ANALISIS PERFORMA REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA.
TESIS
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
TESIS
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA NIM 119 196 1005
PROGRAM MEGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
ii
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT
MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Megister Pada Program Megister, Program Studi Teknik Mesin
Program Pascasarjana Universitas Udayana
GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA DHARMA YUDHA NIM 119 196 1005
PROGRAM MEGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
(4)
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 18 JANUARI 2016
Dosen Pembimbing I
Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
NIP. 19741114 200012 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Megister Teknik Mesin Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana
Prof.Dr.Ir. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma NIP. 19700607 199303 1 002
Dosen Pembimbing II
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD NIP. 19691231 199412 1 001
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001
(5)
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 14 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 0278 / UN14.4 / HK / 2016
Ketua : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT Anggota :
1. Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD 2. Prof.Dr.Ir. I Gusti Bagus Wijaya Kusuma 3. I Made Widyarta, ST., MEngSc., PhD. 4. Dr. Ir. I Ketut Gede Sugita, MT.
(6)
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : I GST. NGR. A. SATRIA PRASETYA D. Y. NIM : 119 196 1005
Program Studi : Megister Teknik Mesin Universitas Udayana Judul Tesis : Analisis Performa Reaktor Gasifikasi Downdraft
Menggunakan Agen Gasifikasi Oksigen Dengan Variasi Cekikan Pada Venturinya
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam Karya Ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundangan-Undangan yang berlaku lainnya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Denpasar, 18 Januari 2016 Yang membuat pernyataan,
(7)
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan baik. Tesis ini dengan judul “Analisis Performa Reaktor Gasifikas Dwondraft Menggunakan Agen Gasifikasi Oksigen dengan Variasi Cekikan pada Venturinya”.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Master pada Program Studi Teknik Mesin Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Dalam penyusunan Tesis ini penulis banyak mendapat bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada, Ketua Program Studi Teknik Mesin Program Pascasarjana Universitas Udayana, Pembimbing Akademik, Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II, Dosen Penguji, Keluarga yang slalu memberikan dukungan, Teman-teman mahasiswa Megister Teknik Mesin Universitas Udayana dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penulisan Hasil Penelitian Tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Tesis ini masih banyak kekurangannya baik dalam isi maupun pengkajiannya oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan agar menjadi lebih baik.
Denpasar , 18 Januari 2016
(8)
vii
ANALISIS PERFORMA
REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA Oleh : Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y., ST Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD
ABSTRAK
Energi biomassa adalah energi yang bersumber dari bahan biologis dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu, sekam padi, bongkol jagung, dan lain sebagainya. Proses konversi biomassa menjadi energi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembakaran, pirolisis, dan gasifikasi. Proses gasifikasi merupakan proses pemanfaatan biomassa dengan cara mengkonversi energi dari bahan baku padat (biomassa) menjadi syn-gas (gas hasil sintesa) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Salah satu contoh gasifikasi yang telah dikembangkan adalah sistem downdraft. Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan kandungan syngas yang dihasillkannya yaitu, karakteristik biomassa, desain gasifier, jenis agen gasifikasinya, dan air-fuel ratio.
Dalam penelitian ini dirancang reaktor gasifikasi menggunakan pipa blackstell diemater 6” dengan tinggi reaktor 1 meter dan menggunakan bahan bakar seut kayu. Agen gasifikasi oksigen dipilih untuk mendapatkan hasil syngas yang lebih baik, dengan laju aliran oksigen sebesar 2, 4, dan 6 liter permenit, dengan variasi cekikan venturi pada bodinya sebesar diameter 2” (1:3), diameter 3” (1:2), diameter 4” (2:3), dan terakhir diameter 6” (tanpa cekikan).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju aliran oksigen yang diberikan berbanding terbalik dengan lamanya proses gasifikasi yang terjadi, dimana proses gasifikasi tercepat terjadi pada laju aliran oksigen sebesar 6 lpm (liter permenit) dan yang paling lama terjadi pada laju aliran oksigen 2 lpm. Untuk distribusi temperatur pada semua variasi cekikan temperatur rata-rata di setiap zona pada proses gasifikasi, temperatur tertingginya terjadi saat laju aliran oksigen 6 lpm, kemudian 4 lpm, dan terendah saat laju aliran oksigen sebesar 2 lpm. Sementara penelitian ini menghasilkan effisiensi terbaik sebesar 58,6942 % pada cekikan venturi diameter 4” atau dengan perbandingan 2:3 dengan bodi utama dari gasifier, dan terjadi saat laju aliran oksigen sebesar 4 lpm. Effisiensi dipengaruhi oleh kandungan gas CO, CH4,
dan H2, selain itu effisiensi sangat dipengaruhi oleh lamanya syngas yang bisa
dimanfaatkan (mampu terbakar secara kontinu) pada proses gasifikasi, karena semakin lama pemanfaatan maka semakin banyak syngas yag akan dihasilkan.
Kata Kunci : Gasifikasi, Downdraft, Agen Gasifikasi Oksigen, Variasi Laju Aliran Oksigen dan Variasi Cekikan Venturi, Efisiensi Gasifikasi
(9)
viii
PERFORMANCE OF
DOWNDRAFT GASIFICATION REACTOR USING OXIGEN FOR GASIFICATION AGEN
WITH VARIATIONS ON THE VENTURESTRANGULATION
Author : Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y., ST Guidance : Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD
ABSTRACT
Biomass energy is energy derived from biological material from plants such as wood, rice husk, corn head, and so forth. The process of conversion of biomass into energy can be process by combustion, pyrolysis, and gasification. The gasification process is a process of utilization of biomass by converting energy from a solid raw material (biomass) into syn-gas (the synthesis gas) that can later be used as fuel. One example of gasification that has been developed is a downdraft system. Gasification process has several factors that affect the process and content of which produced syngas that is, the characteristics of biomass gasifier designs, types of agents gasifikasinya, and the air-fuel ratio.
In this study determined the gasification reactor using black steel pipe diameter of 6" with a height of reactor is 1 meter. Agent gasification oxygen is chosen to get the syngas better, with a flow rate of oxygen at 2, 4, and 6 liters per minute, with a variation of strangulation venturi in the body of diameter 2" (1: 3), diameter 3" (1: 2), diameter 4" (2: 3), and the final diameter of 6" (without strangulation).
The result showed that the oxygen flow rate given is uncomparable to the length of the gasification process, where the fastest gasification process occurs in the oxygen flow rate of 6 lpm (liters per minute) and the longest occurred in the oxygen flow rate of 2 lpm. For the temperature distribution on all variations of strangulation average temperatures in each zone of the gasification process, the highest temperature occurs when the oxygen flow rate of 6 lpm, then 4 lpm, and the current low oxygen flow rate of 2 lpm. While this research produces the best efficiency of 58.6942% on a strangulation venturi diameter of 4 "or a ratio of 2: 3 with the main body of the gasifier, and occurs when the oxygen flow rate of 4 lpm. Efficiency is affected by the gas content of CO, CH4 and H2, besides the efficiency is strongly
influenced by the length of syngas that can be used (capable of burning continuously) in the gasification process, because the longer the use, the more syngas will be generated.
Key Words: Gasification, Downdraft, Oxigen Agen Gasification, Variation of Oxigen Flow Rate and Cariation of Venture Strangulation, Efficiency of Gasifier
(10)
ix RINGKASAN
ANALISIS PERFORMA REAKTOR GASIFIKASI DOWNDRAFT MENGGUNAKAN AGEN GASIFIKASI OKSIGEN
DENGAN VARIASI CEKIKAN PADA VENTURINYA Gst. Ngr. A. Satria Prasetya D. Y.,
Dr. Eng. Made Sucipta, ST, MT, Pembimbing 1
Prof. I Nym. Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD, Pembimbing 2
Gasifikasi adalah proses konversi thermokimiawi dari bahan bakar yang mengandung karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut syngas (synthesis gas) atau gas sintetis dimana gas tersebut memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Dalam proses gasifikasi ada tiga hal yang penting dalam proses gasifikasi, yaitu jenis reaktor, bahan bakar biomassa yang digunakan, dan agen gasifikasi.
Salah satu sumber energi biomassa yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah serutan kayu. Serutan kayu merupakan limbah industri penggergajian kayu. Jumlah ketersediaan serutan kayu sangat besar seperti terlihat pada Tabel 3.2, namun tidak semua serutan kayu yang ada telah termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius.
