2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis
Ditinjau dari pembagian wilayah pengelolaan perikanan WPP di Indonesia, wilayah perairan Kota Sorong termasuk dalam wilayah pengelolaan perikanan
WPP VI yang meliputi perairan laut Seram dan teluk Tomini. Potensi sumberdaya ikan di WPP tersebut adalah sebesar 590.620 tontahun, sedangkan
total produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 361.121 tontahun DKP, 2005. Kawasan pelagis terbagi secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal
dibagi atas dua zona, yaitu : zona neritik, mencakup massa air yang terletak di atas paparan benua dan zona aceanik, yang meliputi seluruh perairan terbuka lainnya.
Secara vertikal terdiri atas zona epipelagik yang mempunyai kedalaman 100-150 m atau lebih umum disebut zona tembus cahaya. Zona ini merupakan kawasan
terjadinya produktivitas primer yang penting bagi kelangsungan kehidupan dalam laut. Kemudian zona di sebelah bawah epipelagik sampai pada kedalaman sekitar
700 m disebut zona mesopelagik. Pada kawasan zona ini penetrasi cahaya kurang atau bahkan berada dalam keadaan gelap Nybakken, 1992. Selanjutnya menurut
Nybakken 1992, organisma pelagis adalah organisma yang hidup di kolom air jauh dari dasar perairan. Organisma pelagis adalah organisma yang hidup di laut
terbuka lepas dari dasar laut dan menghuni seluruh daerah di perairan lepas yang dikenal dengan kawasan pelagis.
Menurut Uktolseja et al., 1998, sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu ikan pelagis besar seperti kelompok tuna Thunidae
dan cakalang Katsuwonus pelamis, kelompok marlin Makaira sp, kelompok tongkol Euthynnus spp dan tenggiri Scomberomorus spp, selar Selaroides
leptolepis dan sunglir Elagastis bipinnulatus, sedangkan sumberdaya ikan pelagis kecil dikelompokkan antara lain : kluped seperti teri Stolephorus indicus,
japuh Dussumieria spp, lemuru Sardinella longiceps dan siro Amblygaster sirm, dan kelompok scrombroid seperti kembung Rastrellinger spp. Jenis ikan
pelagis besar, kecuali jenis tongkol biasanya berada pada perairan dengan salinitas yang lebih tinggi dan lebih dalam.
Jenis-jenis ikan pelagis yang dominan tertangkap dan bernilai ekonomis penting di Kota Sorong adalah :
2.1.1 Tuna Thunnus albacares Klasifikasi ikan tuna menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae
Sub Famili : Thunnidae Genus : Thunnus
Species : Thunnus albacares Tubuh madidihang Thunnus albacares berbentuk torpedo fusiform,
memiliki tapis insang gill raker 27-23 buah. Terdapat 2 sirip punggung yang terpisah. Pada madidihang dewasa, siri punggung kedua sangat panjang dan
hampir mencapai sirip ekor. Sirip punggung kedua, sirip ekor dan finlet berwarna cerah dan pinggiran finlet berwarna hitam.
2.1.2 Cakalang Katsuwonus pelamis
Klasifikasi ikan cakalang menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae Sub Famili : Thunninae
Genus : Katsuwonus Species : Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulatmemanjang dan garis lateral. Ciri khas ikan cakalang adalah terdapatnya 4-6 garis berwarna hitam yang
memanjang disamping bagian badan. Umumnya ikan cakalang memiliki panjang antara 30-80 cm dengan berat sekitar 0,5 – 11,5 kg.
Ukuran fork length ikan cakalang maksimum dapat mencapai ukuran 108 cm dengan berat 32,5 – 34,5 kg sedangkan ukuran yang umum tertangkap adalah 40 –
80 cm Collette and Nauen, 1983. Ukuran ikan cakalang matang gonad pada fork length
sekitar 42 – 44 cm. Bentuk ikan cakalang secara morfologi dapat di lihat pada Gambar 3.
Sebaran geografis ikan cakalang terutama pada perairan tropis dan perairan panas di daerah lintang sedang. Potensi ikan cakalang Katsuwonus pelamis di
Indonesia sebagian besar terdapat di perairan kawasan Timur Indonesia antara lain perairan Sulawesi Utara, Halmahera, Maluku dan Irian Jaya serta sebagian kecil di
bagian Barat yaitu di perairan Selatan Jawa Barat, Sumatra Barat dan Aceh Burhanuddin et al., 1984.
Gambar 3 Morfologi ikan cakalang Katsuwonus pelamis
www.fishbase.org
.
