Kecukupan Informasi Manajemen Periodisasi pelaksanaan rapat

16

b. Kecukupan Informasi Manajemen

1. Data Pengurus Organisasi Gambar 3 Berikut struktur pengurus harian Masjid Raya Darul Amal: Sumber lampiran 16 Gambar 3. Selain anggota ta’mir yang telah ditetapkan oleh Walikota, pihak ta’mir juga membentuk pengurus harian masjid dengan pihak yang terlibat lebih sedikit. Hal tersebut dilakukan agar pengelolaan masjid lebih diperhatikan mengingat tidak semua anggota ta’mir dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan maksimal karena kesibukan di luar kepengurusannya sebagai anggota OTAMDA. KETUA TA’MIR PROF. DR. H. M. ZUHRI, MA SEKRETARIS DR.H.RAHMAT, H.M,Pd BENDAHARA H.MAHASIN PETUGAS HARIAN YAHYA, S.Ag KEAMANAN IRAWAN KEBERSIHAN BUDI ADMINISTRASI BUDI S. FAIDLUL M. MUADZIN TOYIB ABDUL M. MUHAMAD B . 17 2. Data Program Tabel 1 Bentuk perencanaan kegiatan di Masjid Raya Darul Amal PEMERINTAHAN KOTA SALATIGA TAKMIR MASJID RAYA DARUL AMAL Sekretariat: Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. 0298 316594 RENCANA KEGIATAN MASJID RAYA DARUL AMAL KOTA SALATIGA TAHUN 2013 KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JENIS KEGIATAN YANG AKAN DILAKUKAN OTAMDA Sumber lampiran 7 Tabel 1. Data program berisikan perencanaan kegiatan yang disusun secara tertulis berdasarkan periode waktu pelaksanaan kegiatan tersebut. Jenis kegiatan yang dilakukan terkait dengan perbaikan sarana untuk pengelolaan masjid dan kegiatan- kegiatan yang bersifat tradisional yang dijalankan oleh umat Islam seperti pengajian- pengajian dan Peringatan Hari Besar Islam. 18 3. Data Keuangan Laporan keuangan masjid ≤ tahun 2009 dibuat secara manual dengan pencatatan yang dilakukan secara tertulis dalam sebuah buku laporan keuangan. Pada tahun 2010-2011 OTAMDA tidak melakukan pencatatan laporan keuangan, hal tersebut dikarenakan tidak adanya kegiatan selama proses pembangunan renovasi masjid. Namun, sejak tahun 2012 OTAMDA kembali melakukan pencatatan laporan keuangan dengan menggunakan komputer. Laporan keuangan yang ada di Masjid Raya Darul Amal terdiri dari pemasukan dan pengeluaran kas yang dibuat dalam periode bulanan. Data organisasi yang terdiri dari struktur kepengurusan, data program, serta data keuangan hanya disimpan oleh pihak internal organisasi. Namun pihak masjid bersedia memberikan informasi ketika ada pihak luar yang mempertanyakan mengenai kinerja organisasi dalam pengelolan Masjid Raya Darul Amal. Selama ini tingkat pengukuran keberhasilan kegiatan OTAMDA diukur dari: 5 1. Acara berjalan lancar 2. Jamaah yang hadir banyak 3. Kyai 6 -nya menarik 4. Program kegiatan yang dilaksanakan memberikan kesan yang baik. Namun program kegiatan yang telah dirancang oleh OTAMDA tidak semua berjalan sesuai dengan rencana awal yang telah di tetapkan. Berikut contoh kegiatan yang belum terlaksana: Tabel 2 Kemunduran Rencana Kegiatan yang di Masjid Raya Darul Amal tahun 2013 Kegiatan April Pembangunan tempat wudhu X X Sumber lampiran 7 Periode mingguan 5. hal yang disampaikan Bapak Yahya,S.Ag dalam wawancara tgl 29 April 2013 di ruang tamu masjid. 6. kyai: ahli ulama cerdik pandai di Agama Islam, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 19 Tabel 2. Perencanaan kegiatan untuk pembangunan tempat wudhu yang telah direncanakan pada bulan April minggu ke 3-4 dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut belum terlaksana sebagai mana yang telah ditetapkan diawal. Alasan kemunduran pelaksanaan kegiatan tersebut karena masih menunggu dana sumbangan dari Pemkot. Salah satu bentuk dari tidak terlaksananya program kegiatan masjid lainnya yaitu peny elenggaraan “lomba adzan”. Rencana lomba adzan telah dirumuskan pada rapat ta’mir, dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini. Namun Ketua Ta’mir Bapak Muh Zuhri mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut batal terlaksana karena tidak adanya informasi lebih lanjut. Pertanggungjawaban mengenai tidak terlaksananya kegiatan tersebut belum diungkapkan secara jelas. Gambar 4 Perumusan Lomba Adzan Sumber lampiran 10 20 Rasa kebersamaan akan tanggungjawab semua anggota ta’mir terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan masih kurang. Hal tersebut tercermin dengan sedikitnya pengurus yang terlibat secara aktif dalam pengelolaan masjid, berikut pernyataan Bapak Yahya,S.Ag selaku petugas harian masjid berikut ini: “ketika ada kendala yang dihadapi dilapangan pada waktu diberlangsungkannya kegiatan masjid, proses pelaporan da evaluasinya disampaikan secara lisan, kita belum membuat secara tertulis. Anggota ta‟mir di masjid ini banyak, namun yang aktif dan menekuni hanyalah pengurus harian” K arena para anggota ta’mir bekerja secara sukarela dan tidak mendapat gaji, sehingga tidak ada tuntutan secara tegas yang mengharuskan semua anggota terlibat langsung dan bersifat aktif dalam pengelolaan masjid. Namun sebagai anggota ta’mir yang telah ditetapkan seharusnya dapat menjalankan amanah yang diberikan dengan baik.

