PENETALAKSAANAN PENGKAJIAN FOKUS BAB II KONSEP DASAR

hidung atau telinga. Instruksikan klien untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga. 5. Infeksi

G. PENETALAKSAANAN

1. Dexamethason kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. 2. Therapi hiperventilasi trauma kepala berat untuk mengurangi vasodilatasi. 3. Pemberian analgetik. 4. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20, glukosa 40 atau gliserol. 5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak pinicilin atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole. 6. Makanan atau caioran infus dextrose 5, aminousin, aminofel 18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak. 7. Pembedahan. Smelzer, 2001

H. PENGKAJIAN FOKUS

1. Riwayat kesehatan 26 Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian. 2. Pemeriksaan fisik a. Sistem respirasi: Suara nafas, pola nafas kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik, nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi positif kemungkinan karena aspirasi. b. Kardiovaskuler: Pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK c. Kemampuan komunikasi: Kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis. d. Psikososial: Data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga. e. Aktivitasistirahat S : Lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan O : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, guadriparese, goyah dalam berjalan ataksia, cidera pada tulang dan kehilangan tonus otot. 27 f. Sirkulasi O : Tekanan darah normal atau berubah hipernormotensi, perubahan frekuensi jantung nadi bradikardi, takhikardi dan aritmia. g. Integritas Ego S : Perubahan tingkah lakukepribadian O : Mudah tersinggung, delirium, agitasi, cemas, bingung, impulsive dan depresi h. Eliminasi O : BABBAK inkontinensiadisfungsi. i. Makanancairan S : Mual, muntah, perubahan selera makan O : Muntah mungkin proyektil, gangguan menelan batuk, disfagia. j. Neurosensori S : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo, tinitus, kehilangan pendengaran, perubahan penglihatan, diplopia, gangguan pengecapanpembauan. O : Perubahan kesadara, koma. Perubahan status mental orientasi, kewaspadaan, atensi dan kinsentarsi perubahan pupil respon terhadap cahaya, kehilangan penginderaan, pengecapan dan pembauan serta pendengaran. Postur dekortisasi, desebrasi, kejang. Sensitive terhadap sentuhan gerakan. 28 k. NyeriKeyamanan S : Sakit kepala dengan intensitas dan lokai yang berbeda. O : Wajah menyeringa, merintih, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah l. Keamanan S : Traumainjuri kecelakaan O : Fraktur dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan ROM, tonus otot hilang kekuatan paralysis, demam, perubahan regulasi temperatur tubuh. m. PenyuluhanPembelajaran Riwayat penggunaan alcoholobat-obatan terlarang Doenges, 1999 3. Pemeriksaan Penunjang a. Scan CT tanpadenga kontras Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak. b. MRI Sama dengan scan CT dengan atau tanpa kontras. c. Angiografi serebral Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pengeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma d. EEG 29 Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis. e. Sinar X Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang fraktur, pergeseran struktur dari garis tengah karena perdarahan, edema, adanya fragmen tulang. f. BAER Brain Auditory Evoked Respons Menentukan fungsi korteks dan batang otak. g. PET Positron Emission Tomography Menunjukan perubahan aktifitas metabolisme pada otak. h. Fungsi lumbal, CSS Dapat menduka kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid. i. GDA Gas Darah Artery Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK. j. Kimia elektrolit darah Mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam peningkatan TIKperubahan mental. k. Pemeriksaan toksikologi Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran. l. Kadar antikonvulsan darah 30 Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup fektif untuk mengatasi kejang. Doenges, 1999 31 I. Pathways Keperawatan Soetomo 2002, Brain 2009 Benturan kepala Robekan dan distorsi Trauma pada jaringan lunak Trauma kepala Trauma akibat deselerasi akselerasi Jaringan sekitar tertekan Gangguan nyaman nyeri Rusaknya jaringan kepala Luka terbuka Resiko tinggi terhadap infeksi Cedera jaringan hematoma Perubahan pada cairan lutra dan ekstra sel edema Peningkatan suplai darah ke daerah trauma vasodilatasi Tekatan intra kranial Aliran darah ke otak Perubahan perfusi jaringan serebral Hipoksia jaringan Penurunan kesadaran Gangguan mobilisasi fisik Mengeluarkan steroid adrenal Merangsang hipotalamus Hipotalamus terviksasi pd diensefalon Produksi ADH aldosteron Kerusakan pertukaran gas Sekresi HCL digaster Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Merangsang inferior hipofise Penurunan kekuatan dan tahanan otot Pernafasan dangkal Pola nafas tidak efektif Kekacauan pola bahasa Kerusakan hemisfer motorik Tdk mampu menyampaiakan kata- kata Gangguan persepsi sinsorik Gangguan komunikasi verbal Retensi Na+H2o Gangguanga keseimbangan cairan elektrolit 31

J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL