UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 TANJUNG BINTANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ERWIN WIJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN

2012/2013

Oleh Erwin Wijaya

Masalah dalam penelitian ini rendahnya interaksi sosial siswa dengan teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjung bintang tanun ajaran 2012/2013

Metode yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain one group pretest-posttest, dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian ini delapan orang siswa kelas XI SMA N 1 Tanjung bintang tanun ajaran 2012/2013

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya mengalami peningkatan signifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh Z hitung = -2,521 dan Z tabel = 0. Karena Z hitung ≤ Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial dengan teman sebaya sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

Kesimpulan dalam penelitian ini, interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjung bintang tanun ajaran 2012/2013

Saran yang diberikan yaitu (1) Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosialnya, (2) Guru pembimbing hendaknya mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan interaksi sosial siswa, (3) Guru hendaknya membantu siswa untuk lebih aktif dalam interaksi sosialnya, (4) Para peneliti hendaknya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan layanan yang sama tetapi dengan masalah dan subyek yang berbeda.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

C. Kerangka Pikir ... 5

D. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Interaksi Sosial ... 10

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 10

2. Faktor - Faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial ... 13

3. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 17

4. Tahap - Tahap Interaksi Sosial ... 19

5. Bentuk Interaksi Sosial ... 21

6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial ... 24

7. Kriteria untuk Menganalisis Proses Interaksi Sosial ... 25

8. Interaksi sosial pada teman sebaya ... 27

9. Fungsi Kelompok Teman Sebaya ... 27

B. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 29

1. Tujuan Bimbingan Kelompok... 30

2. Komponen dalam Layanan Bimbingan Kelompok... 32

3. Dinamika Kelompok ... 33

4. Teknik dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok ... 34

5. Materi Layanan Bimbingan Kelompok ... 36

6. Tahap - Tahap Kegiatan Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok ... 37


(7)

C. Variabel Penelitian ... 46

D. Definisi Operasional ... 47

E. Subjek Penelitian ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Teknik Analisis Data... 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 52

2. Deskripsi Data ... 53

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 53

4. Data Skor Subyek Sebelum dan Setelah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok (Pretest dan Posttest) ... 61

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 62

6. Uji Hipotesis ... 62

B. Pembahasan ... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN... . 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya Santoso (2010:164). Dari pengertian di atas maka dapat lebih diketahui bahwa interaksi sosial siswa sangat penting untuk diperhatikan agar menjadi lebih baik sehingga siswa tersebut dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya kepada orang lain khususnya teman sebaya di lingkungan pendidikannya agar bermanfaat dan dapat lebih mengembangkan kemampuan diri yang dimilikinya.

Interaksi sosial dengan sesama siswa adalah penting, karena dalam proses belajar, siswa lain atau teman sebaya di lingkungan sekolah merupakan salah satu media dalam bertukar informasi dan pengetahuan. Maka dari itu, diperlukan interaksi yang baik untuk memperlancar proses belajar siswa sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik yang didukung dengan perilaku yang baik.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang penulis mendapatkan bahwa ada siswa yang terisolir dari teman sekelasnya hal ini


(9)

ditandai dengan kurangnya teman bermain siswa dan sulit mendapat kelompok saat pembentukan kelompok belajar ada siswa yang sering menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan teman-temannya, hal ini terlihat dari kurang aktifnya siswa saat berkumpul dalam kelas ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing hal ini ditandai dengan terlihatnya siswa yang bermain atau berkumpul hanya dengan teman yang sama dan siswa yang kurang suka dipasangkan dengan teman lain selain teman sekelompoknya ada siswa yang sulit bekerja dalam kelompok hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam diskusi kelompok sering pergi atau tidak ada di kelompoknya saat diskusi kelompok berlangsung dan sering marah apabila pendapatnya tidak diterima dalam kelompoknya, ada siswa yang suka bertindak semena-mena terhadap teman sekelasnya, hal ini terlihat dari seringnya siswa bersikap mengatur temannya dan dengan sesuka hatinya menyuruh temannya untuk melakukan pekerjaan kelas. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah di lingkungan sekolahnya.

manusia sebagai homo homini socius yaitu manusia memerlukan manusia lain selain dirinya. Untuk mencapai kebahagiaan insaninya, manusia memerlukan satu tempat yang didalamnya terdapat suatu komunitas tertentu. Komunitas yang dapat melengkapi eksistensinya, sekaligus menyempurnakan kemanusiaanya. Melalui komunitas itulah manusia menjalin interaksi dan kerja sama. Interaksi dan kerja sama manusia tidak didasari atas insting atau naluri semata melainkan kesadaran untuk saling membutuhkan. (Albert Bandura dalam Sarwono, 2002:84).


(10)

Peningkatan interaksi sosial siswa yang rendah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, atau kegiatan lainnya. Alfred Adler (dalam Suryabrata, 1990:221) juga menyatakan pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. hal tersebut dapat dilihat dalam wujud konkretnya bahwa manusia memiliki sikap kooperatif, memiliki hubungan sosial, hubungan antar pribadi, mengikatkan diri dengan kelompok, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa Peneliti ingin mengetahui apakah interaksi sosial siswa dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut.

a) Ada siswa yang terisolir di antara teman sekelasnya

b) Ada siswa yang suka menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan teman-temannya

c) Ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing d) Ada siswa yang merasa tertekan


(11)

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Upaya meningkatkan interaksi sosial melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun pelajaran 2012 /2013

4. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian adalah interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah

“Apakah interaksi sosial dengan teman sebaya dapat di tingkatkan melalui Bimbingan kelopok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun Pelajaran 2012 /2013

B.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun Pelajaran 2012- 2013

2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya Bimbingan Kelompok


(12)

b. Secara praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan informasi tentang interaksi sosial yang baik untuk siswa, dan bahan informasi untuk guru pembimbing .

C. Kerangka Pikir

Sekolah merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu, meskipun demikian perkembangan siswa juga sangat dipengaruhi oleh konteks sosial yang lainnya yaitu relasi dengan teman sebaya. Perkembangan siswa yang dimaksud dalam sekolah tentu saja lebih menuju pada perkembangan perilakunya dalam berinteraksi di lingkungan sekolah serta hasil belajar yaitu prestasi belajar yang diperoleh. Interaksi dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003:54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu banyak jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Salah satu faktor dari faktor eksternal adalah faktor sekolah yang didalamnya termuat interaksi dengan sesama siswa.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa interaksi sosial dengan sesama siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Hal ini dapat terjadi karena di dalam interaksi sosial terdapat hubungan yang saling timbal balik yang mengarah pada pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang dapat menunjang proses dan aktivitas belajar siswa. Dunia pendidikan yang penuh dengan muatan interaksi sosial akan menjadi sangat positif apabila ada keseimbangan dalam pola hubungan. Pola keseimbangan yang dimaksud adalah pola hubungan timbal balik


(13)

yang berlaku dua arah, dalam arti pada posisi tertentu siswa dapat bermitra dengan baik dengan seluruh warga sekolah khususnya sesama siswa.

Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Santoso (2010:157) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat meningkatkan jumlah/kuantitas dan mutu/kualitas dari tingkah laku sosial individu sehingga individu makin matang di dalam bertingkah laku sosial dengan individu lain dalam situasi sosial. Kematangan individu yang diinginkan dalam bertingkah laku ini yaitu ketika siswa mampu bekerja sama dalam arti yang positif dengan temannya khususnya saat belajar, siswa mampu aktif bertanya dan menanggapi saat diskusi kelompok, siswa memiliki sikap solidaritas dengan temannya, siswa mampu menunjukkan sikap penerimaan yang baik, siswa berani mengajukan pendapatnya, siswa mampu menghindari pertikaian serta siswa ikut terlibat dalam berbagai kegiatan .