Dalam penelitian ini dirancang reaktor gasifikasi menggunakan pipa blackstell diemater 6”. Dari rancangan tersebut direncanakan untuk memanaskan air hingga mendidih dalama selang waktu 30 menit dan menggunakan serutan kayu sebagai bahan bakar gasifikasi sehingga diperoleh tinggi reaktor 1 meter. Agen gasifikasi oksigen dipilih untuk mendapatkan hasil syngas yang lebih baik, dengan laju aliran oksigen sebesar 2, 4, dan 6 liter permenit, dengan variasi cekikan venturi pada bodinya sebesar diameter 2” (1:3), diameter 3” (1:2), diameter 4” (2:3), dan terakhir diameter 6” (tanpa cekikan).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa laju aliran oksigen yang diberikan berbanding terbalik dengan lamanya proses gasifikasi yang terjadi, dimana proses gasifikasi tercepat terjadi pada laju aliran oksigen sebesar 6 lpm (liter permenit) dan yang paling lama terjadi pada laju aliran oksigen 2 lpm. Untuk distribusi temperatur pada semua variasi cekikan temperatur rata-rata di setiap zona pada proses gasifikasi, temperatur tertingginya terjadi saat laju aliran oksigen 6 lpm, kemudian 4 lpm, dan terendah saat laju aliran oksigen sebesar 2 lpm. Sementara penelitian ini menghasilkan effisiensi terbaik sebesar 58,6942 % pada cekikan venturi diameter 4” atau dengan perbandingan 2:3 dengan bodi utama dari gasifier, dan terjadi saat laju aliran oksigen sebesar 4 lpm. Effisiensi dipengaruhi oleh kandungan gas CO, CH4,
dan H2, selain itu effisiensi sangat dipengaruhi oleh lamanya syngas yang bisa
dimanfaatkan (mampu terbakar secara kontinu) pada proses gasifikasi, karena semakin lama pemanfaatan maka semakin banyak syngas yag akan dihasilkan
(11)
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSYARATAN GELAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
RINGKASAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 5
(12)
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Konversi Thermokimiawi dan Pengertian Gasifikasi ... 6
2.1.1 Konversi Thermokimiawi ... 6
2.1.2 Gasifikasi ... 6
2.1.3 Faktor Yang Mepengaruhi Proses Gasifikasi ... 14
2.1.4 Dasar Proses Gasifikasi pada Downdraft Gasifier ... 17
2.1.5 Parameter-Parameter Penting dalam Proses Gasifikasi ... 22
2.2 Pembakaran Bahan Bakar ... 27
2.2.1 Prinsip Pembakaran Bahan Bakar ... 27
2.2.2 Nilai Pembakaran ... 29
2.2.3 Jumlah Udara Pembakaran ... 30
2.3 Biomassa ... 32
2.3.1 Pengertian Biomassa ... 32
2.3.2 Komposisi Biomassa... 33
2.3.3 Pemanfaatan Energi Biomassa ... 33
2.3.4 Produk Biomassa ... 38
2.4 Serutan Kayu... 42
2.5 Efisiensi Aktual Gasifikasi ... 43
2.6 Perhitungan Hasil Gas Gasifikasi ... 45
2.7 Penelitian Terdahulu ... 46
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 48
3.1 Kerangka Berpikir... 48
(13)
xii
3.3 Hipotesis ... 51
BAB IV METODE PENELITIAN ... 52
4.1 Variable Penelitian ... 52
4.1.1 Menghitung Kebutuhan Oksigen Pembakaran ... 53
4.1.2 Menghitung Fuel Consumtion Rate (FCR) untuk Penelitian... 55
4.1.3 Menghitung Oksigen Flow Rate (OFR) ... 57
4.2 Rancangan Alat Uji ... 58
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 64
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 64
4.5 Penentuan Sumber Data ... 65
4.6 Bahan Penelitian ... 65
4.7 Instrumen Penelitian ... 67
4.8 Prosedur Penelitian ... 70
BAB V DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 73
5.1 Data Hasil Penelitian ... 73
5.1.1 Waktu Operasi dan Massa Arang ... 73
5.1.2 Gas Hasil Pengujian ... 73
5.2 Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 75
5.2.1 Perhitungan Fuel Consumtion Rate Actual (FCRa) ... 75
5.2.2 Perhitungan Kebutuhan Stokiometri Oksigen Aktual (SAa) ... 76
5.2.2 Perhitungan Gas Gasifikasi ... 77
(14)
xiii
BAB VI PEMBAHASAN ... 84
6.1 Waktu Penelitan, FCRa, dan SAa ... 84
6.2 Distribusi Temperatur ... 89
6.3 Kandungan Gas Berguna ... 92
6.4 Energi Berguna dan Effisiensi Gasifier ... 95
BAB VII PEMBAHASAN ... 98
7.1 Kesimpulan ... 98
7.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
(15)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Batasan Konversi Thermokimia Biomassa ... 6
Gambar 2.2 Updraft Gasifier ... 8
Gambar 2.3 Downdraft Gasifier ... 9
Gambar 2.4 Crossdraft Gasifier ... 10
Gambar 2.5 Gasification processes and their products ... 14
Gambar 2.6 Skema Tahapan Proses Gasifikasi Downdraft ... 18
Gambar 2.7 Teknologi Konversi Biomassa ... 34
Gambar 2.8 Skema Pembentukan Biogas ... 38
Gambar 2.9 Nyala Api ... 41
Gambar 2.10 Perubahan Api Laminer dan Turbulen Terhadap Flow Felocity ... 42
Gambar 4.1 Rencana Reaktor Gasifier Tampak Atas ... 59
Gambar 4.2.a Rencana Reaktor Gasifier dengan Cekikan Venturi 2” ... 60
Gambar 4.2.b Rencanan Perbandingan Cekikan dan Bodi pada Reaktor Gasifier .... 61
Gambar 4.3 Sistem Gasifikasi ... 62
Gambar 4.4 Sistem Gasifikasi Aktual... 63
Gambar 4.5 Reaktor Gasifikasi Aktual ... 66
Gambar 4.6 Thermokopel dan Multimeter Digital ... 68
Gambar 4.7 Stopwatch Handphone ... 68
Gambar 4.8 Flow Meter ... 69
(16)
xv
Gambar 4.10 Diagram Alir ... 72
Gambar 6.1 Lama Proses dari Gasifikasi... 84
Gambar 6.2 Waktu Pemanfaatan Gas Gasifikasi ... 86
Gambar 6.3 FCRa (Fuel Consumtion Rate Actual) Gasigikasi ... 87
Gambar 6.4 Kebutuhan Oksigen Gasifikasi Aktual (SAa) ... 88
Gambar 6.5 Distribusi Temperatur pada Zona Oksidasi ... 89
Gambar 6.6 Distribusi Temperatur pada Zona Pirolisa ... 90
Gambar 6.7 Distribusi Temperatur pada Zona Pengeringan ... 91
Gambar 6.8 Distribusi Temperatur pada Zona Reduksi ... 92
Gambar 6.9 Kandungan Gas CO ... 93
Gambar 6.10 Kandungan Gas CH4 ... 94
Gambar 6.11 Kandungan Gas H2 ... 95
Gambar 6.12 Energi Berguna Gasifier ... 96
(17)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelebihan dan Keemahan Gasifier ... 13
Tabel 2.2 Analisa Ultimate dari Biomassa ... 33
Tabel 2.3 Proximate Analysis & Ultimate Analysis Kayu ... 43
Tabel 2.4 Hegher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) ... 45
Tabel 3.1 Potensi Energi Terbarukan ... 49
Tabel 3.2 Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah ... 50
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian ... 64
Tabel 5.1 Data Hasil Penelitian untuk Waktu Operasi dan Massa Arang ... 73
Tabel 5.2 Data Hasil Pengujian Gas Gasifikasi pada Gasifier dengan Cekikan 2” ... 74
Tabel 5.3 Distribusi Temperatur Rata-Rata pada Setiap Variasi Cekikan ... 75
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan FCR Aktual (FCRa) dan SA Aktual (SAa) ... 77
Tabel 5.5 Persentase Kandungan Gas Hasil Gasifikasi dengan Cekikan 2” ... 79
Tabel 5.6 Persentase Kandungan Gas H2, CO, dan CH4 ... 80
Tabel 5.6 Produksi N ... 82
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 2” ... 102
Lampiran 2. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 3” ... 103
Lampiran 3. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 4” ... 104
Lampiran 4. Hasil Pengujian Kandungan Gas pada Cekikan Venturi 2” ... 105
Lampiran 5. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 2 Lpm ... 106
Lampiran 6. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 4 Lpm ... 107
Lampiran 7. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 6 Lpm ... 108
Lampiran 8. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 2 Lpm ... 109
Lampiran 9. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 4 Lpm ... 110
Lampiran 10. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 6 Lpm ... 111
Lampiran 11. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 2 Lpm ... 112
Lampiran 12. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 4 Lpm ... 113
Lampiran 13. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 6 Lpm ... 114
Lampiran 14. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 2 Lpm ... 115
Lampiran 15. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 4 Lpm ... 116
Lampiran 16. Distribusi Temperatur Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 6 Lpm ... 117
Lampiran 17. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 2 Lpm... 118
Lampiran 18. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 4 Lpm... 119
Lampiran 19. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 2” Laju Oksigen 6 Lpm... 120
Lampiran 20. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 2 Lpm... 121
(19)
xviii
Lampiran 22. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 3” Laju Oksigen 6 Lpm... 123
Lampiran 23. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 2 Lpm... 124
Lampiran 24. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 4 Lpm... 125
Lampiran 25. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 4” Laju Oksigen 6 Lpm... 126
Lampiran 26. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 2 Lpm... 127
Lampiran 27. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 4 Lpm... 128
Lampiran 28. Hasil Uji Forensik Gas Cekikan Venturi 6” Laju Oksigen 6 Lpm... 129
Lampiran 29. Hasil Uji Forensik Gas Agen Gasifikasi Oksigen ... 130
Lampiran 30. Hasil Uji Forensik Udara ... 131
(20)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di Indonesia pada umumnya masih menggunakan sumber energi yang tak terbarui, sumber energi itu berasal dari minyak fosil atau yang sering dikenal dengan nama minyak bumi. Karena tidak bisa diperbarui hal ini menyebabkan adanya kekhawatiran akan terjadinya kekurangan energi yang besar di masa depan. Dengan semakin berkurangnya energi tak terbarui ini, maka banyak penelitian yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan dari energi yang dapat terbarukan. Energi terbarukan ini merupakan energi yang jumlahnya bisa diperbanyak dan masih jarang dimanfaatkan. Ada beberapa macam anergi yang dapat terbaharukan seperti energi surya, energi panas bumi, energi angin, energi gelombang, energi biomassa dan lain sebagainya.
Energi biomassa adalah energi yang bersumber dari bahan biologis dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu, sekam padi, bongkol jagung, dan lain sebagainya. Sementara pemanfaatan energi biomassa di Indonesia belum maksimal hanya sebesar 0,91 % (ESDM, 2009) dari potensi yang bisa dimanfaatkan. Salah satu contoh biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah serutan kayu. Keberadaan biomassa serutan kayu
(21)
2
di Indonesia sangat banyak, megingat Indonesia merupakan negara kehutanan dan produsen kerajinan kayu, dalam proses produksi kayu akan menyisakan limbah berupa serutan kayu, namun limbah tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal, kenyataannya masih ada yang di tumpuk, sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung (ikut menambah emisi karbon di atmosfir), padahal serutan kayu tersebut bisa dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi alternatif yang dapat terbarukan. Oleh sebab itu limbah serutan kayu cocok digunakan sebagai bahan bakar biomassa untuk energi alternatif.
