Ekspresi Penderitaan dalam Surat-Surat R.A Kartini Sebuah Tinjauan Deskriptif. Skripsi. Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

(1)

i

EKSPRESI PENDERITAAN DALAM SURAT-SURAT

R.A KARTINI SEBUAH TINJAUAN DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

ARSYAD AL AMIN

201210080311081

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MALANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaranyamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”

(QS. Al Mujadalah:11)

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Al Mu’min, 40:60)

Rasa syukur kepada Allah SWT yang memberikan Rahmat, Nikmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini baik dan tidak ada halangan yang berat.

Penulis persembahkan tugas ini untuk:

a. Ayah dan ibu, terima kasih atas semua yang telah diberikan dengan tulus ikhlas, membesarkan, menyayangi, membimbing, mendoakan, mendukung serta berkorban untuk masa depan. Kalian selalu hadir dalam setiap doa-doa.

b. Kakak dan adik serta keluarga yang lain, terima kasih atas dukungan psikis dalam lingkup keluarga yang selalu membuat tenang, nyama, bahagia serta tidak terlalu memikirkan tugas seberat ini dengan terus-menerus ketika berada di rumah.

c. Anggota Sogol “Sindu, Reya, Riyal, Pauki, dan Sarep” serta teman-teman yang lain, terima kasih atas waktu yang telah diberika selama perkuliahan berlangsung hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

d. Ana Fadrianah terima kasih atas semua dukungan berupa dukungan fisik yang selalu menemani bimbingan baik di kampus maupun di luar kampus serta dukungan psikis yang selalu memberi semangat dan mengarahkan, semua yang sudah dilakukan untukku terima kasih banyak, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik “Love You”.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala dipanjatkan, karena atas berkat rahmat, hidayah, serta pertolongan-Nya skripsi dengan judul “Ekspresi Penderitaan Dalam Surat-Surat R.A Kartini Sebuah Tinjauan Deskriptif” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Drs. Fauzan, M,Pd selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Tuti Kusniarti, M.Si., M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dr. Arif Budi Wurianto, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan, masukan, motivasi, dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dr. Hari Windu Asrini, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, motivasi, dan semangat untuk membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Semoga apa yang telah diberikan kepada peneliti, senantiasa mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sadar bahwa penelitian ini masih belum sempurna maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti lain maupun bagi orang lain yang membacanya saat ini ataupun di kemudian hari

Malang, 02 Mei 2016


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Abstrak ... vi

Abstrack ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Penegasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa ... 9

2.2 Bahasa dalam Surat... 11

2.3 Surat-surat R.A Kartini ... 13

2.4 Manusia dan Penderitaan ... 15

2.5 Diksi atau Pilihan Kata ... 17

2.5.1 Pengertian Diksi atau Pilihan Kata ... 17

2.5.2 Jenis Diksi atau Pilihan Kata ... 18

1) Kata Denotasi ... 18


(8)

viii

3) Idiomatik ... 20

4) Kata Indria ... 20

2.5.3 Makna Diksi atau Pilihan Kata ... 21

1) Makna Konotasi dan Makna Diksi ... 21

2) Bentuk Makna dalam Ungkapan ... 22

2.5.4 Ketepatan dan Kesesuaian Diksi atau Pilihan Kata ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 26

3.2 Metode Penelitian ... 27

3.3 Data dan Sumber Data ... 27

3.4 Teknik Penelitian ... 28

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.2 Teknik Pengolahan Data ... 30

3.5 Instrumen Penelitian ... 32

3.6 Tahap-tahap Penelitian... 33

3.7 Indikator Permasalahan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Bentuk Diksi yang Diungkapkan dalam Surat-Surat R.A Kartini ... 37

4.2 Makna Diksi yang Diungkapkan dalam Surat-Surat R.A Kartini ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh Kata Idiomatik ... 20

