KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA
SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Yoga Achmad Ramadhan
06810104

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA
SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Sebagai Salah Satu
Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
(S-1) Psikologi


Disusun Oleh :
Yoga Achmad Ramadhan
06810104

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi

: Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri
Penghafal Al-Quran

2. Nama Peneliti

: Yoga Achmad Ramadhan


3. NIM

: 06810104

4. Fakultas

: Psikologi

5. Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian

: 27 Maret – 11 April 2011

7. Tanggal Ujian

: 6 Mei 2011


Malang, 10 Mei 2011
Pembimbing I

Dra. Siti Suminarti F, M.Si.

Pembimbing II

M. Shohib, S.Psi., M.Si.

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji
Pada tanggal 6 Mei 2011

Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Dra. Siti Suminarti F, M.Si.

(


)

(

)

2. Dra. Djudiyah, M.Si.

(

)

3. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si.

(

)

Anggota Penguji : 1. M. Shohib, S.Psi., M.Si.


Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,:
Nama

: Yoga Achmad Ramadhan

Nim

: 06810104

Fakultas / Jurusan

: Psikologi


Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal Al-Quran
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan
kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan
telah disebutkan sumbernya.
2. hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.

Mengetahui
Ketua Program Studi


M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi

Malang, 10 Mei 2011
Yang Menyatakan

Yoga Achmad Ramadhan

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud ananda, penuh hormat dan rasa cinta teruntuk
Mama’
Mama’
Mama’
Dan Bapakku tercinta

Tak ada kata seindah dirimu, tak ada cahaya seterang jiwamu, cintamu
sederhana, tapi dahsyat, meruntuhkan penatku, membutakan lelahku.
Manifestasi cintamu lebih dari luar biasa
Aku menyerah kalah
Terpekur di sujudku ingin mencoba lebih dalam

Kalianlah inspirasiku
Dan karena kalian aku berdzikir:
”FABI’AYYI ’AALA IRABBIKUMAA UKADZIBAN”

”NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG AKU DUSTAKAN”

Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu
Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
Yang memberatkan punggungmu
Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan
Sungguh sesudah kesulitan ada kemudahan
Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan,
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Al-Insyirah)

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
kekuatan kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”
Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal Al-Quran”. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad
Sholallohu ’alaihi Wasallam, sebagai nabi teladan bagi umat islam.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis dalam
penyelesaian program Strata Satu (S-1) Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Siti Suminarti, M.Si. selaku dosen pembimbing I, yang telah sabar
memberikan arahan kepada peneliti demi kesempurnaan skripsi yang
dikerjakan ini.
3. M. Shohib, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing II, yang memberikan
banyak masukan dan semangat pada peneliti agar tetap bersabar
menyelesaikan skripsi ini.
4. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi. selaku dosen wali yang telah mendidik
dan membimbing peneliti selama masa studi berlangsung.


5. Kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak ”Kakung” Basuki dan Mama’
”Uti” Rukmini, yang selalu mendoakan peneliti, membesarkan, mendidik,
dan menyayangi setulus hati.
6. Kepada kakakku tercinta Bayu Fitria Maharani, dan bidadari kecilku
Nadia Fatimah Azzahra, yang selalu memotivasi peneliti dan mendoakan.
7. Kepada Ustad Alfin Shahih, yang telah memberikan kesempatan bagi
peneliti untuk meneliti di pondok pesantren kampung tilawah.
8. Kepada Mas Zainul, Abid, Aziz, Imad, dan Khaliq, terima kasih banyak
atas kerjasamanya dan sukses selalu.
9. Kepada Akh Teguh, dan para mujahidin LISFA (Mijon, capid, said, bayu,
dll) dan teman-teman seperjuangan, semoga kita dapat bertemu di surga
Allah Ta’ala.
10. Kepada teman-teman kelas F, semoga sukses.
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian
ini, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
peneliti harapkan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
untuk dakwah Islam. Amin ya Robbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.