Proses konversi biomassa menjadi energi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembakaran, pirolisis, dan gasifikasi. Gasifikasi sebagai salah satu proses thermal konversi biomassa menjadi energi menawarkan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan proses pembakaran, sedangkan pirolisis saat ini masih dalam proses pengembangan lanjut (Bridgwater, 2002). Proses gasifikasi merupakan proses pemanfaatan biomassa dengan cara mengkonversi energi dari bahan baku padat (biomassa) menjadi syn-gas (gas hasil sintesa) yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses gasifikasi ini hampir mempunyai kesamaan dengan proses pembakaran, hanya saja udara yang dimasukkan ke sistem gasifikasi sangat terbatas. Salah satu contoh gasifikasi yang telah dikembangkan adalah sistem downdraft.
Untuk jenis gasifikasi downdraft kelebihannya adalah gas output lebih ramah lingkungan karena menghasilkan gas output dengan kandungan tar dan abu yang lebih rendah jika dibandingkan dengan jenis gasifikasi yang lainnya
(22)
3
karena hampir 99% tar yang terbentuk mampu dibakar atau dikonsumsi di dalam proses gasifikasi downdraft (Ciferno, 2002).
Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan kandungan syngas yang dihasilkkannya. Faktor –faktor tersebut berkaitan dengan karakteristik biomassa, desain gasifier, jenis agen gasifikasinya, dan air-fuel ratio (AFR) (Hidayat, 2013). Untuk disain gasifikasi yang menjadi salah satu ciri khas dari jenis gasifikasi downdraft adalah adanya cekikan venturi pada bodi reaktornya. Untuk agen gasifikasinya yang sudah pernah digunakan adalah udara, oksigen, dan steam. Pada umumnya proses gasifikasi menggunakan udara sebagai agennya, namun gas yang dihasilkan tentunya tidak sebagus jika menggunakan oksigen murni, karena dalam udara terdapat berbagai unsur lain yang tidak dibutuhkan dalam proses pembakaran seperti kandungan nitrogen. Untuk proses kontrol biasanya yang menentukan performa dari proses gasifikasi adalah volume dari reaktor tersebut dan laju aliran massa agen gasifikasi yang digunakan. Kebutuhan oksigen sebagai agen pada proses gasifikasi berada di antara batas konversi energi pirolisis dan pembakaran, karena itu dibutuhkan rasio yang tepat jika menginginkan hasil syngas yang maksimal.
Dari uraian di atas maka telah dibuat desain alat gasifikasi jenis downdraft
dengan menggunakan agen gasifikasi oksigen untuk mendapatkan gas output yang lebih ramah lingkungan. Agar mendapatkan performa dan gas output yang terbaik perlu dilakukan eksperimen terhadap laju aliran massa oksigen sebagai agen gasifikasi yang digunakan. Selain itu pengaruh perbandingan cekikan venturi dengan bodi dari reaktor gasifikasi tersebut juga perlu dilakukan
(23)
4
ekperimen. Dengan melakukan ekperimen-ekperimen tersebut telah diperoleh desain reaktor gasifikasi yang terbaik untuk mendapatkan gas output yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Mengingat kompleksnya permasalahan dalam pembahasan sistem gasifikasi downdraft, maka dalam penyusunan proposal tesis ini menitik beratkan pada permasalahan laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan pada desain gasifikasi downdraft serta perbandingan antara cekikan leher venturi terhadap bodi reaktor yang dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi gasifikasi yang paling baik.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan pada desain gasifikasi
downdraft serta perbandingan antara cekikan leher venturi terhadap bodi reaktor yang dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi yang paling baik.
(24)
5
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang sangat diinginkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan desain gasifikasi downdraft menjadi lebih efisien.
2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang system gasifikasi terutama jenis
downdraft dalam kehidupan sehari-hari.
3. Desain gasifikasi downdraft diharapkan dapat menjadi referensi sebagai desain yang tepat guna dalam pemanfaatan serbuk kayu.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi permasalahan yang terjadi berkaitan dengan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi batasan yaitu :
1. Fluida yang digunakan adalah oksigen yang selama proses dianggap tidak mengandung unsur-unsur lain.
2. Penelitian dan pembahasan hanya dilakukan dengan menggunakan model (prototype) reaktor gasifikasi, dengan jenis gasifikasi aliran searah (downdraft gasification).
3. Biomassa yang digunakan adalah serutan kayu dari insdustri kerajinan dengan properti yang dianggap konstan.
4. Debu dan kotoran yang ada di dalam bahan bakar dan yang ada disekitar sistem reaktor gasifikasi diabaikan.
(25)
2.1 Konver 2.1.1 Konv Biom gasifikasi da tersebut terl konversi be setidaknya memiliki b memerlukan Gambar 2. 2.1.2 Gasif Gasif definisi yan rsi Thermok versi Therm massa memil an pembaka letak pada b erlangsung.
memiliki pe batasan AF n oksigen d
1 Grafik Bata
fikasi fikasi secara ng sebenarny KAJI kimiawi dan mokimiawi
liki tiga met aran (pengara banyaknya u Konsumsi o erbandingan FR 1,5. Se dalam prose
asan Konversi
a bahasa dap ya, gasifikas 6 BAB II IAN PUSTA n Pengertia tode konver angan). Perb udara (oksig oksigen yan AFR 6,25 a edangkan u
snya.
i Thermokimia
pat diartikan si adalah pro
AKA
n Gasifikas
rsi thermokim bedaan jenis gen) yang d ng diperluka
atau lebih. P untuk piroli
awi Biomassa
n sebagai p oses konver
si
miawi, yaitu konversi the dikonsumsi s
an dalam pe Pada proses
isis cenderu
a (Sumber : Pu
embuatan g si thermokim u pirolisis, ermokimia saat proses embakaran gasifikasi ung tidak utri, 2009) gas. Secara miawi dari
(26)
7
bahan bakar yang mengandung karbon (padat ataupun cair) menjadi gas yang
disebut syngas (synthesis gas) atau gas sintetis dimana gas tersebut memiliki
nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Tetapi sejauh ini
teknologi ini umumnyan masih stagnan pada skala penelitian karena konsumsi
energinya yang terlalu besar. Namun ada beberapa negara yang telah menerapkan teknologi ini pada bidang pembangkit listrik, dimana gas yang dihasilkan oleh reaktor gasifikasi dipakai untuk menggerakkan generator.
Terdapat berbagai macam tipe gasifier di dunia ini dan beberapanya dapat dibedakan berdasarkan:
Mode fluidisasi
Arah aliran
Gas yang perlukan untuk proses gasifikasi
Berdasarkan mode fluidisasinya, jenis gasifier dapat dibedakan
menjadi 3 jenis. Gasifier tersebut adalah : gasifikasi unggun tetap (fixed bed
gasification), gasifikasi unggun bergerak (moving bed gasification), gasifikasi
unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification), dan entrained bed.
Berdasarkan arah aliran, gasifier dapat dibedakan menjadi gasifikasi aliran
searah (downdraft gasification), gasifikasi aliran berlawanan (updraft
(27)
8
a)Updraft Gasifier
Pada tipe ini udara masuk melalui arah bawah dan mengoksidasi arang
secara parsial untuk menghasilkan CO dan H2 (jika digunakan uap) dan
ditambah N2 (jika digunakan udara). Gas ini kemudian bertemu dengan
biomassa.Gas yang sangat panas tersebut mempirolisa biomassa, menghasilkan karbon padatan (arang), uap air dan 10-20% uap minyak pada temperatur 100-4000 C, tergantung pada kadar air biomassa. Selanjutnya arang akan dioksidasi parsial oleh udara dan menghasilkan gas.
Gambar 2.2. Updraft gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
b)Downdraft Gasifier
Udara masuk menyebabkan pirolisis (flaming pyrolisis) biomassa. Proses
ini mengkonsumsi uap - uap minyak dan menghasilkan gas reduksi partial
CO, CO2, H2 dan H2O, serta sedikit metan sekitar 0,1%. Gas panas
bereaksi dengan arang untuk mereduksi gas lebih lanjut dan meninggalkan sekitar 2-5% abu arang.
(28)
9
Gambar 2.3. Downdraft Gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
c) Crossdraft Gasifier
Mungkin gasifikasi tipe cross-draft lebih menguntungkan dari pada updraft
dan down-draft gasifier. Keuntungannya seperti suhu gas yang keluar
tinggi, reduksi CO2 yang rendah dan kecepatan gas yang tinggi yang
dikarenakan desainnya. Tidak seperti down-draft dan up-drat gasifier,
tempat penyimpanan, pembakaran, dan zona reduksi pada cross-draft
gasifier terpisah. Untuk desain bahan bakar yang terbatas untuk
pengoperasian rendah abu bahan bakar seperti kayu, batu bara, limbah pertanian. Kemampuan pengoperasiannya sangat bagus, menyebabkan
konsentrasi sebagian zona beroperasi di atas suhu 200oC. Waktu mulai
(start up) 5 - 10 menit jauh lebih cepat dari pada down-draft dan up-draft
gasifier. Pada cross-draft dapat menghasilkan temperatur yang relatif
tinggi, komposisi gas yang dihasilkan kurang baik seperti tingginya gas CO dan rendahnya gas hidrogen serta gas metana.
(29)
10
Gambar 2.4. Crossdraft Gasifier (sumber : Tasliman, 2008 diambil dari Turare, 1997)
Kelebihan dan kekurangan dari ketiga jenis reaktor tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.
