Historiografi yang Relevan PECAHNYA KESULTANAN CIREBON DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT CIREBON TAHUN 1677-1752.

dan Laboratorium Pendidikan Sejarah FIS UNY, Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada UGM, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Provinsi Jawa Barat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Perpustakaan 400 Kota Cirebon, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Cirebon, Perpustakaan Daerah kabupaten Cirebon, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Arsip Nasional Republik Indonesia. Dari perpustakaan dan tempat lain tersebut didapat berbagai sumber. Menurut sifatnya sumber dibagi menjadi dua yaitu: a. Sumber Primer Sumber primer adalah kesaksian seseorang dengan mata kepalanya sendiri baik dengan pancaindera maupun alat mekanis yang selanjutnya disebut sebagai saksi pandangan mata. 23 Sumber sejarah dicatat dan dilaporkan oleh partisipan yang mengalami langsung peristiwa sejarah. Peneliti hanya menemukan satu sumber primer yaitu naskah perjanjian antar sultan-sultan Cirebon dengan pihak VOC pada 7 Januari 1681. Akses untuk melakukan penelitian di Cirebon baik di keraton ataupun perpustakaan Cirebon dan Badan Arsip daerah Cirebon sangat dibatasi sehingga peneliti agak terkendala untuk melakukan penelitian. Sumber tentang sejarah Cirebon ternyata sangat sedikit bahkan kajian sejarah Cirebon yang sudah diterbitkan hanya sebatas gambaran umum tentang Cirebon saja. Arsip tentang Cirebon dari tahun 23 Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 43. 1677-152 sangat terbatas dan kondisi arsip tersebut sudah rapuh sehingga sulit untuk dibaca. Arsip yang berhasil peneliti dapatkan yaitu, ANRI. Verdrag ofte Overeenkomst. 1681. b. Sumber Sekunder Sumber sekunder adalah sumber yang disampaikan bukan oleh pelaku sejarah yang menyaksikan langsung suatu peristiwa. 24 Data sejarah ditulis oleh orang yang tidak menyaksikan sendiri suatu peristiwa. Sumber sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian ini sebagai berikut: Ahmad Hamam Rochmani. 2010. Baluarti Keraton Kasepuhan Cirebon. Cirebon: Keraton Kasepuhan. Aria Tjarbon. “Purwaka Tjaruban Nagari”. a.b. P. S. Sulendraningrat. 1972. Purwaka Tjaruban Nagari. Jakarta: Bhratara. Dadan Wildan. 2012. Sunan Gunung Jati. Ciputat: Salima. Paramita Abdurachman. 1982. Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan. P.S. Sulendraningrat. 1978. Sejarah Cirebon. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. R.A. Kern dan Hoesein Djajadiningrat. 1973. Masa Awal Kerajaan Cirebon. Jakarta: Bhratara. Susanto Zuhdi, dkk. 1996. Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi Ilmiah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sobana Hardjasaputra, dkk. 2011. Cirebon dalam Lima Zaman Abad ke-15 hingga Pertengahan Abad ke-20. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Sanggupri Bochari dan Wiwi Kuswiah. 2001. Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 24 Daliman, Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak, 2012, hlm. 55.