PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

DWI TRISNANINGSIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Bimbingan Konseling

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dwi Trisnaningsih

NPM : 0513052021

Tempat, tanggal lahir : Karangrejo, 21 Maret 1986

Alamat : Desa Karangrejo, Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “ PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April Tahun 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 2012

Dwi Trisnaningsih NPM 0513052021


(3)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman Pada Siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku dosen penguji pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Giyono, M.Pd selaku dosen pembimbing utama terima kasih atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

6. Ibu Shinta Mayasari. S.Psi, M.Psi. Psi selaku pembimbing kedua yang telah memberikan waktu, ide, petunjuk, bimbingan selama penyusunan skripsi serta memberikan ilmunya selama penelitian

7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa depan.

8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi.

9. Bapak Bambang Hermanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP PGRI 1 Gadingrejo yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Bapak dan Ibu guru, Staf TU SMP PGRI 1 Gadingrejo, terimakasih atas kesediaan nya membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

11. Siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo, Aditya, Joko, Septi, Yunita, Fenny dan Kiki, terimakasih atas kesediaan kalian meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian penulis. 12. Kedua Orang Tuaku tercinta yang tak henti-hentinya, memberikan do’a, dukungan,

semangat serta menantikan keberhasilanku.

13. Mbak Eka Anita dan Adik-adikku tersayang Adi, Arul, terima kasih atas doa dan motivasi yang selalu diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Kak Taryo, Kak Dayat, Kak Wandi, Mbak Eno, Mbak Murni, Mbak Sutri, Mamak De, Mbah dan seluruh keluarga besar yang selalu menasehati dan memberi semangat penulis. 15. Arif dan Annisa, ponakan ku tersayang yang selalu memberikan keceriaan pada penulis. 16. Sahabat-sahabatku Eli, Nur Kholif, Lina, terima kasih atas bantuan, dukungan, do’a dan


(5)

17. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2005: Satri, Dian, Wisni, Arlia, Wita, Bayi, Cimut, Ipeh, Lili, dan lain-lain yang telah memberikan kenangan manis. Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan kita selama ini. Semoga kita tetep kompak selalu.

18.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Bandarlampung, 2012 Penulis


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulislahirpadatanggal 21 Maret 1986 di DesaKarangrejoKecamatanNegerikaton, KabupatenPesawaransebagaianakkeduadariempatbersaudara,

daripasanganBapakSaifuldanIbuSukiyah.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu Sekolah Dasar SD Negeri 3 PujoRahayuKecamatanNegerikaton, KabupatenPesawaranselesaitahun 1998, melanjutkankeSekolahMenengahPertama di SMP Negeri 3 GedongTataan, selesaitahun 2001, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Gadingrejoselesaipada tahun 2004. Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Unila melalui jalurSeleksi Peneriamaan Mahasiswa Baru(SPMB). Selama di Universitas Lampung, penulis pernah aktif dalam kegiatan kampus, diantaranya Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam ( FPPI ) FKIP Unila sebagai Generasi Muda pada tahun 2005/ 2006, sebagai pengurus Bidang Keputrian tahun 2006/2007. dan aktif sebagai pengurus Bidang Kajian tahun 2007/2008. adapun organisasi eksternal kampus yang pernah diikuti adalah Ikatan Mahasiswa Muslim Lampung Selatan( IKAMM LAMSEL) sebagai anggota bidang eksternal divisi sosial masyarakat periode 2006/2007.


(7)

MOTTO

Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan

membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus. ( Thomas Carlyle)

Keberhasilan akan datang pada orang yang rajin, sabar dan bekerja keras, bukan pada kemalasan.


(8)

JudulSkripsi : PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN

KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI I GADINGREJO TAHUN PELAJARAN

2011/2012

NamaMahasiswa : DwiTrisnaningsih NomorPokokMahasiswa : 0513052021

Program Studi : BimbinganKonseling

Fakultas : KeguruandanIlmuPendidikan

MENYETUJUI 1. KomisiPembimbing PembimbingUtama, PembimbingPembantu,

Drs. Giyono, M.Pd. ShintaMayasari, S.Psi, M.Psi.,Psi. NIP 19511115 198303 1 002 NIP 19800501 200812 2 002

2. KetuaJurusanIlmuPendidikan

Drs. BaharuddinRisyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Giyono, M.Pd. ………

Sekretaris : ShintaMayasari, S.Psi, M.Psi.,Psi. ……… Penguji

BukanPembimbing : Drs. Yusmansyah, M.Si ………

2. DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Dr. Hi.BujangRahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman Tabel 1.Tabel Data Siswa Yang Memiliki Kemampuan

Berinteraksi Sosial Sesama Teman Yang Rendah ... 44 Tabel 2.Skor Nilai Alternatif Jawaban... 49

Tabel 3.Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa... 50 Tabel 4. Data Hasil Pretest Sebelum Pemberian Layanan

Bimbingan kelompok ... 59 Tabel 5. Data Hasil Sebelum dan Setelah Layanan


(11)

DAFTAR ISI JUDUL ABSTRAK RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 4

3. Pembatasan Masalah ... 5

4. Rumusan Masalah ... 5

B. TujuandanManfaatPenelitian ... 6

1. TujuanPenelitian ... 6

2. ManfaatPenelitian ... 6

C. KerangkaPikir ... 6

D. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. InteraksiSosial ... 12

1. PengertianInteraksiSosial ... 12

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ... 14

3. Faktor- Faktor yang Mendasari Berlangsungnya Interaksi Sosial ... 16

4. Syarat- Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 18

5. Tahap- Tahap Interaksi Sosial ... 19

6. Bentuk- Bentuk Interaksi Sosial ... 22

7. Jenis- Jenis Interaksi Sosial ... 25

8. Kriteria Interaksi Sosial Yang Baik ... 26

9. Kriteria Untuk Menganalisis Proses Interaksi Sosial... 27

B. Bimbingan Kelompok ... 29

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 30

2. TujuandanFungsiLayananBimbinganKelompok ... 30

3. Materi Umum Layanan Bimbingan Kelompok ... 31


(12)