4.2.4 Praktik Akuntabilitas Kebijakan di Masjid Raya Darul Amal

Kebijakan mengenai pertanggungjawaban para pengurus masjid dalam pengelolaan masjid telah dirumuskan dalam Keputusan Walikota Salatiga, Nomor:4513382012 pada ketetapan poin kedua yaitu : “melaporkan hasilnya dan bert anggung jawab kepada Walikota”, dan selama ini bentuk pelaporan pertanggungjawaban pengurus takmir atas pengelolaan masjid telah dilakukan secara lisan. Kebijakan dalam pengelolaan masjid tercantum dalam draft anggaran dasar masjid. Walau belum disahkan secara resmi namun pihak masjid mengungkapkan bahwa draft anggaran dasar tersebutlah yang dijadikan pedoman untuk menjalankan proses pengelolaan masjid. Draft tersebut dibentuk atas dasar kesepakatan bersama anggota ta’mir yang disahkan dalam musyawarah ta’mir Masjid Darul Amal. Kebijakan yang memuat ketentuan-ketentuan untuk dijadikan pedoman oleh anggota ta’mir tidak semua dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam draft anggaran dasar pasal 5 mengenai kewajiban anggota terdapat ketentuan bahwa “anggota ta’mir berkewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan ta’mir”, namun dalam prakteknya hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah ditentukan penjelasan lebih dalam telah dibahas pada pembahasan mengenai akuntabiltas proses. Bentuk lain dari ketidakpaduan 21 antara kebijakan dengan pelaksanaannya yaitu pada ketentuan pasal 12 mengenai tanggungjawab ta’mir, menuliskan bahwa tanggungjawab ta’mir yaitu “menyampaikan laporan pertanggungjawaban dalam musyawarah ta’mir” namun prakteknya bentuk pertanggungjawaban pelaksa naan program kerja ta’mir hanya dilakukan secara lisan. Draft anggaran dasar takmir masjid raya darul amal belum memuat mengenai kebijakan dalam mendapatkan informasi terkait program kerja organisasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Namun, pada prakteknya pihak masjid menyediakan sebuah buku untuk mengisi saran, kritik maupun pendapat yang ditempatkan di ruang tamu.

