SASTRA LISAN “AEK SIPITU MATA” DI DESA PANGIRINGAN KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA.

SASTRA LISAN “AEK SIPITU MATA” DI DESA PANGIRINGAN
KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRI
(KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

OLEH:

WEMMY SIHOMBING
NIM 2122210010

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017

ABSTRAK
Wemmy Sihombing. Nim. 2122210010. Sastra Lisan “Aek Sipitu Mata” di
Desa Pangiringan Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Skripsi Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri
Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kebudayaan tradisional kuno yang
dilakukan, kebiasaan mengadakan ritual-ritual, kepercayaan terhadap berhala, dan
simbol-simbol yang diyakini dalam cerita Aek Sipitu Mata serta mengetahui
apakah kebudayaan tradisional kuno yang dilakukan, kebiasaan mengadakan
ritual-ritual, kepercayaan terhadap berhala, dan simbol-simbol yang diyakini
dalam cerita Aek Sipitu Mata masih dilakukan masyarakat sekarang melalui
penelitian antropologi sastra.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Adapun langkah analisis antropologi sastra ditetapkan
sebagai berikut: (1) Peneliti menentukan karya yang menampilkan aspek-aspek
etnografis (2) Yang diteliti adalah gagasan, persoalan pemikiran, falsafah dan
premis-premis masyarakat yang terpantul dalam karya sastra (3) Memperhatikan
struktur cerita. (4) Selanjutnya analisis ditujukan pada simbol-simbol ritual serta
hal-hal yang berbau tradisi yang mewarnai masyarakat dalam sastra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebudayaan tradisional kuno masih
dilakukan oleh masyarakat sekarang diantaranya penamaan tempat, panggilan
Ompung, parhombanan (air sumber kehidupan) dan ritual marpangir. Kebiasaan
mengadakan ritual-ritual yang masih dilakukan oleh masyarakat Desa Pangiringan

adalah ritual marpangir, ritual ini dilakukan sebagai pembersihan diri dari sial-sial
badan. Masyarakat Desa Pangiringan masih percaya kepada berhala yaitu
kepercayaan animisme (roh) dan dinamisme (benda). Simbol-simbol yang
diyakini diantaranya: simbol jeruk purut dan ular.
Kata kunci: sastra lisan, Aek Sipitu Mata, antropologi sastra.

i

KATA PENGANTAR
Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatNyalah, Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
ini berjudul “Sastra Lisan “Aek Sipitu Mata” Di Desa Pangiringan
Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi (Kajian Antropologi Sastra)” Skripsi
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan
Dosen Pengarah.
4. Trisnawaty Hutagalung S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan
Dosen Pengarah
6. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi.
7. Drs.Haserepan, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.
8. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
9. Bapak/Ibu serta Pegawai di lokasi penelitian Desa Pangiringan, Kec. Parbuluan,
Kab. Dairi.

ii

10. Kedua orang tua penulis, Pontas Sihombing dan Nurmasi Sagala yang tidak
pernah lelah berdoa dan memberikan dukungan, dan kasih sayang selama ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1.
11. Kebanggaan hati abang-abang tercinta Jinto S, Joster S, Gomgom S, Welpon
S, kakak tersayang Betni S, adik sikecil Solina S, juga eda-eda Edita S, Lomo
Uli S, Damaris S, dan Hombing junior (Zoe, Hiskia, Theand) yang selalu

memberi semangat dan dukungan selama penyelesaian Skripsi ini.
14. Teman terdekat di hati yang selalu menyemangati dan mendukung penulis
Koordinasi 2015, Koordinasi HUHA 2016, PKK B’Bernard dan B’Hasian,
satu KTB (Riana, Lamtiur, K’Ana, Marbet, dan Aguni). AKK (Trya, Desi,
Jelita, dan Nelly), Parbada P.O, dan Steady P, Keluarga sejati sejak kuliah
sampai akhir hayat, Mery Krista Sitinjak dan Isrin Evawanti Nadeak.
15. Teman-teman Nondik 2012 seperjuangan yang telah mendukung dan
memberikan semangat kepada penulis, Romi, Dosma, Dian, Heny, Ayu, Umi.
16. Semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian Skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan namanya satu persatu.
Biarlah kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan berupa berkat
kemudahan. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Medan,

