Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI

DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

HALAMAN JUDUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : NURHIDAYATI NIM: 1112104000022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Denganini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2016


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh: Disusun Oleh: Nurhidayati Nurhidayati

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

iii Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS NIP. 19770401 200912 2003

Pembimbing II

Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19680522 200801 1007


(4)

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Nurhidayati NIM: 1112104000022

Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS NIP. 19770401 200912 2 003

Pembimbing II

Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji II

Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed NIP. 19780215 200901 2 005 Penguji I

Ita Yuanita, S.Kp.,M.Kep NIP. 19700122 200801 2 005

Penguji III

Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19680522 200801 1007

Penguji IV

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS NIP. 19770401 200912 2003


(5)

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 Disusun oleh:

Nurhidayati NIM: 1112104000022

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

v

Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes NIP. 19650808 198803 1 002


(6)

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2016 Nurhidayati, NIM : 1112104000022

Correlation between Mother’s Knowledge of Basic Immunization towards Completeness of Basic Immunization in District Work of Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

xvii + 67 pages + 10 table + 2 schemes + 6 appendix

ABSTRACT

Background: Immunization is an effective primary prevention effort to prevent the outbreak of infectious diseases that can be prevented by immunization. Immunization coverage of children in the member countries of WHO (World Health Organization) had reached 90%, estimated 85% of infants worldwide had been immunized and there were 19.3% million infants and children had not been fully vaccinated and remain at risk of disease. Knowledge affected a person to do health behaviors. Mother has an important role in caring for children especially in child immunization completeness. However, the main challenge in the implementation of immunization completeness was the level of knowledge of mothers on immunization completeness. This was because the fundamental

domain knowledge in practice changes. Purpose: The purpose of this study was

to determine the correlation between mother’s knowledge of basic immunization

towards completeness of basic immunization in district work of Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Method: This study was a descriptive cross

sectional design correlation with α = 0.05. Data was collected in 73 respondents in

Puskesmas Pisangan in March 2016 using questionnaires and analyzed using chi

square. Results: The analysis showed that there was a correlation between the completeness of the knowledge of basic immunization (p = 0.042) with sufficient knowledge of mothers around 52.1% and completeness of immunization around

74%. Suggestions: The result of this study are expected to be consideration for

the health institution in order to conduct training to improve knowledge and awareness as well as the responsibility of staff and cadres in dealing with the problem of knowledge.

Keywords: Knowledge, Basic Immunization Complete, Completed Basic

Immunization


(7)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2013

Nurhidayati, NIM: 1112104000022

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap

Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

xvii + 67 halaman + 10 tabel +2 skema + 6 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Imunisasi adalah upaya pencegahan primer yang efektif untuk

mencegah terjangkitnya penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Cakupan imunisasi anak di negara-negara anggota WHO (World Health Organization) telah mencapai 90%, diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi dan masih terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi dan tetap beresiko terkena penyakit. Pengetahuan mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Ibu memiliki peran penting dalam merawat anak terutama dalam kelengkapan imunisasi anak. Namun, tantangan utama dalam pelaksanaan kelengkapan imunisasi adalah tingkat pengetahuan ibu terhadap kelengkapan imunisasi. Hal ini karena pengetahuan domain mendasar dalam perubahan praktik. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi desain cross sectional dengan α = 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 73 responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan pada bulan Maret 2016 dengan menggunakan kuisioner dan analisis data menggunakan chi square. Hasil: Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kelengkapan imnisasi dasar (p = 0,042) dengan pengetahuan ibu yang cukup sebesar 52,1% dan kelengkapan imunisasi sebesar 74%. Saran: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat melakukan pembinaan guna meningkatkan pengetahuan serta kesadaran dan tanggung jawab staf dan juga kader dalam menangani masalah pengetahuan.

Keywords: Pengetahuan, Imunisasi Dasar Lengkap, Kelengkapan Imunisasi

Dasar

Referensi: 49 (tahun 2000-2015)


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurhidayati

Tempat, tanggal lahir : Bandar Lampung, 23 Agustus 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jl. Sultan Agung Gg.Raden Saleh No.34A, RT 15/RW- Bandar Lampung, Kedaton, Lampung

HP : 085789917878

Email : idaaidda@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dam Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan

1. TK Al- Azhar 2 Way Halim 1999-2000

2. SD Negeri 1 Labuhan Ratu 2000-2006

3. SMP Negeri 29 Bandar Lampung 2006-2009

4. SMA Negeri 9 Bandar Lampung 2009-2012

5. S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-sekarang Pengalaman Organisasi

1. Anggota PMR SMP Negeri 29 Bandar Lampung 2006-2007 2. Anggota Karya Ilmiah Remaja SMAN 9 Bandar Lampung 2009-2011 3. Anggota Rohis SMAN 9 Bandar Lampung 2009-2012 4. Pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi 2014-1015


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

Kota Tangerang Selatan”.

Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca.Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam melihat fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Arif Sumantri, M.Kes , selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Stidi Ilmu Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, MNS dan Bapak Jamaludin, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep, Sp.Kep.An, selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, menjadi tempat curhat, dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

5. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Kepala UPT Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Bapak drg. Mulyadi, yang


(10)

telah memberikan izin dan membimbing untuk melakukan penelitian di wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

6. Orang tuaku, Bapak Drs. Juhadi dan Ibu Zarmawati,S.Pd yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang, mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa, Ayukku, Syelvi Susanti, AMD.Keb dan semua keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

7. Teman-teman PSIK 2012, teman-teman (Veby, Vina, Septi, Ria, Fatimah, Indah, Clara, Lulu, Anis, Tantri, Ukhty, Aninda yang berjuang bersama, memberi inspirasi, menghibur, memberi masukan, selama menyelesaikan skripsi ini, serta kakak tingkat (Kak Ratna, Kak Adel, Kak Rosi, Kak Hany, Kak Nina, Kak Ifan), yang telah memberikan motivasi dan masukan, serta semua pihak yang telah mendoakan selama proses pembuatan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Ciputat, Januari 2016


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i 

LEMBAR PERNYATAAN ... ii 

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii 

LEMBAR PENGESAHAN ... iv 

LEMBAR PENGESAHAN ... v 

ABSTRACT ... vi 

ABSTRAK ... vii 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii 

KATA PENGANTAR ... ix 

DAFTAR ISI ... xi 

DAFTAR SINGKATAN ... xiv 

DAFTAR TABEL ... xv 

DAFTAR BAGAN ... xvi 

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

  BAB IPENDAHULUAN  A. Latar Belakang ... 1 

B. Rumusan Masalah ... 5 

C. Pertanyaan Penelitian ... 6 

D. Tujuan Penelitian ... 6 

E. Manfaat Penelitian ... 7 

F.  Ruang Lingkup Penelitian ... 7 

BAB IILANDASAN TEORI  A. Pengetahuan ... 8 

1.Definisi Pengetahuan ... 8 

2. Tingkatan Pengetahuan ... 9 

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 12 

B.    Imunisasi ... 14 

1. Definisi Imunisasi ... 14 


(12)

