dalam menanamkan disiplin dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapat pelatihan dalam mengasuh anak.
5. Jenis kelamin, wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria dan mereka cenderung kurang
otoriter. 6. Status sosioekonomi, orang tua dan guru cenderung lebih keras,
memaksa dan kurang toleran. Semakin berpendidikan, semakin mereka menyukai disiplin demokratis.
7. Konsep mengenai peran orang dewasa, orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua,
cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa harus ada tata cara
yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin otoriter dibandingkan guru yang mengajar dengan demokratis.
8. Jenis kelamin anak, orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki. Begitu pula para guru
cenderung lebih keras terhadap anak perempuan. 9. Usia anak, disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak
kecil daripada untuk mereka yang lebih besar. Apapun tekhnik yang disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil
tidak dapat mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian pada pengendalian otoriter.
10. Situasi, ketakutan, dan kecemasan biasanya tidak di ganjar hukuman. Sedangkan sikap menantang, negatifisme, dan agresi kemungkinan
lebih.
2.2.7 Taraf Perkembangan Disiplin
Taraf perkembangan disiplin menurut Kohlberg adalah :
1. Disiplin karena ingin memperoleh kasih sayang dan takut hukuman : pada tahap ini anak tidak ada rasa bersalah untuk pelanggaran yang
dilakukannya. 2. Disiplin jika kesenangan dipenuhi : pada tahap ini orang tua harus hati-hati
untuk tidak selalu memenuhi keinginan anak agar disiplin yang diterapkan menjadi efektif.
3. Disiplin karena mengetahui ada tuntutan di lingkungan : pada usia sekolah mereka mengetahui ada aturan di sekolah lingkungan luar, jika
anak sudah terbiasa disiplin di lingkungan rumah, maka ia akan mudah mengikutinya.
4. Disiplin karena sudah ada orientasi terhadap otoritas : mereka akan mengikuti perilaku figure otoritas.
5. Disiplin karena telah melakukan nilai-nilai sosial, tata tertib prinsip- prinsip : mereka sudah dapat menilai baik buruk, sudah cukup untuk
mengontrol perilakunya dan mengarahkan dirinya pada hal-hal yang disetujui kelompok.
2.2.8 Pengaruh disiplin pada anak-anak
Menurut Hurlock psikologi perkembangan edisi kelima : 126 pengaruh disiplin pada anak-anak meliputi :
1. Pengaruh pada perilaku Anak yang orang tuanya lemah akan mementingkan diri sendiri,
tidak menghiraukan hak-hak orang lain, agresif dan tidak social. Anak yang mengalami disiplin yang keras, otoriter akan sangat patuh
bila dihadapan orang-orang dewasa, namun agresif dalam
hubungannya dengan teman-teman sebayanya. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis belajar mengendalikan
perilaku yang salah dan mempertimbangkan hak-hak orang lain. 2. Pengaruh pada sikap
Anak yang orang tuanya melaksanakan disiplin otoriter maupun disiplin yang lemah cenderung membenci orang-orang yang
berkuasa. Anak yang mengalami disiplin yang otoriter merasa diperlakukan tidak adil, anak yang orang tuanya lemah merasa
bahwa orang tua seharusnya memperingatkan bahwa tidak semua orang dewasa mau menerima perilaku yang tidak disiplin. Disiplin
yang demokratis dapat menyebabkan kemarahan sementara tetapi bukan kebencian.
3. Pengaruh pada kepribadian Semakin banyak hukuman fisik digunakan, semakin anak cenderung
menjadi cemberut, keras kepala, dan negativistic. Ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan social yang buruk, yang juga merupakan
cirri khas dari anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah. Anak yang dibesarkan dibawah disiplin yang demokratis akan
mempunyai penyesuaian social yang terbaik.
2.2.9 Penerapan Disiplin Kelas