Januari 2017

Penulis,

Wemmy Sihombing
NIM 2122210010


iii

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 5
C. Batasan Masalah ....................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN
PENELITIAN ................................................................................ 9

A. Kerangka Teoretis ..................................................................... 9
1. Pengertian Sastra .................................................................... 9
2. Sastra Lisan ............................................................................ 10
3. Bentuk Sastra Lisan ............................................................... 11
4. Sastra Lisan Aek Sipitu Mata (ASM) ...................................... 13
5. Kepercayaan Masyarakat Batak .............................................. 14
a. Tondi.................................................................................. 14
b. Sahala ................................................................................ 14
c. Begu ................................................................................... 15
d. Agama Budaya (Animisme dan Dinamisme) ...................... 15
6. Upacara Masyarakat Batak Toba. ............................................ 16
a. Upacara Ritual Hahomion Sastra Lisan ASM ..................... 18
b. Upacara Ritual Mandi Pangir Sastra Lisan ASM ................ 19
7. Sastra Lisan Masyarakat dan Kebudayaan ............................... 19

iv

a. Kebudayaan Menurut Ilmu Antropologi ............................. 20
b.Wujud Kebudayaan ............................................................ 21
c. Sastra Lokal Sebagai Realitas Sosial Budaya ..................... 23

8. Antropologi Sastra .................................................................. 24
a. Pengertian Antropologi Sastra ............................................ 24
b.Hakikat Antropologi Sastra ................................................. 25
c. Fokus dan Proses Analisis Antropologi Sastra .................... 26
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 29
A. Metodologi Penelitian ............................................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 31
C. Sumber Data dan Objek Penelitian ......................................... 32
D. Instrumen Penelitian ................................................................ 32
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 35
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 35
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 37
1. Kajian Antropologi Sastra .................................................... 37
a. Kebudayaan Tradisional Kuno Cerita Aek Sipitu Mata ..... 37
b. Kebiasaan Mengadakan Ritual-Ritual .............................. 49

c. Kepercayaan Terhadap Berhala ......................................... 55
d. Simbol-Simbol yang Diyakini .......................................... 62
2. Relevansi Budaya Masa Lalu dalam Cerita Aek Sipitu Mata
dengan Budaya Masyarakat Desa Pangiringan Dewasa ini ... 65
a. Relevansi Kebudayaan Tradisional Kuno dalam cerita ASM
dengan masyarakat sekarang ............................................ 65
b. Relevansi Kebiasaan Mengadakan Ritual-Ritual dalam cerita
ASM dengan masyarakat Sekarang .................................. 67

v

c. Relevansi Kepercayaan Terhadap Berhala dalam cerita ASM
dengan masyarakat Sekarang............................................ 68
d. Relevansi Simbol-Simbol yang diyakini dalam cerita ASM
dengan masyarakat Sekarang............................................ 69
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 70
A. Simpulan .................................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72


vi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Antropologi Sastra dalam Cerita Aek Sipitu Mata .......... 77

Lampiran 2.

Cerita Lisan ASM (Bahasa Batak Toba) ........................... 81

Lampiran 3.

Cerita Lisan ASM (Bahasa Indonesia) .............................. 91

Lampiran 4.

Biodata Informan .............................................................. 102


Lampiran 5.

Foto Dokumentasi Lapangan ............................................. 105

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra lisan merupakan karya sastra yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat, beredar di masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun dalam
bentuk lisan (mulut ke mulut). Keberadaannya diakui bahkan sangat dekat dengan
kelompok masyarakat yang memilikinya. Dalam sastra lisan, isi cerita
mengungkapkan keadaan sosial budaya yang berisi gambaran latar sosial, budaya,
serta sistem kepercayaan masyarakat.
Istilah sastra lisan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris
yakni oral literature. Sastra lisan (oral literature) adalah karya yang
penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun

(Endraswara, 2003:151). H. Martono (2010:1) dalam jurnalnya yang berjudul
“Nilai-Nilai Religi dalam Sastra Lisan Dayak Keninjal,” Mengatakan, “Sastra
lisan adalah salah satu gejala kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat
terpelajar dan yang belum terpelajar”. Isinya mengenai berbagai kebudayaan
masyarakat pemilik sastra tersebut.
Sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut yang mengandung
kebudayaan, baik genre prosa maupun puisi, dapat dijumpai hampir diseluruh
daerah seperti; Batak, Aceh, Jawa, Sunda, Bali, Toraja, dan sebagainya. Namun,
dewasa ini sastra lisan beberapa daerah, khususnya Batak Toba mulai
menunjukkan gejala perubahan yang mengkhawatirkan, yaitu ketidakpedulian
masyarakat Toba terhadap sastra lisan. Sigalingging (2013:1) dalam jurnalnya

1

2

yang berjudul “Struktur dan Nilai Budaya Batak Toba Dalam Sastra Lisan Huta
Silahisabungan,” mengatakan, “Sastra lisan Batak Toba dipandang sebagai kisahkisah yang tidak masuk akal dan berada di luar jangkauan akal sehat”. Hal inilah
yang menjadi sebuah ancaman terhadap esksistensi sastra lisan itu sendiri.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Nurelide dalam jurnal Sinaga (2012:3)
jurnal tersebut berjudul “Analisis Nilai Budaya Sastra Lisan Batak Toba” Pada
jurnal tersebut mengatakan bahwa “Sastra lisan Batak Toba lebih banyak
terpendam dan tidak jarang hanya sebagian individu yang mengetahui
kesusastraan tersebut”. Padahal sastra lisan Batak Toba merupakan aset budaya
yang penting dan berharga yang layak untuk dikaji dan dilestarikan.
Salah satu sastra lisan masyarakat Batak Toba yang terpendam dan layak
untuk dikaji dan dilestarikan adalah “Aek Sipitu Mata”, disebut Aek si pitu mata
karena berasal dari tujuh mata air (muara). Aek Sipitu Mata bermula karena
sekelompok marga Sagala (Ompung Goroloan, Ompung Sohotan, Ompung
Baritalan, Ompung Kampung Passiun) datang dari Huta Sagala manombang huta
(membuka kampung baru). Aek Sipitu Mata mereka sebut Tiak Habonaron,
artinya tiang kebenaran (sumber dari segala kebenaran). Mereka memilki
kepercayaan terhadap berhala dan

roh-roh gaib. Ritual untuk menaikkan

permohonan dengan gondang kerap dilakukan leluhur. Dalam ritual tersebut akan
dikorbankan Ayam Merah yang digantung ditangan yang memiliki kekuatan sakti
(dukun) dan Babi yang sudah disembelih (Penutur cerita, Thomas Sagala). Namun
dewasa ini, cerita Aek Sipitu Mata semakin memudar karena hanya berdasarkan

3

daya ingat penutur yang mengubah keaslian cerita, ditambah juga dengan jumlah
penutur yang sudah berkurang.
Sastra lisan “Aek Sipitu Mata” merupakan sebuah karya sastra yang
memiliki aneka budaya tersembunyi, yang kental makna. Aek Sipitu Mata ini juga
memiliki kebudayaan serta kebiasaan leluhur di masa lampau yang sudah
terlupakan. Ketertarikan penulis dalam mengambil sastra lisan Aek Sipitu Mata
karena penulis ingin memahami sastra lisan Aek Sipitu Mata lewat latar belakang
budayanya. Sastra lisan“Aek Sipitu Mata” selain memiliki nilai dan pesan yang
ingin disampaikan kepada masyarakat Batak Toba, sastra lisan ini tidak semua
individu atau masyarakat Batak Toba mengenal cerita lisan tersebut, untuk itu
peneliti ingin memperkenalkannya serta mendokumentasikan agar sastra lisan
tersebut tidak punah dan diketahui masyarakat banyak, khususnya masyarakat
Batak Toba.
Sebenarnya penelitian sebelumnya tentang sastra lisan (sudah ada), oleh
Enjelina Sinaga, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2012, yakni tentang
Analisis Nilai Budaya Sastra Lisan Batak