2. Tujuan Imunisasi ... 14 

3. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi ... 14 

4. Macam-macam Imunisasi ... 15 

5. Imunisasi Dasar Pada Bayi ... 16 

6. Definisi Kelengkapan Imunisasi Dasar ... 23 

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi ... 24 

C. Penelitian Terkait ... 25 

D. Kerangka Teori ... 27 

BAB III  KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS  A. Kerangka Konsep ... 28 

B. Definisi Operasional ... 29 

C. Hipotesis ... 31 

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN  A. Desain Penelitian ... 32 

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32 

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33 

D. Instrumen Penelitian ... 36 

E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 37 

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 40 

G. Etika Penelitian ... 41 

H. Pengolahan Data ... 42 

I. Teknik Analisa Data ... 43 

BAB VHASIL PENELITIAN ... 45 

A. Profil Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan ... 45 

B. Hasil Analisis Univariat ... 48 


(13)

BAB VI PEMBAHASAN ... 53 

A. Analisis Univariat ... 53 

B. Analisis Bivariat ... 61 

C. Keterbatasan Penelitian ... 63 

BAB VII PENUTUP  A. Kesimpulan ... 65 

B. Saran ... 66 

Daftar Pustaka Lampiran


(14)

DAFTAR SINGKATAN

BCG : Bacille Calmette-Guerin DPT : Difteri, Pertusis, Tetanus DTaP : Pertussis acellular form

DTwP : Difteri Tetanus whole cell Pertusis HBIg : Hepatitis B Imunne Globulin HbsAg : Hepatitis B Surface Antigen HepB : Hepatitis B

Hib : Haemophilus Influenza type B HIV : Human Immunodeficiency Syndrom IDAI ; Ikatan Dokter Anak Indonesia IPV : Inactivated Polio Vaccine OPV : Oral Polio Vaccine

SSPE : Subacute Sclerosing Panencephalitis UCI : Universal Child Immunization UIN : Universitas Islam Negeri UPT : Unit Pelayanan Terpadu WHO : World Health Organization


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tabel Jadwal Imunisasi Kombinasi DPT --- 19

3.1 Definisi Operasional--- 29

4.1 Tabel Pertanyaan Kuisioner --- 36

5.1 Tabel Frekuensi Distribusi kategori usia ibu --- 48

5.2 Tabel Frekuensi Distribusi kategori jumlah anak--- 49

5.3 Tabel Frekuensi Distribusi kategori pendidikan ibu --- 49

5.4 Tabel Frekuensi Distribusi kategori pekerjaan ibu --- 50

5.5 Tabel Frekuensi Distribusi kategori pengetahuan ibu --- 50

5.6 Tabel Frekuensi Distribusi kategori kelengkapan imunisasi --- 51

5.7 Tabel analisis bivariat --- 53


(16)

DAFTAR BAGAN

Halaman 2.1 Kerangka Teori --- 27 2.2 Kerangka Konsep --- 28


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumen Perizinan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuisioner

Lampiran 4 Hasil Olahan SPSS Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Lampiran 5 Hasil Olahan SPSS Univariat dan Bivariat


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat (Hidayat, 2008). Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosis atau seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh (Rukiyah & Yulianti, 2010). Penyakit infeksi atau menular dapat dicegah dengan imunisasi (Achmadi, 2006).

Cakupan imunisasi di wilayah Asia Tenggara baru mencapai 52%. Cakupan imunisasi anak di negara-negara anggota WHO (World Health Organization) telah mencapai 90%, diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi dan masih terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi dan tetap beresiko terkena penyakit (WHO Global Immunization Data, 2011). Cakupan imunisasi dasar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran 4.461.341 bayi, cakupan imunisasi BCG 93,8%, DPT 1 69,6%, Polio 1 76,6%, Polio 4 92,4%, campak 91%. Dengan angka Drop Out sebesar 43,5%, angka Drop Out ini menggambarkan terdapat sekitar lebih satu juta bayi di Indonesia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap setiap tahunnya, sehingga berdampak pada cakupan Universal Child Immunization (UCI) KepMenkes RI (2010). Hal ini dapat dilihat dari persentasi UCI di Indonesia tahun 2008 sebesar 68, 2%


(19)

mengalami penurunan menjadi 68% pada tahun 2009 (Profil Kesehatan Indonesia, DepKes RI, 2010). Status kelengkapan imunisasi dasar lengkap pada anak di provinsi Banten pada tahun 2013 sebanyak 45,8%, dengan jenis imunisasi 76,9% HB-0, 83,6% BCG, 63,3% DPT-HB3, 64,0% Polio 4, dan 66,7% campak. Dengan nilai rata-rata kelengkapan imunisasi di Indonesia adalah 59,2% (Riskesdas, 2013).

Imunisasi sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penyakit. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2013. Peraturan tersebut menyatakan tentang penyelenggaraan imunisasi bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mempertahankan status kesehatan seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai tindakan preventif (Kemenkes/Depkes, 2013).

Cakupan imunisasi yang rendah di Asia Tenggara dapat disebabkan oleh banyak faktor. Kemungkinan faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan imunisasi disebabkan oleh faktor usia, pendidikan, penghasilan, ketersediaan waktu ibu (Reza, 2006) , sedangkan menurut Ranuh (2008) faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi adalah pengetahuan dan kesadaran ibu. Menurut Ningrum (2008) rendahnya cakupan imunisasi disebabkan oleh faktor pengambilan keputusan. Ibu yang berusia ≥ 30 tahun cenderung untuk tidak melakukan imunisasi lengkap dibanding ibu yang berusia < 30 tahun, pendidikan tinggi berkaitan erat dengan pemberian imunisasi anak. Penghasilan orang tua sangat erat juga kaitannya dengan kesejahteraan anak dan memungkinkan anak untuk hidup lebih sehat sehingga


(20)

mempengaruhi status imunisasi anak, semakin sejahtera ekonomi orang tua maka semakin baik pula status kesehatan anak.

Faktor ketersediaan waktu ibu membawa anaknya ke pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas juga menyebabkan rendahnya cakupan imunisasi. Untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi atau penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi, serta hambatan lainnya (Ranuh dkk, 2008).