5. Tahap Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok... 35

C Kaitan antara Layanan Bimbingan Kelompok dengan Interaksi Sosial... 40

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 44

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

1. Variabel Penelitian ... 45

2. Definisi Operasional Variabel ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ...48

F. Uji Instrumen ... 51

1. Uji Validitas Instrumen ... 51

2. Uji Reliabilitas ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 55

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

1.Gambaran Umum Pra Bimbingan Kelompok ... 57

2.Deskripsi Data ... 58

3. HasilPelaksanaanKegiatanLayananBimbinganKelompok…….. 59

4. Data SkorSubjekSebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) MengikutiLayananBimbinganKelompok ... 65

5. Analisis Data HasilPenelitian ... 67

6. UjiHipotesis ... 68

B. Pembahasan ... 69

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 84

1. KesimpulanStatistik ... 84

2. KesimpulanPenelitani ...84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(13)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abu A.1999.Psikologi Sosial.Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Penggukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_______. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basrowi dan Kasinu, A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama

Gunawan, Y. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Hadi, S. 1984. Bimbingan Menulis Skripsi, Thesis. Psikologi Gama: Yogyakarta Kamanto, S. 2000.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI

Prayitno, 1997. Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah

Umum. Padang: PT. Bina Sumber Daya MIPA

_______, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

_______, & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

Rahman, A. 2002. PR Sosiologi. Klaten. Intan Pariwara Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

________. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama

Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada


(15)

Sukardi, DK. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Syani, A.1994.Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta :Bumi Aksara. Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Yusuf, & Nurihsan, Juntika. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

Gambar 1.1Pola kerangka pikir penelitian... 10 Gambar3.1 PolaOne-Group Pretest-Posttest Designs ... 43 Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel... 46 Gambar 4.1 Grafik peningkatan Kemampuan Berinteraksi Sosial

Sesama Teman ... 66 Gambar 4.2 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial

Aditya Abdul Rahmat ... 72 Gambar 4.3 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial

Joko Yuli Yanto ... 74 Gambar 4.4 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial

Septi Ragita Sari ... 75 Gambar 4.5 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial

Yunita Sari ... 77 Gambar 4.6 Grafik Perubahan Kemampuan Berinteraksi Sosial

Fenny Astriani ... 79 Gambar 4.7 Grafik Perubahan Kemampuan Berinteraksi Sosial


(17)

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh

DWI TRISNANINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(18)

(19)

1

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 maka dapat diambil kesimpulan yaitu;

1. Kesimpulan Statistik

Hasil analisis dalam penelitian, diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang diperoleh yang dianalisisdengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil Z hitung = 2,201 dan Z tabel = 0,028. Karena Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial sesama teman sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.

2. Kesimpulan Penelitian

Jadi dapat disimpulkan hasil penelitian ini yaitu kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa dalam setiap pertemuan pada kegiatan bimbingan kelompok, Peningkatan kemampuan interaksi sosial dapat terlihat dari perubahan perilaku yang terjadi, seperti sebelumnya siswa sulit menjalin hubungan dengan teman atau sering terlihat menyendiri di kelas, sekarang


(20)

2 semakin aktif dan terlibat dalam kelompok serta berkurangnya perilaku siswa yang kurang baik dan suka mengganggu temannya. Hal tersebut merupakan perilaku siswa yang mengarah pada peningkatan interaksi sosial.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo adalah:

1. Kepada Siswa

Siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial rendah hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan teman-teman atau orang disekitarnya,

Siswa diharapkan mampu menunjukkan penerimaan terhadap apapun keadaan teman disekitarnya agar tidak ada teman yang merasa dijauhi.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Pembimbing hendaknya dapat membantu dan mengadakan kegiatan layanan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial siswa pada khususnya, dan untuk memecahkan berbagai permasalahan lain pada umumnya.


(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo yang berlokasi di Jl Inpres No.2 Tegalsari, Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2011/2012.

B. Metode Penelitian

Suatu yang khas dari kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu ke arah pemecahan masalah. Ketepatan memilih metode merupakan persyaratan yang utama agar dapat tercapai hasil yang diharapkan. Metode penelitian ini membantu dalam penyelenggaraan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian yaitu dengan menggunakan desain one-Group Pretest – Posttest yaitu membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Apakah setelah diberi perlakuan ada perubahan atau tidak. Hal ini bertujuan agar hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat,


(22)

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Metode ini dilaksanakan untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam membantu siswa yang kurang mampu berinteraksi sosial.

Desain tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2008:75) Keterangan:

O1 : Nilai Pretest (pengukuran pertama,interaksi sosial sebelum dilakukan layanan konseling kelompok).

X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP PGRI 1 Gadingrejo).

O2 : Posttest/kondisi setelah diberikan perlakuan (pengukuran kedua, interaksi sosial setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok).

Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen, yaitu:

1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan perlakuan, yaitu layanan bimbingan kelompoksehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki tingkat interaksi sosial yang rendah.

2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


(23)

3. Melakukan Post-test sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompokapakah efektif atau berhasil dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.

4. Proses analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon.

C. Subjek Penelitian

Subjek adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek penelitian ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, kelas VII SMP PGRI 1 Gadingrejo.

Untuk mengetahui siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman yang rendah dapat diketahui berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial, skala tersebut disebarkan kepada seluruh siswa kelas VII. Berdasarkan hasil penyebaran skala tersebut, terdapat 6 siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah.

Tabel 1. Data Siswa yang Memiliki Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman yang Rendah

No Nama Kelas

1 Aditya Abdul Rahmat VII A

2 Joko Yuli Yanto VII A

3 Septi Ragita Sari VII A

4 Yunita Sari VII A

5 Fenny Astriani VII B

6 Kiki Arinda VII B

Alasan peneliti menggunakan subjek penelitian adalah karena penelitian ini merupakan aplikasi layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa dan hasil


(24)

dari proses bimbingan kelompok ini tidak dapat digeneralisasikan antara subjek yang satu tidak dapat mewakili subjek yang lain karena setiap individu berbeda.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah subjek suatu penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian menjelaskan tentang apa dan bagaimana penelitian ini. Arikunto (2006: 118) menyatakan, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dari pernyataan Arikunto di atas, maka penulis menyatakan bahwa dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel, yaitu variabel penyebab atau variabel bebas (X) dan variabel akibat atau terikat (Y).

Variabel penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas. Sebagai variabel terikat adalah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.

Hubungan antar kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(25)

Gambar 3.2. Hubungan antar Variabel

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan.

Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial dan bimbingan kelompok

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkankemampuan interaksi sosial adalah kemampuan individu menjalin hubungan antara individu satu dengan individu lain, dimana individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya dalam suatu situasi sosial, serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik antara individu atau kelompok yang ikut serta dalam situasi sosial tersebut. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok

Interaksi sosial yang tinggi dapat ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi positif, yaitu individu mampu menunjukkan solidaritas terhadap temannya, mampu menerima dan menghargai pendapat temannya, mampu bergabung dan menyesuaikan diri dengan kelompoknya, mampu memberikan saran dan nasehat yang baik untuk teman-temannya.


(26)

Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi negatif, yaitu perilaku yang menunjukkan pertentangan dan suka mempertahankan pendapat sendiri tanpa mau mendengar pendapat orang lain, perilaku individu yang acuh tak acuh yaitu tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, perilaku individu yang menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan, individu yang tidak mampu memberikan saran yang baik terhadap temannya dan malah menjerumuskan temannya untuk membuat perkelahian.

Kemampuan interaksi sosial merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, indikator dari interaksi sosial dapat berupa :

1) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi positif 2) Perilaku individu dalam memberikan jawaban

3) Perilaku individu untuk meminta tugas

4) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi negatif

Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok, dimana terdapat pemimpin dan anggota kelompok dengan perannya masing-masing untuk membahas suatu topik permasalahan yang sama dan dianggap penting agar nantinya dapat mencapai tujuan bersama yang bermuara pada pemecahan masalah dengan keputusan-keputusan yang telah disepakati bersama seluruh anggota kelompok.


(27)

Teknik pengunpulan data adalah cara – cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian guna mencapai objektivitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Skala Interaksi Sosial

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model likert yaitu dengan menggunakan skala interaksi sosial. Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa skala model likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Dengan skala model likert, maka variabel interaksi sosial dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala model likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Skala interaksi sosial dibagikan pada siswa berisikan pernyataan fovarable (pernyataan yang mendukung sikap) dan unfovarable (yang tidak mendukung sikap) Setiap item pernyataan disediakan lima alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS), Pernyataan yang baik ditentukan dengan memberi bobot nilai berdasarkan jawaban langsung dengan metode summated ratings yang bertujuan memberikan skor pada alternatif jawaban setiap pernyataan.

Berikut ini skor nilai dari masing-masing alternatif jawaban berdasarkan perhitungan summated ratings :

Tabel 2. Skor Nilai Alternatif Jawaban


(28)

SS S KS TS STS

Favourable 5 4 3 2 1

Unfavourable 1 2 3 4 5

Adapun penskoran skala interaksi sosial siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu : tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan ketentuan rumus interval sebagai berikut :

i = NT-NR K Keterangan:

i = interval

NT = nilai tertinggi

NR = nilai terendah

K = jumlah kategori

(Hadi, 1984)

Nilai tertinggi (Nt) : 40 x 5 = 200

Nilai terendah (Nr) : 40 x 1 = 40

Kriteria (k) : 3

Interval:

Keterangan kriteria: 148 – 201 = tinggi

94 – 147 = sedang 40 – 93 = rendah

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa

Variabel Indikator Deskriptor Jml

Interaksi

Sosial 1. Perilaku sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi positif

1.1Menunjukkan solidaritas seperti perasaan setia kawan, simpati dan kepedulian. 1.2Menunjukkan 6 3 3 , 53 3 160 3 ) 1 40 ( ) 5 40 (   

x x

K NR NT I


(29)

2. Perilaku dalam memberikan jawaban

3. Perilaku untuk meminta tugas

4. Perilaku sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi negatif

ketegangan positif yaitu respon kepuasan ketika mendapatkan sesuatu hal.

1.3Menunjukkan persetujuan, pengertian dan penerimaan

2.1Memberi saran

2.2Memberi pendapat dan penilaian

2.3Memberikan orientasi dan informasi

3.1Meminta saran atau nasihat

3.2Meminta pendapat dan penilaian

3.3Meminta orientasi dan informasi 4.1Menunjukkan pertentangan dan mempertahankan pendapat sendiri 4.2Menunjukkan

ketegangan, acuh tak acuh 4.3Menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan 8 3 5 6 4 4 4 6 5 6 2. Wawancara.

Wawancara merupakan sebuah kegiatan yang di dalamnya terjadi dialog atau kegiatan tanya jawab antara si pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya seperti yang dikehendaki oleh pewawancara dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face). Wawancara dilakukan guna memperoleh data yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar penelitian, yaitu masalah kemandirian siswa dalam


(30)

menentukanrencana studi lanjut. Sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas. Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data pelengkap.

F. Uji Instrumen

Suatu alat ukur dapat dinyatakan alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan kesimpulan yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji instrumen yang akan digunakan.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Sugiyono (2008:121), ”valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid.

Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity), dengan menggunakan pendapat dari para ahli (judgement expert). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian instrumen selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui dicobakan kepada subjek. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala interaksi sosial.


(31)

Penelitian ini menggunakan validitas construct karena yang akan diukur pada penelitian ini bersifat gejala. Instrumen yang menggunakan validitas construct jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. (Sugiyono, 2008:123) Peneliti telah melaksanakan uji validitas kontruksi dengan tiga orang ahli.

Analisis item yang digunakan untuk menguji validitas item dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan pembobotan proporsi. Adapun langkah-langkah untuk menguji pembobotan skor item pada skala yang diungkapkan Azwar (2010:48) sebagai berikut:

1. Menghitung jawaban subjek responden secara langsung atas 5 alternatif jawaban yang sudah disediakan, dengan menghitung frekuensi (f) jawaban subjek untuk masing-masing kategori 2. Menghitung proporsi (p) masing-masing respon dengan cara membagi frekuensi di tiap

respon dengan jumlah responden keseluruhan, yaitu sebagai berikut : p=

n f

Keterangan : p = proporsi

f jumlah frekuensi tiap kategori n = jumlah responden keseluruhan

3. Menghitung proporsi kumulatif (pk) atau cumulative proporsi (CP) untuk masing-masing kategori

4. Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk – t ) atau menghitung mid poin masing-masing CP, yaitu dengan rumus :

Mdp CP = CP + 0,5 (P) Keterangan :

Mdp CP = Mid point CP 0,5 = angka tetap 5. Mencari nilai z dari tabel Febriasi normal

6. Menentukan titik nol pada respon paling kiri atau paling rendah

7. Setelah bobot skala per item diketahui, maka akan didapatkan item skala yang valid atau tidak serta tahap menentukan skor respon untuk setiap item.