Malang, 10 Mei 2011
Peneliti

Yoga Achmad Ramadhan

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................ii
SURAT PERNYATAAN...........................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
INTISARI ................................................................................................ viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN. ...........................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 15
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 15
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesejahteraan Psikologis
1. Pengertian kesejahteraan psikologis ......................................... 17
2. Dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis ............................... 19
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis .... 28
4. Kesejahteraan psikologis dalam perspektif islam...................... 25
B. Remaja
1. Pengertian remaja .................................................................... 37
2. Ciri-ciri masa remaja ............................................................... 38
3. Tugas perkembangan masa remaja........................................... 38
4. Kesejahteraan psikologis pada remaja ...................................... 41

C. Penghafal Al-Quran
1. Pengertian................................................................................ 42
2. Kaidah-kaidah penting menghafal Al-Quran ............................ 43
3. Hambatan-hambatan dalam menghafal Al-Quran..................... 47

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................... 50
B. Batasan Istilah ..................................................................................... 52
C. Subjek Penelitian................................................................................. 53
D. Tempat dan waktu Penelitian............................................................... 53
E. Pelaksanaan Pengumpulan Data .......................................................... 53
F. Prosedur Penelitian.............................................................................. 54
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 55
H. Keabsahan Data................................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi subjek penelitian.................................................................. 61
2. Deskripsi data dan analisis hasil penelitian .......................................... 75
3. Rangkuman hasil analisis data penelitian ........................................... 140
4. Pembahasan ...................................................................................... 147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ................................................................................. 158
B. SARAN............................................................................................. 159

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 :

Tabel Identitas subjek penelitian .......................................

Tabel 4.2 :

Tabel rangkuman deskripsi motivasi dan dukungan
keluarga subjek penelitian.................................................

Tabel 4.3 :

73

Tabel Rangkuman Hasil Analisa Data subjek yang
memenuhi seluruh indikator setiap dimensi.......................

Tabel 4.4 :

61

140

Tabel Rangkuman Hasil Analisa Data subjek yang kurang
memenuhi seluruh indikator setiap dimensi.......................

143

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Pernyataan Kesediaan

Lampiran 2

Guide Interview

Lampiran 3

Jurnal Penelitian

Lampiran 4

Catatan Lapangan

Lampiran 5

Surat keterangan Penelitian dari PP. Kampung Tilawah

DAFTAR PUSTAKA

Chairani, L. Subandi, M.A. (2010). Psikologi santri penghafal Al-Quran, peranan
regulasi diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chairani, L. (2010). Menghafal Al-Quran itu mudah, menjaganya yang sulit,
dinamika regulasi diri pada remaja penghafal Al-Quran. (Tesis Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogjakarta)
Compton, W. C. (2005). An introduction of Positive Psychology. USA: Thomson
Wardsworth.
Daradjat, Z. (1970). Ilmu jiwa agama. Jakarta:Bulan bintang.
Hurlcok, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Indie. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kesejahteraan
Psikologis Pada Ibu Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Diakses 12
Februari 2011 dari http://www.Indiegost.Blogspot.com.
Keyes, Corey L. M. & Waterman, M. B. (2003). Dimensions of well-being and
mental health in adulthood. Dalam Bornstein, Marc. H, Davidson, L. &
Moore, K.A. Well being, Positive development across the life course (Hal.
477-497). London. Laurence erlbaum associates publishers.
Liputo, S. (2009). Pengaruh religiusitas terhadap kesejahteraan psikologis
mahasiswa UIN Maliki. (Skripsi Fakultas Psikologis Universitas Islam
Negeri maulana malik Ibrahim malang).
Mujib, A. Mudzakir, J. (2002). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali
Press.
Moleong, L.J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi refisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Najati, M.U. (2003). Psikologi dalam tinjauan hadist nabi saw. Jakarta:
Mustaqim.
Nezar, R. (2009). Psychological well-being pada lansia di panti jompo. (Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang).
Nurhayati, H. (2010). Hubungan big five personality dengan psychological wellbeing. (Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri maulana malik
Ibrahim malang).

Nursidik, Y. (2009). Dampak Kehidupan Modern Terhadap Kesehatan Mental
Remaja. Diakses 13 Februari 2011 dari http://apadefinisinya.blogspot.com.
Papalia, D. E, Old, Feldman. (2001). Human Development. New York: McGrawHills.
Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ryan, M. R, & Deci, L. D. (2001). On happiness and human potentials, a review
of research on hedonic and eudomonic well being. University of
Rochester.
Ryff, C. D. 1989. Happines is Everything or is It? Exploration On The Meaning of
Psychological Well Being. Journal Of Personality and Social Psychology
57. 1069-1081.
Ryff, C. D. Singer, Burton H. (2008) Know Theyself and Become What You
Are: An Eudaimonic Approach to Psychological Well-being. Journal of
Happiness Studies 9:13–39 DOI 10.1007/s10902-006-9019-0. Diperoleh
dari www.ebscohost.com.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Smith, J.A. (2009). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif, Pedoman Praktis Metode
Penelitian. Bandung: Nusa Media.
Soegiyoharto, R. (2009). Cara Berbahagia. Diakses 13 Februari 2011 dari
http://www.AsianBrain.com.
Subandi, M.A. (2009). Psikologi dzikir “ studi fenomenologi pengalaman
transformasi religius”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, (2007). Memahami penelitian kualitatif. Bandung:Alfa Beta.
Snyder, C.R; Lopez, Shane J. 2002. Handbook of Positive Psychology. NewYork:
Oxford University Press.
Snyders, C.R; Lopez, Shane J. 2007. The Scientific and Practical of Human
Strengths. London: Sage Publication.
Wiliaspi. (2007). Sema’an, Pemaknaan dan Amalan: Studi Grounded theory
mengenai strategi penjagaan hafalan al-quran pada hafiz. (Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebahagiaan adalah idaman semua orang. Ia berangkat dari sebuah
kehidupan yang normal dan sehat. Oleh karena itu setiap manusia berupaya
menciptakan kehidupan yang sejahtera

