5
BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
1.1 Profil Keluarga Dampingan
Identitas keluarga I Made Jonedi yang menjadi objek keluarga dampingan adalah seperti tabel berikut:
No Nama
Status Umur
Pendidikan Pekerjaan
Ket
1 I Made Jonedi
Kawin 41
SD Wiraswasta
Kepala keluarga 2
Ni Luh Karti Kawin
42 SD
Tidak Bekerja
Istri
3 Ni Putu Risna
Oviliawati Belum
Kawin 7
SD Pelajar
Anak
Bapak I Made Jonedi adalah seorang buruh lepas yang memiliki semangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaannya
sebagai seorang buruh bangunan dan berternak sapi. Beliau tinggal di rumah yang sangat sederhana dengan istrinya Ni Luh Karti dan anaknya Ni Putu Risma Oviliawati di Banjar
Munduk Bayur, Desa tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan
Ekonomi merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan dari seseorang. Dalam hal ini pengukuran ekonomi dari keluarga dampingan bertujuan untuk
mengidentifikasi sumber pendapatan keluarga dampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dampingan, seperti kebutuhan sehari-hari. Untuk itu dalam mengukur tingkat
kesejahteraan keluarga dampingan Pak Jonedi diperlukan dua hal, yaitu pendapatan keluarga dampingan dan pengeluaran keluarga dampingan. Maka lebih jelasnya akan tercantum pada
sub-sub berikut :
1.2.1 Pendapatan keluarga
6 Bapak Jonedi termasuk ke dalam salah satu keluarga keluarga pra-sejahtera di banjar
Munduk Bayur, Desa Tuwed yang perekonomiannya dalam tingkat sejahtera. Pendapatan bapak Jonedi kesehariannya bila mendapat orderan kerja perharinya beliau di upah
sebesar Rp. 80.000 namun hal tersebut tidak dapat di prediksi karena mengandalkan hasil dari bekerja sebagai buruh bangunan yang tidak pasti mendapatkan panggilan untuk
bekerja.
- Sumber Penghasilan
Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Jonedi dari kesehariannya yang hanya seorang buruh bangunan, jika ada proyek membangun rumah kemungkinan pak Jonedi akan
mendapatkan pekerjaan namun jika tidak ada maka pak Jonedi akan menunggu orderan, jadi penghasilan beliau tidak tetap. Sedangkan istri beliau hanya sebagai seorang ibu
rumah tangga yang hanya mengurus rumah dan mengasuh anak sehingga tidak memberikan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan. Dan beras untuk makan dapat dari
bantuan beras miskin. Sehingga kehidupan bapak Jonedi sangat memperihatinkan dan sangat berkekurangan ditambah punya seekor sapi dan 10 ayam kampung yang sewaktu-
waktu dapat dijual.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Pengeluaran dari bapak Jonedi hanya terbatas pada pengeluaran sehari-hari untuk kebutuhan pokok dan biaya uang saku dan perlengkapan sekolah untuk anaknya.
- Kebutuhan sehari-hari
Untuk pengeluaran konsumsi sehari-hari keluarga bapak Kantun hanya mengeluarkan biaya untuk membeli lauk, untuk beras keluarga beliau sudah mendapatkan jatah beras
raskin setiap bulannya yang diberikan oleh desa. Rincian biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Belanja per-hari Rp 50.000 x 30 hari = Rp 1.500.000 Total
= Rp 1.500.000 -
Biaya pendidikan anak
7 Untuk biaya pendidikan anak pak Jonedi hanya menanggung seragam sekolah dan
uang saku anaknya, sebab biaya pendidikan anak sudah ditanggung pemerintah melalui Kartu Indonesia Pintar KIP. Rincian biaya yang dikeluarkan adalah sebagai
berikut: Uang saku
Rp 5.000 x 30hari = Rp 150.000
Biaya seragam sekolah Rp.100.000 = Rp 100.000
Total = Rp 250.000
- Kesehatan
Dalam hal pengeluaran untuk kesehatan, keluarga pak Jonedi mendapat bantuan dari pemerintah berupa jaminan kesehatan dalam bentuk Kartu Indonesia Sehat
KIS. Sehingga dalam hal kesehatan keluarga Pak Jonedi cukup diringankan.