Ibu adalah orang yang berperan besar dalam merawat anak dan dalam pengambilan keputusan di rumah tangga untuk kelengkapan imunisasi anak. Hal ini didapatkan dari hasil penelitian Ningrum (2008) bahwa survey menunjukkan sebanyak 71,2% dari 1320 anak usia 12-23 bulan dengan ibu yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan di rumah tangga telah mendapat imunisasi lengkap (Hepatitis, BCG, Campak, DPT, dan Polio) lebih banyak dibanding pada anak yang ibunya tidak terlibat dalam pengambilan keputusan rumah tangga yaitu 64,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pada wanita yang mempunyai motivasi dan kepercayaan diri dapat berperan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya dirumah


(21)

tangga. Ibu yang punya motivasi agar anak hidup sehat, meningkatkan akses dalam perawatan dan kesehatan anak-anaknya, khususnya pelayanan imunisasi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan saya di wilayah kerja Puskesmas Pisangan, bahwa terdapat pertentangan antara teori pengetahuan dengan hasil penelitian. Berdasarkan teori pengetahuan bahwa suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasarkan pada pengetahuan. terdapat 7 dari 15 ibu yang memiliki pengetahuan rendah, 5 ibu yang memiliki pengetahuan cukup, dan 3 ibu lainnya memiliki pengetahuan baik. Untuk kelengkapan imunisasinya, terdapat 8 ibu yang mengimunisasikan anaknya secara lengkap, 4 ibu yang mengimunisasikan anaknya secara lengkap namun terlambat, dan ada 3 ibu yang belum menimunisasikan anaknya dengan lengkap. Dari 8 ibu yang mengimunisasikan anakanya secara lengkap, yang memilki pengetahuan baik terdapat 2 ibu, 2 ibu berpengetahuan sedang, dan 4 ibu memiliki pengetahuan rendah. Fenomena yang ditemukan saat studi pendahuluan bahwa kebanyakan ibu mengimunisasikan anaknya secara lengkap namun tidak mengetahui manfaat dari masing-masing imunisasi dasar tersebut, adapun yang imunisasinya lengkap namun mengetahui pentingnya imunisasi. Terdapat pula fenomena bahwa ibu yang tidak melengkapi kelengkapan imunisasi anaknya tetapi mengetahui pentingnya imunisasi dan juga ibu yang tidak melengkapi imunisasi anaknya karena tidak mengetahui pentingnya kelengkapan imunisasi tersebut.

Pada penelitian Prayogo (2009), dkk menyimpulkan bahwa tidak mempunyai hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap kelengkapan


(22)

imunisasi sedangkan penelitian dengan hasil yang berbeda dari penelitian yang dilakukan Hijani, dkk didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi. Dari data tersebut, terdapat pertentangan dari kedua penelitian dan fenomenanya sehingga peneliti perlu melakukan penelitian kembali untuk melihat apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imuniasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas bahwa suatu pengetahuan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk berperilaku sehat. Menurut Green, ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor penguat, dan faktor pemungkin. Pengetahuan termasuk kedalam faktor predisposisi. Hasil penelitian dari Hijani menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi. Sedangkan berbeda hasil penelitian dari Febriana yang menyimpulkan bahwa tidak mempunyai hubungan bermakna antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi. Hasil studi pendahuluan saya juga ada beberapa ibu yang mengimunisasikan anaknya secara lengkap namun pengetahuannya rendah. Oleh karena itu, karena adanya pertentangan teori dan juga hasil penelitian sebelumnya serta fenomena yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan peneliti tertarik untuk meneliti kembali penelitian dengan judul hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar.


(23)

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik ibu (usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan)?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi?

3. Bagaimana kelengkapan imunisasi dasar pada bayi ?

4. Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapam imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui data demografi ibu (usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan).

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

c. Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia ≥ 10 – 15 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.


(24)

E. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian dibidang keperawatan anak khususnya yang berhubungan dengan imunisasi.

b. Bagi Instansi

Bagi instansi terkait disini adalah Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian kelengkapan imunisasi dasar pada anak sehingga dapat termotivasi untuk memberikan pelayanan yang optimal serta sebagai informasi dasar sebagai program promosi kesehatan dan juga sebagai data dasar dalam pengembangan program imunisasi Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan desain studi cross-sectional. Metode pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari data demografi, kuisioner pengetahuan, dan kuisioner kelengkapan imunisasi. Subjek yang diteliti adalah ibu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan yang memiliki anak usia ≥10 bulan. Waktu penelitian berkisar dari bulan Maret- April 2016.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan

1.Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah suatu bidang yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan hal itu berdasarkan pengelaman dan penelitian (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai kontruksi kognitif seorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya, hal ini menurut pendekatan kontruktivitis. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi kareana adanya pemahaman-pemahaman baru.


(26)

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Yang termasuk dlam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spsifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh: menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makan bergizi.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasiatau penggunaan


(27)

hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur oragnisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan unruk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.misalnay dapat menyusun, dapat merencanakan, daapat meringakskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat


(28)

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB. Pengukuran-pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2007).

Rogers (1974, dalam Notoatmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut sudah terjadi proses berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Pada proses ini, sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial (mencoba), di mana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui


(29)

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c.Usia

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru.Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


(30)

d.Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

e.Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanay pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu bersifat positif maupun negatif. f. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, Koran, dan buku.

g.Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan individu. Apabila penghasilan individu cukup besar maka individu tersebut akan mampu menyediakan atau memCbeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. h.Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(31)

B. Imunisasi

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio (Hidayat, 2005).

2. Tujuan Imunisasi

Pemberian imuniasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu, sehingga dapat menurunkan angka mordibitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat di lakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung pada faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak (Hidayat, 2005).

3. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:

a. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibodi atau anti toxin.


(32)

b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibodi yang terbentuk.

c. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.

d. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen /suntikan/ imunisasi ulang.

e. Kadar antibodi yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit. (Riyadi dkk, 2009)

4. Macam-macam Imunisasi

Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua yaitu:

a. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologik spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut:

1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida,

toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan). 2) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.


(33)

3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.

4) Adjuvans yang terdiri dari atas garam alumunium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.

b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat bersal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk ke dalam tubuh yang sudah terinfeksi (Hidayat, 2005).

