UJI TOKSISITAS EKSTRAK Selaginella willdenowii TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus sp.)

UJI TOKSISITAS EKSTRAK Selaginella willdenowii TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus sp.)

Oleh
Akmalia Rahmani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

UJI TOKSISITAS EKSTRAK Selaginella willdenowii TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP JUVENIL IKAN MAS (Cyprinus sp.)


Oleh
Akmalia Rahmani

ABSTRAK

Selaginella willdenowii merupakan jenis tumbuhan yang memiliki senyawa aktif
hasil dari metabolit sekunder berupa biflavonoid. Biflavonoid diduga sebagai zat
toksik yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal inilah yang
menjadikan Selaginella sebagai salahsatu jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan
menjadi obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas
ekstrak Selaginella willdenowii terhadap juvenil ikan mas (Cyprinus sp.). Ekstrak
dibuat dari keseluruhan bagian Selaginella yang dimaserasi dengan menggunakan
aquades, kemudian ekstrak dioven sampai menjadi ekstrak pasta. Ekstrak pasta
tersebut diencerkan menggunakan aquades hingga didapatkan ekstrak cair dengan
konsentrasi yang berbeda yaitu 0%, 5%, 10%, 20%, 40%, 50%, lalu diberikan kepada
media air juvenil ikan mas. Metode penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 3 kali ulangan. Analisis data menggunakan ANOVA dengan
α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Selaginella willdenowii tidak
cukup toksik terhadap juvenil ikan mas. Pada konsentrasi ekstrak aquades

Selaginella willdenowii 50% tidak mampu mentoksik
juvenil ikan mas
(Cyprinus sp.)

Kata kunci : Selaginella willdenowii, Ikan Mas (Cyprinus sp.), UjiToksisitas

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………

Halaman
i

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….

ii

SANWACANA…………………………………………………….……


iii

DAFTAR ISI……………………………………………………….……

vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………....

x

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………...

xi

I.

PENDAHULUAN………………………………………………….

1


A. Latar Belakang…………………………………………………..

1

B. Tujuan Penelitian………………………………………………...

2

C. Manfaat Penelitian………………………….................................

2

D. Kerangka Pikir…………………………………………………...

3

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

4


A. Tumbuhan Paku...........................................................................

4

B. Tumbuhan Selaginella willdenowii .............................................

5

1. Klasifikasi Selaginella...........................................................

5

2. Biologi Selaginella…………………………………………

6

3. Penyebaran Selaginella…………………………………… .

7


4. Senyawa Aktif Pada Selaginella………………………….. .

7

viii

C. Ikan Mas (Cyprinus sp.) ..............................................................

9

1. Klasifikasi..............................................................................

9

2. Biologi Ikan Mas……………………………………………

10

3. Habitat Ikan Mas……………………………………………


10

D. Definisi Ekstrak...........................................................................

11

E. Uji Toksisitas ..............................................................................

11

F. Uji LC50.................................................................... ...................

12

III. METODE PENELITIAN ..............................................................

13

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................


13

B. Alat dan Bahan ..........................................................................

13

C. Rancangan Penelitian ................................................................

14

D. Cara Kerja……………………………………….. ...................

15

1. Persiapan Tumbuhan Selaginella……………………………

15

2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Selaginella…………………


15

3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Selaginella ….…………...

16

4. Persiapan Wadah Hewan Uji………………………………

16

5. Persiapan Juvenil Ikan Mas………………………………..

16

6. Aklimasi……………………………………………………

17

7. Perlakuan Ekstrak Terhadap Hewan Uji Ikan Mas ...............


17

8. Pengambilan Data………………………………………… .

17

E. Parameter Penelitian…………………………………………..

17

F. Analisis Data .............................................................................

18

ix

G. Diagram Alir…………………………………………………..

19


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...........................

21

A. Nilai Mortalitas Ikan Mas (Cyprinus sp.) .................................

21

B. Gambar Yang Menunjukkan Nilai Mortalitas
Ikan Mas (Cyprinus sp.) ............................................................

23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

30

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. ......