(32)

Untuk mengetahui apakah item-item pada skala dapat memberikan kontribusi terhadap variabel yang diteliti, maka dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item pada instrumen dengan skor total, menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson.

Adapun rumus product moment dari Pearson, sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

    y y N x x N y x xy N rxy Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

X = jumlah skor butir, masing-masing item

Y = jumlah skor total

N = jumlah responden

X2 = jumlah kuadrat butir

Y2 = jumlah kuadrat total

Selanjutnya keputusan dengan membandingkan rhit dengan rtab . jika rhit > rtab berarti pernyataan valid, tetapi jika rhit < rtab berarti pernyataan tersebut tidak valid.

Uji coba skala dilakukan sebelum skala dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian. Skala disebarkan kepada 31 orang siswa di luar subjek penelitian. Berdasarkan hasil uji coba didapatlah 40 item yang valid dari 60 item. Adapun r tabel yang digunakan sebagai batas validitas dari instrumen yang digunakan adalah 0,30 sesuai ketentuan dari r tabel dengan responden sebanyak 31 orang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah jika suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178).


(33)

Untuk menguji reliabilitas skala dalam penelitian ini maka teknik uji yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus alpha karena skor yang diberikan bukan 1 atau 0. Hal ini sesuai menurut Arikunto (2002:171) yang menyatakan bahwa ”untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 menggunkan rumus alpha”

Berikut adalah Rumus Alpha :

               

2

1 2

11 ( 1) 1

b k k r Keterangan : 11

r = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = Jumlah varians butir 2

1

 = Varians total

Menurut Basrowi dan Kasinu (2006:244), untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria sebagai berikut :

0,8 - 1,00 = sangat tinggi 0,6 - 0,799 = tinggi 0,4 - 0,599 = cukup tinggi

0,2 - 0,399 = rendah

0 < 0,200 = sangat rendah

Berdasarkan hasil pengolahan data uji coba instrument ada 40 item yang memiliki kontribusi yang besar dengan reliabilitas yang tinggi yakni 0,988 dengan rtabel 0,30. Berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah dikemukakan oleh Basrowi dan Kasinu di halaman sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa tingkat reliabilitas skala adalah sangat tinggi.


(34)

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data yakni, pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti.

Karena penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak dari sebuah perlakuan, lalu mengamati akibat dari perlakuan tersebut. Pendekatan yang efektif untuk melihat hasil dari perlakuan yang telah diberikan apakah efektif atau tidak, yaitu dengan membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan post-test.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik

berupa uji Wilcoxon, karena membandingkan dua variabel dengan sampel yang sama. Adapun

rumus yang digunakan adalah : z =

T T

  = 24 ) 1 2 )( 1 ( 4 ) 1 (      n n n n n Keterangan:

T = Jumlah jenjang yang kecil n = Jumlah sampel

Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika hasil analisis data lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, berarti penggunaan layanan bimbingan kelompokefektif dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.


(35)

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo yang berlokasi di Jl Inpres No.2 Tegalsari, Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2011/2012.

B. Metode Penelitian

Suatu yang khas dari kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis sebagai penentu ke arah pemecahan masalah. Ketepatan memilih metode merupakan persyaratan yang utama agar dapat tercapai hasil yang diharapkan. Metode penelitian ini membantu dalam penyelenggaraan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008:2), metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian yaitu dengan menggunakan desain one-Group Pretest – Posttest yaitu membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Apakah setelah diberi perlakuan ada perubahan atau tidak. Hal ini bertujuan agar hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat,


(37)

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Metode ini dilaksanakan untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam membantu siswa yang kurang mampu berinteraksi sosial.

Desain tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2008:75) Keterangan:

O1 : Nilai Pretest (pengukuran pertama,interaksi sosial sebelum dilakukan layanan konseling kelompok).

X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP PGRI 1 Gadingrejo).

O2 : Posttest/kondisi setelah diberikan perlakuan (pengukuran kedua, interaksi sosial setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok).

Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen, yaitu:

1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan perlakuan, yaitu layanan bimbingan kelompoksehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki tingkat interaksi sosial yang rendah.

2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


(38)

3. Melakukan Post-test sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompokapakah efektif atau berhasil dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.

4. Proses analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon.

C. Subjek Penelitian

Subjek adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek penelitian ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, kelas VII SMP PGRI 1 Gadingrejo.

Untuk mengetahui siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman yang rendah dapat diketahui berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial, skala tersebut disebarkan kepada seluruh siswa kelas VII. Berdasarkan hasil penyebaran skala tersebut, terdapat 6 siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah.

Tabel 1. Data Siswa yang Memiliki Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman yang Rendah

No Nama Kelas

1 Aditya Abdul Rahmat VII A

2 Joko Yuli Yanto VII A

3 Septi Ragita Sari VII A

4 Yunita Sari VII A

5 Fenny Astriani VII B

6 Kiki Arinda VII B

Alasan peneliti menggunakan subjek penelitian adalah karena penelitian ini merupakan aplikasi layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa dan hasil


(39)

dari proses bimbingan kelompok ini tidak dapat digeneralisasikan antara subjek yang satu tidak dapat mewakili subjek yang lain karena setiap individu berbeda.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah subjek suatu penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Variabel penelitian menjelaskan tentang apa dan bagaimana penelitian ini. Arikunto (2006: 118) menyatakan, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dari pernyataan Arikunto di atas, maka penulis menyatakan bahwa dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel, yaitu variabel penyebab atau variabel bebas (X) dan variabel akibat atau terikat (Y).

Variabel penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas. Sebagai variabel terikat adalah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.

Hubungan antar kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


(40)

Gambar 3.2. Hubungan antar Variabel

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan.

Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial dan bimbingan kelompok

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkankemampuan interaksi sosial adalah kemampuan individu menjalin hubungan antara individu satu dengan individu lain, dimana individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya dalam suatu situasi sosial, serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik antara individu atau kelompok yang ikut serta dalam situasi sosial tersebut. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok

Interaksi sosial yang tinggi dapat ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi positif, yaitu individu mampu menunjukkan solidaritas terhadap temannya, mampu menerima dan menghargai pendapat temannya, mampu bergabung dan menyesuaikan diri dengan kelompoknya, mampu memberikan saran dan nasehat yang baik untuk teman-temannya.