Hal-hal tersebut di atas merupakan interaksi sosial yang diinginkan ataupun diharapkan terjadi dalam suatu situasi sosial, dalam hal ini di sekolah. Namun pada kenyataannya, interaksi sosial yang rendah masih banyak terjadi khususnya sesama siswa. Interaksi sosial rendah yang dimaksud dalam hal ini adalah kurang terlibatnya siswa dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas rendahnya interaksi sosial tidak akan menjadi masalah yang berarti bagi siswa dalam menjalani kesehariannya, namun hal ini tentu saja perlu dikembangkan agar dapat menunjang siswa untuk lebih aktif dan terlibat dalam aktivitas belajar serta


(14)

pergaulannya dengan teman sebaya di sekolah. Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan kurang terlibatnya siswa dalam suatu kegiatan kelompok.

Interaksi sosial yang rendah tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain yang pertama yaitu situasi sosial yang mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya saja ketika ada pelajaran ataupun topik diskusi yang tidak disukai maka dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi itu, yang kedua yaitu karakter individu, karakter atau kepribadian individu yang memang suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan temannya, hal ini mungkin disebabkan karena berbagai hal, memang kebiasaannya seperti itu atau karena pengaruh pola asuh orang tua yang otoriter sehingga membuatnya sedikit penyendiri dan lain sebagainya, yang ketiga yaitu karena siswa itu merasa takut, takut untuk bergaul dengan teman-temannya dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal, bisa saja karena ia pernah diperlakukan kasar oleh temannya, adanya guru yang otoriter ataupun dari pengalaman masa lalunya. Berbagai hal tersebut dapat saja menjadi faktor-faktor yang menyebabkan interaksi sosial siswa yang rendah Slameto (2003:55)

Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkannya, baik berupa layanan individual maupun kelompok Berkenaan dengan itu, maka peneliti menggunakan Bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial siswa yang rendah hal pertama yang di lakukan peneliti adalah membentuk kelompok dan pemilihan


(15)

ketua kelompok,setelah itu masuk pada tahap peralihan,tahap kegiatan,pemberian materi dan terakhir adalah pengakhiran

Dari penjelasan di atas, maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan memberikan bimbingan sosial kepada siswa yang berisikan materi-materi mengenai interaksi sosial, sehingga diharapkan siswa mampu berkomunikasi baik dengan temannya, sehingga interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah dapat meningkat menjadi tinggi.

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya melalui Bimbingan kelompok

Dari gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa interaksi sosial yang rendah misalnya siswa yang kurang terlibat dalam kelompok dan kurang berani mengemukakan pendapatnya setelah diberikan layanan bimbingan kelompok siswa tersebut mampu melibatkan diri dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas dengan lebih aktif serta lebih mudah untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Interaksi sosial siswa dengan teman sebaya rendah

Interaksi sosial siswa dengan teman sebaya meningkat / tinggi

Bimbingan Kelompok


(16)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013.

Adapun hipotesis statistiknya yaitu ;

1) Hipotesis Nihil (Ho) : Interaksi sosial dengan teman sebaya tidak dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013.

2) Hipotesis Alternatif (Ha) : Interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini berjudul “ Peningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjungbintang untuk itu akan dijelaskan teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu mengenai interaksi sosial, teman sebaya, Bimbingan kelompok, serta keterkaitan bimbingan dan konseling dengan upaya meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya melalui Bimbingan kelompok

A. Interaksi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti memiliki hubungan dengan orang lain, bagaimanapun hubungan itu pasti akan terjadi interaksi di dalamnya. Apa dan bagaimana interaksi sosial itu terjadi dan berlangsung maka perlu dibahas dan dijelaskan dengan teori-teori yang berkaitan.

1. Pengertian Interaksi Sosial

Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli yang akan dijelaskan sebagai berikut ;

Bonner (dalam Ahmadi, 2007:49) merumuskan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan


(18)

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Pendapat Bonner diatas menjelaskan bahwa interaksi sosial memiliki dampak, dimana ketika individu berhubungan dengan orang lain akan ada tingkah laku individu yang berubah dan terpengaruh dari tingkah laku individu yang lainnya dan hal itu merupakan hasil dari sebuah proses interaksi sosial.

Newcomb (dalam Santoso, 2010:163) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah peristiwa yang kompleks, termasuk tingkah laku yang berupa rangsangan dan reaksi keduanya, dan yang mungkin mempunyai satu arti sebagai rangsangan dan yang lain sebagai reaksi.

Grath (dalam Santoso, 2010:163) mengemukakan bahwa,

“interaksi sosial adalah suatu proses yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku anggota-anggota kelompok kegiatan dalam hubungan dengan yang lain dan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan lingkungan, selama kelompok tersebut dalam kegiatan.”

Sutherland (dalam Santoso, 2010:164) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan yang mempunyai pengaruh secara dinamis antara individu dengan individu dan antara individu dengan kelompok dalam situasi sosial.

Sargent (dalam Santoso, 2010:164) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat diterangkan sebagai suatu fungsi individu yang ikut berpartisipasi /ikut serta dalam situasi sosial yang mereka setujui.


(19)

Dari empat pendapat diatas maka dapat dilihat bahwa interaksi sosial diamati dari segi proses, dimana interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi dalam situasi sosial serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik dari individu yang ikut berpartisipasi dalam situasi sosial itu sehingga menimbulkan pengaruh dalam suatu kegiatan kelompok tersebut.

Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.

Seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang lain atau kelompok lain ketika berinteraksi. Sebuah interaksi sosial akan kacau bila antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan.

Agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib, teratur dan agar anggota masyarakat bisa berfungsi dengan baik dalam interaksi sosialnya, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk melihat secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.


(20)

2. Faktor – Faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat berlangsung karena beberapa faktor penting, seperti yang dikemukakan oleh Santoso (2010: 166) yang menyebutkan ada 4 faktor yang mendasari interaksi sosial, yaitu :

a) faktor imitasi b) faktor sugesti

c) faktor identifikasi, dan d) faktor simpati.

a) Imitasi

Faktor ini telah diuraikan oleh Tarde (dalam Santoso, 2010:166) yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan pada faktor imitasi saja. Peranan imitasi dalam interaksi sosial itu tidak kecil, terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulangi bunyi kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah, dan mulut untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi kepada orang lain, dan memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara memberi syarat, dan lain-lain kita pelajari pada mula-mulanya mengimitasi.

Tarde (dalam Santoso, 2010:169) mengemukakan akibat proses imitasi dapat bersifat positif dan bersifat negatif, yaitu:

1) Akibat proses imitasi yang positif adalah: dapat diperoleh kecakapan dengan segera, dapat diperoleh tingkah laku yang seragam, dan dapat mendorong individu untuk bertingkah laku. 2) Akibat proses imitasi yang negatif adalah: apabila yang diimitasi

salah maka akan terjadi kesalahan massal, dan dapat menghambat berpikir kritis.


(21)

Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa faktor imitasi merupakan hal yang penting dalam interaksi sosial, karena untuk belajar sesuatu ataupun bertindak, pada mulanya kita pasti belajar dari orang lain, dan terus belajar agar dapat berperilaku dengan lebih baik. Namun imitasi juga dapat berdampak buruk pada interaksi individu jika yang diimitasi adalah hal yang salah, maka dari itu individu perlu memilih hal-hal yang baik untuk dicontoh agar dapat diterima dengan baik di lingkungannya.

b) Sugesti

Ahmadi (2007:53) mengemukakan bahwa,

“sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi, sugesti ini dibedakan menjadi:

1) Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.

2) Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.” Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena ada auto-sugestinya maka individu merasa dalam keadaan yang tidak sehat, masih banyak lagi hal-hal yang disebabkan karena auto sugesti ini.

Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial adalah hampir sama, bedanya ialah bahwa dalam imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang


(22)

memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.

uraian diatas maka dapat diketahui bahwa sugesti merupakan pandangan dari diri sendiri maupun orang lain yang dapat diterima dan mempengaruhi sikap tertentu individu. Sugesti akan membawa seseorang pada suatu sikap sesuai dengan yang ada dipikirannya atau psikisnya.

c) Identifikasi

Freud (dalam Santoso, 2010:175) memberi pengertian identifikasi sebagai dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Contoh identifikasi misalnya seorang anak laki-laki untuk menjadi sama seperti ayahnya atau seorang anak perempuan untuk menjadi sama seperti ibunya. Proses identifikasi ini mula-mula berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian irrasional, yaitu berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan yang ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.

Dari uraian di atas, maka dapat lebih dijelaskan bahwa identifikasi berawal dari kesukaan dan kebiasaan individu terhadap individu yang akan ia identifikasi itu, tanpa sadar individu yang mengidentifikasi itu akan mengikuti tingkah laku, sikap, dan


(23)

kebiasaannya. Setelah itu, karena samanya kebiasaan yang dilakukan, maka lama-kelamaan akan tumbuh perasaan-perasaan untuk menjadi sama dengannya, dan ingin memainkan peran sebagai orang yang diidentifikasi tersebut.

d) Simpati

Ahmadi (2007:58) mengemukakan bahwa,

“simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga ada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya.”

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Seperti pada proses identifikasi, proses simpati pun kadang-kadang berjalan tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Katakanlah orang tiba-tiba tertarik dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya. Tertariknya ini tidak pada salah satu ciri tertentu dan orang itu, tapi keseluruhan ciri pola tingkah lakunya.

Perbadaannya dengan identifikasi, dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak, mencontoh, dan belajar. Sedangkan pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama. Dengan demikian simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.


(24)

Dari uraian tersebut sudah dapat kita ketahui bahwa simpati adalah rasa tertariknya orang yang satu dengan orang yang lain dimana orang itu ingin mengerti seseorang tersebut dan ingin bekerja sama bahkan membantu orang tersebut yang dilandasi dengan adanya rasa pengertian.

3. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosial dan adanya komunikasi. Soekanto (2010:58) menyatakan syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi.

a) Kontak sosial

Kontak sosial berarti adanya hubungan yang saling mempengaruhi tanpa perlu bersentuhan. Misalnya, pada saat berbicara yang mengandung pertukaran informasi, tentu saja akan mempengaruhi pengetahuan dan cara pandang. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara satu pihak ke pihak lainnya.

Soekanto (2010:58) mengatakan bahwa,

“kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yakni: 1) Kontak sosial antarindividu atau antar orang per orang.

2) Antarindividu dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya. 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia

lain.”

Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder, juga dapat bersifat positif atau negatif, yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja


(25)

sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik, bahkan pemutusan interaksi sosial.

Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kontak sosial adalah hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok yang dapat saling mempengaruhi tanpa perlu bersentuhan, misalnya saja suatu pembicaraan yang dapat bertukar informasi sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan dan sudut pandang orang lain.

b) Komunikasi

Soekanto (2010: 60) mengatakan bahwa,

“komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan berupa lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berwujud informasi, pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain-lain dari komunikator kepada komunikan.”

Dalam komunikasi, yang penting adalah adanya pengertian bersama dari lambang-lambang tersebut, dan karena itu komunikasi merupakan proses sosial. Bila komunikasi itu berlangsung secara terus menerus maka akan terjadi suatu interaksi.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau individu dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Komunikasi dapat memungkinkan terjadinya kerja sama antara individu atau kelompok, namun disamping itu komunikasi juga dapat


(26)

menyebabkan pertikaian sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari individu satu ke individu lain, yang dapat dilakukan secara langsung melalui suatu pembicaraan ataupun secara tidak langsung melalui media. Komunikasi yang dilakukan secara terus menerus inilah yang akan menimbulkan adanya interaksi sosial antarindividu ataupun antarkelompok.

Kontak sosial dan komunikasi ini sangat berhubungan, dimana dengan adanya kontak sosial dan komunikasi yang baik dapat menjalin suatu kerja sama dalam suatu hubungan, namun apabila terjadi pertentangan dan salah paham maka dapat menyebabkan suatu konflik bahkan pemutusan interaksi sosial. Maka dari itu, dua hal ini sangatlah penting untuk diperhatikan dan dilakukan dengan lebih baik agar interaksi sosial dapat berjalan dengan baik.

4. Tahap – Tahap Interaksi Sosial

Dalam prosesnya, berlangsungnya interaksi sosial akan menempuh beberapa tahapan, dimulai dari ketika individu baru memulai hubungan, ada masalah dalah sebuah hubungan, ada penyelesaian dan kelegaan dalam sebuah hubungan dan seterusnya.

Menurut Santoso (2010:189-190), dalam proses interaksi sosial perlu menempuh tahap-tahap sebagai berikut:


(27)

a) Tahap pertama: ada kontak/hubungan b) Tahap kedua: ada bahan dan waktu c) Tahap ketiga: timbul problema d) Tahap keempat: timbul ketegangan e) Tahap kelima: ada integrasi

Dari pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa interaksi sosial itu tidak terjadi secara begitu saja, namun ada proses dan tahapan yang dilalui, bermula dari adanya suatu kontak dengan individu atau kelompok lain yaitu adanya hubungan dan saling berkomunikasi, lalu ada bahan untuk dikomunikasikan tersebut dan mungkin mengatur waktu untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, selanjutnya timbul problema dari pembicaraan atau hal yang dibicarakan tersebut, dan terjadi perdebatan atau ketegangan adalah hal yang harus dilewati dengan bijak sehingga pada akhirnya dapat mencapai integrasi, yaitu suatu pemecahan masalah dari problema dan ketegangan itu sehingga dapat menciptakan rasa lega dan daman dalam interaksi tersebut.

Tahap – tahap tersebut apabila dapat dilewati dengan baik oleh setiap individu, maka individu tersebut dapat dikatakan telah mampu melakukan suatu interaksi sosial dengan baik. Dalam setiap hubungan ada kalanya suatu problem dan ketegangan itu terjadi, namun dengan interaksi sosial yang baik, hal itu dapat diatasi dengan ditandai penyelesaian masalah yang segera didapatkan.


(28)

5. Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial memiliki beberapa bentuk yang dapat saja terjadi dalam sebuah situasi sosial ataupun kelompok sosial. Menurut Deuttch serta Park dan Buergess (dalam Santoso, 2010:191), bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi:

a) Kerjasama b) Persaingan c) Pertentangan d) persesuaian dan e) perpaduan.

Bentuk-bentuk tersebut dapat lebih dijelaskan sebagai berikut:

a) Kerja Sama (Coorporation)

Menurut Sargent (Santoso, 2010:191), kerja sama adalah usaha yang dikoordinasikan yang ditujukan kepada tujuan yang dapat dipisahkan. Pengertian ini memperkuat pandangan bahwa kerja sama sebagai akibat kekurangmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dengan usaha sendiri sehingga individu yang bersangkutan memerlukan sbantuan individu lain.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang positif, dimana dibutuhkan rasa saling memahami dan kekompakan dalam melakukan sebuah kerja sama.

b) Persaingan (Competition)

Deuttch (dalam Santoso, 2010:193) menyatakan bahwa,

“persaingan adalah bentuk interaksi sosial di mana seseorang mencapai tujuan, sehingga individu lain akan dipengaruhi untuk mencapai tujuan mereka. Dalam persaingan, setiap individu dapat


(29)

mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan cara mereka masing-masing tanpa lepas dari pengaruh individu lain.”

Suatu persaingan pasti terjadi dalam interaksi sosial, karena setiap individu yang berada dalam suatu situasi sosial itu pasti memiliki tujuan yang ingin mereka capai, dimana tujuan individu itu bisa saja sama dengan individu lain yang berada dalam kelompok sosial yang sama. Misalnya, persaingan dalam memperebutkan juara kelas, tentu saja siswa akan bersaing baik melalui nilai-nilai tugas, ujian dan kegiatan-kegiatan belajar yang diadakan di kelasnya untuk menjadi yang terbaik, dan dalam hal itu tentu saja tidak terlepas dari interaksi siswa itu baik dengan teman maupun gurunya.

c) Pertentangan (Conflict)

Sargent (dalam Santoso, 2010:194) memberi pengertian bahwa, “konflik adalah proses yang berselang-seling dan terus-menerus serta mungkin timbul pada beberapa waktu, lebih stabil berlangsung dalam proses interaksi sosial. Lebih lanjut, konflik dapat mengarah pada proses penyerangan karena adanya beberapa sebab seperti kekecewaan dan kemarahan.”

