ensefalopati fatal lambat panensefalitis sklerosing subakut pada remaja. Pemberian vaksin campak diberikan satu kali, saat usia 9 bulan. Di
samping imunisasi 9 bulan, diberikan juga imunisasi kesempatan kedua second opportunity pada crash program campak pada umur 6-59 bulan
dan SD kelas 1-6. Crash program campak ini telah dilakukan secara bertahap 5 tahap di semua provinsi pada tahun 2006 dan 2007.
Efek samping dari vaksin ini berupa nyeri, iritasi, dan kemerahan pada tempat suntikan sering terjadi tetapi ringan. Reaksi terhadap vaksin
campak adalah demam biasanya 38,8 ˚C di antara hari ke-7 dan 12,
ruam sementara di antara hari ke-5 dan 20, atau trombositopenia sementara 1 dalam 25.000-2 juta dosis Jeannette, 2015. Efek samping yang lebih
berat, seperti ensefalitis, sangat jarang terjadi, kurang dari 1 setiap 1-3 juta dosis yang diberikan. SSPE Subacute sclerosing panencephalitis tidak
pernah ditemukan lagi di negara-negara yang telah melaksanakan program imunisasi campak dengan efektif sehingga kecil sekali kemungkinan
vaksin mengakibatkan SSPE Gold,2000.
6. Definisi Kelengkapan Imunisasi Dasar
Pengertian Kelengkapan
imunisasi dasar adalah kelengkapan dalam arti kamus besar bahasa Indonesia merupakan segala yang sudah
dilengkapkan, sedangkan imunisasi dasar adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin BCG, Hepatitis, Polio, DPT,
dan campak ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentuHidayat, 2005. Imunisasi dasar lengkap adalah
pemberian imunisasi BCG 1x, Hepatits B 3x, DPT 3X, Polio 4x, campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun Ranuh, 2008.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi
Beberapa teori yang mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang
berhubungan dengan perilaku kesehatan, antara lain: a.
Teori Lawrence Green 1980, yang menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
1 Faktor Predisposisi Presdiposing Factors
Faktor-faktor ini yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya . 2
Faktor Pemungkin Enabling Factors Faktor pemungkin atau pendukung enabling adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atas fasilitas untuk terjadinya
perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, kelengkapan alatimunisasi dan sebagainya Notoatmodjo, 2005.
3 Faktor Pendorong Reinforcing Factors
Faktor ini meliputi faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan
mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. sikap dan perilaku para petugas termasukpetugas kesehatan Notoatmodjo, 2005.
Menurut Lawrence W. Green, ketersediaan dan keterjangkauan
sumberdaya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap
perilaku sehatdalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Secara sistematis, perilaku menurut Green ini dapat digambarkan
sebagai berikat:
B = Behavior F = Fungsi
Pf = Predisposisi factor Ef = Enabling factors
Rf:= Reinforcing B = F Pf , EG er, Rf
C. Penelitian Terkait