5. Imunisasi Dasar Pada Bayi

Antibodi untuk menangkal penyakit yang diwariskan ibu kepada bayi tidak mampu bertahan lama. Imunisasi adalah cara yang efektif, mudah dan relatif murah untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak. Anak sangat rentan terkena infeksi. Program imunisasi yang telah dijalankan selama ini, menurut Departemen Kesehatan (Depkes) telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Irianto, 2014). Vaksinasi rutin pada anak adalah salah satu kemajuan medis yang paling penting. Masalah penting tentang vaksinasi mencakup usia anak dan kondisi medis yang mendasari, beban penyakit, efektivitas vaksin, reaksi merugikan, dan anjuran resmi. Berikut jenis-jenis imunisasi dasar lengkap: a. BCG (Bacille Calmette-Guerin)

Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin) merupakan imunisasi yang dugunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak


(34)

(Hidayat,2008). TBC milier (pada seluruh lapang paru) atau TBC tulang. Pemberian diberikan satu kali, rentang waktu dari 0 bulan- 2 bulan (IDAI, 2014). Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak > 1 tahun. Vaksinasi BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO, tidak di tempat lain (bokong atau paha).

Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien imunokompromais (leukemia, anak yang sedang mendapat pengobatan streroid jangka panjang, atau menderita infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.Vaksin BCG diberikan apabila uju tuberculin negatif. Efek samping terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas (Hidayat, 2009). Efek samping lainnya adalah setelah 3-6 minggu akan terdapat eritema, indurasi, dan kadang ulserasi. Kelenjar getah bening aksilaris mungkin membesar dan terasa nyeri.Tanda-tanda local menghilang dalam 2-6 bulan (Meadow & Siwon, 2005).

b. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan untuk melindungi bayi dari penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi virus berpotensi fatal yang dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati (Betz, 2009). Pemberian diberikan tiga kali, saat usia baru lahir, 1 bulan, dan 6 bulan. Jumlah dosis vaksin yang diberikan, interval di antara dosis, genetika, prematuritas, dan


(35)

kondisi medis yang mendasari memengaruhi imunogenisitas. Setelah dosis ketiga vaksin hepatitis B, lebih dari 95% anak serokonversi. Titer membaik dengan interval lebih panjang di antara dosis kedua dan ketiga sehingga rangkaian vaksin tidak perlu diulang tanpa memandang keterlambatan dosis. Imunisasi hepatitis B yang ke-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir, memngingat paling tidak 3,9 % ibu hamil mengidap hepatitis B aktif dengan resiko penularan kepada bayinya sebesar 45%.

Imunisasi hepatitis B yang ke-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisai hepatits B yang ke-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi hepatitis B yang ke-2 dengan imunissi hepatitis B yang ke-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B yang ke-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Hepatitis B ke -1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg-B positif: diberikan vaksin hepatitis B ke-1 dan HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi


(36)

Hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian (catch- up vaccination). Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun, apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti HBs < 10 µg/ml). Cakupan imunisasi hepatitis B ketiga di Indonesia sangat rendah apabila dibandingkan dengan DTP-3.Untuk mengatasi hal tersebut, sejak tahun 2006 imunisasi hep-B pada jadwal Departemen Ksehatan dikombinasikan dengan DTwP.

Bagan 2.1 Jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B

Umur Imunisasi Kemasan

Saat lahir HepB-0 Uniject (hepB-monovalen)

2 bulan DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwP/HEPb-1

3 bulan DTwP dan hepB-2 Kombinasi DTwP/HEPb-2

4 bulan DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwP/HEPb-3

Penularan HBV terjadi terutama oleh pertukaran darah atau kontak seksual dengan orang yang terinfeksi secara akut atau kronik. Meskipun kadar antibodi anti HBV hilang setelah vaksinasi, sebagian besar orang tetap terlindungi melalui memori imunologik dan masa inkubasi yang panjang pada infeksi HBV memungkinkan sebagian besar orang yang diimunisasi dengan titer rendah untuk meningkatkan respons imun anamnestik protektif. Keefektifan untuk vaksin Hepatitis B harus ditunda pada bayi preterm yang beratnya kurang dari 2 kg- usia 1 bulan atau dipulangkan dari rumah sakit, yang mana terlebih dahulu, kecuali ibu


(37)

HBsAg positif atau tidak diketahui status HBsAg, dalam kasus ini vaksin harus diberikan dalam 12 jam kelahiran.

Efek samping setelah pemberian vaksin Hepatitis B, 3%-9% anak mengalami nyeri pada tempat suntikan; 18 % mengalami kejadian merugikan sistemik sementara seperti kelelahan dan sakit kepala dan 1%- 6% mengalami suhu lebih dari 37,7˚C.

c. DTP ( Difteri, Tetanus, Pertusis).

Imunisasi DTP adalah vaksinasi yang diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan balita. Efek samping yang diberikan pada imunisasi DPT dapat berefek ringan maupun berat. Efek sampingnya berupa terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Sedangkan efek samping berat terjadi kesakitan kurang lebih emapt jam, menangis hebat, kejang, kesadaran menurun, ensefalopati, dan syok (Hidayat, 2009).

Rekasi merugikan minor yang terkait dengan vaksinasi DPTa adalah edema setempat di tempat suntikan, demem, dan rewel. Reaksi merugikan yang jarang setelah vaksinasi DPTa adalah menangsi persisten selama 3 jam atau lebih, menangis nada tinggi yang tidak biasanya, kejang biasanya kejang demam tanpa sekuele permanen), dan episode hipotonik hiporesponsif. Pada kejadian jarang, anak dapat menderita reaksi anafilaktik terhadap DPTa, menjadi kontraindikasi dosis DPTa


(38)

selanjutnya. Pembengkakan sementara keseluruhan ekstremitas yang jarang juga terjadi setelah dosis DPTa keempat atau kelima.

Pemberian diiberikan tiga kali saat usia 2,4,6 bulan (DTP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DTP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTP-2 pada umur 4 bulan dan DTP-3 pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuscular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin DTP dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DTwP/HepB, DTaP/Hib, DTwP/ Hib, DTaP/ IPV, DTaP/Hib/ IPV sesuai jadwal.

Diulang satu kali, antara usia 1,5-2 tahun. Diulang sekali lagi, antara usia 10-12 tahun, diulang sekali, tapi hanya DT.Pertusis: berkurangnya imunitas setelah vaksinasi pertusis masa anak adalah alasan nyata untuk terus berlangsungnya penyakit ini. Mayoritas perawatan terkait pertusis dan komplikasi serius terjadi pada bayi. Seperlima kasus yang dilaporkan terjadi pada bayi yang berusia CC kurang dari 6 bulan, terlalu muda untuk divaksinasi penuh. Sebagian besar kasus pertusis yang dilaporkan pada bayi yang kurang dari 12 bulan, yang menderita angka kematian kasus 0,6% harus dirawat di rumah sakit.