31

LAMPIRAN

1

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melimpahnya keanekaragaman tumbuhan di muka bumi ini mendorong manusia
untuk menjadikan tumbuhan menjadi bahan baku pembuatan obat. Ada 940 jenis
tumbuhan di Indonesia yang telah ditemukan berkasiat sebagai tanaman obat
(Erlen,2005). Di Indonesia pemanfaatan tanaman obat tradisional makin banyak
digunakan,sepertiobat anti oksidan, anti tumor, bahkan untuk anti kanker
(Chikmawati et al, 2009).
Selaginella merupakan salah satu tanaman yang memiliki manfaat sebagai bahan
baku untuk antioksidan (Chikmawati et al, 2009). Sedangkan menurut Thomson
(2007), Selaginella disamping bermanfaat sebagai anti tumor, Selaginella juga
bermanfaat sebagai anti kanker. Ekstrak S. willdenowii mengandung flavonoid 4,7di-O-metilamentoflavon, isokriptomerin, dan 7-O-metilrobusta-flavon yang secara
signifikan sitotoksik terhadap berbagai sel kanker (Silva et al. 1995). Umumnya
Selaginella yang digunakan adalah Selaginella willdenowii.
Toksisitas Selaginella bisa diuji bertahap pada organisme hidup, salah satunya adalah
hewan vertebrata seperti ikan mas. Menurut Lilis (2006), jenis ikan ini memiliki
kelemahan yaitu lebih sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan. Salah satu

2

parameter pengujian bahan toksik terhadap hewan uji menggunakan LD50 atau LC50.
Suatu tumbuhan dikatakan bersifat toksik bila konsentrasi yang digunakan
menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang digunakan dalam
penelitian.
Selaginella willdenowii banyak di jumpai di hutan sekunder. Untuk mengetahui
Selaginella willdenowii ini memiliki sifat toksik seperti jenis Selaginella yang lain,
maka perlu dilakukan uji toksisitas.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan ikan mas sebagai hewan uji karena ikan mas lebih sensitif terhadap
penyakit dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah sehingga akan diberi
perlakuan dengan menggunakan ekstrak Selaginella willdenowii.

1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak Selaginella
willdenowii terhadap juvenil ikan mas (Cyprinus sp.).

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang keamanan penggunaan
Selaginella willdenowii sebagai bahan baku obat tradisional yang diuji dengan
menggunakan juvenil ikan mas (Cyprinus sp.).

3

1.4 Kerangka Fikir

Keanekaragaman hayati flora di Indonesia yang sangat melimpah dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional, salah satunya adalah Selaginella.
Selaginella merupakan jenis tanaman paku-pakuan yang memiliki manfaat cukup
banyak sebagai bahan baku obat yaitu bermanfaat sebagai antioksidan, anti tumor,
dan juga untuk anti kanker. Salah satu contoh tanaman Selaginella ini adalah
Selaginella willdenowii. Selaginella willdenowii merupakan jenis tanaman yang
memiliki senyawa aktif hasil dari metabolit sekunder berupa biflovonoid.
Biflavonoid ini banyak sekali ditemukan pada tumbuhan hijau. Dalam
pemanfaatannya, biflavonoid diduga dapat membunuh sel-sel kanker. Biflavonoid
yang paling kuat dalam menghambat sel kanker adalah ginkgetin. Adanya
biflavonoid sebagai zat toksik yang mampu menghambat pertumbuhan sel inilah yang
menjadikan Selaginella sebagai salah satu jenis tanaman yang dapat dikembangkan
menjadi obat tradisional. Selaginella willdenowii sebagai salah satu tanaman dari
jenis Selaginella yang diduga memiliki kandungan biflavonoid, sehingga perlu
dilakukan penelitian dengan uji toksisitas terhadap sel dengan menggunakan juvenil
ikan mas.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku merupakan salah satu tumbuhan tertua yang masih sering kita
jumpai di daratan. Memiliki kormus merupakan ciri yang khas dari tumbuhan ini.
Arti dari tumbuhan berkormus adalah tumbuhan tersebut memiliki akar, batang, dan
daun yang sudah memiliki pembuluh pengangkut berupa xylem dan floem. Di
Indonesia tumbuhan paku merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki banyak
jenis. Sekitar 10.000 jenis tumbuhan paku yang ada di muka bumi ini dan 1.300
jenisnya berada di sebagian besar kepulauan Indonesia dan Malaysia
(Sastrapraja,1985).