2.1.3 Tenggiri Scomberomorus spp Menurut Saanin 1984, taksonomi tenggiri adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata Sub phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae
Genus : Scomberomorus Species : Scomberomorus commerson
Tenggiri S. commerson adalah jenis ikan yang tergolong ekonomis penting. Ikan tenggiri umumnya hidup di sekitar perairan pantai dan sering pula
ditemukan di dekat perairan karang. Penyebaran spesies ini cukup luas mencakup seluruh wilayah Indo-pasifik Barat dari Afrika Utara dan laut Merah sampai ke
perairan Indonesia, Australia dan Fiji ke Utara sampai perairan China dan Jepang. Di Indonesia, spesies ini dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah perairan
termasuk perairan Maluku dan Irian Jaya yaitu sebagian pantai Barat Halmahera, perairan Selatan pulau Seram dan hampir seluruh perairan pantai Barat Irian Jaya
sampai sekitar kepala burung Uktolseja et al., 1998. Ciri-ciri tenggiri S. commerson adalah mempunyai tubuh yang panjang,
berbentuk torpedo dan merupakan perenang cepat. Tenggiri S. commerson mempunyai mulut lebar dengan ujung runcing, gigi pada rahang gepeng dan
tajam. Pada bagian punggung ikan terdapat dua sirip. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 15-18 buah, sedangkan sirip punggung kedua berjari-jari lemah
15-20 buah yang diikuti 8-10 buah sirip tambahan finlet. Sirip dubur pada tenggiri S. commerson biasanya berjumlah 18-19 buah dan sifatnya berjari-jari
lemah. Pada bagian dubur dapat ditemukan sirip tambahan sebanyak 9-10 buah. Adapun pada bagian dada dapat ditemukan sirip dada yang berjari-jari lemah
sebanyak 21-24 buah. Bagian punggung tenggiri S. commerson berwarna biru gelap atau biru
kehijauan. Pada individu dewasa terdapat garis berwarna abu-abu pada bagian perut sebanyak 40-50. Bagian rahang ke bawah berwarna putih keperakan, sirip
punggung pertama berwarna biru terang sampai biru gelap dan sirip dada berwarna abu-abu keperakan sampai biru gelap. Bentuk morfologi ikan tenggiri
disajikan pada Gambar 4. Potensi ikan tenggiri di Indonesia hampir menyebar merata di seluruh
perairan Indonesia. Kecuali jenis Scomberomorus lineolatus hanya terdapat di perairan Indonesia Barat.
Gambar 4 Morfologi ikan tenggiri Scomberomorus commerson
Gloerfelt, T and Kailola, P.j ,1982.
2.1.4 Tongkol Euthynnus spp, Auxis thazard Secara umum tongkol diklasifikasikan sebagai berikut Collete and Nauen,
1983 : Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae Suku : Thunnini
Genus : Auxis, Euthynnus Species : Euthynnus affinis,
Ciri-ciri morfologi tongkol adalah mempunyai bentuk badan fusiform dan memanjang. Panjang badan kurang lebih 3,4-3,6 kali panjang kepala dan 3,5-4
kali tinggi badannya. Panjang kepala kurang lebih 5,7-6 kali diameter mata. Kedua rahang mempunyai satu seri gigi berbentuk kerucut. Sisik hanya terdapat
pada bagian korselet, garis rusuk linea lateralis hampir lurus dan lengkap. Sirip dada pendek, kurang lebih hampir sama panjang dengan bagian kepala di
belakang mata. Jari-jari keras pada sirip punggung pertama kurang lebih sama panjang dengan bagian kepala di belakang mata, kemudian diikuti dengan jari-jari
keras sebanyak 15 buah. Sirip punggung kedua lebih kecil dan lebih pendek dari sirip punggung pertama. Permulaan sirip dubur terletak hampir di akhir sirip
punggung kedua dan bentuknya sama dengan sirip punggung pertama. Sirip punggung pendek dan panjangnya kurang lebih sama dengan panjang antara
hidung dan mata. Bagian punggung berwarna kelam, sedangkan bagian sisi dan
perut berwarna keperak-perakan. Di bagian punggung terdapat garis-garis miring ke belakang yang berwarna ke hitam-hitaman.