Toba ”Batu Sigadap”. Adapun

penelitian tersebut meneliti tentang nilai-nilai budaya nonmaterial yang
terkandung dalam cerita lisan legenda “Batu Sigadap”. Berbeda dari penelitian ini
yaitu mengkaji antropologi sastra dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata.
Kajian antropologi sastra merupakan disiplin baru dalam ilmu sastra.
Sudewa (2014:1) dalam jurnalnya yang berjudul “Sastra Lisan Ke Dalam Seni
Pertunjukan

di Bali: Perspektif Pendidikan” mengatakan bahwa, “Pembicaraan

karya sastra dari sudut antropologi sastra merupakan hal yang baru dalam

4

penelitian karya sastra”. Sebagaimana asal-usul dari antropologi yaitu berasal
dari kata Yunani, anthropo yang berarti “manusia” dan logos yang berarti ilmu
pengetahuan”. Dengan demikian, antropologi khususnya antropologi budaya
adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan. Kebudayaan dalam arti
“Keseluruhan sistem gagasan-gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.
(Koentjaraningrat, 2009: 144).
Dalam konteks antropologi sastra, antropologi diartikan sebagai suatu
pengetahuan atau penelitian terhadap sikap dan perilaku manusia, sedangkan
sastra adalah karya yang merefleksikan budaya tertentu. Endraswara (2013:1)
mengatakan, “Antropologi sastra adalah suatu kajian yang berupaya meneliti
sikap dan perilaku manusia yang muncul sebagai budaya dalam karya sastra”.
Purba (2009:27) mengatakan, “Antropologi sastra adalah kajian antropologi
terhadap karya sastra”. Sedangkan Poyatos (dalam Endraswara, 2013:3)
mengatakan, “Antropologi sastra adalah ilmu yang mempelajari sastra
berdasarkan penelitian antarbudaya”. Penelitian budaya dalam karya sastra
diyakini sebagai sebuah refleksi kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa antropologi
sastra adalah kajian yang mempelajari kebudayaan manusia dalam suatu karya
sastra.
Menurut Endraswara (2013:60), analisis antropologi sastra semestinya
akan mengungkap berbagai hal, antara lain sebagai berikut. (1) Kebiasaankebiasaan masa lampau yang berulang-ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta
sastra, (2) Mengungkap akar tradisi atau subkultur serta kepercayaan yang

5

terpantul dalam karya sastra, (3) Penelitian dapat diarahkan pada aspek penikmat
sastra etnografis, mengapa mereka sangat taat menjalankan pesan-pesan yang ada
dalam karya sastra, (4) Peneliti memperhatikan bagaimana proses pewarisan
sastra tradisional dari waktu ke waktu, (5) Penelitian diarahkan pada unsur-unsur
etnografis atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra, (6) Penelitian
terhadap simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat.
Dari uraian di atas, penulis mengkaji sastra lisan “Aek Sipitu Mata”
menggunakan antropologi sastra, yang mengungkapkan kebiasaan-kebiasaan masa
lampau yang berulang-ulang dilakukan dalam sastra lisan “Aek Sipitu Mata”,
mengungkapkan tradisi dan kepercayaan yang terdapat dalam sastra lisan“Aek
Sipitu Mata”, dan mengungkapkan simbol-simbol mitologi dan pola pikir
masyarakat dalam sastra lisan“Aek Sipitu Mata”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengamati sastra lisan Aek
Sipitu Mata yang dikaji dalam antropologi sastra, dengan judul penelitian: Sastra
Lisan “Aek Sipitu Mata” di Desa Pangiringan, Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi (Kajian Antropologi Sastra).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
(1) Sastra lisan Aek Sipitu Mata memiliki budaya yang tersembunyi dan kaya
makna.
(2) Sastra lisan Aek Sipitu Mata memiliki kebudayaan serta kebiasaan leluhur
masa lampau yang sudah mulai terlupakan.