Menurut Loveless (1989), tumbuhan paku menyukai tempat yang lembab, dapat
hidup di tanah, atau menumpang pada pohon-pohon untuk pertumbuhannnya.
Kekhasan dari tanaman paku ini berada pada daunnya yang sangat menarik sehingga
dapat memudahkan untuk membedakannya dari jenis tumbuhan lain. Daun yang
masih muda biasanya bergelung yang sering dikenal dengan istilah vernasi,
sedangkan daun yang sudah dewasa akan membuka.

5

B. Tumbuhan Selaginella willdenowii
1. Klasifikasi Selaginella
Menurut Tjitrosoepomo (1994), klasifikasi dari Selaginella willdenowii adalah
sebagai berikut:

Gambar 1. Selaginella willdenowii

Regnum

:Plantae

Divisi

:Pteridophyta

Kelas

:Lycopodinae

Ordo

:Selaginellales

Famili

:Selaginellaceae

Genus

:Selaginella

Spesies

:Selaginella willdenowii

6

2. Biologi Selaginella

Selaginella tergolong jenis tumbuhan paku (Pteridophyta) yang sering dikenal dalam
masyarakat dengan sebutan paku rane, yang berkembangbiak secara seksual dengan
menggunakan spora (Czeladzinski, 2003). Ciri khas dari tanaman Selaginella yaitu
berupa tanaman herba yang tumbuh tegak dengan percabangan khas dan Selaginella
tumbuh dengan merayap. Rane merupakan nama Indonesia dari tanaman Selaginella.
Selaginella memiliki daun yang tersusun dibagian kiri-kanan batang maupun
cabangnya sehingga Selaginella disebut sebagai tanaman paku rane. Disamping itu
Selaginella juga bersisik-sisik (de Winter & Amaoroso, 2003).
Selaginella willdenowii merupakan tanaman semak yang memiliki tinggi 1-2 meter.
Selaginella willdenowii memiliki ciri-ciri yaitu: merupakan tanaman yang memanjat,
memiliki batang utama yang tegak dengan batang berbentuk segi empat, warna dari
batang coklat kemerahan, membentuk sudut 450 dari cabang utamanya, Selaginella
willdenowii juga memiliki daun yang licin (Czeladzinski, 2003).
Sebagian besar jenis-jenis tanaman Selaginella memiliki kesamaan antara satu
dengan yang lain. Perbedaan yang nyata antara jenis-jenis tanaman Selaginella yaitu
terdapat pada pigmentasi dan bentuk morfologinya. Pigmentasi dan morfologi dari
tanaman Selaginella merupakan karakter utama dalam taksonomi Selaginella
(Czeladzinski, 2003).
Menurut Jermy (1990) bahwa Selaginella memiliki karakter khas karena memiliki
percabangan yang menggarpu. Spesies Selaginella juga sebagian besar memiliki

7

daun-daun kecil yang menyerupai sisik. Pertumbuhan Selaginella dapat terjadi dari
berbagai tipe tanah maupun iklim. Sifat heterospor menyebabkan Selaginella
memiliki keanekaragaman yang tinggi dalam kehidupannya di hutan hujan tropis dan
hal ini juga yang menyebabkan banyak kemungkinan terjadi persilangan antar spesies
Selaginella.

3. Penyebaran Selaginella

Selaginella yang ditemukan di Asia Tenggara tumbuh pada tanah yang kaya zat
organik, tempat yang lembab, dan drainasi baik ditempat yang ternaungi atau
setengah ternaungi. Selaginella juga sering dijumpai di tepi jalan, di dekat sungai,
tebing-tebing pegunungan, maupun hutan (de Winter & Amaroso, 2003).
Camus (1997) menyatakan bahwa Indonesia memiliki sejumlah spesies Selaginella.
Spesies Selaginella dapat dijumpai pada pulau-pulau besar maupun pulau-pulau kecil
di Indonesia yaitu Kalimantan (58 spesies), Nugini (55 spesies), Sumatera (29
spesies), Sulawesi (21 spesies), Maluku (18 spesies), dan Sunda Kecil (9 spesies).