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebuah konflik itu bisa saja muncul dalam suatu hubungan, maka individu diharapkan dapat mengatasi konflik tersebut agar tidak berkepanjangan dan menyebabkan pertengkaran sehingga proses interaksi sosial dapat berjalan dengan baik.

d) Persesuaian (Acomodation)

Sargent (dalam Santoso, 2010:195) mengemukakan bahwa persesuaian adalah suatu proses peningkatan untuk saling


(30)

beradaptasi atau penyesuaian. Tujuan persesuaian menurut Santoso (2010:195) antara lain:

1) Untuk mengurangi pertentangan antarindividu/kelompok karena adanya perbedaan.

2) Untuk mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat sementara.

3) Untuk memungkinkan adanya kerja sama antarkelompok.

4) Untuk mengadakan integrasi antarkelompok sosial yang saling terpisah.

Dari uraian tersebut maka persesuaian itu sangat penting untuk disadari dan dilakukan dalam sebuah interaksi agar interaksi dapat berjalan dengan baik dengan adanya rasa saling pengertian dan memahami serta menimbulkan suatu kerja sama yang baik antarindividu maupun antarkelompok.

e) Perpaduan (Assimilation)

Sargent (dalam Santoso, 2010:197) mengemukakan bahwa,

“Perpaduan adalah suatu proses saling menekan dan melebur dimana seseorang atau kelompok memperoleh pengalaman, perasaan dan sikap dari individu dalam kelompok lain. Perpaduan ini memberi gambaran tentang penerimaan pengalaman, perasaan dan sikap oleh individu/kelompok lain, sehingga hal ini mempercepat proses perpaduan.”

Menurut Santoso (2010:199), terdapat dua bentuk perpaduan antara lain yaitu Alienation dan Stratification.

1) Alienation, yaitu suatu bentuk perpaduan di mana individu-individu kurang baik di dalam interaksi sosial. Misalnya, perpaduan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam.

2) Stratification, yaitu suatu proses di mana individu yang mempunyai kelas, kasta, kedudukan, memberi batas yang jelas dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, kehidupan kasta di Bali.


(31)

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa perpaduan adalah dimana terdapat hal yang beragam atau kelompok yang berbeda dalam suatu konteks sosial. Interaksi sosial yang baik akan mencerminkan perilaku penerimaan dari individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain.

6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membuat interaksi individu itu baik ataupun buruk, seperti yang dikemukakan oleh Sargent (dalam Santoso, 2010:199) sebagai berikut ;

a) Hakikat situasi sosial

b) Kekuasaan norma-norma yang diberikan oleh kelompok sosial c) Kecenderungan kepribadian sendiri

d) Kecenderungan sementara individu

e) Proses menanggapi dan menafsirkan suatu situasi

Hal-hal tersebut dapat lebih dijelaskan sebagai berikut: a) Hakikat situasi sosial

Situasi sosial itu dapat mempengaruhi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.

b) Kekuasaan norma-norma yang diberikan oleh kelompok sosial Kekuasaan norma-norma kelompok sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antarindividu.

c) Kecenderungan kepribadian sendiri

Masing-masing individu memiliki tujuan kepribadian sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya.


(32)

d) Kecenderungan sementara individu

Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara.

e) Proses menanggapi dan menafsirkan suatu situasi

Setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini mempengaruhi individu untuk melihat dan memaknai situasi tersebut.

Dari hal-hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti situasi sosial, dimana individu itu akan bertingkah laku menyesuaikan dengan situasi tempatnya berada. Norma-norma atau nilai-nilai sosial, kepribadian individu itu sendiri yang pastinya setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, posisi dan kedudukan individu dalam suatu tingkat sosial serta bagaimana individu memaknai suatu situasi juga dapat mempengaruhi individu bagaimana individu itu harus berperilaku dan berinteraksi dalam situasi sosial yang sedang dihadapinya.

7. Kriteria untuk Menganalisis Proses Interaksi Sosial

Untuk mengetahui bagaimana proses interaksi sosial berangsung dalam situasi sosial ataupun suatu kelompok tertentu, ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menganalisis proses interaksi sosial. Bales (dalam Santoso, 2010:180) mengemukakan bahwa ada beberapa bidang perilaku dalam menentukan kriteria untuk menganalisis proses interaksi sosial, yang meliputi:


(33)

1) Bidang sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi positif, yang meliputi: (i) menunjukkan solidaritas, memberi hadiah; (ii) menunjukkan ketegangan positif, kepuasan, tatanan; (iii) menunjukkan persetujuan, pengertian, penerimaan.

2) Bidang-bidang tugas untuk memberi jawaban, meliputi: (i) memberi saran, tujuan; (ii) memberi pendapat, penilaian; (iii) memberi orientasi, informasi.

3) Bidang-bidang tugas untuk meminta tugas, meliputi: (i) meminta saran, nasihat; (ii) meminta pendapat, penilaian; (iii) meminta orientasi, informasi.

4) Bidang-bidang sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi negatif, yang meliputi; (i) menunjukkan pertentangan, mempertahankan pendapat sendiri; (ii) menunjukkan ketegangan, acuh tak acuh; (iii) menunjukkan ketidaksetujuan, penolakan.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu interaksi sosial itu ada aksi dan reaksi, dimana aksi individu yang satu dapat menimbulkan reaksi individu yang lainnya yang dapat saling mempengaruhi. Perilaku positif maupun perilaku negatif dapat saja muncul dalam suatu interaksi sebagai akibat dari hubungan sosial dan emosional individu. Individu sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari individu atau kelompok lain dalam situasi sosial, dimana individu membutuhkan pendapat, saran ataupun nasehat dari individu yang lain untuk sesuatu yang telah dilakukannya, ataupun meminta individu lain melakukan sesuatu untuk dirinya karena tak mampu melakukannya. Begitu juga sebaliknya, individu dapat saja memberikan pendapat, masukan, saran, ataupun melakukan sesuatu untuk membantu individu lain yang membutuhkan bantuannya. Maka dalam suatu interaksi sosial yang baik, individu dituntut untuk berperilaku dengan baik sesuai nilai-nilai yang ada di dalam kelompoknya agar tercupta hubungan yang damai dan membahagiakan orang-orang yang terlibat didalamnya.


(34)

8. Interaksi Sosial Pada Teman Sebaya

Hubungan individu khususnya siswa di sekolah tidak terlepas dari teman-temannya, dalam hal ini teman sebaya merupakan bagian yang penting dalam hubungan sosial individu dalam kelompoknya.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat.

Santrock (2007:55) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.

9. Fungsi Kelompok Teman Sebaya

Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja, pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.

Santrock (2007:55) mengemukakan bahwa salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah:


(35)

a) Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga

b) Memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari kelompok teman sebaya

c) Mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan remaja-remaja lainnya.

Mempelajari hal-hal tersebut di rumah tidaklah mudah dilakukan karena saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda. Maka dari itu, sebagian besar interaksi dengan teman-teman sebaya berlangsung di luar rumah (meskipun dekat rumah), lebih banyak berlangsung di tempat-tempat yang memiliki privasi dibandingkan di tempat-tempat umum, dan lebih banyak berlangsung di antara anak-anak dengan jenis kelamin sama dibandingkan dengan jenis kelamin berbeda.

Santrock (2007:57) mengemukakan bahwa,

“relasi yang baik diantara teman-teman sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa remaja. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan sosial, berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan.”