Perbedaan yang dominan antara Euthynnus dan Auxis terletak pada jarak antara sirip punggung pertama dan kedua, serta keberadaan bintik hitam di bawah
korselet. Sirip punggung pertama dan kedua pada Euthynnus saling berdekatan, kurang lebih sama dengan diameter mata dan pada bagian bawah korselet terdapat
bintik hitam berjumlah dua atau lebih. Auxis mempunyai sirip punggung pertama dan kedua terpisah jauh, kurang lebih sepanjang dasar sirip punggung pertama
serta tidak terdapat bintik hitam di bawah korselet Collete and Nauen, 1983. Secara morfologi bentuk ikan tongkol disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Morfologi ikan tongkol Euthynnus affinis
www.fishbase.org
.
Tongkol termasuk jenis epipelagis, neuritik dan aseanik pada perairan yang hangat dan biasanya bergerombol. Stadium larva dari Auxis mempunyai
kemampuan toleran terhadap kisaran suhu yang luas yaitu 21,6
o
-30,5
o
. Ikan dewasa hidup pada kisaran suhu untuk habitat Euthynnus affinis antara 18
o
-29
o
C dan biasanya bergerombol sesuai dengan ukuran, misalnya Thunnus albacares
muda, cakalang, Auxis. Densitas gerombolan berkisar antara 100 sampai lebih dari 5.000 ekor ikan Collete and Nauen, 1983.
Penyebaran genus Auxis sangat luas, meliputi perairan tropis dan subtropis, termasuk Samudra Pasifik, Hindia dan Atlantik, Laut Mediterania dan laut Hitam.
Euthynnus affinis berpopulasi di perairan pantai dan dapat ditemukan di perairan
tropis dan subtropis di lautan Hindia dan juga di sepanjang negara-negara pantai dari Afrika Selatan sampai ke Indonesia. Collette and Nauen, 1983.
Jenis ikan pelagis kecil, umumnya mempunyai ukuran 5-50 cm, terdiri dari 16 kelompok dimana produksinya didominasi oleh 6 kelompok besar yang
masing-masing mencapai lebih dari 100.000 ton. Kelompok ikan tersebut adalah kembung Rastrelliger spp, layang Decapterus spp, selar Selaroides spp,
lemuru Sardinella spp dan teri Stelophorus spp. Ikan pelagis kecil adalah ikan yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman 30-60 m. Biasanya hidup
bergerombol schooling dan hidup di perairan neritik. Di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air upwelling, sumberdaya ini dapat membentuk
biomassa yang sangat besar Csirke, 1988 dalam Merta et al., 1997. 2.1.5 Kembung Rastrelliger spp
Secara umum ikan kembung Rastrelliger spp berbentuk cerutu. Tubuh dan pipinya ditutupi oleh sisik-sisik kecil, bagian dada agak lebih besar dari bagian
lainnya. Mata mempunyai kelopak yang berlemak. Gigi yang kecil terletak di tulang rahang. Mempunyai 2 buah sirip punggung dorsal fin, sirip punggung
pertama terdiri dari atas jari-jari lemah. Sirip dubur tidak mempunyai jari-jari keras. Lima sampai enam sirip tambahan finlet terdapat di belakang sirip dubur
dan sirip punggung kedua. Bentuk sirip ekor caudal bercagak dalam. Sirip dada pectoral dengan dasar agak melebar dan sirip perut terdiri atas satu jari-jari
keras dan jari-jari lemah. Klasifikasi ikan kembung menurut Saanin 1984 sebagai berikut :
Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger Species : Rastrelliger brachysoma Bleeker
Rastrelliger kanagurta Cuvier
Gambar 6 Morfologi ikan kembung Rastrelliger kanagurta
Gloerfelt, T and Kailola, P.j, 1982.
2.1.6 Layang Decapterus spp Jenis ikan ini memiliki bentuk seperti cerutu dan sisiknya sangat halus.
Dengan kondisi tubuh yang demikian, layang Decapterus spp mampu berenang dengan kecepatan tinggi. Decapterus ruselli mempunyai bentuk tubuh yang
memanjang dan agak pipih, sedang Decapterus macrosoma mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai cerutu. Keduanya mempunyai bintik hitam pada bagian
tepi insangnya dan masing-masing terdapat sebuah sirip tambahan finlet pada belakang sirip punggung dan sirip dubur. Pada bagian belakang garis sisik lateral
line terdapat sisik yang berlingir lateral scute Saanin, 1984. Decapterus
russeli mempunyai daerah penyebaran yang luas di Indonesia mulai dari
Kepulauan seribu hingga pulau Bawean dan Pulau Masalembo. Klasifikasi ikan layang menurut Saanin 1984, adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Carangidae
Genus : Decapterus Species : Decapterus russelli Rupped
Decapterus macrosoma Bleeker
Gambar 7 Morfologi Ikan layang Decapterus russeli
Gloerfelt, T and Kailola, P.j, 1982
.