4. Senyawa Aktif pada Selaginella

Menurut Chikmawati et al. (2009) Selaginella memiliki banyak manfaat diantaranya
sebagai bahan makanan, obat-obatan, tanaman hias, dan juga kerajinan. Selaginella
mengandung bahan aktif seperti flavonoid, alkaloid dan steroid.

8

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bahan aktif tersebut dapat digunakan
untuk pengobatan penyakit tertentu.
Proses metabolisme sekunder menghasilkan senyawa bioaktif seperti biflavonoid
pada tumbuhan. Zat ini digunakan sebagai pertahan dari serangan patogen dan jamur.
Pada Selaginella, metabolit sekunder utama yaitu biflavonoid. Penyebaran senyawa
ini hanya terbatas pada Selaginellales, Psilotales, dan Gymnospermae (Seigler, 1998),
namun beberapa Bryophyta dan sekitar 15 familia Angiospermae juga memiliki
senyawa ini (DNP, 1992).

Selaginella willdenowii mengandung robusflavon yaitu suatu biflavonoid
penghambat perkembangan virus hepatitis B secara in vitro, penghambat kuat virus
influensa A dan B dan penghambat sedang HSV-1 dan 2 (Lee et al, 1999). Flavonoid
merupakan golongan fenol alam yang memiliki banyak jenis. Secara umum,
flavonoid merupakan senyawa yang mengandung 15 atom karbon dalam dua inti
dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh unit tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin
ketiga (Markham, 1988).

Manfaat dari genus Selaginella (Selaginellaceae) adalah :
1. Selaginella adalah bahan baku obat yang potensial, yang mengandung metabolit
sekunder seperti flavonoid.

9

2. Spesies ini secara tradisional digunakan untuk menyembuhkan beberapa penyakit
terutama untuk luka, nifas, dan gangguan haid. Biflavonoid adalah salah satu produk
alam yang paling berharga dari Selaginella.

3. Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk merespon kondisi
lingkungan seperti pertahanan terhadap hama, penyakit, herbivora, dan kompetisi.
Manusia memanfaatkan biflavonoid secara medis terutama untuk antioksidan, antiinflamasi, dan anti karsinogenik (Setyawan, 2011).

C. Ikan Mas (Cyprinus sp.)

1. Klasifikasi
Menurut Pribadi (2002), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Cyprinus sp.
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Osteichthyes

Ordo

: Cypriniformes

Famili

: Cyprinidae

Genus

: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus sp.

10

2. Biologi Ikan Mas

Bentuk tubuh agak memanjang dan memipih ke samping (compressed) merupakan
karakteristik yang kita jumpai pada ikan mas. Keseluruhan tubuh ikan mas ditutupi
oleh sisik. Ikan mas memiliki gigi kerongkongan sebanyak tiga baris yang berbentuk
graham. Sedangkan sirip ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggung (dorsal)
berjari-jari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Sirip ekor dari ikan mas ini
menyerupai cagak yang memanjang simetris. Ikan mas memiliki sisik yang cukup
besar dengan tipe sisik lingkaran yang letaknya beraturan (Pribadi, 2002).
Ikan mas mengalami pertumbuhan yang cepat, bobot ikan mas dapat mencapai 500
g/ekor pada saat usia 5 bulan sejak ikan dewasa menetas (Cahyono, 2000). Menurut
Susanto (2006), ikan mas dapat berkembang sampai panjang 3cm setiap bulannya
didalam kolam.
Tipe ikan dapat dikelompokkan dalam beberapa katagori yaitu: bentuk fisik ikan,
spesies ikan, proses dalam pembuatan pakan ikan, keaslian pakan, cara penggunaan
pakan, dan kandungan gizi pakan (Zonneveld et al, 1991).

3. Habitat Ikan Mas

Menurut Amarullah (2000), di Indonesia ikan mas (Cyprinus sp.) merupakan salah
satu jenis ikan tawar yang memiliki daerah penyebaran yang merata. Pada suhu 300C

11

pertumbuhan ikan mas mengalami penurunan setengah kali jika dibandingkan pada
suhu 200C (Wardoyo dalam Tamanampo, 1994). Sedangkan menurut Zonneveld et
al. (1991) suhu air 20-300C dengan pH 6-9 merupakan kondisi yang mendukung
dalam pertumbuhan larva ikan mas.