baik kondisi fisik,

sosial dan

psikologisnya. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya
yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang meliputi fisik, sosial dan
psikologi.

Dalam

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

tersebut

banyak

permasalahan-permasalahan yang muncul sehingga menyebabkan terganggunya
perkembangan psikologi seseorang.
Setiap tahap perkembangan manusia biasanya disertai dengan berbagai
tuntutan psikologis yang harus dipenuhi. Demikian pula pada masa remaja,
tuntutan tersebut diantaranya : remaja dapat menerima kondisi fisiknya dan dapat
memanfaatkannya secara efektif; remaja dapat memperoleh kebebasan emosional
dari orang tua; remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin;
mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; memperkuat penguasaan diri atas
dasar skala nilai dan norma, dan sebagainya.
Sebagian besar pakar psikologi sepakat, bahwa jika berbagai tuntutan
psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil
dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat
kematangan psikologisnya di tahap-tahap lebih lanjut (Kristiono, 2008)

1

2

Masa remaja adalah masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan
buaian suasana hati (Hall dalam Santrock, 2002:10) oleh karena itu pada masa ini
akan ditemukan banyak permasalahan. Permasalahan yang muncul seringkali
disebabkan ketidakmampuan remaja untuk menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang sedang ia hadapi, sehingga dari sini akan ditemukan beberapa
dampak negatif, misalnya kegagalan dalam studi, penyimpangan perilaku,
kriminalitas, dan lain-lain. Hal ini tentu akan mempengaruhi kesehatan mental
remaja. Gangguan kesehatan mental yang sering dialami oleh kaum remaja
diantaranya adalah depresi, rasa cemas, rasa takut, hiperaktif, dan lain sebagainya
(Nursidik, 2009)
Daradjat (1985:16) berpendapat bahwa orang yang sehat mentalnya tidak
akan lekas merasa putus asa, pesimis atau apatis, karena ia dapat menghadapi
semua rintangan atau kegagalan hidupnya dengan tenang. Apabila kegagalan itu
dihadapi dengan tenang, akan dapatlah dianalisa, dicari sebab-sebab yang
menimbulkannya, atau ditemukan factor-faktor yang tidak pada tempatnya.
Dengan demikian akan dapat dijadikan pelajaran yaitu menghindari semua hal-hal
yang membawa kegagalan pada waktu yang lain.
Dalam teori Erikson, delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita
melampaui

siklus

kehidupan.

Masing-masing

tahap

terdiri

dari

tugas

perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang
harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik
balik peningkatan kerentanan (vulnerability) dan peningkatan potensi. Semakin

3

berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka
(Santrock, 2002:46)
Tumbuh dewasa tidak pernah mudah. Namun, masa remaja tidak bisa
diartikan sebagai saat pemberontakan, krisis, penyakit, dan penyimpangan. Visi
yang jauh lebih akurat mengenai masa remaja digambarkan sebagai waktu untuk
evaluasi, pengambilan keputusan, komitmen, dan mencari tempatnya di dunia.
Kebanyakan problema yang dihadapi kawula muda dewasa ini bukanlah dengan
kaum muda itu sendiri. Sebenarnya yang dibutuhkan para remaja adalah akses
terhadap berbagai peluang yang tepat dan dukungan jangka panjang dari orang
dewasa yang sangat menyayangi mereka (Santrock, 2003:7-8)
Kesejahteraan Psikologis merupakan suatu kondisi di mana individu
mampu menerima dirinya apa adanya, mampu membentuk hubungan yang hangat
dengan orang lain, memiliki kemandirian terhadap tekanan sosial, mampu
mengontrol lingkungan eksternal, memiliki arti dalam hidup serta mampu
merealisasikan potensi dirinya secara kontinyu (Ryff, 1989)
Dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis yang dikemukakan Ryff
mengacu pada teori positive functioning (Maslow, Rogers, Jung dan Allport),
teori perkembangan (Erikson, Buhler dan Neugarten), dan teori kesehatan mental
(Jahoda). Masing-masing dimensi ini menggambarkan berbagai tantangan yang
harus dihadapi individu sebagai upaya mereka untuk berfungsi positif. Adapun
keenam dimensi dari kesejahteraan psikologis tersebut adalah (Ryff, 1989):
Dimensi Penerimaan diri (self acceptance), Dimensi Hubungan Positif dengan
orang lain ( positive relation with other), Dimensi Otonomi/Kemandirian