Tabel 2 Contoh Makna Denotasi dan Makna Konotasi ... 21

Tabel 3 Contoh Perbedaan Denotasi dan Konotasi ... 24

Tabel 4 Contoh Penggunaan Kata Bertenaga ... 25

Tabel 5 Sumber Data ... 28

Tabel 6 Korpus Data Bentuk Diksi Ungkapan Penderitaan ... 29

Tabel 7 Korpus Data Makna Diksi Ungkapan Penderitaan ... 30

Tabel 8 Teknik Analisis Data Bentuk Diksi Ungkapan Penderitaan ... 31

Tabel 9 Teknik Analisis Data Makna Diksi Ungkapan Penderitaan ... 32

Tabel 10 Analisis Data Bentuk Diksi Ungkapan Penderitaan ... 32

Tabel 11 Analisis Data Makna Diksi Ungkapan Penderitaan ... 33


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Korpus Data Bentuk Diksi Ungkapan Penderitaan ... 68

Lampiran 2 Korpus Data Makna Diksi Ungkapan Penderitaan ... 80

Lampiran 3 Hasil Analisis Bentuk Diksi Ungkapan Penderitaan... 90


(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 1988. Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.

Emzir. 2010. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Adimata.

R. Syamsuddin, A dan Vismaia Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosdakarya.

Keraff, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.

S., M. Mahsuh. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo.

Razak, Abdul. 1988. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT Gramedia.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, Sulatin. 2000. Kartini: Surat-surat Kepada Ny. R.M Abendanon-Mandri dan Suaminya. Jakarta: Djambatan.

Moeliono, Anton M.. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Terbesar. Jakarta: PT. Gramedia.

Nurgiantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta: UGM Press.

Rani, Abdul. Bustanul Arifin dan Martutik. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing. Santoso, Anang. 2012. Studi Bahasa Kritis: Menguak Bahasa Membongkar

Kuasa. Bandung: Mandar Maju.

Soedjito dan Solchan T.W.. 1979. Surat-menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.


(12)

xii

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

_________. 1988. Metode Linguistik: Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Syafi’ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1977. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Wiyatmi. 2010. Citraan Perlawanan Simbolis Terhadap Hegemoni Patriarki Melalui Pendidikan dan Peran Perempuan di Arena Publik dalam Novel-novel Indonesia, 13 (2). (Online), (http://staf.uny.ac.id/sites// default/files/Dr.Wiyatmi), diakses pada 02 Desember 2014.

Wulandari, Elok Dwi Ratna. 2014. Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa dalam Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy. (Online). Dalam jurnal. Diakses pada 13 Oktober 2015.


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang bernama J.H Abendanon yang saat itu menjabat sebagai menteri atau direktur kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia-Belanda. Kumpulan surat tersebut berjudul “Door Duisternis Tot Licht”. Pada tahun 1922, pertama kali

seorang pelopor Pujangga Baru bernama Armijn Pane menerjemahkan surat tersebut dalam bahasa Indonesia. Pada tahun yang sama, kumpulan surat tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Pada tahun 1979, Sulastri Sutrisno salah satu sahabat baik Armijn Pane juga menerjemahkan kumpulan surat R.A Kartini, namun dalam format yang berbeda. Perbedaan terjemahan kumpulan surat tersebut terdapat pada jumlah surat dan isi surat. Armijn Pane menyajikan kumpulan surat dalam format lima bab, yang menunjukkan tahapan atau perubahan sikap R.A Kartini selama berkorespondensi. Armijn Pane menciutkan jumlah surat menjadi delapan puluh tujuh surat. Hal ini disebabkan, ada kemiripan pada beberapa surat dan untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Di sisi yang lain, Sulastin Sutrisno menerjemahkan kumpulan surat dalam versi lengkap dengan alasan semakin lama makin sedikit orang di negeri Indonesia yang menguasai Bahasa Belanda dan supaya kumpulan surat tersebut dapat dibaca oleh banyak orang.