(41)

Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi negatif, yaitu perilaku yang menunjukkan pertentangan dan suka mempertahankan pendapat sendiri tanpa mau mendengar pendapat orang lain, perilaku individu yang acuh tak acuh yaitu tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, perilaku individu yang menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan, individu yang tidak mampu memberikan saran yang baik terhadap temannya dan malah menjerumuskan temannya untuk membuat perkelahian.

Kemampuan interaksi sosial merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, indikator dari interaksi sosial dapat berupa :

1) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi positif 2) Perilaku individu dalam memberikan jawaban

3) Perilaku individu untuk meminta tugas

4) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi negatif

Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok, dimana terdapat pemimpin dan anggota kelompok dengan perannya masing-masing untuk membahas suatu topik permasalahan yang sama dan dianggap penting agar nantinya dapat mencapai tujuan bersama yang bermuara pada pemecahan masalah dengan keputusan-keputusan yang telah disepakati bersama seluruh anggota kelompok.


(42)

Teknik pengunpulan data adalah cara – cara yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian guna mencapai objektivitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Skala Interaksi Sosial

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model likert yaitu dengan menggunakan skala interaksi sosial. Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa skala model likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Dengan skala model likert, maka variabel interaksi sosial dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala model likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Skala interaksi sosial dibagikan pada siswa berisikan pernyataan fovarable (pernyataan yang mendukung sikap) dan unfovarable (yang tidak mendukung sikap) Setiap item pernyataan disediakan lima alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS), Pernyataan yang baik ditentukan dengan memberi bobot nilai berdasarkan jawaban langsung dengan metode summated ratings yang bertujuan memberikan skor pada alternatif jawaban setiap pernyataan.

Berikut ini skor nilai dari masing-masing alternatif jawaban berdasarkan perhitungan summated ratings :

Tabel 2. Skor Nilai Alternatif Jawaban


(43)

SS S KS TS STS

Favourable 5 4 3 2 1

Unfavourable 1 2 3 4 5

Adapun penskoran skala interaksi sosial siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu : tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan ketentuan rumus interval sebagai berikut :

i = NT-NR K Keterangan:

i = interval

NT = nilai tertinggi

NR = nilai terendah

K = jumlah kategori

(Hadi, 1984)

Nilai tertinggi (Nt) : 40 x 5 = 200

Nilai terendah (Nr) : 40 x 1 = 40

Kriteria (k) : 3

Interval:

Keterangan kriteria: 148 – 201 = tinggi

94 – 147 = sedang 40 – 93 = rendah

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa

Variabel Indikator Deskriptor Jml

Interaksi

Sosial 1. Perilaku sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi positif

1.1Menunjukkan solidaritas seperti perasaan setia kawan, simpati dan kepedulian. 1.2Menunjukkan 6 3 3 , 53 3 160 3 ) 1 40 ( ) 5 40 (   

x x

K NR NT I


(44)

2. Perilaku dalam memberikan jawaban

3. Perilaku untuk meminta tugas

4. Perilaku sosio-emosional yang berupa reaksi-reaksi negatif

ketegangan positif yaitu respon kepuasan ketika mendapatkan sesuatu hal.

1.3Menunjukkan persetujuan, pengertian dan penerimaan

2.1Memberi saran

2.2Memberi pendapat dan penilaian

2.3Memberikan orientasi dan informasi

3.1Meminta saran atau nasihat

3.2Meminta pendapat dan penilaian

3.3Meminta orientasi dan informasi 4.1Menunjukkan pertentangan dan mempertahankan pendapat sendiri 4.2Menunjukkan

ketegangan, acuh tak acuh 4.3Menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan 8 3 5 6 4 4 4 6 5 6 2. Wawancara.

Wawancara merupakan sebuah kegiatan yang di dalamnya terjadi dialog atau kegiatan tanya jawab antara si pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang selengkap-lengkapnya seperti yang dikehendaki oleh pewawancara dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face). Wawancara dilakukan guna memperoleh data yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar penelitian, yaitu masalah kemandirian siswa dalam


(45)

menentukanrencana studi lanjut. Sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas. Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data pelengkap.

F. Uji Instrumen

Suatu alat ukur dapat dinyatakan alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan kesimpulan yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji instrumen yang akan digunakan.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Sugiyono (2008:121), ”valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid.

Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity), dengan menggunakan pendapat dari para ahli (judgement expert). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian instrumen selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui dicobakan kepada subjek. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran skala interaksi sosial.


(46)

Penelitian ini menggunakan validitas construct karena yang akan diukur pada penelitian ini bersifat gejala. Instrumen yang menggunakan validitas construct jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. (Sugiyono, 2008:123) Peneliti telah melaksanakan uji validitas kontruksi dengan tiga orang ahli.

Analisis item yang digunakan untuk menguji validitas item dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan pembobotan proporsi. Adapun langkah-langkah untuk menguji pembobotan skor item pada skala yang diungkapkan Azwar (2010:48) sebagai berikut:

1. Menghitung jawaban subjek responden secara langsung atas 5 alternatif jawaban yang sudah disediakan, dengan menghitung frekuensi (f) jawaban subjek untuk masing-masing kategori 2. Menghitung proporsi (p) masing-masing respon dengan cara membagi frekuensi di tiap

respon dengan jumlah responden keseluruhan, yaitu sebagai berikut : p=

n f

Keterangan : p = proporsi

f jumlah frekuensi tiap kategori n = jumlah responden keseluruhan

3. Menghitung proporsi kumulatif (pk) atau cumulative proporsi (CP) untuk masing-masing kategori

4. Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk – t ) atau menghitung mid poin masing-masing CP, yaitu dengan rumus :

Mdp CP = CP + 0,5 (P) Keterangan :

Mdp CP = Mid point CP 0,5 = angka tetap 5. Mencari nilai z dari tabel Febriasi normal

6. Menentukan titik nol pada respon paling kiri atau paling rendah

7. Setelah bobot skala per item diketahui, maka akan didapatkan item skala yang valid atau tidak serta tahap menentukan skor respon untuk setiap item.


(47)

Untuk mengetahui apakah item-item pada skala dapat memberikan kontribusi terhadap variabel yang diteliti, maka dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item pada instrumen dengan skor total, menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson.

Adapun rumus product moment dari Pearson, sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

    y y N x x N y x xy N rxy Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

X = jumlah skor butir, masing-masing item

Y = jumlah skor total

N = jumlah responden

X2 = jumlah kuadrat butir

Y2 = jumlah kuadrat total

Selanjutnya keputusan dengan membandingkan rhit dengan rtab . jika rhit > rtab berarti pernyataan valid, tetapi jika rhit < rtab berarti pernyataan tersebut tidak valid.