4

(autonomy), Dimensi Penguasaan lingkungan (environmental mastery), Tujuan
hidup (purpose in life), dan Dimensi Pertumbuhan pribadi (personal growth).
Pentingnya

kesejahteraan

psikologis

adalah

agar

manusia

dapat

menjalankan hidupnya dengan bahagia, tenang dan mampu mengatasi segala
masalah. Mengacu pada Undang-undang RI nomor 2 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 12 ayat 1 bahwa setiap anggota keluarga berhak terpenuhi
kesehatannya baik fisik maupun psikologis, yang menjadi hak dan tanggung
jawab pada masing-masing keluarga. Hal tersebut dapat terpenuhi apabila ada
kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan
kondisi yang sehat, sejahtera baik fisik maupun psikologis (Indie, 2009)
Untuk dapat mewujudkan kesejahteraan psikologis yang baik, tentunya
faktor-faktor yang mempengaruhi harus sangat diperhatikan, Didasarkan pada
penelitian Ryff & Singer (dalam Synder, 2002), bahwa usia, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, faktor dukungan sosial, religiusitas, dan kepribadian merupakan
faktor-faktor yang sangat berpengaruh bagi dimensi-dimensi kesejahteraan
psikologis seseorang.
Pondok pesantren kampung tilawah Yayasan Al-Azhar Budi Mulia
Malang merupakan sebuah pondok pesantren yang mengkhususkan pada program
penghafalan Al-Quran, terletak di Jl.Dieng atas 116, Desa Kalisongo Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang. Memiliki 14 orang santri dan 3 orang pengajar. Pondok
pesantren tersebut langsung diasuh oleh ustad Alvin Shahih, selaku penanggung
jawab pondok dan program penghafalan Al-Quran.

5

Berawal dari keinginan menciptakan sebuah kawasan yang dihuni oleh
para pecinta dan penghafal Al-Qur’an, dibangunlah pondok pesantren kampung
tilawah. Pondok pesantren ini merupakan pesantren gratis, dimana santri
dibebaskan dari biaya. Dan semua kebutuhan pesantren, guru dan santri dikover
langsung oleh donatur. Pada awalnya, ustad Alvin Shahih memulainya dengan
enam orang santri, dua orang mahasiswa dan empat orang santri yang tidak
bersekolah. Berlangsung dengan cara yang sangat klasik seperti pesantrenpesantren tradisional.dan sekarang pesantren tersebut sudah memiliki 14 orang
santri.
Program pondok berdasar pada enam target pencapaian. Enam target
pencapaian sendiri merupakan output yang diharapkan bagi santri selama enam
semester masa belajar ditambah satu tahun masa pengabdian, hasil yang
diharapkan adalah para santri dapat menguasai: hafal Al-Quran 30 juz, menulis
Al-Qur’an 30 juz, hafal 300 Hadist, menguasai bahasa Arab, Komputer dan
Matematika. Enam target pencapaian ini merupakan bekal para santri untuk di
masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Enam target pencapaian ini diakui para santri sebagai beban tersendiri.
Karena adanya pelajaran selain menghafal Al-Quran seperti matematika dan
komputer, menyita waktu mereka untuk melaksanakan murajaah dan menghafal
Al-Quran.
Ustad Alvin Shahih menggambarkan metode penghafalan Al-Quran di
pondok pesantren kampung tilawah didasarkan pada hitungan hari dalam islam,
dimana hari Ahad (minggu) berarti satu, pada hari Minggu santri harus menghafal

