Al Quran Sebagai Terapi Psikologis psikologis

Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikologis1
Oleh: Iredho Fani Reza, S.Psi.I
Disampaikan Pada Tausyiah Ramadhan
Di Musholla Al-Amin Ciputat Kota Tanggerang Selatan
Pada Hari Minggu Tanggal 13 Juli 2014
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah,

Alhamdulillahhirabbila’lamin

Wabihi

Nastaii’nu A’laa Umuriddunya Waddin. Wassholatu Wassalaamu
A’laa Asyrofil Anmbiyaa Iwal Mursaliin. Wa A’laa Aalihii Wasohbihii
Aj’maiin. Amma Bakdu.
Para ulama, Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Pemuda dan Pemudi,
serta adik-adik yang saya Cintai. Segala Puji dan Syukur kita
panjatkan

kepada Allah Swt. Karena pada hari ini, kita masih


diberikan nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan, serta malam
ini kita diberikan Allah Swt nikmat iman dan nikmat takwa.
Sehingga kita dapat berada di Musholla ini untuk mengisi malam
bulan suci Ramadhan dengan ibadah kepada Allah Swt.
Selain itu, semoga rahmat dan salam tetap kita sampaikan
kepada Nabi yang tidak akan ada Nabi lagi sesudahnya, yaitu Nabi
Muhammad Saw, yang telah membawa risalah kebenaran untuk
seluruh umat manusia, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang berjuang untuk membumikan risalah kebenaran dari Allah
Swt.

Kaum Muslimin wal Muslimat yang berbahagia.
Saya sangat bahagia malam hari ini, karena bisa berjumpa
dengan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Sekalian. Dalam kesempatan ini,
1Pengembangan dari Tausyiah Ramadhan oleh H. Hendra Zainuddin,
M.Pd.I. Hendra Zainuddin, Tausyiah Ramadhan (Yogyakarta: Forum Pondok
Pesantren Sumatera Selatan, Ar-Ruzz Media, 2013), 67-69.

saya akan berbagi sedikit pengetahuan agama dalam sebuah
kultum singkat yang saya beri judul “Al-Qur’an Sebagai Terapi

Psikologis”.
Sebentar lagi, tanggal 17 Ramadhan akan tiba. Dan
tentunya kita insyaAllah tidak akan lupa dengan tanggal itu,
dimana terjadi peristiwa yang sangat bersejarah bagi umat
manusia, ialah malam pertama diturunkannya Al-Qur’an oleh
Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Atau
yang kita kenal dengan Nuzulul Qur’an.
Kaum muslimin wal muslimat yang di rahmatin Allah
Al-Qur’an

memiliki

banyak

aspek

keistimewaan

dan


kemukjizatan. Salah satunya yaitu mukjizat psikologis. Al-Qur’an
diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi
daya gugah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat
melemahkan dan menguatkan jiwa seseorang.
Seperti peristiwa keislaman Umar Bin Khattab RA. Setelah
membaca

lembaran

ayat-ayat

Al-Qur’an,

menjadi

bukti

kemukjizatan Al-Qur’an secara psikologis ini. Dalam Surat (QS. AlAnfal ayat 2) Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang
mukmin (yang sempurna) adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah, bergetar hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada

mereka ayat-ayat Allah, bertambah iman mereka”.
Banyak kita ketahui dimedia massa di Indonesia yang
memberitakan
ditampakkan
cenderung

kemerosotan
dengan

melanggar

psikologis

serangkaian
norma-norma

perilaku
dan

manusia,


yang

negatif

bahkan

nilai-nilai

agama.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2011,
bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai
150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami

gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa
berupa gangguan kecemasan dan depresi. Selain itu, berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun
2013, terdapat 1.728 orang mengalami gangguan jiwa berat.
Masya Allah. Hal ini mengindikasikan banyak aspek psikologis

manusia yang sudah merosot kesehatannya.
Dalam disiplin ilmu psikologi, banyak dikembangkan terapi
psikologis. Salah satu diantara banyak terapi psikologis yaitu
terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy), terapi psikologis yang
berfokus pada pembentukan perilaku. Penggabungan antara
terapi berpikir dan terapi perilaku. Terapi ini dikembangkan oleh
Beck pada tahun 1960. Terapi CBT banyak sekali manfaat yang
telah dirasakan oleh pasien yang menderita kecemasan, stress,
dan depresi.
Dalam konteks psikologi Islam, dalam diri manusia, penyakit
bisa berasal dari tiga faktor yakni,
1. Sakit fisik, dari pencernaan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. : “Sumber dari segala
penyakit adalah perut, perut adalah gudang penyakit dan
berpuasa itu obat”
(H.R. Muslim)
Maha Suci Allah, bertahun-tahun kemudian seorang ahli bedah
perut dari Inggris, Dr. William Arbhthnet Lane mengemukakan
pendapat yang membenarkan sabda Nabi Saw.tersebut, dia
berkata: “Hanya ada satu penyakit, yaitu tidak sempurnanya

pencernaan”
2. Sakit Psikis
Psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang
tampil dalam bentuk gejala-gejala fisik. Dengan kata lain,

psikosomatis adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh program
pikiran negatif dan/atau masalah emosi seperti stress, depresi,
kecewa, kecemasan, rasa berdosa, dan emosi negatif lainnya.
Solusi : Ikhlas, Forgiveness Theraphy (terapi memaafkan),
meminta maaf.
3. Sakit karena gangguan Jin, Sihir dan ‘Ain
Untuk ketiga hal tersebut, Bagaimana mencari kesembuhan
dengan yang sesuai tuntunan? Allah Swt berfirman dalam Al
Quran:
“Kami turunkan dari Al-Qur’an ini, yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang yang mukmin.” (Al Israa’:82)
Dalam ayat yang lain juga dijelaskan:
“....Katakanlah
yang


beriman

Muhammad,”Bagi

Al-Qur’an

menjadi

segenap
petunjuk

orang-orang
dan

juga

obat.”(QS.Fushshilat:44).
Itu artinya dalam (bacaan) Al Quran terdapat energi, yang
dengan izin Allah Swt, mampu memberikan kesembuhan penyakit
yang diderita manusia.

Riwayat dari Abdurrahman Ibn Abu Laila, disebutkan bahwa
pernah ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah Saw
dan berkata: Saudaraku sedang sakit wahai Rasulullah. Nabi
bertanya: Sakit apa saudaramu?, Sejenis penyakit hilang ingatan,
jawab laki-laki itu. Lalu Nabi memerintahkan: “Bawalah ia
padaku”. Setelah si pasien dihadapkan kepada Rasulullah, lau
beliau

menerapinya

dengan

membacakan

ayat-ayat

dari

beberapa surah Al-fatiha, Al-Baqarah dan surat lainnya di dalam
Al-Qur’an. Setelah beberapa kali diterapi si pasien sembuh dan

normal kembali.

Ada

kecenderungan,

memperhatikan

kesehatan

kebanyakan
fisik

dibanding

orang

lebih

kesehatan


jiwa.

Sebenarnya gangguan mental emosional bisa disebabkan oleh
masalah lingkungan, masyarakat atau pribadi. Kondisi lingkungan
saat ini memberikan cekaman luar biasa, bukan hanya faktor fisik
yang terkena imbasnya, faktor mental emosional bahkan lebih
rentan. Kondisi kota besar yang diwarnai kemacetan, polusi udara,
kebisingan dan ruang hidup yang makin menyempit memberikan
tekanan luar biasa sehingga kondisi mental emosional senantiasa
bergejolak.
Kondisi masyarakat yang cenderung mengarah pada trend
budaya materialisme dan individualisme, menyebabkan kompetisi
yang makin tidak sehat. Kemerosotan ahlak, moral atau etika
pada masyarakat menyebabkan iklim sosial yang kurang sehat
dan

tidak

kondusif.