(14)

2

Seluruh kumpulan surat R.A Kartini berjumlah seratus lima puluh surat yang ditujukan kepada suami-istri Abendanon, sahabat, dan ketiga adiknya (Kardinah, Kartinah, dan Soematri). Surat-surat R.A. Kartini kepada suami-istri Abendanon waktu itu, sebagian besar menceritakan perjuangan hidup seorang perempuan untuk memperoleh kebebasan, yakni bebas untuk memperoleh pendidikan dan bebas untuk berpendapat dalam menentukan jalan hidup (khususnya bagi kaum elit perempuan), karena pada masa silam kaum elit perempuan tidak terlalu diakui kedudukannya oleh masyarakat, khususnya oleh kaum laki-laki.

Kejadian waktu itu membuat kaum perempuan sering menderita dan kaum perempuan dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki, baik dalam hal sosial maupun kepribadian. Misalnya, bahasa kaum perempuan dipandang sebagai situs pertarungan sosial, karena bahasa perempuan dianggap sebagai sebuah sistem abstrak seperti pandangan linguistik, tetapi dipandang sebagai realitas hidup yang konkret (Santoso, 2012:166). Berdasarkan uraian di atas dan pendapat para ahli dapat dikatakan bahasa kaum perempuan dianggap lemah oleh sebagian besar orang, jika diteliti lebih mendalam bahasa perempuan mempunyai keistimewaan atau karakteristik tersendiri. Bahasa perempuan tidak selalu menuansakan makna kelemah-lembutan dan dalam kelembutan bahasa perempuan mempunyai makna dan maksud tersendiri. Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya kajian secara kebahasaan. Sebelum menulis surat-suratnya, R.A Kartini sering membaca surat kabar atau majalah kebudayaan dan buku karangan dalam bahasa Belanda. Ketertarikannya membaca buku atau surat kabar, dikarenakan dapat menambah ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan membuatnya pandai berbahasa Belanda. R.A Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita dan menaruh


(15)

3

perhatian terhadap masalah sosial yang dihadapi wanita kala itu. Misalnya, seorang perempuan perlu memperoleh kesetaraan kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum. Oleh karena itu, bahasa perempuan memiliki perbedaan dengan bahasa laki-laki. Menurut Lakoff (dalam Santoso, 2012:166) bahasa perempuan memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahasa laki-laki. Perempuan mempunyai cara berbicara (way of speaking) yang berbeda dari laki-laki, yakni sebuah cara berbicara yang akan merefleksikan dan menghasilkan posisi subordinat di dalam masyarakat. Menurut Santoso (2012:168) bahasa perempuan dianggap sebagai sistem representasi. Representasi diartikan sebagai cara membahasakan peristiwa, pengalaman, pandangan dan kenyataan hidup. Bahasa dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan curahan hati ketika melihat perempuan Jawa kala itu.

Persoalan pemakaian diksi atau pilihan kata merupakan suatu kekhilafan yang sangat besar jika diabaikan dan menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, padahal pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan pendapat atau ide mempunyai makna yang mendalam jika diteliti dan dianalisis. Makna yang terkandung dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan wujud dari siksaan yang ada dalam diri seorang R.A Kartini yang ingin mewujudkan semua cita-cita dan membela hak-hak kaum perempuan, agar tidak tertindas oleh bangsa Belanda dan kaum laki-laki. Pemilihan kata dalam penulisan didasari atas gagasan-gagasan yang jelas pada imajinasi penulis, terhadap kejadian yang sedang dipikirkan, dialami dan dirasakan ketika melihat maupun mengalami kejadian pahit. R.A Kartini sudah banyak belajar ketika membaca buku-buku dalam bahasa Belanda. Pilihan kata


(16)

4

yang digunakan R.A Kartini dalam menulis surat dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, dan pengalaman pendidikannya di lingkungan masyarakat. Bagi pembacanya kumpulan surat R.A Kartini mempunyai makna yang tersirat. Pemikiran seperti itu seolah memandang sebelah mata kaum perempuan dalam mengapresiasikan pendapat. Supaya tidak terseret dalam pandangan seperti itu, maka perlu dipahami akan pentingnya peranan kata dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan (melalui surat).