Komplikasi pertusis adalah pneumonia, penyebab utama kematian dan kejang. Ensefalopati, akibat hipoksia atau perdarahan serebral kecil terjadi pada kira-kira 1% kasus, bersifat fatal pada sekitar sepertiga dari


(39)

yang terkena, dan menyebabkan kerusakan otak permanen pada sepertiga lainnya. Pertusis sangat menular : 70%-100% kontak rumah tangga yang rentan dan 50%-80% kontak sekolah yang rentan menjadi terinfeksi setelah terpajan. Masa inkubasi biasanya 7-10 hari. Masa penularan berlangsung sejak 1 minggu setelah pajanan sampai 3 minggu setelah awitan gejala. Penularan oleh droplet pernapasan atau kadang-kadang melalui kontak dengan benda yang baru tercemar. Dewasa dan remaja adalah sumber utama infeksi pertusis untuk bayi muda.

d. Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak (Hidayat, 2008). Efek samping dari vaksinasi ini sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot (IDAI, 2008). Vaksin polio pemberian diberikan empat kali, saat usia 0,2,4,6 bulan. Untuk imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. Diulang sekali, antara usia 1,5-2 tahun. Diulang sekali lagi saat usia 5 tahun. OPV diberikan 2 tetes per-oral. IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV).

e. Campak

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak karena penyakit ini sangat menular. Campak dapat menyebabkan morbiditas berat, akut mematikan, atau menyebabakan


(40)

ensefalopati fatal lambat (panensefalitis sklerosing subakut) pada remaja. Pemberian vaksin campak diberikan satu kali, saat usia 9 bulan. Di samping imunisasi 9 bulan, diberikan juga imunisasi kesempatan kedua (second opportunity pada crash program campak) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 1-6. Crash program campak ini telah dilakukan secara bertahap (5 tahap) di semua provinsi pada tahun 2006 dan 2007.

Efek samping dari vaksin ini berupa nyeri, iritasi, dan kemerahan pada tempat suntikan sering terjadi tetapi ringan. Reaksi terhadap vaksin campak adalah demam (biasanya < 38,8% ˚C ) di antara hari ke-7 dan 12, ruam sementara di antara hari ke-5 dan 20, atau trombositopenia sementara (1 dalam 25.000-2 juta dosis) (Jeannette, 2015). Efek samping yang lebih berat, seperti ensefalitis, sangat jarang terjadi, kurang dari 1 setiap 1-3 juta dosis yang diberikan. SSPE (Subacute sclerosing panencephalitis) tidak pernah ditemukan lagi di negara-negara yang telah melaksanakan program imunisasi campak dengan efektif sehingga kecil sekali kemungkinan vaksin mengakibatkan SSPE (Gold,2000).

6. Definisi Kelengkapan Imunisasi Dasar

Pengertian Kelengkapan imunisasi dasar adalah kelengkapan dalam arti kamus besar bahasa Indonesia merupakan segala yang sudah dilengkapkan, sedangkan imunisasi dasar adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin BCG, Hepatitis, Polio, DPT, dan campak ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu(Hidayat, 2005). Imunisasi dasar lengkap adalah


(41)

pemberian imunisasi BCG 1x, Hepatits B 3x, DPT 3X, Polio 4x, campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun (Ranuh, 2008).

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi

Beberapa teori yang mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan perilaku kesehatan, antara lain:

a. Teori Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:

1) Faktor Predisposisi (Presdiposing Factors)

Faktor-faktor ini yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya .

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atas fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, rumah sakit, kelengkapan alatimunisasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). 3) Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

Faktor ini meliputi faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. sikap dan perilaku para petugas termasukpetugas kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Lawrence W. Green, ketersediaan dan keterjangkauan


(42)

sumberdaya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku sehatdalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Secara sistematis, perilaku menurut Green ini dapat digambarkan sebagai berikat:

B = Behavior F = Fungsi

Pf = Predisposisi factor Ef = Enabling factors Rf:= Reinforcing

B = F (Pf , EG er, Rf)

C. Penelitian Terkait

1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Alberthina,dkk pada tahun 2008 dengan judul Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Penelitian ini menggunakan potong lintang. Sample dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak usia 1-5 tahun yang berkunjung ke poliklinik anak RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, RS. Fatmawati, RS. Tarakan, dan RS. Mary Cileungsi Hijau Bogor. Sample dihitung berdasarkan rumus survey variabel tunggal. Teknik pengambilan sample dengan cara consecutive sampling. Didapatkan kelengkapan imunisasi dasar 61%. Ketidaklengkapan imunisasi umumnya disebabkan orangtua tidak tahu jadwal imunisasi (34,8%) dan anak sakit (28,43%).


(43)

 

Terdapat hubungan antara pengetahuan orangtua dengan kelengkapan imunisasi. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, serta sikap orangtua dengan kelengkapan imunisasi.

2. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Endah Prasetya Ningrum dan Sulastri yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali. penelitian ini menggunakan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian metode observasi

analitik dengan transversal potong pendekatan studi atau Cross Sectional.

Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 1 tahun dan bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Banyudono dari Kabupaten Boyolali 2005 dihitung 491 bayi. Teknik sampel yang diambil adalah Teknik pengambilan sampel dengan cluster random. Teknik analisis yang digunakan dengan double linear regresi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan

imunisasi dasar dengan nilai 0,002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh secara bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai imunisasi bayi, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin baik pengetahuannya tentang imunisasi. Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar.


(44)

D. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Usia

4. Penghasilan 5. Sosial Budaya 6. Fasilitas  7. Pengalaman Predisposing Factors :

- Sikap

- Keyakinan /nilai-nilai

Enabling Factors:  - Fasilitas Kesehatan 

Reinforcing Factors: - Petugas Kesehatan

- Pengetahuan

Perilaku Sehat

Kelengkapan Imunisasi Dasar - Hepatits B

- BCG - DPT - Polio - Campak


(45)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen) yang ingin diketahui yakni pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar, sedangkan variabel terikat (dependen) yang akan diteliti yaitu kelengkapan imunisasi dasar.

Variabel pengetahuan merupakan variabel yang sangat mempengaruhi kelengkapan imunisasi yang dilakukan oleh ibu. Pengetahuan merupakan domain dari perilaku (Notoadmodjo, 2007). Hal ini perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga ibu dapat melakukan imunisasi dasar secara lengkap. Faktor fasilitas kesehatan dan faktor petugas kesehatan merupakan faktor yang dapat disamakan karena responden berada di wilayah kerja Puskesmas yang sama yaitu Puskesmas Pisangan. Adapun faktor-faktor yang sulit dikendalikan dalam kelengkapan imunisasi dasar yaitu sikap dan keyakinan atau nilai- nilai. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan.