6

(3) Sastra lisan Aek Sipitu Mata semakin memudar karena hanya berdasarkan
daya ingat penuturnya sehingga mengubah keaslian suatu cerita Aek Sipitu
Mata.
(4) Sastra lisan Aek Sipitu Mata memiliki nilai/pesan kepada masyarakat Batak
Toba.
(5) Sastra lisan Aek Sipitu Mata adalah sastra lisan yang terpendam sehingga tidak
semua individu atau masyarakat Batak Toba mengenal cerita lisan tersebut.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk membatasi cakupan masalah yang
akan diteliti. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik dan terarah, maka
penelitian ini dibatasi pada kebudayaan serta kebiasaan pada sastra lisan Aek
Sipitu Mata. Pembahasan melalui kajian antropologi sastra akan membantu untuk
memahami kajian dalam penelitian ini.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut.
(1) Apakah kebudayaan tradisional kuno dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata masih
dilakukan oleh masyarakat sekarang?
(2) Apakah kebiasaan mengadakan ritual-ritual dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata
masih dilakukan oleh masyarakat sekarang?
(3) Apakah kepercayaan masyarakat Desa Pangiringan terhadap berhala masih
diyakini oleh masyarakat sekarang?

7

(4) Apakah simbol-simbol yang ada pada sastra lisan Aek Sipitu Mata masih
diyakini oleh masyarakat sekarang?
E. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan penelitian yang didasari pada rumusan
masalah. Tujuan penelitian ini harus dinyatakan dalam bentuk perumusan karena
perumusan tujuan sangat membantu peneliti dalam memecahkan masalah.
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
(1) Mengungkap kebudayaan masyarakat dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata yang
masih dilakukan oleh masyarakat sekarang.
(2) Mengungkap kebiasaan dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata yang masih
dilakukan oleh masyarakat sekarang.
(3) Mengungkap kepercayaan dan tradisi subkultur masyarakat dalam sastra lisan
Aek Sipitu Mata yang masih dilakukan oleh masyarakat sekarang.
(4) Mengungkap simbol-simbol mitologi dalam sastra lisan Aek Sipitu Mata yang
masih dilakukan oleh masyarakat sekarang.
F. Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan penelitian ini, peneliti berharap agar penelitian ini
dapat bermanfaat. Maka, setelah penelitian ini selesai diharapkan hasilnya
memberi manfaat. Manfaat ini bertujuan:
(1) memperkaya

perbendaharaan

kesusastraann

Indonesia

melalui

sastra

Indonesia yang multikultural yang selama ini tampak kurang diminati.
(2) mengenal lebih luas dan dalam tentang khasanah sastra yang terpencil dan
terisolasi selama ini.

8

(3) meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap kebudayaan dan sastra
(4) sebagai referensi dalam kegiatan penelitian bidang sastra, khususnya yang
meneliti sastra lisan.
(5) mempertahankan dan melestarikan keberadaan sastra lisan khususnya yang
ada di daerah Kabupaten Dairi.