Berdasarkan gasifying yang diperlukan untuk proses gasifikasi, terdapat
gasifikasi udara dan gasifikasi oksigen/uap. Gasifikasi udara adalah metode dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Sedangkan pada gasifikasi uap, gas yang digunakan pada proses yang terjadi adalah uap.
a) Gasifikasi Udara
Gasifikasi yang paling sederhana adalah menggunakan udara sebagai agent proses gasifikasi. Kelebihan arang yang dibentuk saat proses pirolisis dengan gasifier merupakan pembakaran udara dengan jumlah yang terbatas (biasanya equivalensi ratio 0,25). Hasil yang dihasilkan adalah energi yang rendah karena mengandung hydrogen dan karbonmonoksida yang bercampur denga nitrogen yang berasal dari udara. Dari hasil gasifiksi dengan menggunakan udara mnghasilkan 3,5 –
(30)
11
akan tetapi tidak baik digunakan untuk bahan bakar transportasi. Udara yang masuk sangat rendah pada gasifier sehingga gas yang dihasilkan sangat rendah dan mengadung tar yang sangat tinggi (Groves,1979)
b) Gasifikasi Uap Air
Tidak seperti menggunakan udara sebagi agen, uap air gasifikasi adalah menggunakan panas eksternal yang bersumber steam sebagai agen gasifikasi. Dengan menggunakan percampuran udara dan steam tidak biasa digunakan pada teknologi, tetapi pada kenyataannya banyak yang melakukan penelitian tentang hal ini. Dari hasil reaksi dengan carbonmonoksida akan menghasilkan gas hydrogen dan karbondioksida. Pada prinsipnya pada steam gasification dituliskan dengan persamaan :
CO + H2O CO2 + H2………(2.1)
Gas yang dihasilkan pada steam gasification adalah energi yang tinggi, yang mana ditemukan paling banyak adalah gas hydrogen. Energi yang
dihasilkan dari 11,1 MJ/M3 pada temperature 7000C dan 12,1 MJ/m3.
Energi yang bisa digunakan kembali sekitar 35% - 59 % pada temperature yang sama (Hoveland et al. 1982)
c) Oxigen Gasification
Dalam proses ini jumlah nitrogen terbatas jumlahnya bahkan tidak ditemukan sama sekali, gas yang dihasilkan mempunyai energy menengah
(31)
12
oleh pipa yang dibuat menjadi suatu system plant dan selanjutnya melalui proses panas atau mungkin juga gas sintetis untuk menghasilkan chemical dan bahan bakar (Belie,1979)
d) Hydrogen Gasification
Sampai saat ini banyak penelitian mengarah pada system hydrogen gasification karena bahan bakar mentah dikonversi menjadi bahan bakar dalam bentuk gas dengan tekanan masih dibawah tekanan maximum. Dengan proses ini banyak yang mengkritik karena merupakan proses yang sangat kuat dimana kondisi harus tetap terjaga dengan baik sejak gas dalam keadaan normal sampai gas gasifikasi terbentuk. Digunakan campuran hydrogen yang masuk ke gasifier dengan panas yang
dibutuhkan sebulumnya 4260C sampai 7600C dengan perkembangan
carbonmonoksida dan gas hydrogen berkembang dari 8% sampai 18% dan 41% samapi 63% ( Weil.1978)
Gambar skematik untuk membandingkan proses gasifikasi yang dibedakan berdasarkan agen gasifikasi yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.5
(32)
13
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Gasifier
Jenis gasifier Kelebihan Kelemahan
Updraft
Gasifier
a. lebih mudah dioperasikan
b. arang yang dihasilkan lebih
sedikit
a. menghasilkan sedikit
metan
b. tidak dapat beroperasi
secara kontinyu
c. gas yang dihasilkan
tidak kontinyu
Dwondraft
Gasifier
a. dapat beroperasi secara kontinyu
suhu gas tinggi
b.kandungan tar dan abu dalam gas
output sangat kecil
a. produksi asap terlalu
banyak selama operasi
b. membutuhkan sistem
secondary heat recovery
agar tidak merusak komponen di sekitarnya
Crossdraft
Gasifier
a. suhu gas yang keluar tinggi
b. reduksi CO2 rendah
c. kecepatan gas tinggi
d. tempat penyimpanan,
pembakaran dan zona reduksi terpisah
e. kemampuan pengoperasiannya
sangat bagus
f. waktu mulai lebih cepat
a. komposisi gas yang
dihasilkan kurang bagus
b. gas CO yang dihasilkan
tinggi, gas H rendah
c. gas metan yang
(33)
14
Gambar 2.5. Gasification processes and their products (Sadaka,2002)
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Gasifikasi
Proses gasifikasi memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan kandungan syngas yang dihasilkkannya. Faktor-faktor tersebut adalah:
(34)
15
a)Properties Biomassa
Tidak semua biomassa dapat dikonversikan dengan proses gasifikasi karena ada beberapa klarifikasi dalam mendefinisikan bahan baku yang dipakai pada sistem gasifikasi berdasarkan kandungan dan sifat yang dimilikinya. Pendefinisian bahan baku gasifikasi ini dimaksudkan untuk membedakan antara bahan baku yang baik dan yang kurang baik. Adapun beberapa parameter yang dipakai untuk mengklarifikasikannya yaitu :
a. Kandungan energi, semakin tinggi kandungan energi yang dimiliki
biomassa maka syngas hasil gasifikasi biomassa tersebut semakin tinggi
karena energi yang dapat dikonversi juga semakin tinggi.
b. Moisture, bahan baku yang digunakan untuk proses gasifikasi umumnya
ber-moisture rendah. Karena kandungan moisture yang tinggi
menyebabkan heat loss yang tinggi. Selain itu kandungan moisture
yang tinggi juga menyebabkan beban pendinginan semakin tinggi
karena pressure drop yang terjadi meningkat. Idealnya kandungan
moisture yang sesuai untuk bahan baku gasifikasi kurang dari 20 %.
c. Debu, semua bahan baku gasifikasi menghasilkan dust (debu). Adanya
dust ini sangat mengganggukarena berpotensimenyumbat saluran
sehingga membutuhkan maintenance lebih. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan kandungan dust yang tidak lebih dari 2–6 g/m³.
d. Tar, merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
(35)
16
hitam kental yang terbentuk dari destilasi destruktif pada material organik. Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan dapat mengganggu pernapasan. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar, yang memiliki
bentuk approximate atomic CH1.2O0.5, terjadi pada temperatur pirolisis
yang kemudian terevaporasi dalam bentuk asap, namun pada beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih rendah. Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai pada kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator dan
intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier yang
baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m³.
e. Ash dan Slagging. Ash adalah kandungan mineral yang terdapat pada
bahan baku yang tetap berupa oksida setelah proses pembakaran.
Sedangkan slag adalah kumpulan ash yang lebih tebal. Pengaruh adanya
ash dan slag pada gasifier adalah :
Menimbulkan penyumbatan pada gasifier
Pada titik tertentu mengurangi respon pereaksian bahan baku
b)Desain Reaktor
Terdapat berbagai macam bentuk gasifier yang pernah dibuat untuk proses
gasifikasi. Untuk gasifier bertipe imbert yang memiliki neck di dalam
reaktornya, ukuran dan dimensi neck amat mempengaruhi proses pirolisis,
percampuran, heatloss dan nantinya akan mempengaruhi kandungan gas
(36)
17
a. Jenis Gasifying Agent
Jenis gasifying agent yang digunakan dalam gasifikasi umumnya
adalah udara dan kombinasi oksigen dan uap. Penggunaan jenis
gasifying agent mempengaruhi kandungan gas yang dimiliki oleh
syngas. Berdasarkan penelitian, perbedaan kandungan syngas terlihat
pada kandungan nitrogen pada syngas dan mempengaruhi besar nilai
kalor yang dikandungnya. Penggunaan udara bebas menghasilkan senyawa nitrogen yang pekat di dalam syngas, berlawanan dengan penggunaan oksigen/uap yang memiliki kandungan nitrogen yang relatif
sedikit. Sehingga penggunaan gasifying agent oksigen/uap memiliki
nilai kalor syngas yang lebih baik dibandingkan gasifying agent udara.
b. Rasio Bahan Bakar dan Udara (AFR)
Perbandingan bahan bakar dan udara dalam proses gasifikasi mempengaruhi reaksi yang terjadi dan tentu saja pada kandungan
syngas yang dihasilkan. Kebutuhan udara pada proses gasifikasi berada
diantara batas konversi energi pirolisis dan pembakaran. Karena itu dibutuhkan rasio yang tepat jika menginginkan hasil syngas yang maksimal. Pada gasifikasi biomassa AFR yang tepat untuk proses gasifikasi berkisar pada angka 1,25 - 1,5.
2.1.4 Dasar Proses Gasifikasi pada Downdraft Gasifier
Pada proses gasifikasi ada beberapa tahapan berdasarkan perbedaan rentang kondisi temperatur, yaitu pengeringan (200-300 °C), pirolisis
(37)
(300-18
700°C), oksidasi (700-1500 °C), dan reduksi (400-1000 °C) yang dilalui oleh biomassa sebelum pada akhirnya menjadi gas yang flammable pada output reaktor. Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Panas yang dihasilkan dalam proses oksidasi digunakan dalam proses pengeringan, pirolisis dan reduksi. Zona-zona proses dan reaksi yang terjadi pada suatu reaktor gasifikasi downdraft ditunjukkan pada Gambar 2.6.
(38)
19
a)Drying Zone
Bahan bakar padat dimasukkan ke dalam gasifier. Hal ini tidak perlu menggunakan peralatan pengumpanan bahan bakar yang kompleks, karena sejumlah kecil kebocoran udara dapat ditoleransi di tempat ini. Sebagai
akibat dari perpindahan panas dari bagian bawah gasifier, pengeringan
bahan bakar biomassa terjadi dibagian bungker. Uap air akan mengalir ke bawah dan menambah uap air yang terbentuk di zona oksidasi. Bagian dari itu dapat direduksi menjadi hidrogen dan sisanya akan berakhir sebagai kelembaban dalam gas.
b)Pyrolisis Zone
Tidak seperti pembakaran, pyrolisis terjadi pada tempat yang tidak terdapat
oksigen, kecuali dalam kasus dimana oksidasi parsial diperbolehkan untuk menyediakan energi termal yang dibutuhkan untuk proses gasifikasi. Terdapat tiga variasi pirolisis yaitu :
a. mild pyrolysis
b. slow pyrolysis
c. fast pyrolysis
Pada pirolisis melokel besar hydrocarbon dipecah menjadi partikel
kecil hydrocarbon. Fast pyrolysis hasil utamanya adalah bahan bakar cair,
slow pyrolysis menghasilkan gas dan arang. Mild pyrolysis yang saat ini
sedang dipertimbangkan untuk pemanfaatan biomassa yang efektif. Pada
(39)
20
Struktur kimia dari biomassa diubah, dimana menghasilkan carbon
dioksida, carbon monoksida, air, asam asetat, dan methanol.Mildpyrolysis
meningkatkan densitas energi dari biomassa.