Piaget dan Sullivan (dalam Santrock 2007:57) menekankan bahwa melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal balik secara simetris. Anak-anak mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan teman-teman sebaya. Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori yang menekankan pengaruh negatif dari teman-teman sebaya bagi perkembangan anak dan remaja. Bagi beberapa remaja, pengalaman


(36)

ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan.

Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam suasana yang mereka ciptakan sendiri. Teman sebaya adalah kelompok baru yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarganya, dimana kelompok teman sebaya ini merupakan lingkungan sosial yang pertama dimana anak bisa belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarganya. Disinilah anak dituntut untuk memiliki kemampuan baru dalam menyesuaikan diri dan dapat dijadikan dasar dalam interaksi sosial yang lebih besar

B. Pengertian Bimbinngan Kelompok

Gazda (dalam Prayitno dan Amti, 2004:309) mengatakan bahwa bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.

Sukardi (2008:64) mengemukakan bahwa,

“layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.”


(37)

“layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai bahan atau informasi dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Bahan atau informasi itu juga dapat dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.”

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu untuk membantu individu tersebut mengatasi masalah yang dibahas dalam kelompok, serta mencapai suatu keputusan-keputusan yang disepakati dalam kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok, para peserta didik dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat menumbuhkan hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok.

1. Tujuan Bimbingan Kelompok Ada dua tujuan bimbingan kelompok, yaitu: a) Tujuan Umum

Prayitno (2004:2) mengatakan bahwa tujuan umum layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan. Suasana kelompok yang berkembang dalam bimbingan kelompok itu dapat merupakan wahana dimana masing-masing siswa


(38)

dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya. Selain itu juga, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok. Pengembangan pribadi itu akan diperoleh anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan ataupun suasana yang tidak menyenangkan.

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan umum bimbingan kelompok adalah untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi serta pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang terjadi dalam kelompok.

b) Tujuan Khusus

Prayitno (2004:3) mengemukakan bahwa tujuan khusus layanan bimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual dan menjadi perhatian peserta.

Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu dapat mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.

Dengan memperhatikan tujuan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan khusus dari layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk mengembangkan siswa agar memiliki sikap tepat dan lebih positif serta dapat mengembangkan keterampilan dalam hal menghargai orang lain. Seperti; tidak


(39)

menang sendiri, menahan dan mengendalikan diri, tidak memaksakan pendapat sendiri, mau mendengarkan pendapat orang lain, dan sebagainya.

2. Komponen dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Prayitno (2004:4) mengemukakan bahwa dalam layanan bimbingan kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan anggota kelompok.

a) Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional.

Prayitno (2004:4) mengemukakan karakteristik pemimpin kelompok yaitu,

“Karakteristik pemimpin kelompok antara lain; mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi dinamika kelompok yang baik, berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani, meningkatkan, memperluas dan menghubungkan konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok, serta memiliki kemampuan hubungan antarpersonal yang baik.”

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin kelompok memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok harus bisa menghidupkan dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin yang mengarah pada pencapaian tujuan-tujuan umum dan khusus bimbingan kelompok.

b) Anggota Kelompok

Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Prayitno (2004:4) menyebutkan bahwa aktifitas masing-masing anggota kelompok dapat berupa:

1) Mendengar, memahami dan merespon dengan tepat dan positif 2) Berpikir dan berpendapat


(40)

3) Menganalisis, mengkritisi dan berargumentasi 4) Merasakan, berempati dan bersikap

5) Berpartisipasi dalam kegiatan bersama

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan kelompok terdapat dua komponen, yaitu pemimpin kelompok dan anggota kelompok. Dalam kegiatan ini diharapkan pemimpin kelompok dan anggota kelompok dapat menjalankan perannya dengan baik sehingga kegiatan layanan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik pula.

3. Dinamika Kelompok

Dinamika kelompok merupakan hal yang sangat penting dihidupkan dan dikembangkan dalam kegiatan kelompok. Santoso (2004:5), mengemukakan bahwa dinamika berarti tingkah laku individu yang satu secara langsung mempengaruhi individu yang lain secara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota kelompok secara keseluruhan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antaranggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama-sama.

Prayitno (1999:107-111) mengemukakan bahwa pelayanan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan pelayanan bimbingan. Agar dinamika kelompok yang berlangsung dalam kelompok tersebut dapat secara


(41)

efektif bermanfaat bagi pembinaan para anggota kelompok, maka jumlah anggota sebuah kelompok tidak boleh terlalu besar.

Dalam layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing secara langsung berada dalam kelompok tersebut, dan bertindak sebagai fasilitator (pemimpin kelompok) dalam dinamika kelompok yang terjadi, dengan menerapkan strategi pengembangan dan teknik-teknik bimbingan kelompok.

Sukardi (2008:67) mengatakan, melalui dinamika kelompok di bawah bimbingan guru pembimbing, terdapat lima manfaat yang di dapat siswa, yaitu:

1) Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya.

2) Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan itu.

3) Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut-paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. 4) Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan

terhadap yang buruk dan sokongan terhadap yang baik” itu.

5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula.

Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Anggota kelompok diharapkan dapat mengemukakan pendapat, tanggapan dan berbagai reaksi pun merupakan suatu peluang yang amat berharga bagi individu lain yang bersangkutan.

4. Teknik dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan suatu kegiatan terarah, dimana selain terdapat tahapan-tahapannya, juga terdapat teknik yang dapat dilakukan agar kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan lebih baik dan menyenangkan.


(42)

Prayitno (2004:27) mengemukakan ada dua teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok yaitu pengembangan dinamika kelompok dan permainan kelompok.

a) Teknik Umum : Pengembangan dinamika kelompok

Secara umum, teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok mengacu kepada berkembangnya dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok, dalam rangka mencapai tujuan layanan. Prayitno (2004:27) menyatakan teknik-teknik ini secara garis besar meliputi:

1) Komunikasi multiarah secara efektif dinamis dan terbuka

2) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, pengembangan argumentasi

3) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas anggota kelompok

4) Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan

5) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku (baru) yang dikehendaki

b) Permainan Kelompok

Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok seringkali dilakukan permainan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan tertentu. Prayitno (2004:27) mengemukakan bahwa permainan kelompok yang efektif bercirikan: (1) sederhana, (2) menggembirakan, (3) menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, (4) meningkatkan keakraban, dan (5) diikuti oleh semua anggota kelompok.

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan kelompok terdapat dua teknik yang digunakan, yaitu pengembangan dinamika kelompok, hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anggota


(43)

kelompok dalam komunikasi dengan anggota kelompok lainnya, mampu menempatkan diri dalam suasana kelompok, serta mampu menghargai anggota kelompok lainnya, dan selanjutnya adalah permainan kelompok, dimana hal ini bertujuan untuk memberikan suasana yang menggembirakan dalam kelompok sehingga anggota kelompok dapat melakukan kegiatan kelompok dengan santai dan senang.

5. Materi Layanan Bimbingan Kelompok

Materi layanan bimbingan kelompok terdiri dari materi umum layanan bimbingan kelompok dan materi layanan bimbingan kelompok dalam bidang-bidang bimbingan.

Prayitno (1995:187) mengemukakan materi umum yang dapat dibahas dalam bimbingan kelompok yaitu mencakup:

a) Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman, dan hidup sehat. b)Pemahaman penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya. c) Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik, dan peristiwa yang terjadi di

masyarakat, serta pengendaliannya / pemecahannya. d)Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif.

e) Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya.

f) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar g)Pengembangan hubungan sosial yang efektif h)Pemahaman tentang dunia kerja

i) Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan dan pendidikan lanjut.

j) Pemahaman tentang hubungan muda-mudi dan kehidupan berkeluarga.

Prayitno (1995:189) mengungkapkan materi layanan bimbingan kelompok dalam bidang sosial diantaranya :

1) Kemampuan berkomunikasi, serta menerima dan menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan produktif.

2) Kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial dengan menjunjung tinggi tata karma, norma, dan nilai-nilai agama, adat, ilmu dan kebiasaan yang berlaku.


(44)

3) Hubungan teman sebaya di sekolah dan di masyarakat.

4) Pengendalian emosi, penanggulangan konflik dan permasalahan yang timbul di masyarakat.

5) Pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah, di rumah, dan di masyarakat.

6) Pengenalan, perencanaan dan pengalaman pola hidup sederhana yang sehat dan bergotong royong.

7) Pengenalan muda-mudi dan hidup berkeluarga.

Dari uraian di atas dapat kita lihat banyak sekali materi-materi yang dapat disampaikan dalam kegiatan bimbingan kelompok. Materi yang digunakan dalam bimbingan kelompok sebaiknya dipilih sesuai dengan permasalahan yang telah disepakati untuk di bahas dalam kegiatan bimbingan kelompok, agar nantinya kegiatan bimbingan kelompok tidak melebar ke permasalahan yang lainnya.

6. Tahap – Tahap Kegiatan Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Kegiatan bimbingan kelompok merupakan kegiatan yang sistematis, dan memiliki tahap-tahap dalam kegiatannya. Prayitno (1995:40) mengemukakan ada empat tahap kegiatan layanan bimbingan kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.

a) Tahap Pembentukan

Tahap pembentukan yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.


(45)

Prayitno (1995: 40) mengemukakan kegiatan yang dilakukan pada tahap pembentukan ini yaitu:

1) Pengenalan dan pengungkapan tujuan 2) Membangun kebersamaan

3) Keaktifan pemimpin kelompok

4) Beberapa Teknik yang dapat dilakukan pemimpin kelompok (a) Teknik pertanyaan dan jawaban

(b) Teknik perasaan dan tanggapan (c) Teknik permainan kelompok

Pada tahap ini, dilakukannya pengenalan antar anggota kelompok dan membangun keakraban sehingga dapat menciptakan suasana yang hangat dan bersahabat sebelum memasuki kegiatan kelompok.

TAHAP 1 PEMBENTUKAN

Gambar 2.1 Tahap pembentukan kelompok

Gambar 2.1 Tahap pembentukan bimbingan kelompok Tema : 1. Pengenalan diri 2. Pelibatan diri

3. Pemasukan diri

Tujuan :

1. Anggota memahami pengertian dan kegiatan kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling. 2. Tumbuhnya suasana kelompok 3. Tumbuhnya minat anggota mengikuti

kegiatan kelompok

4. Tumbuhnya saling mengenal, percaya, menerima, dan membantu di antara para anggota

5. Tumbuhnya suasana bebas dan terbuka 6. Dimulainya pembahasan tingkah laku dan

perasaan dalam kelompok

Kegiatan :

1. Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling 2. Menjelaskan cara-cara dan asas-asas

kegiatan kelompok

3. Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri 4. Teknik kasus

5. Permainan penghangatan / pengakraban

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menampilkan diri secara utuh dan terbuka

2. Menampilkan penghormatan kepada orang lain,hangat,bersedia membantu dan penuh empati 3. Sebagai contoh


(46)

b) Tahap Peralihan

Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1)Penjelasan kegiatan kelompok, (2) Pengenalan suasana, dan (3) Jembatan antara tahap I dan tahap III.

Pada tahap ini, dijelaskan bahwa kegiatan kelompok yang dilakukan merupakan kelompok bebas atau kelompok tugas, lalu pemimpin kelompok kembali menekankan peraturan-peraturan kelompok yang telah disepakati beserta asas-asas yang harus dipatuhi, dan meyakinkan serta menegaskan anggota kelompok apakah siap

melanjutkan ke tahap selanjutnya.

TAHAP II PERALIHAN

Gambar 2.2 Tahap peralihan bimbingan kelompok

Tema : Pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga

Tujuan :

1. Terbebaskannya anggota dari perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk memasuki tahap berikutnya

2. Makin mantapnya suasana kelompok dan kebersamaan

3. Makin mantapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan :

1. Menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap berikutnya 2. Menawarkan mengamati apakah

para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga)

3. Membahas suasana yang terjadi 4. Meningkatkan kemampuan

keikutsertaan anggota

5. Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka 2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau

mengambil alih kekuasaannya

3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan 4. Membuka diri dan penuh empati


(47)

c) Tahap Kegiatan

Tahap kegiatan yaitu tahapan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu, sasaran yang ingin dicapai dalam tahap ini adalah terbahasnya secara tuntas permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok.

Sasaran lain yang penting adalah terciptanya suasana untuk mengembangkan diri anggota kelompok, baik dalam menyangkut pengembangan kemampuan berkomunikasi maupun yang menyangkut dengan pemecahan masalah yang dikemukakan dalam kelompok.

Pada tahap kegiatan ini, terdapat kelompok bebas dan kelompok tugas. Dalam penelitian ini, yang akan digunakan adalah kelompok tugas, yaitu dimana nantinya. pemimpin kelompok akan mengemukakan suatu masalah atau topik dan anggota kelompok akan menanggapi sesuai dengan kehidupan masing-masing serta menyelesaikan bersama dalam kelompok untuk mencapai kesepakatan yang baik dan bermanfaat untuk bersama.


(48)

TAHAP III KEGIATAN Kelompok Tugas

Gambar 2.3 Tahap kegiatan kelompok tugas bimbingan kelompok

d) Tahap Pengakhiran

Tahap pengakhiran yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (a) Penyampaian pengakhiran kegiatan

(b) Pengemukaan kesan-kesan

(c) Penyampaian tanggapan-tanggapan (d) Pembahasan kegiatan lanjutan (e) penutup

Tema : kegiatan pencapaian tujuan (penyelesaian tugas)

Tujuan :

1. Terbahasnya suatu masalah atau topik yang relevan dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas.

2. Ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik.

2. Tanya jawab antara anggota dan pimpinan kelompok tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang dikemukakan pimpinan kelompok.

3. Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka 2. Aktif tetapi tidak banyak bicara


(49)

TAHAP IV PENGAKHIRAN

Gambar 2.4 Tahap Pengakhiran bimbingan kelompok

C. Efektifitas Interaksi Sosial Dengn Bimbingan Kelompok

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi tidak akan mungkin ada kehidupan bersama-sama. Hal tersebut sesuai seperti yang dikatakan oleh Soekanto (dalam Restyowati dan Najlatun, 2010:1) yang mengatakan bahwa pergaulan hidup akan terjadi apabila antar individu atau kelompok dapat bekerja sama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama, mengadakan persaingan dan pertikaian.

Tema : Penilaian dan tindak lanjut

Tujuan :

1. Terungkapkannya kesan-kesan anggota kelompok tentang pelaksanaan kegiatan.

2. Terungkapkannya hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas.

3. Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut.

4. Tetap dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri.

Kegiatan :

1. Pemimpin kelompok

mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.

PERANAN PEMIMPIN KELOMPOK 1. Tetap mengusahakan suasana hangat, bebas, dan terbuka 2. Memberikan pernyataan dan mengucapkan terima kasih atas

keikutsertaan anggota

3. Memberikan semangat untuk kegiatan lebih lanjut 4. Penuh rasa persahabatan dan empati


(50)

Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan juga sekolah. Dalam lingkup sekolah, kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial ini pasti berbeda-beda. Ada siswa yang mampu berinteraksi dengan baik dan mudah bergaul serta menyesuaikan diri, sedangkan ada pula siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah sehingga siswa tersebut mengalami hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. Salah satu bentuk bantuan yang dapat diberikan kepada siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah itu adalah melalui layanan bimbingan kelompok.

Ahmadi (dalam Restyowati dan Najlatun, 2010:2) mengatakan bahwa masalah sosial akan lebih efektif, lebih efisien dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok. Masalah sosial tersebut misalnya adalah prososial dan interaksi sosial. Maka dari itu, peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya. Selain dari pendapat tersebut, peneliti juga menemukan hasil penelitian yang mendukung, yaitu tentang “Penerapan Teknik Permainan Peran dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan kemampuan Interaksi Sosial Siswa”,

Keterkaitan bimbingan dan konseling dengan judul penelitian dapat dijelaskan pada uraian berikut ini:

Prayitno dan Amti (2004:99) mengatakan bahwa,

“bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang berlaku.”