Surat-surat dalam arsip lama dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk mengetahui bagaimana keadaan atau kegiatan pada masa silam. Surat berfungsi sebagai alat bukti historis. Artinya, surat-surat yang telah diarsipkan dipakai sebagai alat pengingat terbentuknya suatu sejarah. Selain sebagai alat bukti historis, surat juga tergolong sebagai karya sastra dalam bentuk tulisan atau teks. Surat merupakan jenis karangan (komposisi paparan), penulis mengemukakan maksud, tujuan dan menjelaskan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan (Soedjito dan Solchan, 1979:1). Surat tulisan R.A Kartini menunjukkan bahwa perempuan tidak kalah dengan kaum laki-laki yang bisa berkarya, namun banyak yang beranggapan bahwa perempuan selalu lemah dalam berbicara. Akan tetapi, jika perempuan mempunyai kemauan dan hati dirundung pilu seperti R.A Kartini, maka perempuan akan berbicara dari kalbu yang paling dalam.

Kumpulan surat R.A Kartini dapat dikatakan termasuk dalam dokumentasi karya sastra, karena mengandung unsur estetik dan merupakan cermin sosial di era penjajahan Belanda, sebagai bukti perjuangan terbentuknya suatu sejarah emansipasi wanita. Menurut Wellek dan Austin (1977:111), karya sastra disebut sebagai “dokumen karena merupakan menumen”. Artinya, karya sastra dapat


(17)

5

mewakili sebuah zaman dan kebenaran sosial. Pendapat di atas terbukti bahwa R.A Kartini dalam menulis surat-suratnya melihat kedudukan sosial yang mendiskriminasikan perempuan dengan laki-laki. Hal seperti inilah yang mampu menggerakkan hati seorang R.A Kartini untuk mengembalikan hak-hak kaum perempuan dan sedikit memperbaiki pandangan masyarakat Jawa.

Berdasarkan paparan di atas, permasalahan tentang bahasa surat perlu dikaji, karena surat-surat R.A Kartini merupakan salah satu bukti sejarah bahwa perempuan juga memiliki kebebasan untuk berpendapat dan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. Pemilihan surat-surat R.A Kartini sebagai objek penelitian dilandasi oleh tiga alasan, yakni (1) belum pernah dilakukan penelitian tentang kumpulan surat R.A Kartini dalam perspektif kebahasaan (khususnya pilihan kata atau diksi), (2) pilihan kata atau diksi yang digunakan dalam kumpulan surat R.A Kartini menyiratkan perasaan renungan dari dalam kalbu dan sebagian besar merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang penderitaan, (3) tulisan dalam surat R.A Kartini merupakan dokumen sejarah mengenai perjuangan hak-hak kaum elit perempuan. Alasan perlunya dilakukan penelitian ini, karena objek penelitian merupakan dokumen sejarah dan dokumen sastra yang cenderung dilupakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan hal baru dalam dunia pendidikan bahasa, karena objek yang digunakan berwujud sejarah perjuangan emansipasi kaum perempuan.

Uraian di atas mendasari dilakukannya penelitian tentang aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan yang akan dibahas, yakni Ekspresi Penderitaan dalam Surat-Surat R.A Kartini sebuah Tinjauan Deskriptif”. Pada penelitian ini difokuskan


(18)

6

pada aspek kebahasaan yang mencakup diksi atau pilihan kata dalam bahasa surat kaum perempuan yang menggambarkan penderitaan.

1.2Fokus Penelitian

Penelitian ini, difokuskan pada aspek kebahasaan, yaitu diksi atau pilihan kata dalam surat-surat R.A Kartini yang menggambarkan ekspresi penderitaan. Permasalahan yang akan dijadikan topik berupa bentuk ekspresi penderitaan dan makna ekspresi penderitaan tulisan R.A Kartini dalam kumpulan surat-suratnya.