Cekaman

kehidupan

sosial

ekonomi

menyebabkan berbagai kalangan usia mengalami tekanan mental
emosional, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling
berat. Tak heran jika beragam kompensasi atau pelarian pun
bermunculan,

mulai

dari

narkoba,

tawuran,

selingkuh

dan

berbagai penyimpangan lainnya.
Hal lain yang menjadi pemicu gangguan mental emosional
ialah adanya kesulitan pribadi, baik yang bersifat subyektif atau
obyektif. Arena kehidupan itu penuh dinamika dan tantangan,
setiap orang harus menjalaninua. Namun ada yang piawai, biasa
saja dan ada yang tidak mampu beradaptasi. Ada orang dengan
karakter unggul sehingga mampu mengatasi berbagai kesulitan
dan persoalan, ada juga orang yang cengeng, tidak berdaya
dalam menghadapi beragam ujian.

Sebagai dampak dari ketidak-mampuan meredam gangguan
mental emosional, dalam hal ini Dr Vernon Coleman, maka
berbagai gangguan yang bersifat mental emosional, bahkan fisik
pun bermunculan.
Bisa
gangguan

diduga

bahwa

berbagai

sebagian

penyakit

fisik,

orang

yang

sebenarnya

mengalami
dipicu

oleh

gangguan kesehatan jiwa. Sebagai contoh, sebagian penderita
gangguan
sebenarnya

maag

atau

bukan

penderita

disebabkan

tukak

(radang)

lambung,

oleh

lambungnya

yang

bermasalah, namun lebih disebabkan oleh gangguan mental
emosional.
Oleh karena itu, alqur’an hadir sebagai terapi bagi psikologis
manusia. Menurut Prof. Komaruddin Hidayat dalam bukunya
“Psikologi Beragama”, beliau menjelaskan bahwa banyak ajaran
agama yang sulit dipahami, diterangkan, dan dipraktekan tanpa
dukungan psikologi dan kedokteran.
Misalnya larangan agama untuk mengkonsumsi narkoba,
ilmu kedokteran sangat berjasa menerangkan bahaya sehingga
ajaran agama lebih mudah diterima dan memiliki dukungan
rasional atas larangannya. Dari analisis ilmiah, apa yang dilarang
agama selalu mengandung bahaya bagi pelakunya, sedangkan
yang diperintahkan selalu mengandung kebaikan.
Hal ini pun sudah diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) bahwasannya, manusia yang sehat mentalnya ada empat
kriteria, yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikologis, sehat
secara sosial, dan sehat secara spiritual.
Kaum Muslimin wal Muslimat yang disayangi Allah
Mungkin kita pernah menonton acara TV bulan Ramadhan
ini, Buk Pak, bukan film sinetron Tukang Bubur Naik Haji ya Buk,

atau sinetron lainnya. Tapi

acara

Hafiz Qur’an Cilik yang

ditayangkan oleh beberapa stasiun TV. Subhanaallah kalu kita
lihat, banyak generasi muda menjadi penghafal Qur’an. Lebih dari
itu, saya pernah lewat sini ketika sore ketempat teman saya
dibelakang ini, saya melihat banyak juga anak-anak kecil yang
rajin

mengikuti

ngaji

disini.

Mudah-mudahan

anak-anak

lingkungan disini menjadi anak yang cerdas baik intelektual dan
spiritualnya.
Berdasarkan dari penjelesan sebelumnya, saya mengajak
diri saya sendiri dan kita semua untuk meningkatkan membaca
al-Qur’an beserta memahami maknanya. Begitulah peranan AlQur’an sebagai terapi psikologis. Selain efek menenangkan dan
menggetarkan jiwa. Al-Qur’an juga memiliki efek preventif,
kuratif, dan terapeutik terhadap berbagai penyakit kejiwaan,
spiritual hingga fisik.