(51)

Prayitno dan Amti (2004:105) juga mengemukakan bahwa,

“konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut konselee) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konselee.”

Maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli kepada individu agar individu tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mencapai kemandirian yang bermuara pada teratasinya masalah tersebut.

Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dalam bimbingan konseling meliputi empat bidang, yaitu bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah merupakan salah satu masalah yang dialami siswa di bidang sosial. Myers (dalam Prayitno, 2004:113) mengemukakan bahwa pengembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri sendiri individu merupakan tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Maka dari itu, perubahan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah agar menjadi meningkat merupakan perubahan positif yang menjadi bagian dari tujuan bimbingan dan konseling.

Pelaksanaan bimbingan konseling dapat dilakukan melalui bimbingan/ konseling individu maupun kelompok. Salah satu pelaksanaannya adalah melalui pelayanan bimbingan kelompok, dimana melalui layanan bimbingan kelompok ini, individu ataupun siswa akan mendapatkan bahan dan informasi baik dari pembimbing ataupun teman sekelompoknya sesuai dengan permasalahan yang telah disepakati untuk dibahas bersama sehingga mencapai suatu tujuan ataupun keputusan


(52)

bersama. dari hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya melalui layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu penanganan masalah sosial siswa yang dilakukan dalam suasana kelompok yang merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Tanjung Bintang. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2012/2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, adanya pretest sebelum diberikan perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut ;


(54)

O1 X O2

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1 = Keadaan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya sebelum diberi perlakuan

X = Treatment / perlakuan yang diberikan (layanan bimbingan kelompok)

O2 = Keadaan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya setelah diberi perlakuan

C. Variabel Penelitian

Hadi (dalam Arikunto, 2010:159) mendefinisikan variabel sebagai objek penelitian yang bervariasi. Jadi yang dimaksud variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode quasi eksperimen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) yaitu layanan bimbingan kelompok, dan variabel terikat (dependen) yaitu interaksi sosial dengan teman sebaya.


(55)

D. Definisi Operasional

Agar variabel yang ada dalam penelitian ini dapat diobservasi perlu dirumuskan terlebih dahulu atau diidentifikasi secara operasional. Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan tentang sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan.

Interaksi sosial dengan teman sebaya adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang seusia, dimana individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya dalam suatu situasi sosial, serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik antara individu atau kelompok yang ikut serta dalam situasi sosial tersebut.

Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok, Kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan kelompok yaitu pembahasan materi dengan diskusi, tanya jawab serta permainan-permainan yang bertujuan untuk peningkatan interaksi sosial subyek. Terdapat empat tahapan yang dilaksanakan dalam bimbingan kelompok ini yaitu:

1) Tahap pembentukan 2) Tahap peralihan 3) Tahap kegiatan 4) Tahap pengakhiran


(56)

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subyek penelitian ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan Subyek penelitian ini adalah siswa yang memiliki interaksi sosial dengan teman sebaya yang rendah di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Tanjung Bintang untuk mengetahui interaksi sosial siswa peneliti kemudian melakukan penyebaran sosiometri maka diperoleh subyek penelitian yaitu 8 orang siswa yang memiliki interaksi sosial yang rendah

Penentuan jumlah subyek penelitian didasarkan pada pendapat Hartinah (2009:87) yang menyatakan bahwa kelompok 4-8 orang merupakan kelompok sedang yang dapat diselenggarakan oleh konselor dalam rangka bimbingan kelompok. Setelah subyek ditentukan, maka dilakukan pretest dengan observasi yang dilakukan oleh dua orang observer, yaitu peneliti dan guru pembimbing. Delapan orang siswa yang menjadi subyek tersebut kemudian diberi layanan bimbingan kelompok, dan setelah itu diberi posttest untuk mengetahui skor yang diperoleh subyek setelah mendapat layanan bimbingan kelompok.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, guna mencapai objektifitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(57)

1. Observasi

Hadi (dalam Sugiyono, 2010:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis dan dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dari pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa observasi yaitu suatu metode pengumpulan data yang diperlukan dengan melakukan pengamatan terhadap obyek tertentu dalam penelitian. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati kapan dan dimana tempatnya.

Observasi dilakukan oleh dua orang orang observer, yaitu peneliti dan guru pembimbing dan observasi diberikan pada delapan subyek penelitian sebelum dilakukan bimbingan kelompok dan setelah dilakukan bimbingan kelompok. Observasi digunakan untuk melihat interaksi sosial subyek dengan teman sebaya sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.

2. Sosiometri

Sosiometri adalah suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam kelompok. Walgito (2002:83) mengemukakan bahwa sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sosiometri untu mengetahui bagaimana hubungan sosial siswa dalam berteman di dalam


(58)

kelasnya sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk menentukan sample penelitian yang akan ditentukan.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati hasil dari perlakuan tersebut.

Arikunto (2010: 349) mengatakan bahwa untuk mengetahui efektifitas treatment maka rumus yang digunakan adalah uji perbedaan. Maka untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon yang digunakan adalah melalui komputerisasi dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17, menggunakan uji Wilcoxon.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang, maka dapat diambil kesimpulan yaitu;

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi sosial siswa dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh yang dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil Z hitung = -2,512 dan Z tabel = 0. Karena Z hitung≤ Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa dengan teman sebaya sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.

2. Kesimpulan Penelitian

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok pada


(60)

2012/2013. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa dalam setiap pertemuan pada kegiatan bimbingan kelompok, juga perilaku siswa dalam kegiatan sekolah sehari-hari yang semakin aktif dan terlibat dalam kelompok serta berkurangnya perilaku siswa yang kurang baik dan suka mengganggu temannya. Hal tersebut merupakan perilaku siswa yang mengarah pada peningkatan interaksi sosial dengan teman sebayanya.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang adalah:

1. Kepada siswa

a) Siswa hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya. b) Siswa diharapkan mampu menunjukkan penerimaan terhadap apapun

keadaan teman disekitarnya agar tidak ada teman yang merasa dijauhi. c) Siswa tidak perlu takut dalam mengemukakan pendapat, karena jika

kita menyampaikannya dengan baik, maka percayalah bahwa orang lain akan mampu menerima pendapat kita.

2. Kepada guru Bimbingan dan konseling

Guru pembimbing hendaknya mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya pada khususnya, dan untuk memecahkan berbagai permasalahan lain pada umumnya.


(61)

3. Kepada Guru

Guru bidang studi hendaknya menerapkan metode pembelajaran yang dapat mendukung berkembangnya interaksi sosial siswa.

4. Para peneliti

Peneliti lain dapat menggunakan teknik lain untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan interaksi sosial karna kecemasan tinggi dengan menggunakan teknik yang di gunakan untuk mengurangi rasa cemas .