2.1.7 Selar Selaroides spp Jenis-jenis ikan selar Selaroides spp yang tertangkap di perairan Indonesia
yaitu selar bentong Selar crumenopthalmus dan selar kuning Selaroides leptolepsis
. Klasifikasi selar menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi Famili : Carangidae
Genus : Caranx, selar Species : Selar crumenophthalmus
Selar kuning memiliki bentuk tubuh lonjong, pipih dengan sirip punggung pertama berjari-jari keras 8 buah, sedangkan keduanya berjari-jari keras 1 buah
dengan jari-jari lemah 15 buah Gambar 8. Sirip dubur terdiri dari 2 jari-jari keras yang terpisah dan 1 jari-jari keras yang bersambung dengan 20 jari-jari lemah.
Garis rusuk membujur, memiliki 25-34 sisik duri scute. Ikan selar termasuk dalam kelompok ikan buas. Jenis ikan ini memakan ikan-ikan kecil dan udang
kecil. Hidup secara bergerombol dan umumnya di sekitar pantai dangkal.
Gambar 8 Morfologi Ikan selar Selar crumenophthalmus
www.fishbase.org .
2.1.8 Teri Stolephorus spp Teri Stolephorus spp terdapat di seluruh perairan pantai Indonesia dengan
nama yang berbeda-beda seperti : teri Jawa, bilis Sumatra dan Kalimantan dan puri Ambon. Ikan teri berukuran 6-9 cm, seperti Stolephorus heterolobus, S.
Insularis dan S. buccaneezi. Tetapi ada pula yang berukuran besar seperti
Stelophorus commersonii dan S. indicus yang dikenal sebagai teri kasar atau teri
gelagah yang ukuran tubuhnya dapat mencapai 17,5 cm. Ciri morfologi teri Stolephorus spp adalah bentuk badan bulat memanjang
fusiform hampir silindris, perut bulat dengan 3-4 sisik duri seperti jarum sisik abdominal
, yang terdapat diantara sirip dada pectoral dan sirip perut ventral Gambar 9. Sirip ekor caudal bercagak dan tidak bergabung dengan sirip dubur
anal. Tapis insang pada busur insang pertama bagian bawah berjumlah 21. Sisiknya kecil, tipis dan sangat mudah terkelupas. Wilayah penyebaran jenis ikan
teri di Indonesia meliputi perairan Barat Sumatra, Selat Malaka, Selatan dan Utara Sulawesi, Timur Sumatra juga menyebar ke Bali, Maluku dan Irian Jaya serta
perairan Utara dan Selatan Jawa. Klasifikasi teri menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae
Genus : Stelophorus Species : Stelophorus spp
Gambar 9 Morfologi Ikan teri Stolephorus spp
Gloerfelt, T and Kailola, P.j ,1982. 2.2 Usaha Perikanan Tangkap
Perikanan tangkap adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau
perairan umum. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial atau mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan Syafrin, 1993 diacu dalam Ihsan,
2000. Menurut Monintja 1994, bahwa usaha perikanan tangkap adalah kegiatan
ekonomi dalam bidang penangkapan meliputi pengumpulan hewan atau tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Definisi tersebut secara
jelas menunjukkan bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dimaksud adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik secara finansial maupun untuk
memperoleh nilai tambah lainnya seperti penyerapan tenaga kerja, pemenuhan terhadap protein hewani, devisa serta pendapatan negara.
Charles 2000 mengklasifikasikan perikanan di dunia ini menjadi 2 dua kelas, yaitu skala kecil atau perikanan tradisional dan perikanan skala besar atau
perikanan industri. Dikemukakan pula bahwa sebenarnya tidak ada defenisi yang standard atas perikanan skala kecil dan skala besar. Pengklasifikasian di beberapa
negara sangat beragam, namun demikian Charles 2000 mengemukakan bahwa pembandingan antara perikanan skala kecil dan skala besar dapat dilakukan
dengan melihat teknologi yang digunakan, tingkat modal, tenaga kerja yang digunakan dan kepemilikan.
Usaha perikanan dapat dibagi ke dalam perikanan industri, artisanal dan subsisten. Perikanan industri dan artisanal telah berorientasi komersial, sedangkan
perikanan subsisten hanya untuk konsumsi sendiri atau kadang-kadang menukarkan ikan dengan keperluan lain secara barter Kesteven, 1973 yang diacu
Haluan, 1996.
2.3 Teknologi Penangkapan Ikan Pelagis