1.3Rumusan Masalah

Selaras dengan fokus permasalahn dalam penelitian ini, dirumuskan berikut ini.

1) Bagaimana bentuk ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya?

2) Bagaimana makna ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya?

1.4Tujuan

Dari dua rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini. 2) Mendeskripsikan makna ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini.


(19)

7

1.5Manfaat

1) Manfaat secara teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dalam bidang kebahasaan khususnya pada kajian tentang penggunaan diksi atau pilihan kata dalam surat-menyurat. Selain pengembangan dalam ilmu kebahasaan juga dapat mengigat dokumen-dokumen sejarah dalam bentuk teks (surat-surat R.A Kartini).

2) Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini, yakni untuk melestarikan budaya sekaligus dapat mengetahui kehidupan perempuan yang sebenarnya dalam masyarakat Jawa. Selain itu, dalam penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pelestarian budaya dan menjadi referensi, serta dapat membantu dunia pendidikan dalam menkaji surat-surat sebagai dokumentasi sejarah.

1.6Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembaca dalam istilah-istilah yang belum demengerti, maka perlu untuk penulis tugaskan dalam penegasan istilah. Penegasan istilah mungkin dapat membatu pembaca agar tidak salah paham dalam mengartikannya. 1) Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang digunakan penulis untuk

menyampaikan suatu gagasan, ide dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang hendak diucapkan dengan tepat dalam berbicara atau dalam menulis (Keraf, 1984:24).


(20)

8

2) Penderitaan adalah kesusahan, kesengsaraan yang dialami oleh manusia dengan cara menahan atau menanggung dan bahkan ikut merasakan keadaan (state) yang tidak menyenangkan batin maupun menyiksa batin. Penderitaan yang dialami seseorang dapat berupa penderitaan fisik (cacat) dan batin (psikis) (Widagdho, dkk., 2010:81).

3) Diksi pengungkapan perasaan penderitaan adalah kata-kata yang digunakan R.A Kartini untuk menyampaikan ide atau gagasan yang hendak diucapkan dalam menghadapi keadaan (state) atau kejadian yang sedang dialami, serta menyingngung perasaaan dan tidak menyenangkan batin (Keraf, 1984 dan Widagdho,dkk., 2010).

4) Surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan jika dilihat dari sifat isinya penulis mengemukakan maksud dan tujuannya, dan menjelaskan perasaan yang sedang dialami, sedangkan surat sebagai dokumentasi merupakan alat bukti

historis dan dipakai sebagai alat pengingat sejarah atas keadaan, kegiatan, atau kejadian pada masa lampau (Soedjito dan Solchan, 1979:1).

5) Surat R.A Kartini adalah paparan perasaan atau isi hati yang sedang dialami oleh R.A Kartini tentang perjalanan hidup untuk memuliakan kaum perempuan dan diungkapkan kepada sahabat, saudara, serta suami-sitri Abendanon untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.


(1)

perhatian terhadap masalah sosial yang dihadapi wanita kala itu. Misalnya, seorang perempuan perlu memperoleh kesetaraan kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum. Oleh karena itu, bahasa perempuan memiliki perbedaan dengan bahasa laki-laki. Menurut Lakoff (dalam Santoso, 2012:166) bahasa perempuan memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahasa laki-laki. Perempuan mempunyai cara berbicara (way of speaking) yang berbeda dari laki-laki, yakni sebuah cara berbicara yang akan merefleksikan dan menghasilkan posisi subordinat di dalam masyarakat. Menurut Santoso (2012:168) bahasa perempuan dianggap sebagai sistem representasi. Representasi diartikan sebagai cara membahasakan peristiwa, pengalaman, pandangan dan kenyataan hidup. Bahasa dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan curahan hati ketika melihat perempuan Jawa kala itu.