6

Al-Quran sebanyak satu halaman dalam sehari, dan hari isnin (Senin) berarti dua,
maka para santri harus menghafal halaman kedua, dan menyetorkan hafalan
halaman pertama dan kedua, kemudian pada hari selasa yang dalam bahasa arab
adalah tsulasa yang berarti tiga, maka santri harus menghafal halaman ketiga, dan
menyetorkan halaman ketiga, dan dua halaman, begitu seterusnya. Hari jum’at
libur, tapi bukan berarti libur dari menghafal Al-Quran, para santri tetap
diperintahkan untuk membaca Al-Quran, dan pada hari sabtu para santri
melakukan muraja’ah (pengulangan) berpasangan, dan pada hari Minggu kembali
lagi menambah hafalan, begitu seterusnya.
Kegiatan santri pun sangat padat, dimana setelah shalat shubuh, santri
muraja’ah hafalan Al-Quran satu juz, kemudian pada jam 7 sampai jam 9 santri
melakukan setoran hafalan kepada Ustad Alvin Shahih, kemudian pada jam 9
sarapan, jam 09.30 membaca Kitab Riyadusshalihin sampai pukul 10.30,
kemudian 10.30 santri tidur, dan pada pukul 11.30 shalat dhuhur, setelah shalat
dhuhur muraja’ah Al-Quran kembali, kemudian menulis Al-Quran, setelah
menulis Al-Quran santri tidur, kemudian shalat Ashar, setelah shalat Ashar santri
muraja’ah Al-Quran kembali, kemudian belajar pelajaran umum, shalat maghrib,
pelajaran kembali, shalat isya’, setelah shalat isya’ belajar mandiri. Jadwal ini
berlaku terus setiap hari kecuali pada saat bulan ramadhan, dimana pada bulan ini
santri ditugaskan menjadi duta imam ke desa-desa, selama 15 atau 10 hari awal
bulan ramadhan.
Dapat dikatakan bahwa kegiatan santri begitu padat, ditambah lagi dengan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis santri,

7

seperti status sosial ekonomi, dimana para santri rata-rata berasal dari keluarga
yang berasal dari status sosial ekonomi yang rendah, termasuk dukungan sosial
dari keluarga yang menurut ustad Alvin masih sangat kurang, ditambah lagi usia
mereka sebagai remaja yang diperkirakan sangat tertekan dengan pola
pembelajaran di pondok yang sangat monoton.
Untuk mengatasi kejenuhan-kejenuhan yang terjadi, pengasuh mencoba
membuat berbagai kegiatan-kegiatan ekstra yang dapat membunuh rasa kejenuhan
santri, diantaranya, dibuatnya kebijakan dimana bagi santri yang telah mencapai
target hafalan Al-Quran, boleh bekerja part time di pabrik jamur yang merupakan
salah satu sarana bisnis pondok pesantren kampung tilawah. Kemudian juga ada
dua santri yang diperintahkan untuk membina TPA dan TPQ yang baru saja
diresmikan. Juga ada beberapa santri yang juga ditugaskan mengajar warga-warga
kampung mengaji. Pengasuh juga membuat mekanisme rekreasi setiap tengah
semester, bermain futsal, dan silaturrahim ke pondok-pondok pesantren yang lain.
Pengasuh mengatakan bahwa mental para santri masih jauh dari yang
diharapkan, dimana para santri masih kurang terlatih untuk mengimami shalat,
program imam shalat ini memang sengaja diberikan kepada santri untuk melatih
mental. Hal tersebut juga dibenarkan oleh seorang santri, yang mengaku sering
kabur jika disuruh untuk mengimami
Peneliti juga melihat dimensi otonomi (kemandirian) santri, timbul
pertanyaan bagaimana dimensi otonomi bagi remaja santri yang tinggal di pondok
pesantren kampung tilawah ini, dimana mereka mendapatkan fasilitas gratis,