Pada suhu di atas 500°C, bahan bakar biomassa dimulai pyrolysing.
Rincian pyrolisis ini reaksi yang tidak dikenal, tetapi orang bisa menduga
bahwa molekul-molekul besar ( seperti selulosa, hemi-selulosa dan lignin )
terurai menjadi molekul berukuran sedang dan karbon (char) selama
pemanasan bahan baku. Produk pyrolisis mengalir ke bawah ke zona
pemanasan pada gasifier. Beberapa akan dibakar di zona oksidasi, dan
sisanya akan memecah bahkan molekul yang lebih kecil dari hidrogen, metana, karbon monoksida, etana, etilena, dll jika tetap berada di zona panas cukup lama. Jika waktu tinggal di zona panas terlalu pendek atau suhu terlalu rendah, maka molekul berukuran menengah dapat melarikan diri dan akan mengembun sebagai tar dan minyak, dalam suhu rendah bagian dari sistem. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta produknya adalah:
biomassa char + tar + gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4; CxHy)… .
c) Zona Oksidasi
Zona pembakaran (oksidasi) dibentuk pada tingkat dimana oksigen (udara) dimasukkan. Reaksi dengan oksigen sangat eksotermik dan mengakibatkan kenaikan tajam suhu sampai 700-1500°C. Sebagaimana disebutkan di atas, fungsi penting dari zona oksidasi, selain penghasil panas, adalah untuk
(40)
21
mengkonversi dan mengoksidasi hampir semua produk terkondensasi dari zona pirolisis. Untuk menghindari titik-titik dingin di zona oksidasi, kecepatan udara masuk dan geometri reaktor harus dipilih dengan baik. Umumnya dua metode yang digunakan untuk mendapatkan suhu bahkandistribusi:
a. Mengurangi luas penampang pada ketinggian tertentu dari reaktor.
b. Penyebaran nozel inlet udara di atas lingkar mengurangi
cross-sectional area, atau alternatif menggunakan inlet udara sentral dengan
perangkat penyemprotan.
Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai berikut :
C + O2 CO2 + 406 (MJ/kmol) … … … . .
H2 + ½ O2 H2O +242 (MJ/kmol) … … … .
d)Zona Reduksi
Produk reaksi dari zona oksidasi (gas panas dan bara arang )
bergerak turun ke zona reduksi. Di zona ini masuk panas sensible dari gas
dan arang dikonversi sebanyak mungkin menjadi energi kimia dari gas produser. Produk akhir dari reaksi kimia yang terjadi di zona reduksi adalah gas mudah terbakar yang dapat digunakan sebagai bahan bakar gas dalam pembakar motor bakar dalam dan sedikit abu.
Abu yang dihasilkan dari gasifikasi biomassa kadang – kadang
(41)
22
peralatan.dan dengan demikian membantu untuk mencegah penyumbatan yang dapat menyebabkan obstruksi aliran gas. Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut :
Bourdouar reaction:
C + CO2 2 CO – 172 (MJ/kmol) … … … . .
Steam-carbon reaction :
C + H2O CO + H2 – 131 (MJ/kmol) … … … . .
Water-gas shift reaction:
CO + H2O CO2 + H2 + 41 (MJ/kmol) … … … . . .
CO methanation :
CO + 3 H2 – 206 (MJ/kmol) CH4 + H2O … … … . … .
2.1.5 Parameter – Parameter Penting dalam Proses Gasifikasi
Parameter – parameter penting yang harus dipertimbangkan dalam proses gasifikasi, yaitu :
a)Temperatur Gasifikasi
Temperatur gasfikasi harus tinggi karena dalam tahap pertama gasifikasi adalah pengeringan untuk menguapkan kandungan air dalam sekam padi dan serbuk kayu agar menghasilkan gas yang bersih. Temperatur yang tinggi juga dapat berpengaruh dalam menghasilkan gas yang mudah terbakar.Untuk mempertahankan temperatur, maka tangki
(42)
23
reaktor diisolasi dengan bata tahan api agar tidak ada panas yang keluar ke lingkungan sehingga efisiensi reaktor menjadi baik.
b)Spesific Gasification Rate (SGR)
SGR mengidikasikan banyaknya biomassa rata-rata yang
dapattergasifikasi dalam gasifier. Jika SGR semakin besar maka proses
gasifikasi tidak berjalan secara sempurna, sebaliknya jika SGR semakin kecil maka proses gasifikasi berjalan lambat. SGR dapat dihitung dengan cara :
SGR berat biomassa berat arangluas x waktu kg m . dt … … … .
c) Fuel Consumtion Rate (FCR)
Energi input ini mengacu pada jumlah energi yang diperlukan dalam hal bahan bakar yang akan dimasukkan ke dalam gasifier. Dlam menentukan energi input kita harus tau terlebih dahulu energi yang dibutuhkan. Hal ini mengacu pada jumlah panas yang harus dipasok oleh kompor. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan jumlah makanan untuk dimasak atau air harus direbus. Jumlah energi yang diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Qn =
(43)
24
Dimana :
Qn = energi yang dibutuhkan (kcal/hr)
Mf = massa (kg)
Es = energy spesifik (kcal/kg)
T = waktu proses (hr)
Untuk memperoleh energi yang dibutuhkan perlu adanya perhitungan mengenai laju konsumsi bahan bakar agar kebutuhan energi tersebut dapat dipenuhi. Laju bahan bakar biomassa yang dibutuhkan pada proses gasifikasi dapat dihitung menggunakan rumus:
FCR = … … … .
Atau untuk hasil yang telah diketahui :
FCR waktu oprasionalberat biomassa kg dt … … … . … … … . Dimana :
FCR = fuel consumption rate (kg/hr)
Qn = heat energy needed, Kcal/hr
HVf = heating value of fuel, Kcal/kg
(44)
25
d)Gas Fuel Ratio (GFR).
GFR (Gas Fuel Ratio) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
GFR laju aliran gas producerFCR … … … … .
e) % Char
% Char adalah perbandingan banyaknya arang yang dihasilkan
dengan banyaknya biomassa yang dibutuhkan. % char dapat dihitung
menggunakan rumus :
% berat biomassaarang % … … … .
f) Waktu Konsumsi Bahan Bakar
Hal ini mengacu pada total waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar mengubah menjadi gas dari bahan bakar padat di dalam reaktor. Ini termasuk waktu untuk menyalakan bahan bakar dan waktu untuk menghasilkan gas, ditambah waktu untuk benar-benar membakar semua
bahan bakar dalam reaktor. Kepadatan dari bahan bakar padat (ρ), volume
reaktor (Vr), dan konsumsi bahan bakar tingkat (FCR) adalah faktor yang digunakan dalam menentukan total waktu untuk mengkonsumsi bahan bakar padat dalam reaktor. Seperti ditunjukkan di bawah, ini dapat dihitung menggunakan rumus :
(45)
26
Dimana :
FCR = Fuel Consumption Rate (kg/hr)
t = Waktu konsumsi bahan baku (hr)
= Massa jenis Bahan baku (kg/m3)
Vr = Volume reaktor (m3)
g)Oxygen Fuel Rate (OFR)
OFR adalah jumlah laju aliran massa oksigen yang dibutuhkan dalam proses gasifikasi. Sebelum menentukan OFR maka terlebih dahulu
kita harus mengetahui begaimana caranya menghitung Air Fuel Ratio
(AFR).
AFR adalah tingkat aliran udara primer yang masuk ke reaktor. Hal ini mengacu pada laju aliran udara yang diperlukan untuk mengubah bahan bakar padat menjadi gas . Hal ini sangat penting dalam menentukan ukuran kipas angin atau blower yang dibutuhkan untuk reaktor. Ini dapat ditentukan dengan menggunakan tingkat konsumsi bahan bakar (FCR),
udara stoikiometri dari bahan bakar (SA), dan rasio ekuevalensi (Ɛ) untuk
gasifying 0,3 sampai 0,4. Seperti ditunjukkan, ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
AFR ε x FCR x SAρ … … … . Dimana:
(46)
27
FCR = fuel consumption rate (kg/jam)
ρa = massa jenis udara = 1,25 (kg/m3)
εu = rasio ekuivalensi (0,3 - 0,4) = 0,35
SA = udara stoikiometri dari bahan bakar padat
Udara bebas terdiri dari 78% Nitrogen, 21% Oksigen, dan 1% Uap Air. Berdasarkan kandungan oksigen pada udara bebas maka kita dapat menyimpulkan rumus untuk menentukan OFR adalah sebagai berikut.
OFR ε x FCR x SAρ … … … . Dimana:
OFR = Oxygen fuel rate (tingkat aliran udara), (m3/jam)
FCR = fuel consumption rate (kg/jam)
ρo = massa jenis oksigen = 1,43 (kg/m3)
ε ratio ekuivalensi udara x kandungan oksigen di dalam udara , x , ,
SA = udara stoikiometri dari bahan bakar padat pada proses gasifikasi
2.2 Pembakaran Bahan Bakar
2.2.1. Perinsip Pembakaran Bahan Bakar
Prinsip pembakaran bahan bakar sejatinya adalah reaksi kimia bahan bakar dengan oksigen (O). Kebanyakan bahan bakar mengandung unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Belerang (S). Akan tetapi yang memiliki kontribusi yang
(47)
28
penting terhadap energi yang dilepaskan adalah C dan H. Masing-masing bahan bakar mempunyai kandungan unsur C dan H yang berbeda-beda.
Proses pembakaran terdiri dari dua jenis yaitu pembakaran lengkap (complete combustion) dan pembakaran tidak lengkap (incomplete combustion).