Bagian 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar:

Pengertian imunisasi Manfaat imunisasi Jenis-Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Cara pemberian Efek samping

Kelengkapan imunisaasi dasar - Hepatitis B - BCG - Polio - DTP - Campak


(46)

B. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Usia Ibu Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

Ceklist Kuisioner a. Masa akhir remaja (17-25 tahun) b. Masa dewasa awal (26-35 tahun) c. Masa dewasa akhir (36-45 tahun) (Depkes RI,2009)

Nominal

2. Jumlah Anak Banyaknya hitungan anak yang dimiliki

Kuisioner Kuisioner a. 0 = > 2 anak b. 1 = ≤ 2 anak

Nominal

3. Pendidikan Tahap dalam pendidikan yang dicantumkan di dalam kurikulum (KBBI)

Kuisioner Kuisioner a. Tamat SD b. Tamat SMP c. Tamat SMA

d. Tamat Perguruan Tinggi

Ordinal

4. Pekerjaan Kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan (Wawan dan Dewi, 2010)

Kuisioner Kuisioner a. PNS (Pegawai Negeri Sipil) b. Pegawai Swasta

c. Wiraswasta

d. Ibu Rumah Tangga (IRT)


(47)

5. Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar

Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar adalah kemampuan ibu dalam memahami imunisasi dasar meliputi pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi, waktu pemberian, cara

pemberian, efek samping

Kuisioner Kuisioner ini terdiri dari 20 item pernyataan Pemberian skor menggunakan skala Guttman : Jawaban benar=1 Jawaban salah=0 (Siregar , 2013)

a. Baik= jika presentase jawaban benar 76%- 100%

b. Cukup = jika prosentase jawaban benar 51%-75%

c. Kurang = Jika presentase jawaban benar ≤ 50%

(Nursalam,2008)

Ordinal

6. Kelengkapan imunisasi dasar

Kelengkapan imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi BCG 1x, Hepatits B 3x, DPT 3X, Polio 4x, campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.

(Ranuh dkk, 2008)

Kuesioner, wawancara (observasi) Kuesioner dan buku KIA (Kartu Ibu dan Anak)

a. Lengkap : jika imunisasi bayi telah lengkap saat usia 10 bulan (imunisasi campak terakhir)

b. Tidak lengkap : jika salah satu imunisasi tidak diberikan setelah usia 10 bulan.


(48)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah:

H1 : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

H0 : Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.


(49)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak adanya hubungan. Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tidak semua subjek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab/variabel dependen (Nursalam, 2008).

Rancangan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu tentang kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan hanya pada satu periode tertentu dan pengambilan sampel dilakukan dalam sekali waktu saja, tidak ada pengulangan dalam pengambilan data, dimana responden hanya mendapat satu kali kesempatan untuk menjadi responden.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret- April 2016 di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan, tepatnya di kelurahan pisangan. Alasan peneliti memilih wilayah kerja Puskesmas Pisangan tersebut sebagai lokasi


(50)

penelitian, karena letaknya terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dibagi menjadi dua yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Sedangkan populasi terjangkau adalah populasi yang memenuhi criteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak atau bayi usia ≥ 10 bulan- 15 bulan.

2. Sampel

Sample atau contoh adalah subunit populsi survey atau populasi survey itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target.Sample adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atau dasar kemampuan mewakilinya. (Danim, 2003) sample terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.


(51)

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan rancangan penelitian yaitu rumus sampel uji beda dua proporsi.

Keterangan :

N = jumlah sampel

Z 1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/ Condidence Interval dengan α sebesar 5%)

Z 1-β = 1,64 ( kekuatan uji pada 1-β=95%)

P1 = 0,5 (Proporsi pengetahuan ibu yang tinggi, (Yusnindar, 2012)) P2 = 0,111 (proporsi kelengkapan imunisasi anak yang tinggi

(Yusnindar, 2012))

P = (P1+P2)/2 = (0,5+0,111)/2 = 0,3055 1-P = 1-0,3055 = 0,6945

Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:


(52)

Karena menggunakan rumus uji beda dua proporsi, maka hasil dikali dua: 33 x 2 = 66 orang . Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal: 10% x 66 = 6,6, dibulatkan menjadi 7 orang. Jadi, total sampel dalam penelitian ini adalah: 66+7= 73 responden.

Pada penelitian ini, semua anggota populasi yang masuk ke dalam kriteria inklusi diberi kode berupa angka (kecuali yang sudah menjadi responden uji validitas dan reliabilitas), kemudian peneliti melakukan pengundian terhadap calon responden yang akan diteliti. Adapun angka yang muncul sebagai responden adalah. Selanjutnya, peneliti melanjutkan dengan informed consent dan pengambilan data dengan kuisioner. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 10 menit untuk masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan selama 1 bulan, disesuaikan dengan kondisi puskesmas dan posyandu.

Jadi, jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu 73 responden ibu yang memiliki anak ≥ 10 bulan- 15 bulan. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1) Ibu yang mampu berkomunikasi dengan baik. 2) Ibu yang memiliki anak umur ≥ 10 bulan- 15 bulan. 3) Ibu yang memiliki KIA.


(53)

4) Ibu yang berkebangsaan Indonesia

5) Menerima fasilitas pelayanan kesehatan yang sama

6) Ibu yang memiliki pengalaman mengimunisasikan anaknya

b. Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah ibu yang mengalami gangguan jiwa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuisioner tentang data demografi dan kuisioner pengetahuan menggunakan pernyataan positif dengan jawaban Benar dan pernyataan negatif dengan jawaban Salah yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang ada dan dikonsultasikan kepada pembimbing.