- Sosial
Untuk pengeluaran di bidang social khususnya bila ada orang meninggal di banjar Munduk bayur setiap KK di wajibkan untuk membayar iuran sebesar 20.000 untuk
membeli perlengkapan atau sarana upacara pengabenan. Pengeluaran di bidang sosial lainnya seperti odalan di pura, semua masyarakat di banjar Munduk bayur desa
Tuwed hanya ngayah atau membantu prosesi upacara karena segala pembiayaannya sudah di tanggung dari desa. Bapak Jonedi tidak mengeluarkan buat iuran banjar
karena untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari masih kekurangan. Bahkan untuk listrik saja menumpang dari tetangga dan penggunaannyapun dibatasi.
8
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh Bapak I Made Jonedi dimana masalah-masalah tersebut akan dikelompokkan. Sehingga akan didapatkan
permasalahan utama yang nantinya menjadi masalah prioritas dan dicarikan solusi permasalahannya.
2.1 Permasalahan Keluarga
Dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dampingan dilakukan pendekatan secara langsung dengan keluarga dampingan. Setelah beberapa kali mengadakan
kunjungan ke rumah keluarga dampingan ditemukan beberapa masalah yang dihadapi keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara dan pengamatan dengan keluarga dampingan, yaitu:
- pendapatan yang tidak cukup dan tak menentu sehingga bapak Jonedi perbulannya
dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. -
Rendahnya tingkat pendidikan, Sebagai lulusan SD tentunya sangat sulit bagi beliau untuk mendapatkan jenis pekerjan yang lebih baik.
- Tidak lancarnya pembagian bantuan beras miskin dari pemerintah
- Sulitnya mencari pekerjaan karena di daerah ini sangat jarang keberadaan perusahaan
- Selain itu putri semata wayang beliau juga masih kecil sehingga istri beliau harus
lebih intensif untuk mengasuh dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari pekerjaan di luar rumah.
- Kurangnya inovasi terhadap pemanfaatan hasil perkebunan
2.2 Masalah Prioritas
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan, dapat di tentukan tiga permasalahan yang di prioritaskan diantaranya:
- Rendahnya tingkat pendidikan, Sebagai lulusan SD tentunya sangat sulit bagi beliau
untuk mendapatkan jenis pekerjan yang lebih baik.
9 -
Rendahnya kontribusi pendapatan dari istri karena istri harus lebih intensif untuk mengasuh anak dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari pekerjaan di
luar rumah. -
Kurangnya inovasi terhadap pemanfaatan hasil perkebunan Pengambilan masalah prioritas sudah berdasarkan keterjangkauan sesuai dengan analisis
KUWAT dan dengan memperhatikan potensi yang dimiliki oleh keluarga yakni tingkat pendidikan bapak I Made Jonedi dan ibu Ni Luh karti yang sama-sama hanya pernah menempuh
pendidikan di bangku sekolah dasar, menyebabkan SDM keluarga tersebut sangat rendah dan kemampuan berinovasi untuk mengikuti perkembangan globalisasi menjadi sangat sulit.
Dengan mengandalkan pendapatan keluarga yang tergolong kecil sementara harga pemenuhan kebutuhan pokok cenderung meningkat setiap tahun membuat keluarga bapak Jonedi
semakin sulit untuk membeli kebutuhan sehari-harinya. Alasan sulitnya bapak Jonedi mendapat orderan kerja secara tidak langsung di pengaruhi oleh keadaan musim, bila tiba musim hujan
masyarakat di desa Tuwed lebih memilih untuk menggarap lahan di pertanian untuk mengumpulkan uang dan orderan proyek untuk membangun rumah menjadi sepi. Hal lain yang
juga menyebabkan kecilnya pendapatan beliau adalah sulitnya mencari pekerjaan yang lebih baik karena di daerah ini sangat jarang keberadaan perusahaan. Hal ini menjadi prioritas mengingat
kebutuhan keluarga pasti akan meningkat.
10
BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH
3.1 Program