Pembakaran sempurna terjadi apabila seluruh unsur C yang bereaksi dengan
oksigen hanya akan menghasilkan CO2, seluruh unsur H menghasilkan H2O dan
seluruh S menghasilkan SO2. Sedangkan pembakaran tak sempurna terjadi
apabila seluruh unsur C yang dikandung dalam bahan bakar bereaksi dengan
oksigen dan gas yang dihasilkan tidak seluruhnya CO2. Keberadaan CO pada
hasil pembakaran menunjukkan bahwa pembakaran berlangsung secara tidak lengkap.
Jumlah energi yang dilepaskan pada proses pembakaran dinyatakan sebagai entalpi pembakaran yang merupakan beda entalpi antara produk dan reaktan dari proses pembakaran sempurna. Entalpi pembakaran ini dapat
dinyatakan sebagai Higher Heating Value (HHV) atau Lower Heating Value
(LHV). HHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam wujud cair sedangkan LHV diperoleh ketika seluruh air hasil pembakaran dalam bentuk uap. Pada umumnya pembakaran tidak menggunakan oksigen murni melainkan
memanfaatkan oksigen yang ada di udara. Jumlah udara minimum yang
diperlukan untuk menghasilkan pembakaran lengkap disebut sebagai jumlah udara teoritis (atau stoikiometrik). Akan tetapi pada kenyataannya untuk pembakaran lengkap udara yang dibutuhkan melebihi jumlah udara
(48)
29
yang umumnya dinyatakan dalam persen. Parameter yang sering digunakan untuk
mengkuantifikasi jumlah udara dan bahan bakar pada proses pembakaran tertentu
adalah rasio udara-bahan bakar. Apabila pembakaran lengkap terjadi ketika
jumlah udara sama dengan jumlah udara teoritis maka pembakaran disebut
sebagai pembakaran sempurna. Umumnya excess air diambil 30 % dari
kebutuhan udara stoikiometri.
2.2.2. Nilai Pembakaran
Bila di dalam 1 kg bahan bakar yang terdiri dari C kg karbon, H kg Hidrogen, O kg Oksigen, S kg Belerang, N kg Nitrogen, A kg abu, W kg air
maka dapat dihitung nilai pembakaran atau heating value dari bahan bakar
tersebut, yaitu jumlah panas yang dihasilkan dari pembakaran yang sempurna dari 1kg bahan bakar yang dimaksud, berdasarkan rumus-rumus berikut:
Qhigh = 33915 C + 144033 ( H - O/8 ) + 10648 S (kilojoule/kg) … … … … …(2.18)
Qlow = 33915 C + 121423 ( H - O/8 ) + 10648 S – 2512(W + 9 x O/8)
(kilojoule/kg) … … … …(2.19)
Qhigh = nilai pembakaran tertinggi atau highest heating value, yang dalam
hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas pengembunannya turut dihitung serta dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
(49)
30
Qlow = nilai pembakaran terrendah atau lowest heating value, yang dalam
hal ini uap air yang terbentuk dari hasil pembakaran tidak perlu dicairkan terlebih dahulu, sehingga panas pengembunannya tidak turut dihitung serta tidak dinilai sebagai panas pembakaran yang terbentuk.
2.2.3. Jumlah Udara Pembakaran
Jika susunan bahan bakar diketahui, maka dapat dihitung jumlah kebutuhan udara pembakaran untuk pembakaran sempurna. Sebelum menghintung kebutuhan udara pembakaran terlebih dahulu menghitung oksigen yang diperlukan untuk setiap kandunagn C, O dan H yang mengikat oksigen dalam pembakaran. Berikut persamaan – persamaannya.
Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2 menurut persamaan:
C + O2 =CO2
12 kg C + 32 kg O2 = 44 kg CO2
1kg C + 32/12 O2 = 44/12 CO2
1kg C + 2,67 O2 = 3,67 CO2… … … …(2.20)
Hidrogen (H) terbakar menjadi H2
O
menurut persamaan:2H2 + O2 2H2O
4 kg H2 + 32 kg O2 36 kg H2O
1kg H2 + 8kg O2 9 kg H2O… … … …(2.21)
(50)
31
S + O2 SO2
32 kg S + 32 kg O2 64 kg SO2
1 kg S + 1 kg O2 2 kg SO2… … … …(2.22)
Dari perhitungan di atas kemudian dijumlahkan jumlah kebutuhan oksigennya maka kebutuhan udara stoikiometri (SA) dri bahan bakar padat dapat dihitung dengan persamaan :
Kebutuhan oksigen Stoikiometri (SA) = kebutuhan oksigen H +
kebutuhan oksigen C + Kebutuhan oksigen S – kandungan O… . … …(2.23)
Untuk mendapatkan pembakaran yang sempurna, kebutuhan oksigen
pembakaran ditambah 30 % dari dari kebutuhan oksigen teoritis (excess air).
Excess air antara 20 – 30 %. Maka Kebutuhan oksigen untuk pembakaran
sempurna dapat dihitung : Kebutuhan oksigen total
kebutuhan oksigen … … … …(2.24)
Kemudian kebutuhan udara pembakaran dapat dihitung. Dalam udara, umumnya kadar Oksigen yang terkandung antara 21 – 23 % maka dari perbadingan udara dan bahan bakar didapat kebutuhan udara sebesar :
Kebutuhan udara Pembakaran
(51)
32
Tetapi untuk proses gasifikasi kebutuhan oksigen yang digunakan adalah kebutuhan oksigen stoikiometri (SA).
2.3. Biomassa
2.3.1. Pengertian Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis, baik berupa produk maupun buangan (sisa/limbah). Melalui fotosintesis, karbondioksida di udara ditransformasi menjadi molekul karbon lain (misalnya gula dan selulosa) dalam tumbuhan. Energi kimia yang tersimpan dalam tanaman dan hewan (akibat memakan tumbuhan atau hewan lain) atau dalam kotorannya dikenal dengan nama bio-energi. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, limbah perkebunan, tinja dan kotoran ternak.
Pada prinsipnya biomassa sudah mengandung energi yang dapat diubah menjadi berbagai macam energi lain, misalnya menjadi energi panas. Contoh pemanfaatannya adalah biomassa dibakar, maka energi akan terlepas, umumnya dalam bentuk energi panas. Karbon pada biomassa bereaksi dengan oksigen di udara sehingga membentuk karbondioksida. Apabila dibakar sempurna, jumlah karbondioksida yang dihasilkan akan sama dengan jumlah yang diserap dari udara ketika tanaman tersebut tumbuh.
Umumnya biomassa yang digunakan untuk diambil energinya adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. Energi yang telah diambil biasanya berupa bahan bakar.
(52)
Sumber ene sumber ener sumber ener 2.3.2. Kom Kand ditunjukkan komposisi d CxHyOz nila
Table 2.2. An dalam Badeau
2.3.3. Pema Agar teknologi un
ergi biomass rgi yang dap rgi secara be
mposisi Biom dungan utam n pada tabel dari 13 biom ai koefisien d
nalisis Ultima u Pierre, 2009
anfaatan En biomassa ntuk mengk sa mempuny pat diperbah erkesinambu massa ma biomassa
l ultimate a massa. Rumu dari x, y dan
ate dari Biom 9)
nergi Bioma bisa diguna konversinya.
yai beberapa
arui (renewa
ungan (suista
adalah carbo analysis. Pad
s kimia dari z ditentukan
assa (Sumber
assa. akan sebaga
Terdapat b
kelebihan
able) sehing
ainable).
on, oksigen, da tabel ters
biomassa u n oleh masin
r : Raveendra
ai bahan ba beberapa tekn
antara lain m gga dapat me
, dan hidrog sebut memp mumnya diw ng-masing bi
an dkk. 1995,
akar maka knologi untuk
33
merupakan enyediakan
en. Hal ini perlihatkan wakili oleh iomassa. Tercantum diperlukan k konversi
(53)
biomassa, d membutuhk biomassa da
G
Secar dibedakan m konversi bi sederhana k Beberapa b kepraktisan
dijelaskan pa kan perbedaa an menghasi
Gambar 2.7. Te
ra umum te menjadi tiga okimiawi. P karena pad biomassa per
dalam pen
ada Gambar an pada al
ilkan perbed
eknologi Konv
eknologi kon a yaitu pemb
Pembakaran a umumnya rlu dikering nggunaan. K
r 2.1. Tekno lat yang d aan bahan b
versi Biomass
nversi biom bakaran lang n langsung m
a biomassa gkan terlebih Konversi ter
ologi konver digunakan akar yang di
a (Sumber : A
massa menja gsung, konve
merupakan t telah dapa h dahulu da rmokimiawi
rsi biomassa untuk men ihasilkan.
Anonim, 2006)
di bahan ba ersi termoki teknologi ya at langsung an didensifik merupakan 34 tentu saja ngkonversi ) akar dapat miawi dan ang paling g dibakar. kasi untuk n teknologi
(54)
35
yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya reaksi kimia dalam
menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam menghasilkan bahan bakar. Berikut adalah proses yang biasanya dipakai untuk memanfaatkan biomassa.
a) Biobriket.
Briket adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa dibuat menjadi briket. Biomassa lain seperti sekam padi, arang sekam, serbuk kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit.
b)Gasifikasi.
Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses
konversi bahan selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi
bahan bakar. Gas tersebut dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik. Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu : (a) unit
(55)
36
pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi
atau gasifier, (b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
c) Pirolisa.
Pirolisa adalah penguraian biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu
yang lebih dari 150oC. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan
proses, yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer. Penting diingat bahwa pirolisa adalah penguraian karena
panas, sehingga keberadaan O2 dihindari pada proses tersebut karena akan
memicu reaksi pembakaran.
d) Liquification
Liquification merupakan proses perubahan wujud dari gas ke cairan
dengan proses kondensasi, biasanya melalui pendinginan, atau perubahan dari padat ke cairan dengan peleburan, bisa juga dengan pemanasan atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain untuk memutuskan
ikatan. Pada bidang energi liquification tejadi pada batubara dan gas
menjadi bentuk cairan untuk menghemat transportasi dan memudahkan dalam pemanfaatan.