4.2.5 Praktik Akuntabilitas

Financial di Masjid Raya Darul Amal Perbedaan hasil penelitian Simanjuntak dan Januarsi 2011 dengan penelitian di Masjid Raya Darul Amal adalah, pengurus Masjid Raya Darul Amal mentolelir bahwa pembuatan laporan keuangan berdasarkan kesadaran dari pihak masjid tanpa adanya tekanan dari masyarakat. Berdasarkan informasi yang didapat dari Bapak Yahya,S.Ag, mengungkapkan bahwa selama ini masyarakat tidak menuntut kepada organisasi masjid untuk membuat laporan keuangan. Pengurus masjid merasa mempunyai tanggungjawab penuh atas penggunaan dana yang diperoleh dari para donatur maka pihak masjid mempertanggungjawabkan kinerja organisasi masjid dalam bentuk laporan keuangan. Komponen pembentuk akuntabilitas financial : a. Pengungkapan Pengungkapan aktifitas-aktifitas yang mempengaruhi penggunaan kas dalam proses operasional organisasi telah disajikan dalam laporan keuangan masjid. Namun selama ini OTAMDA belum mempunyai suatu kebijakan mengenai besarnya anggaran untuk pengelolaan keuangan. Hal tersebut dapat memicu timbulnya aktifitas yang tidak terkontrol. Dalam penelitian yang dilakukan di Masjid Raya Darul Amal ditemukan satu bentuk aktifitas pengeluaran kas yang belum dicatat dalam laporan pengeluaran kas. 22 Gambar 5 Kwitansi Pemberian Utang Tanggal 22 Oktober 2006 terdapat akitifitas pengeluaran kas masjid untuk pemberian pinjaman utang kepada pihak luar, tertera pada kwitansi pembayaran diatas. Namun aktifitas pengeluaran kas tersebut belum diungkapkan dalam laporan keuangan masjid, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6 Pencatatan pengeluaran bulan Oktober 2006 23 b. Ketaatan terhadap peraturan Pihak masjid Raya Darul Amal melakukan pencatatan laporan keuangan secara sederhana. Berikut pernyataan dari Bapak Yahya, S.Ag: “kami melakukan pencatatan laporan keuangan serta pencatatan aset yang masjid miliki secara sederhana dan mudah dipahami oleh para pembaca laporan keuangan. Kalau membuat laporan yang rinci pihak kami belum terlalu memahami proses pencatatannya” Dari pernyataan tersebut dapat diungkapkan bahwa pihak masjid berupanya menyajikan dan melaporan laporan keuangan serta aset yang dimiliki masjid walau dalam desain pelaporan yang masih sederhana. Bentuk laporan keuangan yang telah dibuat oleh bendahara merupakan satu bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan karena sumber dana dari aktifitas pengelolaan masjid diperoleh dari donatur yang kemudian dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan keuangan, selanjutnya diinformasikan kepada jamaah sebelum sholat jumat. Tabel 3 Daftar inventaris Masjid Raya Darul Amal Ruang Lantai 2 No Nama Barang Jumlah Keterangan 1 Karpet 30 buah Kurang baik 2 Lampu gantung 1 buah Baik 3 Rak Al Qur’an 2 buah Baik 4 Al Qur’an 16 buah Baik 5 Rak Mukena 1 buah Baik 6 Mukena 60 buah Baik 7 Cermin 1 buah Baik 8 Kipas Angin 1 buah Baik sumber lampiran 8 Tabel 3. Pencatatan mengenai kekayaan sumberdaya yang ada di masjid dilakukan dengan mengkelompokan sumberdaya yang tersedia berdasarkan ruang penempatannya. Dengan bentuk pencacatan seperti itu, maka hanya mempermudah dalam proses monitoring untuk menjaga dari pencurian dan untuk memantau kondisi kelayakan inventaris. Namun, sulit untuk mengukur nilai asset yang dimiliki masjid. Pihak masjid mengungkapkan bahwa keterbatasan penyajian laporan keuangan disebabkan oleh salah satu faktor yaitu sumberdaya yang terlibat dalam 24 pengelolan masjid bukan orang yang profesional dalam bidangnya, sehingga belum bisa menjalankan perannya dengan optimal.

4.3 Wujud Transparansi Yang Dijalankan Oleh Organisasi Masjid