70

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kebudayaan tradisional kuno masih dilakukan oleh masyarakat sekarang,
namun hanya sebatas kebudayaan atau tradisi masyarakat Desa Pangiringan.
Adapun kebudayaan yang dilakukan yaitu penamaan tempat, Panggilan
“Ompung”, Parhobanon ‘Air Sumber Kehidupan’ dan Ritual Marpangir.
2. Kebiasaan mengadakan ritual masih dilakukan oleh masyarakat Desa
Pangiringan, yaitu ritual marpangir. Ritual ini dilakukan sebagai pembersihan
diri dari sial-sial badan yang menjadi tradisi secara turun-temurun. Ritual
Hahomion dilakukan oleh masyarakat Huta Pangiringan pada zaman dahulu
sebagai penghormatan dan meminta berkat (rejeki), kesejahtraan dan kepada
“Ompung Tiak Habonaron”.
3. Kepercayaan masyarakat Desa Pangiringan terhadap berhala masih diyakini
oleh masyarakat sekarang, yaitu kepercayaan

animisme

(roh)

dan

dinamisme (benda). Hal ini masih tetap diyakini meskipun masyarakat Desa
Pangiringan sekarang sudah hampir menganut agama Kristen.
4. Simbol-simbol yang ada pada cerita Aek sipitu Mata sebagian masih diyakini
oleh masyarakat Desa Pangiringan, diantaranya; simbol jeruk purut dan ular.
Mereka beranggapan bahwa leluhur masih memantau kehidupan masyarakat
sekarang.
70

71

B. Saran
Saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini:
1. Diharapkan kepada masyarakat khususnya kaum muda untuk lebih peduli
terhadap kebudayaan yang pernah ada di masing-masing daerah, sehingga
kebudayaan ini tidak punah.
2. Diharapkan kepada para mahasiswa, terkhusus jurusan Sastra Indonesia
mengkaji lebih dalam sastra daerah yang selama ini kurang diminati.
3. Kepada mahasiswa mulai sekarang hendaknya meneliti tentang sastra lisan,
mengingat selama ini sedikit penelitian tentang sastra lisan yang dilakukan.
4. Diharapkan penelitian ini dapat menjai acuan atau referensi untuk penelitian
selanjutnya, khususnya dalam kajian sastra.

72

DAFTAR PUSTAKA
Alam, Bachtiar. 1998. “Globalisasi dan Perubahan Budaya: Perspektif Teori
Kebudayaan”. Jurnal Antropologi Indonesia 54.1-11.
Antilan. 2009. Sastra dan Manusia. Medan: USU Press.
Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Danandjaja, James. 1984. Foklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain.
Jakarta: Percetakan PT. Temprint.
Endraswara. 2003. Metode Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori dan
Aplikasi. Universitas Negeri Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Endraswara,
Suwardi.
Sastra.Yogyakarta:

2013.
Metodologi
Penerbit Ombak.

Penelitian

Antropologi

Hadi, Y. Sumandiyo.2000. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Yayasan
untuk Indonesia.
H. Martono (2010) “Nilai-Nilai Religi dalam Sastra Lisan Dayak Keninjal”.
Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora. 1 (2), 148-164.
Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Maleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Prasetiani, Dyah. 2014. “Kajian Antropologi Sastra: Aspek Budaya pada Minwa
Sebagai Indentitas Sosial Budaya Masyarakat Jepang’”. Jurnal Jurusan
Bahasa
dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas.
Negeri Semarang
Lingua. 10 (1), 28-35.
Rokhamansyah, Alfian. 2013. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal
Terhadap
Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

73

Sagala, Joel. 2012. 7 Mata Air Unik Desa Pangiringan. Unknown.com
http://unknownjoelsagala.blogspot.com/p/7-mata-air-unikpangiringan
city_18.html?m%3D1&ei=R (11 Februari 2016)
Sigalingging, Sarmaida T.R. 2013. “Struktur dan Nilai Budaya Batak Toba dalam
Sastra Lisan Huta Silahisabungan”. Jurnal Basastra . 2(2), 1-11.
Sinaga, Enjelina. 2012. “Analisis Nilai Budaya Sastra Lisan Batak Toba. Dalam
Jurnal online. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan”.117.
Sudewa, I. Ketut . 2014. “Transformasi Sastra Lisan Ke Dalam Seni Pertunjukan
di Bali: Perspektif Pendidikan”. Jurnal Humaniora. 26 (1), 65-73.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suaka, Nyoman. 2014. Analisis Sastra Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.