(56)
37
e) Biokimia
Pemanfaatan energi biomassa yang lain adalah dengan cara proses biokimia. Contoh proses yang termasuk ke dalam proses biokimia adalah
hidrolisis, fermentasi dananaerobic digestion. Anaerobic digestionadalah
penguraian bahan organik atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui
proses biokimia. Adapun tahapan proses anaerobik digestion adalah
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.8. Skema Pembentukan Biogas
Selain anaerobic digestion, proses pembuatan etanol dari biomassa
tergolong dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan
karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai menjadi
etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus mengalami penguraian
(hidrolisa) terlebih dahulu menjadi glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk
(57)
38
pemanfaatannya sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus didestilasi untuk mencapai kadar etanol di atas 99.5%.
2.3.4. Produk Biomassa
Terdapat tiga tipe bahan bakar yang dihasikan dari biomassa yang bias digunakan untuk berbagi macam kebutuhan, yaitu :
1. Cairan (ethanol, biodiesel, dan methanol)
2. Biogas (CH4, CO2), producer gas (CO, H2, CH4, CO2), syngas (CO, H2)
3. Padat (Arang)
Penggunaan etanol dan biodiesel sebagai bahan bakar kendaraan
tranportasi dapat mengurangi emisi gas CO2. Oleh karena itu biomassa bukan
hanya energi terbarukan tapi juga bersih atau ramah lingkungan, dan dapat digunakan sebagai sumber energi secara global.
Biomassa merupakan sumber energi tertua yang dikenal oleh manusia, kontribusinya terhadap total pemanfaatan energi di Indonesia bahkan di dunia masih sangat kecil. Pemahaman akan keterbatasan cadangan sumber energi fosil dan kepedulian terhadap keberlangsungan penyediaan sumber energi tersebut menyebabkan munculnya ketertarikan peneliti terhadap pemanfaatan biomassa pada tahun 1970an. Akan tetapi harga energi yang terus menurun saat itu menyebabkan perkembangan teknologi biomassa tidak begitu pesat. Hingga pada
tahun 1980an kepedulian terhadap emisi CO2 yang disebabkan oleh penggunaan
energi fosil mengakibatkan dikeluarkannya Kyoto Protocol yang membatasi
(58)
39
a)Massa Jenis Biomassa
Massa jenis biomassa adalah spesifik massa suatu biomassa per volumenya. Massa jenis dapat dihitung dengan persamaan :
ρ m v⁄ kg m … … … …(2.26)
Dimana :
= massa jenis (kg/m3)
m = massa bahan/biomassa (kg)
v = volume bahan/biomassa (m3)
b)Karakteristik Nyala Api
Dalam proses pembakaran, bahan bakar dan udara bercampur dan terbakar dan pembakarannya dapat terjadi baik dalam mode nyala api
ataupun tanpa mode nyala api. Berdasarkan buku an introduction to
combustion concept and application, definisi api adalah pengembangan
yang bertahan pada suatu daerah pembakaran yang dialokasikan pada kecepatan subsonic. Warna api dipengaruhi oleh 2 hal yaitu kandungan bahan bakar dan campuran udara yang ikut terbakar. Ketika api memiliki warna cenderung merah hal tersebut dapat diartikan bahwa bahan terbakar api tersebut memiliki nilai kalor yang relative rendah, atau udara yang mencampuri proses pembakaran hanya sedikit sehingga campuran kaya. Saat api berwarna kebiruan adalah sebaliknya yang merepresentasikan nilai kalor bahan bakar yang tinggi, atau campuran miskin.
(59)
40
Api hidrokarbon dikarakteristikkan oleh radiasinya yang tampak.
Dengan excess air, daerah reaksi akan terlihat biru. Radiasi biru berasal
dari eksitasi CH radikal di dalam daerah bertemperatur tinggi. Saat udara berkurang yang menyebabkan stoichiometrinya berkurang, daerah api akan
brwarna biru-hijau yang berasal dari eksitasi C2. Dalam kedua jenis apai
OH radikal memberikan kontribusi terhadap radiasi yang tampak. Jika campuran api kaya jelaga akan terbentuk akibat radiasi hitam. Meskipun radiasi jelaga memiliki intensitas maksimal dalam infra merah, kepekaan spectrum mata manusia menyebabkan kita melihat cahaya kuning terang (mendekati putih) akibat pudarnya emisi oranye,tergantung temperatur api.
Terdapat dua tipe mode nyala api, yaitu :
a. Premixed Flame
Premixed flame adalah api yang dihasilkan ketika bahan bakar bercampur dengan oksigen yang telah tercampur sempurna sebelum pemberian sumber api. Umumnya indikasi premixed flame dapat dilihat dari warna api yang berwarna biru. Laju pertumbuhan api tergantung dari komposisi kimia bahan bakar yang digunakan.
b. Diffusion Flame (Non-premixed)
Diffusion Flame adalah api yang dihasilkan ketika bahan bakar dan oksigen bercampur dan penyalaan dilakukan secara bersamaan. Laju
(60)
41
difusi reaktan bisa dipengaruhi oleh energi yang dimiliki oleh bahan bakar.
Gambar 2.9. Nyala api (a) Premix, (b) Difusi (Putri, 2009)
Selain itu kedua tipe di atas nyala api juga dibedakan berdasarkan jenis aliran yang terjadi, yaitu :
a. Api Laminer
Visualisasi api yang terlihat pada api tipe ini berbentuk secara laminar atau teratur. Api jenis ini memiliki bentuk mengikuti streamline aliran tanpa membentuk turbulensi atau gerakan tidak beraturan.
b. Api Turbulen
Api turbulen menunjukan pola aliran nyala api yang tidak beraturan atau acak yang member indikasi aliran yang bergerak sangat aktif. Pada
(61)
pem pro juga aka Kua dala kan ting Gambar 2.10 2.4. Seruta Serut ketersediaan telah terma mbakaran ga duksi yang a mengalam an direaksik alitas dari n am syngas y ndungan za ggi.
0. Perubahan A
n Kayu tan kayu m n serutan ka anfaatkan, s
as hasil gasif cenderung mi hambatan
an bersama nyala api jug
yang dihasi at yang flam
Api Laminar
merupakan li ayu banyak
ehingga bil
fikasi menun tidak kons
dalam pertu oksigen be ga tak lepas
lkan oleh p mmable mak
dan Turbulen
imbah indu namun tida la tidak dita
njukan indik stan membu umbuhannya ersamaan de dari nilai k proses gasifi
a kualitas a
n Terhadap Fl
ustri pengge ak semua se
angani deng
kasi diskontin uat api yang
a. Gas sebag engan saat p kalor yang t
kasi. Semak api juga aka
low Velocity (P
rgajian kay erutan kayu gan baik m
42 nuitas atau g terbentuk gai reaktan penyalaan. terkandung kin tinggi an semakin
Putri, 2009)
yu. Jumlah u yang ada maka dapat
(62)
43
menjadi masalah lingkungan yang serius. Kayu pada umumnya terdiri dari selulosa (40-50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik lainnya (Angga, 2005). Di Indonesia rata-rata kadar hara serbuk kayu adalah 50% C, 6% H, 0.04%-0.1% N, dan abu sebesar 0.2-0.5% (Aprita, 2014).
Adapun hasil dari proximate analysis dan ultimate analysis kayu dapat
ditunjukka pada tabel di bawah ini:
Table 2.3. Proximate analysis & Ultimate Analysis dari Kayu (Sumber : D.A. Tilman , 2000)
2.5. Efisiensi Aktual Gasifikasi
Parameter-parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifier antara lain,
kandungan moisture, temperatur udara masuk, dan heat loss. Dapat disimpulkan
bahwa kandungan moisture bahan bakar semakin tinggi,nilai kalor syngas
(63)
44
tingginya kandungan moisture bahan bakar. Untuk pengaruh temperatur udara
masuk, semakin tinggi temperatur udara masuk gasifier akan menaikkan efisiensi
gasifikasi. Sedangkan pengaruh besarnya heat loss, semakin kecil heat loss
semakin besar pengaruhnya terhadap efisiensi gasifikasi.
Efisiensi gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara dan persamaan berikut:
Mencari N2 yang disupply dari udara yang mana mengandung sekitar
78%:
Supply N2 Udara = 0,769 x SA ………(2.26)
Mencari N2 yang disupply dengan menggunakan agen gasifikasi oksigen,
kandungannya berdasarkan perbandingan nilai abudance dari hasil yang
ditunjukkan oleh gas analyser
Supply N2 oksigen =
SA
……(2.27) Mencari total nitrogen yang diproduksi udara dan bahan bakar :
Total N =
…...(2.28)
Mencari jumlah gas nitrogen yang diproduksi:
Produksi N =
……….(2.29)
Mencari energi dari gas mampu bakar (syngas) yang dihasilkan:
(64)
45
Mencari total energi dari gas mampu bakar/syngas (CO, H2 dan CH4)
Energi syngas = e. syngas CO + e. syngas H2 + e. syngas CH4……….(2.31)
Mencari total energi input dari bahan bakar yang digunakan:
Energi Input = nilai kalor bahan bakar ……….(2.32)
Mencari effisiensi gas hasil gasifikasi (ηg )
η
g =x 100% ………..(2.33)
Tabel 2.4 Higher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) Gas mampu Bakar Gas Higher Heating Value (MJ/kg mol) Lower Heating Value (MJ/kg mol)
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
CH4 890,36 802,34
Sumber: Basu, 2006
2.6. Perhitungan Kandungan Gas Hasil Gasifikasi
Untuk mengetahui kandungan gas, sampel gas diproses melalui alat GCxGC kemudian mendapat hasil berdasarkan berat molekul unsur penyusun gas tersebut.Persamaan–persamaan dibawah dapat digunakan untuk mengetahui persentase kandungan gas hasil gasifikasi. Terlebih dahulu perlu mencari nilai
(65)
46
Nilai abundance N Nilai abundance Ar udara Nilai abundance N udara Nilai abundance Ar gas
….