8

pertanyaan ini muncul dari tanggapan ustad Alvin tentang kekhawatirannya akan
sistem gratis bagi pesantren ini yang menurutnya sangat berbahaya.
Dari survey yang peneliti lakukan terhadap tiga orang santri, didapatkan
bahwa tiga orang santri tersebut mengaku kadang merasa stress dengan program
yang harus dijalankan. Santri A mengaku merasa terbebani dengan program
pondok yang harus dijalankan setiap hari yang sering membuanya stress. Santri B
mengaku kadang merasa bosan, dan akhir-akhir ini merasa putus asa. karena
kepergian seorang santri sedaerahnya yang kabur begitu saja karena merasa
tertekan dengan target hafalan yang dianggap tidak realistis.
Sama seperti santri B, santri C juga merasakan keinginan untuk menyerah,
dan pulang ke kampung halaman, hal ini disebabkan karena program yang
dijalankan berupa enam target pencapaian merupakan hal yang sangat berat
buatnya. Santri C juga mengeluhkan program pondok yang tidak menyediakan
jadwal untuk muraja’ah. Sehari di pondok padat dengan program hafalan dan
pelajaran umum lainnya, tanpa ada jadwal muraja’ah.
Dari informasi yang diberikan santri C, bahwa dua hari yang lalu ada dua
orang santri yang keluar, mereka berdua pergi begitu saja, santri yang pertama
seperti yang juga diungkapkan oleh ustad Alvin, keluar, kabur begitu saja tanpa
izin, sedangkan santri yang kedua, menurut informasi dari santri C keluar dengan
meninggalkan surat. Informasi juga peneliti dapatkan dari ustad Alvin yang
mengatakan bahwa sangat banyak santri yang memutuskan untuk keluar karena
mengaku tidak kuat.

9

Ustad Alvin juga mengatakan bahwa kondisi lingkungan tidak kondusif
untuk menghafal Al-Quran, karena pondok berada di tengah pemukiman
penduduk yang ramai, dan sering mengadakan perayaan-perayaan besar dengan
musik-musik yang keras dan kerap mengganggu para santi, ditambah dengan
beberapa warga desa yang membenci keberadaan pondok pesantren kampung
tilawah, karena masalah perbedaan tata cara beribadah.
Dari gambaran yang peneliti paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
masalah-masalah remaja santri penghafal Al-Quran Pondok Pesantren Kampung
Tilawah sangatlah kompleks, kondisi usia yang masih remaja, namun sudah
dituntut untuk fokus pada kegiatan padat dan monoton, kondisi lingkungan yang
tidak kondusif untuk menghafal Al-Quran, kebencian beberapa warga, masalah
“gratisnya” pesantren, sistem yang monoton, minimnya hiburan yang dapat
menumbuhkan kejenuhan, belum lagi kondisi keluarga mereka, dimana kurangnya
dukungan sosial bagi santri dan status sosial ekonomi keluarga.
Bagi santri yang mampu melewati dan menghadapi masalah yang dihadapi
dan mampu berkompetisi mengatur lingkungan, maka akan mengarah pada
kondisi psikologis yang positif dan terbentuklah kesejahteraan psikologis yang
baik dalam dirinya. Jiwa yang sejahtera menggambarkan seberapa positif
seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya. Peneliti
kesejahteraan psikologis, Ryff; 1995 (dalam Soegiyoharto, 2009) menyatakan,
seseorang yang jiwanya sejahtera apabila ia tidak sekadar bebas dari tekanan atau
masalah mental yang lain. Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif

10

terhadap dirinya dan mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah hanyut
oleh pengaruh lingkungan.
Berangkat dari latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti
Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal Al-Quran kampung
tilawah, yang harus menghadapi berbagai macam masalah yang kompleks.
Sebenarnya

penelitian-penelitian

psikologi

terhadap

penghafal

Al-Quran

khususnya remaja, telah berjalan. Beberapa penelitian yang dilakukan berkenaan
dengan penghafal Al-Quran lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
yang berfokus pada penggalian metode dan pembelajaran dalam meningkatkan
hafalan. Subjek penelitian yang diambil pada penelitian tersebut adalah santri
yang sedang mondok di Pondok Pesantren. Penelitian mengenai penghafal AlQuran di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sejauh penelusuran penulis
terdapat empat yaitu: Hubungan daya ingat jangka pendek dan kecerdasan dengan
kecepatan menghafal Al-Quran di pondok Pesantren Krapyak (Purwanto, 1999,
dalam Chairani, 2010:46)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kecepatan
menghafal Al-Quran ditinjau dari daya ingat jangka pendek. Alat tes daya ingat
jangka pendek yang dipakai dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari tes
serupa yang dikembangkan oleh Peterson & Peterson. Modifikasi yang dilakukan
oleh peneliti terletak pada cara penyampaian soal, cara menjawab, dan jumlah
serta materi soal yang diberikan. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa: pertama, daya ingat jangka pendek berpengaruh secara
significant terhadap kecepatan menghafal Al-Quran. Semakin tinggi daya ingat