Uji coba skala dilakukan sebelum skala dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian. Skala disebarkan kepada 31 orang siswa di luar subjek penelitian. Berdasarkan hasil uji coba didapatlah 40 item yang valid dari 60 item. Adapun r tabel yang digunakan sebagai batas validitas dari instrumen yang digunakan adalah 0,30 sesuai ketentuan dari r tabel dengan responden sebanyak 31 orang.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah jika suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178).


(48)

Untuk menguji reliabilitas skala dalam penelitian ini maka teknik uji yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus alpha karena skor yang diberikan bukan 1 atau 0. Hal ini sesuai menurut Arikunto (2002:171) yang menyatakan bahwa ”untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 menggunkan rumus alpha”

Berikut adalah Rumus Alpha :

               

2

1 2

11 ( 1) 1

b k k r Keterangan : 11

r = Reliabilitas instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

 = Jumlah varians butir 2

1

 = Varians total

Menurut Basrowi dan Kasinu (2006:244), untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria sebagai berikut :

0,8 - 1,00 = sangat tinggi 0,6 - 0,799 = tinggi 0,4 - 0,599 = cukup tinggi

0,2 - 0,399 = rendah

0 < 0,200 = sangat rendah

Berdasarkan hasil pengolahan data uji coba instrument ada 40 item yang memiliki kontribusi yang besar dengan reliabilitas yang tinggi yakni 0,988 dengan rtabel 0,30. Berdasarkan kriteria reliabilitas yang telah dikemukakan oleh Basrowi dan Kasinu di halaman sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa tingkat reliabilitas skala adalah sangat tinggi.


(49)

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data yakni, pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti.

Karena penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak dari sebuah perlakuan, lalu mengamati akibat dari perlakuan tersebut. Pendekatan yang efektif untuk melihat hasil dari perlakuan yang telah diberikan apakah efektif atau tidak, yaitu dengan membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan post-test.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik

berupa uji Wilcoxon, karena membandingkan dua variabel dengan sampel yang sama. Adapun

rumus yang digunakan adalah : z =

T T

  = 24 ) 1 2 )( 1 ( 4 ) 1 (      n n n n n Keterangan:

T = Jumlah jenjang yang kecil n = Jumlah sampel

Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika hasil analisis data lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, berarti penggunaan layanan bimbingan kelompokefektif dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.


(50)

(51)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang

Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir, menjadi dewasa, tua, dan sampai meninggal. Dengan hidup bersama orang lain, manusia bisa saling memberi dan menerima ( take

and give) untuk saling tolong menolong dalam mengatasi masalah pribadi atau masalah bersama,

keinginan untuk hidup bersama orang lain ini menjadikan manusia dijuluki sebagai zoon

politicon atau mahluk yang selalu ingin berkelompok dengan sesamanya. Sebagai zoon politicon

manusia mempunyai dorongan atau motif sosial untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi. Untuk mengembangkan pola kehidupan tersebut manusia harus mengembangkannya melalui interaksi sosial.

Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok satu dengan kelompok lain, dengan ditandai adanya kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial merupakan bagian dari aspek perkembangan sosial manusia. Perkembangan sosial

dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi mahluk sosial.


(52)

Bonner (dalam santoso 2010: 164) mengatakan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih indvidu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya.

Dari pengertian diatas siswa sebagai mahluk sosial secara alami akan mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama, Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang tinggi, dapat terlihat dari sikap yang senang akan kegiatan yang bersifat kelompok, tertarik berkomunikasi dengan orang lain, peka terhadap keadaan sekitar, senang melakukan kerjasama, dan sadar sebagai mahluk sosial, sehingga akan mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Sebaliknya siswa yang memiliki interaksi sosial yang rendah akan mengalami hambatan dalam bergaul.

Dalam perkembangannya ada siswa yang baik dalam berinteraksi tetapi ada juga yang kurang baik. Siswa yang kurang baik dalam berinteraksi sosial salah satu faktor penyebabnya yaitu masalah sikap kurang bisa bergaul dan malu. Sikap malu merupakan reaksi dari rasa ketidaknyamanan, ketegangan, kesadaran diri, kecenderungan untuk sering memalingkan muka, gagap atau pendiam karena hadirnya orang asing.

Christof (1981) berpendapat bahwa sifat pemalu disebabkan oleh kurangnya keterampilan bergaul. Menurut pendapat ini orang pemalu tidak tahu caranya mendekati orang lain, bagaimana caranya memperkenalkan diri pada orang lain dan bagaimana memulai suatu percakapan.


(53)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo, Siswa dalam rentangan umur kurang lebih 12-15 tahun memiliki kebutuhan menerima pengakuan terhadap dorongan untuk lebih mandiri, mempunyai hubungan persahabatan dengan teman sebaya. Adanya kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi terkadang membuat siswa sulit berinteraksi sosial. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan siswa yang sering menyendiri dan enggan berkumpul dengan teman-temannya, hal ini terlihat dengan lebih seringnya siswa menyendiri dan jarang berkumpul dengan teman-temannya, serta kurang aktifnya siswa saat berkumpul dalam kelompok, ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing, hal ini ditandai dengan terlihatnya siswa yang bermain atau berkumpul hanya dengan teman yang sama dan siswa yang kurang suka dipasangkan dengan teman lain selain teman sekelompoknya, ada siswa yang sulit bekerja dalam kelompok, hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam diskusi kelompok, dan sering marah apabila pendapatnya tidak diterima dalam kelompoknya, ada siswa yang suka bertindak semena-mena terhadap teman sekelasnya, hal ini terlihat dari seringnya siswa bersikap mengatur temannya, dan dengan sesuka hatinya menyuruh temannya untuk melakukan pekerjaan kelas. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari interaksi sosial sesama teman yang rendah di lingkungan sekolahnya.

Untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial sesama teman, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, bimbingan/ konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat, informasi yang diberikan


(54)

adalah informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. Tohirin (2011:172) mengatakan bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan, dimana komunikasi meerupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman. Peneliti ingin mengetahui apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Terdapat siswa yang kurang mampu menjalin komunikasi dengan orang lain. 2. Terdapat siswa yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri.