(1)

Subyek Hasil Pretest

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata

1 3 1 5 1 2 3 1 3 1 1 2 3 1 3 1 4 3 2 3 2 2 2 2 3 54

2 2 1 4 1 2 4 1 4 1 1 2 4 1 4 1 5 2 1 4 1 2 1 3 2 54

1 1 3 1 1 3 2 2 1 1 1 3 2 2 3 1 3 3 3 2 3 1 2 5 1 50

2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 47

1 2 1 3 2 4 1 2 1 2 2 4 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 41

2 2 1 3 2 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 2 1 2 38

1 5 2 3 1 2 2 2 1 3 1 2 2 4 1 3 3 3 1 1 1 1 2 1 1 48

2 4 2 4 1 2 2 3 1 2 1 2 2 3 1 2 4 3 1 2 1 2 2 1 2 50

1 3 1 3 2 4 3 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 42

2 3 1 3 3 4 3 1 2 3 3 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 44

1 5 2 4 1 2 1 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 2 1 2 1 47

2 4 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1 3 3 1 2 4 1 2 2 2 48

1 2 3 1 3 2 2 1 1 3 1 2 3 1 3 1 4 3 2 3 2 2 1 2 3 51

2 2 4 1 4 1 3 2 1 4 1 2 4 1 4 1 5 2 1 4 1 2 1 3 2 56

1 3 2 2 3 1 3 1 3 1 1 3 2 2 3 1 3 3 3 2 3 1 2 3 1 52

2 2 2 2 3 1 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 49

Subyek Hasil Post test 1

No. Nama Observer

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata

1 1 3 1 5 2 4 3 1 3 1 2 2 3 3 3 1 4 3 2 3 4 2 2 3 3 63

2 2 1 4 2 2 4 1 4 2 3 2 4 3 4 1 5 3 1 4 1 5 1 4 2 65

2 1 1 3 2 5 3 2 2 4 1 2 3 4 2 5 1 3 4 3 2 4 1 2 5 2 66

2 1 3 5 1 2 3 2 1 3 1 3 3 2 4 2 5 1 3 3 5 2 3 4 3 65

3 1 2 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 2 2 1 2 2 4 2 2 3 2 4 3 3 54

2 3 2 4 3 3 3 2 1 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 56

4 1 5 2 3 4 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 1 3 1 2 2 1 1 2 2 54

2 1 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 1 4 3 1 2 3 2 3 49

5 1 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 3 4 4 76

2 3 2 3 4 4 2 4 3 4 3 3 5 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 77

6 1 5 2 4 1 2 1 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 2 1 2 1 47

2 4 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1 3 3 1 2 4 1 2 2 2 48

7 1 3 3 3 5 5 2 5 1 2 3 2 4 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 71

2 3 4 1 3 3 3 3 1 4 4 3 3 1 4 5 4 3 5 3 3 3 4 3 4 77

8 1 3 2 2 3 1 3 1 1 1 1 3 2 2 3 1 3 3 3 2 3 1 2 2 1 49

2 2 2 2 3 1 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 1 3 2 48

Lampiran No. Nama Cahyo 6 Ajeng Anggun Ario Bagas Beni 1 2 3 Observer 64 65,5 71,5 55 54 48.5 Nomor Pernyataan Nomor Pernyataan 5 39.5 49 76,5 43 47.5 Ajeng Anggun Ario Bagas Beni 4 74 48,5 7

Cia Indah 53.5

8

Edo 50.5

47,5 Cahyo

Cia Indah Edo


(2)

Subyek Hasil Post test 2

No. Nama Observer

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata Ket

1 1 3 1 5 2 4 3 1 3 1 2 2 3 3 3 1 4 4 2 3 4 2 2 4 3 65

2 2 1 4 2 2 4 1 4 2 3 2 4 3 4 2 5 3 2 4 2 5 3 4 2 70

2 1 3 3 3 5 3 3 3 4 1 3 3 4 3 5 3 3 4 3 2 4 3 3 5 2 78

2 2 3 5 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 2 5 2 3 3 5 3 3 4 3 72

3 1 2 2 3 3 4 3 5 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 5 3 3 4 3 4 75

2 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 5 4 71

4 1 5 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 5 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 79

2 4 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 4 77

5 1 3 5 3 3 4 5 4 5 4 3 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 3 2 3 3 86

2 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 95

6 1 2 4 3 3 4 3 5 2 3 3 4 2 2 3 2 3 3 2 5 2 3 4 3 4 74

2 3 2 4 3 3 2 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 2 5 4 72

7 1 2 5 4 3 4 5 3 5 3 3 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 3 2 3 3 89

2 3 4 5 4 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 1 4 2 3 2 90

8 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 1 4 3 4 2 3 4 3 3 3 72

2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 4 3 71

Subyek Hasil Post test 3

No. Nama Observer

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Rata-rata Ket

1 1 3 5 3 3 4 5 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 3 2 3 3 91

2 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 5 97

2 1 3 5 3 4 4 5 3 3 1 4 4 5 3 3 5 3 5 4 4 4 3 3 4 4 89

2 3 3 4 5 4 5 4 4 1 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 2 4 3 4 4 95

3 1 4 3 5 3 5 2 4 2 1 3 5 4 4 3 4 4 5 3 5 1 2 3 4 1 80

2 4 5 3 4 5 3 5 1 1 4 5 3 5 3 3 5 4 4 3 1 3 3 5 1 83

4 1 3 5 4 4 4 5 3 3 5 4 1 5 3 1 4 1 3 5 1 2 3 1 3 1 74

2 3 4 4 5 4 5 3 5 4 1 4 1 3 1 3 3 4 1 5 3 1 4 3 1 75

5 1 4 4 5 4 5 3 4 4 5 4 5 3 5 4 2 5 5 3 5 2 2 5 5 3 96

2 3 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 3 5 1 3 4 5 4 5 1 4 3 5 3 95

6 1 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 2 5 4 4 4 102

2 4 3 4 4 4 3 3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 3 5 4 5 5 3 100

7 1 4 5 4 3 4 5 3 5 3 3 4 5 4 3 4 5 4 5 4 3 3 2 3 4 92

2 3 4 5 4 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 1 4 2 3 3 91

8 1 4 5 3 3 5 5 3 5 3 4 4 5 3 3 5 3 5 4 4 4 3 3 4 4 94

2 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 2 4 3 4 4 98

93.5 T 92 T 81.5 S 91,5 T 96 T 74.5 S 95.5 T 101 T 71,5 S Nomor Pernyataan 89,5 75 73 78 90,5 73 T S T S S S S 67,5 Nomor Pernyataan Ario Bagas Beni Cahyo Cia Indah Ajeng Anggun Beni Cahyo Cia Indah Edo Edo Ajeng Anggun Ario Bagas


(3)

Lampiran

NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N

Mean Rank Sum of Ranks

Posttest - Pretest Negative Ranks

0

a

.00

.00

Positive Ranks

6

b

3.50

21.00

Ties

0

c

Total

6

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

c. Posttest = Pretest

Test Statisticsb

Posttest - Pretest

Z -2.207a

Asymp. Sig. (2-tailed) .027

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(4)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

PosTest1 - PreTest Negative Ranks 1a 1.00 1.00

Positive Ranks 6b 4.50 27.00

Ties 1c

Total 8

PosTest2 - PosTest1 Negative Ranks 0d .00 .00

Positive Ranks 8e 4.50 36.00

Ties 0f

Total 8

PosTest3 - PosTest2 Negative Ranks 1g 2.00 2.00

Positive Ranks 7h 4.86 34.00

Ties 0i

Total 8

a. PosTest1 < PreTest b. PosTest1 > PreTest c. PosTest1 = PreTest d. PosTest2 < PosTest1 e. PosTest2 > PosTest1 f. PosTest2 = PosTest1 g. PosTest3 < PosTest2 h. PosTest3 > PosTest2 i. PosTest3 = PosTest2

Test Statisticsb

PosTest1 - PreTest

PosTest2 - PosTest1

PosTest3 - PosTest2

Z -2.197a -2.524a -2.240a

Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .012 .025

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 63

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 82

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 76

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN CERMIN DINDING DAN PASAR IMPIAN PADA SISWA KELAS XI DI SMK WASKITA BEKRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 6 135

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 16 105

UPAYA MENINGKATKAN AKHLAK MULIA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI TKR 01SMK MUHAMMADIYAH KUDUSTAHUN PELAJARAN 2012 2013

0 0 22

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK SISWA KELAS VIII A SMP N 4 BAE KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26

UPAYA MENINGKATKAN ADVERSITY QUOTIENT MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOKPADA SISWA KELAS XI IPA 4 SMA N 1 KAYEN PATI TAHUNAJARAN 20142015

0 0 25

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BERSERAGAM DALAM UPACARA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP 5 KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

2 2 14