Tabel 4.1 Pertanyaan Kuisioner

No. Pertanyaan Bagian 1 Karakteristik responden/data demografi,

meliputi

1. Nama ibu/inisial ibu, 2. Umur ibu

3. Jumlah anak, 4. Pendidikan, 5. Pekerjaan, Bagian 2 Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3 Nomor 4 Nomor 5 Nomor 6,7,8,9,10,11 Nomor 12,13,14,15,16,17 Nomor 18,19,20,21,22,23 Nomor 24,25,26,27,28,29 Nomor 30,31,32,33,34,35 Pertanyaan pengetahuan Pengertian imunisasi dasar Jenis imunisasi dasar lengkap Waktu pemberian imunisasi dasar Waktu pemberian imunisasi dasar Manfaat imunisasi dasar

Imunisasi Hepatitis B Imunisasi BCG Imunisasi DTP Imunisasi polio Imunisasi campak


(54)

Skala pengukuran pengetahuan tentang imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-12 bulan menggunakan Skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk check list. Pada pertanyaan kuisioner disini dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Skor penilaiannya jika jawaban pertanyaan benar maka nilainya 1, sedangkan jika jawaban salah maka nilainya 0. Bagian ketiga adalah bukti kelengkapan imunisasi yaitu dengan menggunakan Kartu Ibu dan Anak (KIA) yang dimiliki bayi.

Penilaian bagi pengetahuan dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase. Selanjutnya presentase jawaban diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan sebagai berikut: a. Baik, jika nilai responden 76-100% dari jawaban yang benar

b. Cukup, jika nilai responden 51-75% dari jawaban yang benar c. Kurang, jikia nilai responden ≤ 50% dari jawaban yang benar E. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap variabel dengan total skor variabel tersebut.


(55)

Uji validitas menggunakan korelasi dari Product Moment Pearson. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Keterangan :

r = koefisien korelasi n = jumlah responden

X = skor tiap item pertanyaan Y = skor total

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan r hitung. Apabila r > r tabel, maka pertanyaan tersebut valid, sedangkan apabila r < r tabel, maka pertanyaan tidak valid. Uji validitas ini juga bisa dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruksi yang kuat (Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini, uji coba instrument dilakukan pada tanggal 17-20 Februari 17-2016. Uji coba dilakukan terhadap 30 orang ibu yang berada di wilayah kerja puskesmas pisangan. Lokasi tesebut sama dengan lokasi penelitian, sehingga responden yang telah diteliti dalam uji coba instrument tidak termasuk responden dalam penelitian. Saat pertama kali diuji, hasil


(56)

korelasi tiap-tiap item pertanyaan pada dimensi pengetahuan berkisar antara 0,109 sampai 0,778. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan r tabel pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n = 30, yaitu sebesar 0,361. Dari uji ini, item 15, 17, dan 24 dinyatakan tidak valid karena nilai korelasi kurang dari 0,361 sehingga item-item ini tidak bisa digunakan. Jadi, kesimpulannya item 15,17, dan 24 pada dimensi pengetahuan dikeluarkan oleh kuisioner karena dianggap tidak valid sehingga total keseluruhan item pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini ada 32 pada dimensi pengetahuan.

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).

Pada penelitian ini, reliabilitas pada dimensi pengetahuan saat pertama kali diuji menghasilkan nilai α = 0,911 (jika sama score 0,734). Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas yang kedua pada dimensi pengetahuan tanpa menggunakan item 15, 17, dan 24 menghasilkan nilai α = 0,918 (jika pakai score 0,726). Karena nilai Alpha Cronbach > 0,60, maka instrumen ini dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan.


(57)

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan kepala Kepala UPT Puskesmas Pisangan.

3. Setelah surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Kepala UPT Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Posyandu atau lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

4. Setelah izin penelitian disetujui oleh Ibu kader atau Kepala Lingkungan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument pada 30 ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi pertanyaan yang cocok untuk dijadikan kuisioner.

6. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria yang diinginkan sebanyak 73 responden. 7. Setelah mendapatkan calon responden sesuai kriteria yang telah ditentukan,

peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanginya.


(58)

8. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuisioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.

9. Waktu pengisian kuisioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden, sedangkan proses pengambilan data dilakukan selama 3 minggu disesuaikan dengana jadwal posyandu.

10. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di dalam kuisioner, setelah selesai lembar kuisioner dikembalikan kepada peneliti.

11. Kuisioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

G. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian (Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yabng meliputi:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelasakan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksdud dan tujuan penelitian.


(59)

2. Tanpa nama (anonymity)

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentially)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Oleh kareana itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Proses pengolah data terisiri dari:

1. Editing

Editing adalah memerikasa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu, atau buku register. Yang dilakukan pada kegiatan ini adalah melakukan pemeriksaan data atau pengecekan kuisioner apakah sudah lengkap atau belum

2. Coding

Coding adalah pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menerjemahkan data ke dalam kode-kode yang biasanya dalam bentuk angka. Pemberian kode (sandi pada variabel dan data yang telah terkumpul melalui lembar instrument. Setelah data lengkap, peneliti memberikan kode pada jawaban, untuk jawaban pengetahuan jika benar diberikan kode 1 jika salah diberikan kode 0, sedangkan untuk kelengkapan imunisasi kode 1 diberikan pada responden yang


(60)

imunisasi dasarnya lengkap, kode 0 untuk yang belum melengkapi kelengkapan imunisasi dasar anaknya.

3. Entry

Entry adalah proses pengisian kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entri data’ penelitian adalah paket program SPSS for Windows. Peneliti memasukkan data yang telah dikoding ke dalam software SPSS.

4. Cleaning data

Cleaning yaitu proses pengecekkan kembali data – data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan (Hidayat,2008). Cleaning merupakan proses terakhir dalam pengolahan data. Pada proses ini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.

I. Teknik Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel dependen (kelengkapan imunisasi dasar) dan variabel independen (tingkat pengetahuan ibu ) yang disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi tekstular. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: 1) Karakteristik perawat yang terdiri dari usia ibu,


(61)

jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan kesehatan; 2) Pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar; 3) Kelengkapan imunisasi dasar.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Dengan tujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen, yaitu hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak ≥ 10 bulan – 15 bulan di wilayah kerja kerja Puskesmas Pisangan.

Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variabel tersebut digunakan uji chi square. Hasil perhitungan di atas kemudian disignifikan dengan nilai alpha 0,05. Jika nilai p ≤ α (0,05) maka disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar anak > 10 bulan. Jika p > α (0,05) maka tidak ada hubungan antara pengetahuan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada anak ≥ 10 bulan- 15 bulan (Hastono, 2008)


(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

1. Latar Belakang Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan, harus melakukan upaya kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintahan daerah setempat. Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan. Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan (Profil kesehatan Indonesia, 2009).

Pada saat ini di Kota Tangerang Selatan pada 2013 telah didirikan 25 Puskesmas dengan rincian jumlah Puskesmas Perawatan 21 Unit dan Puskesmas Non Perawatan 4 Unit. Untuk menjangkau seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 Ibu Walikota Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH mencanangkan untuk menambahkan 2 Puskesmas baru yang bertujuan agar seluruh warga Tangerang Selatan terlayani dalam kesehatan.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan secara lebih berhasil dan berdaya guna dengan pemban gunan pada seluruh program kesehatan yang dilaksanakan secara


(63)

intensif, berkesinambungan dan keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektoral, serta harus ditunjang oleh informasi kesehatan yang makin mantap, oleh karena itu Walikota Tangerang Selatan membuat berbagai kebijakan salah satunya dengan cara menggratiskan retribusi ke seluruh puskesmas di wilayah kota Tangerang Selatan sejak tanggal 01 September 2012 dengan hanya menunjukan KTP Tangerang Selatan dan kebijakan tersebut didukung penuh oleh kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, H. Dadang, M. Epid.

Pada saat ini kebutuhan data dan informasi kesehatan dari hari ke hari semakin meningkat. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah terutama terhadap masalah-masalah kesehatan, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup masyarakat luas dan semua orang butuh untuk sehat. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan ini sendiri. Untuk itu pihak pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan data dan informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas secara baik, sederhana, dan informatif dan tepat waktu.

2. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Puskesmas Pisangan adalah puskesmas yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, yang terletak di sebelah Tenggara Tangerang, dengan luas wilayah: 1.685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa. Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai berikut sebelah barat terdapat wilayah kerja PKM Ciputat (kecamatan


(64)

Ciputat), sebelah timur terdapat DKI Jakarta, sebelah utara terdapat wilayah kerja Puskesmas Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren), sebelah selatan terdapat wilayah kerja PKM Pamulang (kel. Pd Cabe Ilir). Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan terdiri dari Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cireundeu.

3. Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

a. Visi

Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat pisangan seetia, amanah, siaga, mandiri, hidup sehat, melalui akselerasi, upaya kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan sehat 2016.

b. Misi

1) Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di masyarakat dalam bidang kesehatan.

2) Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, dan terjangkau.

3) Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral dan swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan.

c. Motto

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan memiliki singkatan SETIA yang berarti S adalah senyum, sapa, salam, sopan, dan santun yang menjadi budaya, E merupakan empati kepada masyarakat. Selanjutnya, T adalah tanggap terhadap setiap permasalahan. I adalah inovatif dalam berkarya. A adalah aman dan nyaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(65)

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: karakteristik ibu yang terdiri dari usia ibu, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan kesehatan; pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar; dan kelengkapan imunisasi dasar pada anak.

1. Karakteristik Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan

Pada penelitian ini, karakteristik ibu yang dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Usia Ibu

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori usia ibu digambarkan pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Maret 2016

(n=73)

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa umur responden terbanyak pada usia dewasa awal yaitu sebanyak 47 responden

Usia Ibu Frekuensi Persentase

Remaja Akhir (17-25 tahun) 9 12,3% Dewasa Awal (26-35 tahun) 47 64,4% Dewasa Akhir (36-45 tahun) 17 23,3%


(66)

(64,4%) dan yang terkecil yaitu pada ibu usia remaja akhir sebanyak 9 responden (12,3%).

b. Jumlah Anak

Tebel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Maret 2016

(n=73)

Jumlah anak Frekuensi Persentase

≤ 2 54 73,9%

> 2 19 26,1%

TOTAL 73 100,0%

Berdasarkan hasil dari tabel di atas, menunjukan bahwa responden terbanyak adalah ibu yang memiliki anak ≤ 2 anak sebanyak 54 responden (73,9%) dan yang terkecil ibu yang memiliki anak > 2 anak sebanyak 19 responden (26,1%).

c. Pendidikan

Tebel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Maret 2016

(n=73)

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 10 13,7%

SMP 8 11,0%

SMA 42 57,5%

Perguruan Tinggi 13 17,8%

Total 73 100,0%

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukan bahwa pendidikan responden yang terbanyak pada responden lulusan


(67)

SMA sebanyak 42 responden (57,5%) dan yang terkecil lulusan SMP sebanyak 8 responden (11,0%).

d. Pekerjaan

Tebel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Maret 2016

(n=73)

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS 1 1,4%

Karyawan Swasta 8 11,0%

Wiraswasta 1 1,4%

Ibu Rumah Tangga 63 86,3%

Total 73 100,0%

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, menunjukan bahwa pekerjaan responden terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 63 responden (86,3%) dan yang terkecil dengan pekerjaan responden PNS dan wiraswasta sebanyak 1 (1,4%).

2. Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Pengelompokan responden berdasarkan kategori pengetahuan bisa dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Maret 2016

(n=73)

Dari seluruh ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini, 14 di antaranya berpe

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 21 28,8%

Cukup 38 52,1%

Kurang 14 19,2%

Total 73 100,0%


(68)

Dari seluruh ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini, 14 di antaranya berpengetahuan baik (28,8%), 38 berpengetahuan cukup (52,1%), dan 14 dinyatakan berpengetahuan buruk (19,2%). Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang imunisasi dasar lengkap, yaitu 52,1%.

3. Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

Kelengkapan imunisasi dasar dikategorikan menjadi 2, yaitu lengkap dan tidak lengkap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden masuk dalam kategori lengkap dalam melakukan kelengkapan imunisasi dasar, yakni sebesar 52 responden (71,2%), sedangkan yang masuk dalam kategori tidak lengkap sebesar 21 responden (28,8%). Hal ini bisa dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang

Selatan Maret 2016 (n=73)

Kelengkapan Imunisasi Frekuensi Persentase

Lengkap 54 74%

Tidak Lengkap 19 26%


(69)

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Teknik analisis dilakukan dengan uji korelasi chi square.

1. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar dan

Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

Tabel 5.7

Korelasi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kelengkapan Imunusasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan Maret 2016 (n=73)

Pengetahuan

Kelengkapan Imunisasi Dasar Total Pvalue

Lengkap Tidak lengkap

N % N % N %

Baik Cukup Kurang 15 32 7 71,4 84,2 50 6 6 7 28,6 15,8 50 21 38 14 100,0 100,0 100,0 0,042

Total 54 19 73 100,0%

Dari tabel 5.7 di atsa, hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,042. Hal tersebut menunjukan ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan variabel kelengkapan imunisasi dasar (p < 0,05).


(1)

BCG *Polio 1 *DPT/HB 1 *Polio 2 *DPT/HB 2 *Polio 3 *DPT/HB 3 *Polio 4 Campak


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

2 14 112

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 5 12

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 3 4

LEMBAR PERSETUJUAN Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan.

0 3 26

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BALITA DI Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Miri Sragen.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI Hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas kartasura kabupaten sukoharjo.

0 1 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

0 0 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PLAJU PALEMBANG

0 0 83