3. Terdapat siswa yang suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan teman-temannya.

4. Terdapat siswa yang kurang mampu mengadakan kerja sama.

5. Terdapat siswa yang kurang mampu membaur dengan teman baru.

6. Terdapat siswa yang berinteraksi dengan kelompok kecilnya masing-masing.

7. Terdapat siswa yang kurang mampu memberikan hubungan timbal balik dengan individu

atau dengan kelompok saat berinteraksi.

3. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan peneliti serta keterbatasan waktu, maka masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan


(55)

layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu siswa kurang mampu berinteraksi sosial sesama teman. Adapun permasalahannya adalah” Apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/ 2012 meningkat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan layanan bimbingan kelompok, meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo pada tahun pelajaran 2011/2012.

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang manfaat yang diharapkan dari peneliti itu sendiri.

1. Kegunaan secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu bimbingan konseling pada umumnya dan peningkatan interaksi sosial pada khususnya.


(56)

2. Kegunaan secara Praktis

Kegunaan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi siswa, terutama mengenai upaya-upaya dalam meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Kerangka berfikir memuat teori, dalil, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti.

Interaksi sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu dengan lingkungannya, begitu pula berlangsungnya hubungan individu yang satu dengan individu yang lain. Untuk menggambarkan saling hubungan ini sependapat dengan rumusan H Boner ( H. Abu Ahmadi 1999 :54) yang dalam garis besarnya berbunyi ” interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”

Kelangsungan interaksi sosial merupakan proses yang kompleks. Interaksi sosial berlangsung dengan didasari adanya faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, faktor simpati serta kontak sosial dan komunikasi. Dengan adanya proses penyampaian dan hubungan sosial yang dilakukan maka terjalin suatu hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan individu dengan individu, antara kelompok-kelompok manusia yang saling mempengaruhi,


(57)

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu dengan tujuan tertentu dan berlangsunglah interaksi sosial.

Interaksi sosial dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala yang dimilikinya, Interaksi yang berlangsung dalam suasana saling mempercayai, menghargai dan mendukung, hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi sosial dapat memberikan manfaat berupa individu satu dengan individu lain saling mengenal satu sama lain, tolong menolong, terwujudnya kerja sama antar kelompok- kelompok yang terpisah, adanya kebersamaan. Maka dalam kehidupan masyarakat akan terwujud hubungan sosial yang dinamis. Dalam hal ini interaksi sosial antar individu yang satu dengan individu yang lainnya berbeda-beda. Ada individu yang mudah melakukan interaksi sosial dengan orang lain, Namun ada juga individu yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial.

Rendahnya kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial sesama teman dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain yang pertama yaitu situasi sosial yang mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya ketika ada pelajaran ataupun topik diskusi yang tidak disukai maka dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok itu, yang kedua yaitu karakter individu, , karakter atau kepribadian individu yang diantaranya perasaan malu yang dimiliki siswa, tidak tahu bagaimana cara untuk memulai pembicaraan dengan teman, takut tidak direspon teman saat berinteraksi, memiliki pengalaman yang buruk dengan teman sebelumnya, serta suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan temannya, Berbagai hal tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang menyebabkan interaksi sosial siswa yang rendah di kelompoknya.


(58)

Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial sesama teman yang rendah dapat menunjukan ciri- ciri kesulitan dalam persahabatan, kesulitan mencari teman, merasa terasing dalam aktifitas kelompok, takut menerima tanggung jawab, kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan, sulit mengambil keputusan dan banyak menerima nasehat dari teman- temannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, pada pengamatan di SMP PGRI 1 Gadingrejo, terdapat siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, seperti siswa kesulitan dalam mencari teman dan sulit membaur dengan teman teman lainnya, yang mengakibatkan siswa seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas, dengan cara berkumpul membentuk semacam geng atau berkelompok. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Dengan pola interaksi seperti ini sering di jumpai beberapa siswa hanya bergaul dengan teman-teman satu geng saja, dan merasa sulit untuk berinteraksi dengan siswa yang lain.

Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman, khususnya siswa itu sendiri. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkannya, baik berupa layanan individual maupun kelompok dalam kegiatan bimbingan/konseling kelompok atau individual. Berkenaan dengan itu, maka peneliti mencoba menggunakan layanan bimbingan kelompok, karena menurut Tohirin (2011:172) layanan bimbingan kelompok secara umum bertujuan

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan, secara lebih khusus bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran,


(59)

persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.

Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam suasana kelompok. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai bahan atau informasi dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Dalam bimbingan kelompok juga terdapat dinamika kelompok yang dapat meningkatkan interaksi sosial. Karena dinamika kelompok adalah interaksi interpersonal yang ditandai semangat kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dalam mencapai tujuan kelompok. Sehingga kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat meningkat menjadi tinggi.

Sangatlah penting bagi seorang konselor untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman menjadi lebih baik. Dalam upaya mewujudkan pribadi siswa yang memiliki interaksi sosial yang baik, maka diterapkanlah suatu tehnik layanan dalam bimbingan konseling yaitu layanan bimbingan kelompok sebagai medianya.

Berikut dapat digambarkan alur kerangka pikir dalam penelitian ini.

Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah

Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman

meningkat / tinggi

Layanan bimbingan kelompok


(60)

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dan dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul.

Menurut Arikunto (2006:62) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.

Agar penelitian ini terarah, dengan demikian diperlukan adanya hipotesis sehingga kemampuan interaksi sosial siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan interaksi sosial siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.”

Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: 1). Hipotesis Alternatif ( Ha) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP

PGRI 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

2). Hipotesis Nihil ( Ho) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


(61)

(62)

ABSTRAK

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI

1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

DWI TRISNANINGSIH

Masalah dalam penelitian ini rendahnya kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman meningkat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok?”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain one group

pretest-posttest, dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian ini 6 siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi sosial.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan berinteraksi sosial sesama teman mengalami peningkatansignifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok.Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperolehZ hitung = 2,201 dan Z tabel = 0, 028. Karena Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

Kesimpulan dalam penelitian ini, kemampuan berinteraksi sosial sesama teman siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Saran yang diberikan yaitu (1) Kepada Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosialnya, (2) Kepada Guru pembimbing hendaknya dapat membantu dan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada khususnya dan untuk memecahkan masalah pada umumnya.