D. Definisi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dari simplisia nabati atau hewani, di
luar pengaruh cahaya matahari langsung. Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga.
Ekstraksi adalah suatu cara penarikan kandungan kimia dari simplisia dengan
menggunakan pelarut yang cocok agar kandungan kimia yang dapat larut terpisah
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Terdapat dua model ekstraksi,
yaitu cara dingin dan cara panas (Farmakope Indonesia III, 1979).

E. Uji Toksisitas

Uji toksisitas merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas farmakologi
suatu senyawa. Uji toksisitas digunakan untuk mengetahui pengaruh racun yang
dihasilkan oleh dosis tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan coba sebagai
uji pra skrining senyawa bioaktif antikanker (Hamburger & Hostettmann, 1991).

12

F. Uji LC50
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian
sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan pada suatu waktu pengamatan tertentu, seperti LC50 48 jam, LC50 96 jam
sampai waktu hidup hewan uji. Untuk mengetahui nilai LC50, kita dapat
menggunakan dua tahap dalam penelitian, yaitu:
a. Uji Pendahuluan. Uji ini digunakan untuk menentukan batas kritis
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan
kematian terkecil mendekati 50%.
b. Uji Lanjutan. Uji ini digunakan setelah mengetahui batas kritis untuk
selanjutnya ditentukan konsentrasi akut (Latifah, 2000).

13

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.
Tempat penelitian adalah Laboratorium Botani dan Laboratorium Biologi Molekuler,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini adalah: aerator untuk menyuplai udara
kedalam wadah, wadah digunakan sebanyak 18 buah untuk tempat hidup hewan uji,
alumunium foil untuk menutup larutan maupun sampel agar tidak terkontaminasi
dengan udara dilingkungan sekitar, batang pengeduk untuk mengaduk sampel baik
yang akan direaksi maupun ketika reaksi berlangsung, beaker glass untuk
menyimpan maupun membuat larutan, blender untuk menghaluskan organ
Selaginella willdenowii, corong gelas untuk memasukkan atau memindahkan larutan
cair dari satu tempat ke tempat lain dan juga sebagai tempat larutan yang akan
disaring, desikator untuk menyimpan bahan-bahan yang harus kering dan juga dapat
berfungsi sebagai pendingin alat atau bahan, erlenmeyer untuk wadah larutan, gelas

14

ukur untuk mengukur volume larutan, indikator universal untuk identifikasi
keasamaan larutan/zat, kertas saring untuk menyaring larutan, lampu untuk memberi
cahaya didekat wadah, mortal dan pastle untuk menghaluskan zat yang bersifat
padat/kristal, oven untuk mengeringkan alat sebelum digunakan dan juga untuk
mengeringkan bahan yang basah, pipet tetes untuk meneteskan atau mengambil
larutan dalam jumlah kecil, tabung reaksi untuk mereaksi dua atau lebih zat, rak
tabung reaksi untuk meletakkan tabung reaksi, dan spatula untuk mengambil bahanbahan kimia dalam bentuk padatan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: air aquades, ikan mas
(Cyprinus sp.) sebagai hewan uji dalam penelitian sebanyak 54 ekor dan Selaginella
willdenowii sebagai ekstrak yang diujikan dalam penelitian.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
kali pengulangan. Perlakuan dengan menggunakan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 20%,
40%, dan 50%. Konsentrasi perlakuan yang digunakan untuk uji toksisitas mengacu
pada penelitian Rudiyanti dan Ekasari (2009) yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, dan 40%
dari nilai LC50–96 jam. Masing-masing wadah berukuran besar diisi dengan 3 ekor
ikan mas. Air aquades dan organ tumbuhan Selaginella willdenowii diencerkan
secara berseri dalam 3 kali pengenceran selama 24 jam untuk memperoleh 6 tingkat
perlakuan yang masing-masing ulangan akan diulang sebanyak 3 kali ulangan untuk
setiap perlakuan, total keseluruhan unit percobaan adalah 54 percobaan.

15

D. Cara Kerja

1. Persiapan Tumbuhan Selaginella willdenowii

Sampel Selaginella diambil dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman sebagai
tempat pertumbuhan tumbuhan Selaginella yang ada di Bandar Lampung. Bagian
yang digunakan adalah keseluruhan dari tumbuhan ini baik akar, batang maupun
daunnya.

2. Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Selaginella willdenowii

1. Akar, batang, dan daun Selaginella dikeringkan di dalam oven dengan suhu
40°-50º C selama 5x24 jam sampai benar-benar kering.
2. Selaginella yang telah kering dipotong-potong lalu dihaluskan dengan blender
kering.
3. Selaginella yang telah halus direndam (maserasi) dengan aquades selama 24 jam
kemudian disaring, langkah ini diulang sebanyak 3 kali untuk menghasilkan ekstrak
Selaginella.
4. Ekstrak Selaginella kemudian diuapkan di dalam oven dengan suhu 40-50º C
hingga menjadi pasta dan siap digunakan sebagai larutan stok pada penelitian.

16

3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Selaginella willdenowii

Jumlah ekstrak yang digunakan sebagai perlakuan sebanyak 10 g + 10 g air aquades
dengan total keseluruhan adalah 20 g di dalam 100 ml air. Pembuatan ekstrak
perkonsentrasi dibuat sebanyak 3 kali karena dalam percobaan menggunakan 3 kali
ulangan.
Konsentrasi 0 %
Konsentrasi 5 %  1 cc (ekstrak) + 19 cc (air aquades) = 20 cc
Konsentrasi 10 %  1 cc (ekstrak) + 9 cc (air aquades) = 10 cc
Konsentrasi 20 %  1 cc (ekstrak) + 4 cc (air aquades) = 5 cc
Konsentrasi 40 %  1 cc (ekstrak) + 1,5 cc (air aquades) = 2,5 cc
Konsentrasi 50 %  1 cc (ekstrak) + 1 cc (air aquades) = 2 cc

4. Persiapan Wadah Hewan Uji

Wadah berukuran 2500 mL yang telah disterilisasikan, diisi air sebanyak 1000 mL.
Jumlah wadah yang digunakan sebanyak 18 buah.

5. Persiapan Juvenil Ikan Mas

Juvenil ikan mas dibeli di penyediaan benih ikan mas. Juvenil ikan mas untuk
penelitian ini memiliki berat 3 g. Ikan yang digunakan sebanyak 54 ekor. Masingmasing 3 ekor ikan dimasukkan ke dalam 1 wadah yang berbeda untuk selanjutnya
diberikan perlakuan. Wadah juga telah diisi air sebanyak 1000 mL.

17

6. Aklimasi

Juvenil ikan mas sebanyak 54 ekor diambil masing-masing 3 ekor untuk dimasukkan
ke dalam 1 wadah yang berbeda untuk diberikan perlakuan. Wadah tersebut telah
dilengkapi aerator. Juvenil ikan diaklimasi selama 1 hari. Setiap hari juvenil ikan
mas diberi pakan komersil yang dibeli di tempat penjualan pakan ikan. Pakan
tersebut diberikan secara 2 tahap yaitu pagi dan sore.

7. Perlakuan Ekstrak Terhadap Hewan Uji Ikan Mas (Cyprinus sp.)
Hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas adalah ikan mas (Cyprinus sp.)
dengan berat tubuh sebesar 3 gram. Hewan uji diletakkan dalam 18 wadah dan
masing-masing wadah berisi ikan mas sebanyak 3 ekor dengan 3 pengulangan.

8. Pengambilan Data

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ikan mas yang mati di setiap
wadah pada 12 jam setelah perlakuan, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam, 84
jam, dan 96 jam pada tiap konsentrasi.

E. Parameter Penelitian

Menurut Mayer et al. (1982), efek toksisitas dianalisis dari pengamatan dengan
persen kematian (mortalitas). Dengan mengetahui kematian juvenil ikan mas

18

(Cyprinus sp.). Kemudian dihitung LC50 dengan memasukkan nilai probit
(50 % kematian). Rumus Mortalitas:
% Angka Mortalitas Juvenil = (juvenil mati / jumlah total juvenil) x100%
Untuk mencari angka probit dibuat persamaan garis : y = bx + a
dimana y = log konsentrasi
x = Angka probit

F. Analisis Data

Penelitian ini disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
kali pengulangan. Dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 20%, 40%, dan 50%. LC50
ditentukan dengan persamaan regresi linier, hubungan antara konsentrasi dengan
persentase kematian. Analisis data menggunakan varian satu arah (ANOVA)
(α = 0,05) untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan.