11

jangka pendeknya maka akan semakin cepat pula dalam menghafal. Kedua,
kecerdasan tidak dapat dimasukkan dalam analisis sebab antara kecerdasan
dengan daya ingat jangka pendek terjadi koelinearitas. Penelitian ini menyarankan
untuk mempertimbangkan pemberian pelajaran Al-Quran sehingga materi yang
dihafal tidak bersifat nonsense syllable tapi materi yang dihafal secara semantik
karena terdapat peranan pemahaman Al-Quran terhadap kecepatan hafalan yang
dicapai. Penelitian ini juga menyarankan perlunya mempertimbangkan aspek
kognitif dan aspek emosi dalam proses menghafal Al-Quran( Chairani, 2010:46).
Penelitian kedua adalah Semaan, Pemaknaan dan amalan: Studi Grounded
theory mengenai strategi penjagaan hafalan Al-Quran pada hafidz (Williaspi,
2007). Responden penelitian ini adalah tiga orang mahasiswa yang telah
menyelesaikan hafalan Al-Quran hingga 30 juz. Terdapat dua strategi utama
penjagaan hafalan yaitu secara kualitas dan kuantitas. Proses penjagaan hafalan
Al-Quran secara kuantitas dilakukan dengan cara melakukan pengulangan hafalan
yang dapat diukur. Saat ini proses pengulangan dapat dilakukan dalam beberapa
cara yaitu: dilakukan seorang diri, secara bersamaan dan juga bisa dilakukan
pengulangan dengan bantuan media seperti MP3, kaset atau video. Strategi ini
juga disebut Maintanance Rehearsal.
Strategi secara kualitas dilakukan dengan proses yang lebih mendalam
(deep process) yaitu memperdalam pemahaman diri, pemaknaan, menggunakan
media pengembangan diri (mengikuti kajian, aktivitas yang berhubungan dengan
keislaman) dan menjaganya dengan perilaku nyata. Cara-cara yang dilakukan ini
membuat hafalan akan terinternalisasi dalam diri hafidz sehingga menjadi sebuah

12

pemikiran yang menghasilkan pengetahuan lebih bagi individu. Pengetahuan
inilah yang nantinya terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang
dikenal dengan pengamalan Al-Quran. Strategi ini secara teoritis disebut sebagai
Elaborative Rehearsal.
Penelitian ketiga yaitu Hubungan antara motivasi belajar dan konsep diri
akademik dengan memori jangka panjang pada penghapal Al-Quran (Khikmah,
2008, dalam Chairani 2010:47). Hasil penelitian kuantitatif ini menunjukkan
bahwa dari tiga hipotesis yang diajukan memperlihatkan bahwa: tidak terdapat
hubungan antara motivasi belajar dengan konsep diri akademik secara bersamasama dengan memori jangka panjang pada santri penghafal Al-Quran Pondok
Pesantren Sunan Pandan Aran Yogyakarta. Dengan demikian variabel motivasi
belajar dan konsep diri akademik tidak dapat dijadikan prediktor untuk
memprediksi memori jangka panjang. Variabel motivasi belajar secara terpisah
juga tidak menunjukkan hubungan memori jangka panjang. Kemudian untuk
variabel konsep diri akademik juga tidak ada hubungan dengan memori jangka
panjang.
Penelitian keempat, yaitu Peranan Regulasi Diri Santri remaja Penghafal
Al-Quran (Chairani, 2010). Hasil penelitian kualitatif ini menunjukkan bagaimana
santri penghafal Al-Quran harus melakukan regulasi diri, mengatur atau
melakukan manajemen diri menghadapi berbagai persoalan, baik persoalan di
dalam maupun di luar diri sendiri. Penelitian ini menemukan bahwa selain
regulasi diri intra-personal dan interpersonal, santri harus melakukan regulasi diri
meta-personal atau keTuhanan. Regulasi diri meta-personal pada remaja