Persoalan pemakaian diksi atau pilihan kata merupakan suatu kekhilafan yang sangat besar jika diabaikan dan menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, padahal pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan pendapat atau ide mempunyai makna yang mendalam jika diteliti dan dianalisis. Makna yang terkandung dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan wujud dari siksaan yang ada dalam diri seorang R.A Kartini yang ingin mewujudkan semua cita-cita dan membela hak-hak kaum perempuan, agar tidak tertindas oleh bangsa Belanda dan kaum laki-laki. Pemilihan kata dalam penulisan didasari atas gagasan-gagasan yang jelas pada imajinasi penulis, terhadap kejadian yang sedang dipikirkan, dialami dan dirasakan ketika melihat maupun mengalami kejadian pahit. R.A Kartini sudah banyak belajar ketika membaca buku-buku dalam bahasa Belanda. Pilihan kata


(2)

yang digunakan R.A Kartini dalam menulis surat dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, dan pengalaman pendidikannya di lingkungan masyarakat. Bagi pembacanya kumpulan surat R.A Kartini mempunyai makna yang tersirat. Pemikiran seperti itu seolah memandang sebelah mata kaum perempuan dalam mengapresiasikan pendapat. Supaya tidak terseret dalam pandangan seperti itu, maka perlu dipahami akan pentingnya peranan kata dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan (melalui surat).

Surat-surat dalam arsip lama dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk mengetahui bagaimana keadaan atau kegiatan pada masa silam. Surat berfungsi sebagai alat bukti historis. Artinya, surat-surat yang telah diarsipkan dipakai sebagai alat pengingat terbentuknya suatu sejarah. Selain sebagai alat bukti historis, surat juga tergolong sebagai karya sastra dalam bentuk tulisan atau teks. Surat merupakan jenis karangan (komposisi paparan), penulis mengemukakan maksud, tujuan dan menjelaskan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan (Soedjito dan Solchan, 1979:1). Surat tulisan R.A Kartini menunjukkan bahwa perempuan tidak kalah dengan kaum laki-laki yang bisa berkarya, namun banyak yang beranggapan bahwa perempuan selalu lemah dalam berbicara. Akan tetapi, jika perempuan mempunyai kemauan dan hati dirundung pilu seperti R.A Kartini, maka perempuan akan berbicara dari kalbu yang paling dalam.

Kumpulan surat R.A Kartini dapat dikatakan termasuk dalam dokumentasi karya sastra, karena mengandung unsur estetik dan merupakan cermin sosial di era penjajahan Belanda, sebagai bukti perjuangan terbentuknya suatu sejarah emansipasi wanita. Menurut Wellek dan Austin (1977:111), karya sastra disebut sebagai “dokumen karena merupakan menumen”. Artinya, karya sastra dapat


(3)

mewakili sebuah zaman dan kebenaran sosial. Pendapat di atas terbukti bahwa R.A Kartini dalam menulis surat-suratnya melihat kedudukan sosial yang mendiskriminasikan perempuan dengan laki-laki. Hal seperti inilah yang mampu menggerakkan hati seorang R.A Kartini untuk mengembalikan hak-hak kaum perempuan dan sedikit memperbaiki pandangan masyarakat Jawa.

Berdasarkan paparan di atas, permasalahan tentang bahasa surat perlu dikaji, karena surat-surat R.A Kartini merupakan salah satu bukti sejarah bahwa perempuan juga memiliki kebebasan untuk berpendapat dan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. Pemilihan surat-surat R.A Kartini sebagai objek penelitian dilandasi oleh tiga alasan, yakni (1) belum pernah dilakukan penelitian tentang kumpulan surat R.A Kartini dalam perspektif kebahasaan (khususnya pilihan kata atau diksi), (2) pilihan kata atau diksi yang digunakan dalam kumpulan surat R.A Kartini menyiratkan perasaan renungan dari dalam kalbu dan sebagian besar merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang penderitaan, (3) tulisan dalam surat R.A Kartini merupakan dokumen sejarah mengenai perjuangan hak-hak kaum elit perempuan. Alasan perlunya dilakukan penelitian ini, karena objek penelitian merupakan dokumen sejarah dan dokumen sastra yang cenderung dilupakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan hal baru dalam dunia pendidikan bahasa, karena objek yang digunakan berwujud sejarah perjuangan emansipasi kaum perempuan.