19

G. Diagram Alir
Persiapan alat dan bahan

Pengambilan Sampel Selaginella

Pembuatan sampel ekstrak dari bagian batang
dan daun Selaginella melalui 4 tahapan yaitu:

1. Sampel
dibersihkan
lalu dipotongpotong sedang

2. Sampel di oven dengan
menggunakan temperature
400C sampai sampel
benar-benar kering

3. Sampel lalu diblender

sampai menjadi tepung

4. Maserasi dengan aquades
dengan suhu kamar dengan
menggunakan shaker
dengan kecepatan rendah

20

Selama 24 jam maserat diambil dan
disaring untuk memisahkan antara air
ekstrak dengan ampas serbuk. Ekstrak
yang diperoleh berupa ekstrak pasta.

Ekstrak tersebut dijadikan larutan stok

Persiapan toples berukuran besar

Uji yang digunakan adalah uji toksisitas
dengan menggunakan ikan mas Cyprinus sp.

Pengambilan Data

Analisis Data

Gambar 3. Diagram alir penelitian

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian uji toksisitas ekstrak Selaginella
willdenowii terhadap kelangsungan hidup juvenil ikan mas (Cyprinus sp.) adalah :
1. Ekstrak Selaginella willdenowii tidak cukup toksik terhadap juvenil ikan mas.
2. Pada konsentrasi ekstrak aquades Selaginella willdenowii 50% tidak mampu
mentoksik juvenil ikan mas (Cyprinus sp.)

B. Saran
Ekstraksi Selaginella willdenowii dengan menggunakan metil alkohol perlu dilakukan
agar didapatkan senyawa flavonoid.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah.2000. Penggunaan Imunostimulan Spirulina platensis Untuk Meningkatkan
Ketahanan Tubuh Ikan Koi (Cyprinus carpio) Terhadap Virus Herpes [Tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Cahyono, 2000.Budidaya Ikan Air Tawar.Kanisius. Jakarta.
Camus J., M .1997. The Genus Selaginella (Selaginellaceae) in Malesia. Di dalam
Dransfield.J Plant Diversity of MalesiaIII: 59-69.
Chikmawati, T., A. Wijayanto, Miftahudin.2009. Potensi Selaginella Sebagai
Antioksidan. Bogor: FMIPA IPB
Czeladzinski.2003. Selaginella at the Barbican. Plant Heritage 10: 472-476
de Winter, W.P., and V.B. Amoroso. 2003. Plant Resources of South-East Asia No.
15(2). Cryptograms: Ferns and Fern Allies. Prosea Foundation, Bogor,
Indonesia. pp. 13-46.
DNP. 1992. Dictionary of Natural Products.Chapman and Hall. New York.
Donatus I. A.2001. Toksikologi Dasar. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Erlan. 2005. Pengaruh berbagai media terhadap pertumbuhan bibit mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)di polibag. J. Akta Agrosia 7(2):72-75.
Farmakope Indonesia 1979, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hamburger M., K. Hostettmann. 1991.Bioactivity in plants: the link between
Phythochemistry and Medicine. Phytochemistry 30: 364-3874.
Havsteen, B. 1983. Flavonoids, a class of natural products of high pharmacological
potency.Biochemical Pharmacology 32 (7): 1141-1148.
Jermy, A.,C.1990. Selaginellaceae. Di dalam: K. Kubitzki., K. U. Kraamer., P. S.
Green., The Families and Genera of Vascular Plant, 1 Pteridophytes and
Gymnosperm.Springer. Berlin

