas pengembunannya turut dihitung serta dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
Q
low
= nilai pembakaran terrendah atau lowest heating value, yang dalam hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih
dahulu, sehingga panas pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
2.2.3. Jumlah Udara Pembakaran
Jika susunan bahan bakar diketahui, maka dapat dihitung jumlah kebutuhan udara pembakaran untuk pembakaran sempurna. Sebelum
menghintung kebutuhan udara pembakaran terlebih dahulu menghitung oksigen yang diperlukan untuk setiap kandunagn C, O dan H yang mengikat oksigen
dalam pembakaran. Berikut persamaan – persamaannya. Karbon C terbakar sempurna menjadi CO
2
menurut persamaan: C + O
2
=CO
2
12 kg C + 32 kg O
2
= 44 kg CO
2
1kg C + 3212 O
2
= 4412 CO
2
1kg C + 2,67 O
2
= 3,67 CO
2
… … … … … … … … … … … … … … … … …2.20
Hidrogen H terbakar menjadi H
2
O
menurut persamaan: 2H
2
+ O
2
2H
2
O 4 kg H
2
+ 32 kg O
2
36 kg H
2
O 1kg
H
2
+ 8kg O
2
9 kg H
2
O … … … … … … … … … … … … … … … …2.21
Belerang S terbakar berdasarakan persamaan:
S +
O
2
SO
2
32 kg S + 32 kg O
2
64 kg SO
2
1 kg S + 1 kg O
2
2 kg SO
2
… … … … … … … … … … … … … … … … …2.22
Dari perhitungan di atas kemudian dijumlahkan jumlah kebutuhan oksigennya maka kebutuhan udara stoikiometri SA dri bahan bakar padat dapat dihitung
dengan persamaan : Kebutuhan oksigen Stoikiometri SA = kebutuhan oksigen H +
kebutuhan oksigen C + Kebutuhan oksigen S – kandungan O … . … …2.23
Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, kebutuhan oksigen pembakaran ditambah 30 dari dari kebutuhan oksigen teoritis excess air.
Excess air antara 20 – 30 . Maka Kebutuhan oksigen untuk pembakaran
sempurna dapat dihitung :
Kebutuhan oksigen total kebutuhan oksigen
… … … … … … … … …
2.24
Kemudian kebutuhan udara pembakaran dapat dihitung. Dalam udara, umumnya kadar Oksigen yang terkandung antara 21 – 23 maka dari
perbadingan udara dan bahan bakar didapat kebutuhan udara sebesar :
Kebutuhan udara Pembakaran x Kebutuhan oksigen total … … … … … … … … … … … … … … … … … …
2.25
Tetapi untuk proses gasifikasi kebutuhan oksigen yang digunakan adalah kebutuhan oksigen stoikiometri SA.
2.3. Biomassa