(2.34)Setelah memperoleh nilai abundance N2, kemudian menghitung nilai
abundance dari CO, dengan persamaan:
Nilai Abundance CO Nilai abundance berat molekul nilai abundance N gas…(2.35)
Setelah memperoleh nilai abundance N2 dan CO, dapat dilanjutkan
perhitungan pada persentase kandungan gas yang ingin diinginkan, dengan menggunakan persamaan:
% Kandungan Gas yang dicari Total abundance gas keseluruhan Nilai abundance gas yang dicari %...(2.36)
Kemudian dilakukan penjumlah terhadap keseluruhan persentase
kandungan gas untuk memperoleh persentase kandungan dari H2, dengan
persamaan:
% % % % % % % % …….(2.37)
2.7. Penelitian Terdahulu
Sebelumnya Prabowo sudah pernah melakukan penelitian tentang pengaruh
variasi Air Fuel Ratio terhadap proses gasifikasi. Dalam penelitiannya tersebut
menggunakan metode eksperimental untuk mengetahui gas hasil dari proses gasifikasi dengan model reaktor gasifikasi downdraft yang terdapat di Research Center ITS.
(66)
47
Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian terhadap propertis ampas tebu secara proximate dan nilai kalor (Low Heating Value). Pada penelitian digunakan sistem batch, artinya 1 kali pemasukan biomassa dari awal sampai biomassa habis sebesar 5,5 kg. Akan dilakukan 4 variasi rasio udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio) yaitu 0,79 : 0,96 : 1,11 : 1,25 dan ukuran biomassa 10-30 mm dan 1-7 mm. Identifikasi zona tahapan proses gasifikasi dilakukan dengan pemasangan 5 titik pengukuran temperatur sepanjang reaktor gasifikasi untuk mendapatkan drying zone, pyrolisis, oksidasi parsial serta reduksi. Dan yang terakhir dilakukan pengujian visualisasi nyala api gas hasil gasifikasi menggunakan burner serta pengujian terhadap nilai kalor dan komposisi gas.
Kandungan energi terbaik ditinjau dari LHV (Lower Heating Value) syn-gas dihasilkan pada variasi AFR 0,96 untuk ukuran ampas tebu 1-7 mm dengan efisiensi reaktor gasifikasi sebesar 61,98 %. Pada variasi AFR tersebut dihasilkan komposisi flammable gas sebagai berikut : CO = 21,63%, H2 = 5,61%, dan CH4 = 3,42%. Untuk variasi ini prosentase kandungan gas dan laju alir massa syn-gas selama proses memiliki komposisi yang tepat sehingga visualisasi nyala api yang dihasilkan berwarna biru.
Dari penelitiannya tersebut dapat disimpulkan untuk mendapatkan hasil gas gasifikasi yang paling baik diperlukan Air Fuel Ratio yang tepat.
(1)
pem pro juga aka Kua dala kan ting Gambar 2.10 2.4. Seruta Serut ketersediaan telah terma mbakaran ga duksi yang a mengalam an direaksik alitas dari n am syngas y ndungan za ggi.
0. Perubahan A
n Kayu tan kayu m n serutan ka anfaatkan, s
as hasil gasif cenderung mi hambatan
an bersama nyala api jug
yang dihasi at yang flam
Api Laminar
merupakan li ayu banyak
ehingga bil
fikasi menun tidak kons
dalam pertu oksigen be ga tak lepas
lkan oleh p mmable mak
dan Turbulen
imbah indu namun tida la tidak dita
njukan indik stan membu umbuhannya ersamaan de dari nilai k proses gasifi
a kualitas a
n Terhadap Fl
ustri pengge ak semua se
angani deng
kasi diskontin uat api yang
a. Gas sebag engan saat p kalor yang t
kasi. Semak api juga aka
low Velocity (P
rgajian kay erutan kayu gan baik m
nuitas atau g terbentuk
gai reaktan penyalaan. terkandung kin tinggi an semakin
Putri, 2009)
yu. Jumlah u yang ada maka dapat
(2)
menjadi masalah lingkungan yang serius. Kayu pada umumnya terdiri dari selulosa (40-50%), hemiselulosa (20-30%), lignin (20-30%), dan sejumlah kecil bahan-bahan anorganik lainnya (Angga, 2005). Di Indonesia rata-rata kadar hara serbuk kayu adalah 50% C, 6% H, 0.04%-0.1% N, dan abu sebesar 0.2-0.5% (Aprita, 2014).
Adapun hasil dari proximate analysis dan ultimate analysis kayu dapat ditunjukka pada tabel di bawah ini:
Table 2.3. Proximate analysis & Ultimate Analysis dari Kayu (Sumber : D.A. Tilman , 2000)
2.5. Efisiensi Aktual Gasifikasi
Parameter-parameter yang mempengaruhi efisiensi gasifier antara lain, kandungan moisture, temperatur udara masuk, dan heat loss. Dapat disimpulkan bahwa kandungan moisture bahan bakar semakin tinggi,nilai kalor syngas semakin rendah, dengan kata lain efisiensi gasifikasi semakin kecil dengan
(3)
tingginya kandungan moisture bahan bakar. Untuk pengaruh temperatur udara masuk, semakin tinggi temperatur udara masuk gasifier akan menaikkan efisiensi gasifikasi. Sedangkan pengaruh besarnya heat loss, semakin kecil heat loss semakin besar pengaruhnya terhadap efisiensi gasifikasi.
Efisiensi gas hasil gasifikasi dapat dihitung dengan cara dan persamaan berikut:
Mencari N2 yang disupply dari udara yang mana mengandung sekitar 78%:
Supply N2 Udara = 0,769 x SA ………(2.26)
Mencari N2 yang disupply dengan menggunakan agen gasifikasi oksigen, kandungannya berdasarkan perbandingan nilai abudance dari hasil yang ditunjukkan oleh gas analyser
Supply N2 oksigen =
SA
……(2.27) Mencari total nitrogen yang diproduksi udara dan bahan bakar :
Total N =
…...(2.28)
Mencari jumlah gas nitrogen yang diproduksi:
Produksi N =
……….(2.29)
Mencari energi dari gas mampu bakar (syngas) yang dihasilkan:
(4)
Mencari total energi dari gas mampu bakar/syngas (CO, H2 dan CH4) Energi syngas = e. syngas CO + e. syngas H2 + e. syngas CH4……….(2.31)
Mencari total energi input dari bahan bakar yang digunakan:
Energi Input = nilai kalor bahan bakar ……….(2.32) Mencari effisiensi gas hasil gasifikasi (ηg )
η
g =x 100% ………..(2.33)
Tabel 2.4 Higher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV) Gas mampu Bakar Gas Higher Heating Value (MJ/kg mol) Lower Heating Value (MJ/kg mol)
CO 282,99 282,99
H2 285,84 241,83
CH4 890,36 802,34
Sumber: Basu, 2006
2.6. Perhitungan Kandungan Gas Hasil Gasifikasi
Untuk mengetahui kandungan gas, sampel gas diproses melalui alat GCxGC kemudian mendapat hasil berdasarkan berat molekul unsur penyusun gas tersebut.Persamaan–persamaan dibawah dapat digunakan untuk mengetahui persentase kandungan gas hasil gasifikasi. Terlebih dahulu perlu mencari nilai abundance dari N2pada gas hasil gasifikasi, dengan persamaan:
(5)
Nilai abundance N Nilai abundance Ar udara Nilai abundance N udara Nilai abundance Ar gas
….
(2.34)Setelah memperoleh nilai abundance N2, kemudian menghitung nilai abundance dari CO, dengan persamaan:
Nilai Abundance CO Nilai abundance berat molekul nilai abundance N gas…(2.35)
Setelah memperoleh nilai abundance N2 dan CO, dapat dilanjutkan perhitungan pada persentase kandungan gas yang ingin diinginkan, dengan menggunakan persamaan:
% Kandungan Gas yang dicari Total abundance gas keseluruhan Nilai abundance gas yang dicari %...(2.36)
Kemudian dilakukan penjumlah terhadap keseluruhan persentase kandungan gas untuk memperoleh persentase kandungan dari H2, dengan persamaan:
% % % % % % % % …….(2.37)
2.7. Penelitian Terdahulu
Sebelumnya Prabowo sudah pernah melakukan penelitian tentang pengaruh variasi Air Fuel Ratio terhadap proses gasifikasi. Dalam penelitiannya tersebut menggunakan metode eksperimental untuk mengetahui gas hasil dari proses gasifikasi dengan model reaktor gasifikasi downdraft yang terdapat di Research Center ITS.
(6)
Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian terhadap propertis ampas tebu secara proximate dan nilai kalor (Low Heating Value). Pada penelitian digunakan sistem batch, artinya 1 kali pemasukan biomassa dari awal sampai biomassa habis sebesar 5,5 kg. Akan dilakukan 4 variasi rasio udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio) yaitu 0,79 : 0,96 : 1,11 : 1,25 dan ukuran biomassa 10-30 mm dan 1-7 mm. Identifikasi zona tahapan proses gasifikasi dilakukan dengan pemasangan 5 titik pengukuran temperatur sepanjang reaktor gasifikasi untuk mendapatkan drying zone, pyrolisis, oksidasi parsial serta reduksi. Dan yang terakhir dilakukan pengujian visualisasi nyala api gas hasil gasifikasi menggunakan burner serta pengujian terhadap nilai kalor dan komposisi gas.
Kandungan energi terbaik ditinjau dari LHV (Lower Heating Value) syn-gas dihasilkan pada variasi AFR 0,96 untuk ukuran ampas tebu 1-7 mm dengan efisiensi reaktor gasifikasi sebesar 61,98 %. Pada variasi AFR tersebut dihasilkan komposisi flammable gas sebagai berikut : CO = 21,63%, H2 = 5,61%, dan CH4 = 3,42%. Untuk variasi ini prosentase kandungan gas dan laju alir massa syn-gas selama proses memiliki komposisi yang tepat sehingga visualisasi nyala api yang dihasilkan berwarna biru.
Dari penelitiannya tersebut dapat disimpulkan untuk mendapatkan hasil gas gasifikasi yang paling baik diperlukan Air Fuel Ratio yang tepat.