Latifah. 2000. Perngaruh Perbedaan Konsentrasi Timbal (Pb) terhadap Nilai LD50
Iakan Mas (Cyprinus caprio). FMIPA IPB. Bogor.
Lee I. S., A. Nishikawa., P. Furukawa., K. Kasahara., dan S. U. Kim. 1999. Effect of
Selaginella tamariscina on in vitro tumor cell growth, p53 expression, G1
arrest and in vivo gastric cell proliferation. Cancer Lett 144(1):93-94.
Lilis Suhaerah. 2006. Zoologi Vertebrata. Ardesigen. Bandung.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2.
Gramedia. Jakarta.
Madhuri, G. and A.R. Reddy. 1999. Plant blotechnology of flavonolds. Plant
Biotechnology 16 (3): 179-199.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid.ITB Press. Bandung
Mason, C. F. 1991. Biology Of Freshwater Pollution. Longman Group, Ltd. London.
pp 31-34.
Meyer, B. N., N. R. Ferrigni., J. E. Putman., L. B. Jacbsen., D. E. Nicols., and J. L.
Mc Laughlin. 1982. Brine Shrimp : A Comvenient general Bioassay For
Active Plant Constituents. Plant Medica
Nio. 1989. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta.hal 28.
Pribadi, S.T., 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras.Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Rahman, M. Riaz M. Desai U.R. 2007. Synthesis of biologically relevant
biflavonoids. Reviev.Chemistri and Biodiversity 4: 2495-2527.
Sastrapradja, S., J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku. Lembaga Biologi Nasional.
Bogor. Hlm. 5, 37, 87, 101.
Seigler, D.S. 1998. Plant Secondary Metabolism.Dodrecht: Kluwer.
Setyawan, A.D. 2011. Natural products from Genus Selaginella (Selaginellaceae).
Nusantara Bioscience 3: 44-58.
Silva G.l et al. 1995. Cytotoxic biflavonoids from Selaginella wildenowii .J Phyto
4: 129-134.

Rudiyanti, S.Ekasari, D.A. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus
Carpio Linn) Pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal
Saintek Perikanan Vol. 5, No. 1, 39 – 47
Setyawan, A.D dan Darusman, L.K. 2008.Senyawa Biflavonoid pada Selaginella Pal.
Beauv.dan Pemanfaatannya.B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X
Volume 9, Nomor 1 Januari 2008 Halaman: 64-81. Bogor: Departemen
Kimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor (IPB)
Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University
Press:Yogyakarta
Sudarmo, S. 1992. Pestisida Untuk Tanaman. Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Susanto, H. 2006. Budidaya Ikan Mas di Kolam Air Deras. Penebar Swadaya.
Jakarta. hal 8-9: 118-128.
Tamanampo, J.F.W.S., 1994. Ekologi Perairan (Ekologi Perairan Tawar). Fakultas
Perikanan Unsrat, Manado.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha, Thalophytha,
Bryophytha). UGM Press. Bandung.
Thomson G.,E. 2007. The Health Benefit of Traditional Chinese Plant Medicine:
Weighing the scientific evidence. Australia: RIRDC Pr.
Yamaguchi, L.F., D.G. Vassao, M.J. Kato, and P. Mascio. 2005. Biflavonoids from
Brazilian pine Araucaria angustifoliaas potentials protective agents against
DNA damage and lipoperoxidation. Phytochemistry. 66: 2238-2247.
Zonneveld, N., E. A. Huismann dan J. H. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya
Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 317 hal.

ONEWAY Descriptives

Konsentrasi (%)
Ulangan

Mean

Std.
Deviation

95% Confidence Interval for
Mean

BetweenComponent
Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Variance

0

3

.04167

.072169

.041667

-.13761

.22094

.000

.125

5

3

.04167

.072169

.041667

-.13761

.22094

.000

.125

10

3

.12500

.125000

.072169

-.18552

.43552

.000

.250

20

3

.12500

.000000

.000000

.12500

.12500

.125

.125

40

3

.16667

.072169

.041667

-.01261

.34594

.125

.250

50

3

.20833

.072169

.041667

.02906

.38761

.125

.250

18

.11806

.090670

.021371

.07297

.16314

.000

.250

.077951

.018373

.07802

.15809

.027252

.04800

.18811

Total
Model Fixed Effects
Random Effects

.002431

ONEWAY ANOVA
Perlakuan

Sum of
Squares

df

Mean Square

Between Groups

.067

5

.013

Within Groups

.073

12

.006

Total

.140

17

Test of Homogeneity of Variances
Perlakuan
Levene
Statistic
1.785

df1

df2
5

Sig.
12

.191

F
2.200

Sig.
.122