Uraian di atas mendasari dilakukannya penelitian tentang aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan yang akan dibahas, yakni Ekspresi Penderitaan dalam Surat-Surat R.A Kartini sebuah Tinjauan Deskriptif”. Pada penelitian ini difokuskan


(4)

pada aspek kebahasaan yang mencakup diksi atau pilihan kata dalam bahasa surat kaum perempuan yang menggambarkan penderitaan.

1.2Fokus Penelitian

Penelitian ini, difokuskan pada aspek kebahasaan, yaitu diksi atau pilihan kata dalam surat-surat R.A Kartini yang menggambarkan ekspresi penderitaan. Permasalahan yang akan dijadikan topik berupa bentuk ekspresi penderitaan dan makna ekspresi penderitaan tulisan R.A Kartini dalam kumpulan surat-suratnya.

1.3Rumusan Masalah

Selaras dengan fokus permasalahn dalam penelitian ini, dirumuskan berikut ini.

1) Bagaimana bentuk ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya?

2) Bagaimana makna ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya?

1.4Tujuan

Dari dua rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan bentuk ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini. 2) Mendeskripsikan makna ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini.


(5)

1.5Manfaat

1) Manfaat secara teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dalam bidang kebahasaan khususnya pada kajian tentang penggunaan diksi atau pilihan kata dalam surat-menyurat. Selain pengembangan dalam ilmu kebahasaan juga dapat mengigat dokumen-dokumen sejarah dalam bentuk teks (surat-surat R.A Kartini).

2) Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitian ini, yakni untuk melestarikan budaya sekaligus dapat mengetahui kehidupan perempuan yang sebenarnya dalam masyarakat Jawa. Selain itu, dalam penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pelestarian budaya dan menjadi referensi, serta dapat membantu dunia pendidikan dalam menkaji surat-surat sebagai dokumentasi sejarah.

1.6Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembaca dalam istilah-istilah yang belum demengerti, maka perlu untuk penulis tugaskan dalam penegasan istilah. Penegasan istilah mungkin dapat membatu pembaca agar tidak salah paham dalam mengartikannya. 1) Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang digunakan penulis untuk

menyampaikan suatu gagasan, ide dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang hendak diucapkan dengan tepat dalam berbicara atau dalam menulis (Keraf, 1984:24).


(6)

2) Penderitaan adalah kesusahan, kesengsaraan yang dialami oleh manusia dengan cara menahan atau menanggung dan bahkan ikut merasakan keadaan (state) yang tidak menyenangkan batin maupun menyiksa batin. Penderitaan yang dialami seseorang dapat berupa penderitaan fisik (cacat) dan batin (psikis) (Widagdho, dkk., 2010:81).

3) Diksi pengungkapan perasaan penderitaan adalah kata-kata yang digunakan R.A Kartini untuk menyampaikan ide atau gagasan yang hendak diucapkan dalam menghadapi keadaan (state) atau kejadian yang sedang dialami, serta menyingngung perasaaan dan tidak menyenangkan batin (Keraf, 1984 dan Widagdho,dkk., 2010).

4) Surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan jika dilihat dari sifat isinya penulis mengemukakan maksud dan tujuannya, dan menjelaskan perasaan yang sedang dialami, sedangkan surat sebagai dokumentasi merupakan alat bukti historis dan dipakai sebagai alat pengingat sejarah atas keadaan, kegiatan, atau kejadian pada masa lampau (Soedjito dan Solchan, 1979:1).

5) Surat R.A Kartini adalah paparan perasaan atau isi hati yang sedang dialami oleh R.A Kartini tentang perjalanan hidup untuk memuliakan kaum perempuan dan diungkapkan kepada sahabat, saudara, serta suami-sitri Abendanon untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.