13

penghafal Al-Quran ditandai dengan adanya kehadiran Allah dalam proses
penjagaan yang memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukan regulasi diri
baik yang bersifat intrapersonal maupun interpersonal.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa remaja penghafal Al-Quran yang
masih istiqomah menghafal mampu melakukan regulasi diri intrapersonal dan
regulasi diri interpersonal dengan baik dan akhirnya mampu merasakan regulasi
metapersonal yang semakin memperkuat tekad dan keyakinannya akan kebenaran
janji Allah. Sedangkan remaja penghafal Al-Quran yang pada akhirnya
memutuskan untuk berhenti, kurang mampu melakukan regulasi diri intrapersonal
yang selanjutnya mempengaruhi kemampuannya dalam regulasi diri interpersonal.
Remaja-remaja penghafal kelompok ini tidak mampu merasakan adanya
kemampuan regulasi diri metapersonal di dalam dirinya.
Beberapa penelitian mengenai penghafal Al-Quran yang dilakukan dengan
pendekatan hermeneutik diantaranya adalah: metode menghafal Al-Quran pada
jurusan pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Sains Al-Quran jawa Tengah
di Wonosobo (Muntafiah, 2001, dalam Chairani, 2010:48). Penelitian ini
menguraikan beberapa metode yang diterapkan lembaga ini dalam mendidik
hafiz. Beberapa metode tersebut adalah: tahfidz (menghafal materi baru yang
belum pernah di hafal), takrir (mengulang materi yang telah dihafal atau
diperdengarkan), wahdah (menghafal satu persatu terhadap ayat yang hendak
dihafal sampai membentuk pola dalam bayangan), kitabah (menuliskan terlebih
dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan kemudian dibaca sampai benar-benar
hafal), sima’i (mendengar, mendengarkan suatu bacaan yang dilafalkan), metode

14

gabungan (berfungsi untuk menghafal dan memanfapkan hafalan), metode jama’
(menghafal secara kolektif dengan dipimpin seorang instruktur).
Khanifah (2005, dalam Chairani, 2010:48) meneliti tentang sistem
pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok Pesantren Putri Sunan Pandan Aran.
Penelitian ini mencermati sistem pembelajaran yang diterapkan. Beberapa
kesulitan yang dialami oleh santri yang berpengaruh pada proses hafalannya yaitu:
kemampuan (kecerdasan yang sedang), lingkungan yang tidak mendukung,
kurangnya kesadaran dalam diri santri akan tanggung jawabnya untuk menghafal
sehingga masih malas-malasan, kurang konsentrasi dan pikirannya kacau, kurang
motivasi dari diri sendiri dan orang tua, banyak masalah yang tidak dapat
diselesaikan dan berlarut-larut, putus dengan kekasih, kurang mampu mengatur
waktu, dan waktu udzur (haid) yang lama.
Hasil penelitian-penelitian ini dan penelitian preliminary yang dilakukan
oleh penulis memberi gambaran bagi peneliti mengenai tema-tema penting seputar
kehidupan penghafal Al-Quran, diantaranya adalah aspek kognitif bukan penentu
tunggal keberhasilan seorang penghafal Al-Quran untuk menghafal, memaknai
dan menjaga hafalan yang telah dicapai. Permasalah-permasalahan yang
berpotensi menghalangi pencapaian tujuan seringkali bersumber dari konflik
internal dan intrapersonal penghafal Al-Quran. Pengaruh kekuatan niat dan
kapasitas pribadi untuk mengontrol segala bentuk perilaku memberi sumbangan
yang berarti. Terjun ke lingkungan yang lebih luas menjadi kecemasan utama bagi
kebanyakan penghafal Al-Quran. Alasan utama adalah kesulitan para penghafal

15

Al-Quran untuk menyesuaikan nilai yang telah terinternalisasi di dalam dirinya
dengan nilai dan standar yang ada di lingkungan sosial.
Penelitian-penelitian yang peneliti paparkan di atas, dimaksud untuk
memberi kejelasan tentang gambaran perkembangan ilmu pengetahuan tentang
psikologi penghafal Al-Quran yang begitu berkembang, rupanya penghafal AlQuran sendiri telah menjadi sorotan yang sangat menarik di Indonesia saat ini.
Dan

alasan

kedua,

adalah

untuk

menunjukkan

orisinalitas

penelitian

Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal Al-Quran, melihat belum
ada penelitian yang meneliti hal tersebut, Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk
meneliti Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Santri Penghafal Al-Quran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kesejahteraan
psikologis pada remaja santri penghafal Al-Qur’an pondok pesantren kampung
tilawah.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesejahteraan
psikologis pada remaja santri penghafal Al-Qur’an pondok pesantren kampung
tilawah.

16

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian

ini

diharapkan

memberikan

kontribusi

positif

pada

pengembangan ilmu psikologi, terutama dalam khasanah psikologi positif,
dan psikologi pendidikan dan perkembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pesantren
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah kontribusi
nyata bagi pondok pesantren kampung tilawah, tentang gambaran
kesejahteraan psikologis,

yang akan berguna dalam peningkatan

kesejahteraan psikologi santri di pondok pesantren kampung tilawah.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat pada umumnya, dan
penghafal Al-Quran pada khususnya untuk mengenal lebih jauh tentang
kesejahteraan psikologis pada remaja santri penghafal Al-Quran.