(63)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GROUP COUNSELING TO INCREASE THE STUDENTS’ ABILITY IN DOING SOCIAL INTERACTION TO THEIR PEERS AT

SMP PGRI GADINGREJO IN ACADEMIC ON 2011/2012

By

DWI TRISNANINGSIH

The problem in this research was the decreasing number of students’ ability in doing social interaction to their peers. The research problem was “Does the students’ ability in social interaction to their peers increase after the students followed the group counseling?”. The objective of the research was to know whether the students’ ability in doing social interaction to their peers at SMP PGRI Gadingrejo could be improved through group counseling.

The method used was quasi experiment method by using one group pretest-posttest design, analyzed by using non parametric statistics using wilcoxon test. The subjects of this research were 6 students who had low ability in doing social interaction to their peers. The collecting data technique in this research was using social interaction scale.

The result showed that the students’ ability in doing social interaction to their peers had significantly increased after the teacher gave group counseling. It was indicated from the result

of pre test and post test which was obtained Z count2,201 and Z table0,028. Since Z count > Z

table, therefore Ho was denied and Ha was received, it meant that there was significantly differences with significance level 5% between students’ social interaction score before and after given group counseling to the subject of the research.

In conclusion, the students’ ability in doing social interaction to their peers could be increased through group counseling.

The suggestions given were (1) the students should follow the group counseling activity to increase the students’ ability in doing social interaction; (2) the guidance counselor should be able to help and hold group counseling routinely to increase the students’ ability in doing social interaction to their peers specifically and to solve the problems generally.


(1)

Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial sesama teman yang rendah dapat menunjukan ciri- ciri kesulitan dalam persahabatan, kesulitan mencari teman, merasa terasing dalam aktifitas kelompok, takut menerima tanggung jawab, kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan, sulit mengambil keputusan dan banyak menerima nasehat dari teman- temannya.

Berdasarkan penjelasan diatas, pada pengamatan di SMP PGRI 1 Gadingrejo, terdapat siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, seperti siswa kesulitan dalam mencari teman dan sulit membaur dengan teman teman lainnya, yang mengakibatkan siswa seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas, dengan cara berkumpul membentuk semacam geng atau berkelompok. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Dengan pola interaksi seperti ini sering di jumpai beberapa siswa hanya bergaul dengan teman-teman satu geng saja, dan merasa sulit untuk berinteraksi dengan siswa yang lain.

Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman, khususnya siswa itu sendiri. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkannya, baik berupa layanan individual maupun kelompok dalam kegiatan bimbingan/konseling kelompok atau individual. Berkenaan dengan itu, maka peneliti mencoba menggunakan layanan bimbingan kelompok, karena menurut Tohirin (2011:172) layanan bimbingan kelompok secara umum bertujuan

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan, secara lebih khusus bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran,


(2)

persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.

Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam suasana kelompok. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai bahan atau informasi dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Dalam bimbingan kelompok juga terdapat dinamika kelompok yang dapat meningkatkan interaksi sosial. Karena dinamika kelompok adalah interaksi interpersonal yang ditandai semangat kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman dalam mencapai tujuan kelompok. Sehingga kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat meningkat menjadi tinggi.

Sangatlah penting bagi seorang konselor untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman menjadi lebih baik. Dalam upaya mewujudkan pribadi siswa yang memiliki interaksi sosial yang baik, maka diterapkanlah suatu tehnik layanan dalam bimbingan konseling yaitu layanan bimbingan kelompok sebagai medianya.

Berikut dapat digambarkan alur kerangka pikir dalam penelitian ini.

Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah

Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman meningkat / tinggi

Layanan bimbingan kelompok


(3)

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dan dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul.

Menurut Arikunto (2006:62) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.

Agar penelitian ini terarah, dengan demikian diperlukan adanya hipotesis sehingga kemampuan interaksi sosial siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan interaksi sosial siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.”

Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: 1). Hipotesis Alternatif ( Ha) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP

PGRI 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

2). Hipotesis Nihil ( Ho) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.


(4)

(5)

ABSTRAK

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI

1 GADINGREJO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

DWI TRISNANINGSIH

Masalah dalam penelitian ini rendahnya kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman meningkat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok?”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain one group

pretest-posttest, dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek

penelitian ini 6 siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi sosial.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan berinteraksi sosial sesama teman mengalami peningkatansignifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok.Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperolehZ hitung = 2,201 dan Z tabel = 0, 028. Karena Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

Kesimpulan dalam penelitian ini, kemampuan berinteraksi sosial sesama teman siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.

Saran yang diberikan yaitu (1) Kepada Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosialnya, (2) Kepada Guru pembimbing hendaknya dapat membantu dan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada khususnya dan untuk memecahkan masalah pada umumnya.


(6)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF GROUP COUNSELING TO INCREASE THE STUDENTS’ ABILITY IN DOING SOCIAL INTERACTION TO THEIR PEERS AT

SMP PGRI GADINGREJO IN ACADEMIC ON 2011/2012

By

DWI TRISNANINGSIH

The problem in this research was the decreasing number of students’ ability in doing social interaction to their peers. The research problem was “Does the students’ ability in social interaction to their peers increase after the students followed the group counseling?”. The objective of the research was to know whether the students’ ability in doing social interaction to their peers at SMP PGRI Gadingrejo could be improved through group counseling.

The method used was quasi experiment method by using one group pretest-posttest design, analyzed by using non parametric statistics using wilcoxon test. The subjects of this research were 6 students who had low ability in doing social interaction to their peers. The collecting data technique in this research was using social interaction scale.

The result showed that the students’ ability in doing social interaction to their peers had significantly increased after the teacher gave group counseling. It was indicated from the result of pre test and post test which was obtained Z count2,201 and Z table0,028. Since Z count > Z table, therefore Ho was denied and Ha was received, it meant that there was significantly differences with significance level 5% between students’ social interaction score before and after given group counseling to the subject of the research.

In conclusion, the students’ ability in doing social interaction to their peers could be increased through group counseling.

The suggestions given were (1) the students should follow the group counseling activity to increase the students’ ability in doing social interaction; (2) the guidance counselor should be able to help and hold group counseling routinely to increase the students’ ability in doing social interaction to their peers specifically and to solve the problems generally.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 63

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 188

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP WIYATAMA BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 8 67

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KEPATUHAN SISWA TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SMA NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 17 94

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 77

MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 69

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 TANJUNG BINTANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 16 105

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 01 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

1 5 93

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BERSERAGAM DALAM UPACARA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP 5 KUDUS TAHUN PELAJARAN 20122013

2 2 14