Pengaruh Jenis Musik dan Penyajian Bentuk Gambar Film Bingkai Bersuara Tentang Transportasi Udang Hidup Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa di SUPM Kota Tegal, Jawa Tengah

PENGARUH JENlS MUSlK DAN PENYAJIAN
BENTUK GAMBAR FILM BlNGKAl BERSUARA
TENTANG TRANSPORTASI UDANG HlDUP
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
SlSWA Dl SUPM KOTA TEGAL,
JAWA TENGAH

Oleh :
ME1 DWI ERLINA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ME1 DWI ERLINA. Pengaruh Jenis Musik Dan Penyajian Bentuk Gambar
Film Bingkai Bersuara Tentang Transportasi Udang Hidup Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Siswa di SUPM di Kota Tegal, Jawa Tengah.
Dibimbing oleh HAMDANI NASUTION, FARIDA ROHADJI dan
GARDJITO.
Penelitian ini mencoba mengungkapkan, 1) pengaruh jenis musik

pengiring narasi film bingkai bersuara, 2) pengaruh penyajian bentuk
gambar (perbandingan jumlah bingkai gambar foto : gambar garis), 3)
pengaruh interaksi jenis musik pengiring narasi dan penyajian bentuk
gambar tentang transportasi udang hidup sistem kering terhadap
peningkatan pengetahuan siswa SUPM kota Tegal.
Penelitian ini metupakan eksperimental semu (kuasi) dengan
rancangan faktorial 2 x 2. Peubah bebas terdiri dari :
(1). Faktor jenis musik pengiring narasi dengan dua tingkat yaitu jenis
musik pop dan jenis musik dangdut.
(2). Faktor penyajian bentuk gambar yang berupa perbandingan jumlah
bingkai gambar foto dan gambar garis dengan dua tingkat yaitu
perbandingan jumlah bingkai gambar foto : gambar garis = 75% : 25%
dan perbandingan jumlah bingkai foto : gambar garis = 25% : 75%.
Peubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah peningkatan
pengetahuan siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SUPM Tegal Jawa
Tengah sebanyak
117 orang dengan persyaratan belum pernah
mengikuti mata pelajaran teknik transportasi udang hidup sistem kering.
Penetuan sampel dilakukan dengan prosedur "Purposive Sampling

Method". Ditentukan 4 kelas sebagai unit sampling, penempatan unit-unit
eksperimen ke dalam empat kelompok perlakuan dilakukan secara acak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Penggunaan musik Pop sebagai pengiring narasi dalam penyajian film
bingkai bersuara lebih efektif untuk menyampaikan informasi tentang
transportasi udang hidup sistem kering kepada siswa SUPM Tegal.
2. Peningkatan pengetahuan siswa SUPM Tegal tidak dipengaruhi oleh
perbedaan penyajian bentuk gambar dalam penayangan film bingkai
bersuara.
3. Film bingkai bersuara dengan perbandingan jumlah bingkai gambar
foto : garnbar garis = 75% : 25% dan diiringi musik Pop pada
narasinya (MPGF) merupakan kombinasi kelompok perlakuan yang
paling efektif dalam penyebaran inovasi transportasi udang hidup
sistem kering. Responden film bingkai bersuara MPGF memperoleh
skor peningkatan pengetahuan terbesar jika dibandingkan dengan
responden film bingkai bersuara perlakuan MPGG, MDGF, MDGG.
4. Film bingkai bersuara dapat digunakan untuk mendiseminasikan dan
mempercepat proses difusi inovasi tentang transportasi udang hidup
sistem kering kepada khususnya siswa SUPM serta masyarakat kota
Tegal pada umumnya.


SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

" Pengaruh Jenis Musik Dan Penyajian Bentuk Gambar Film Bingkai
Bersuara Tentang Transportasi Udang Hidup Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Siswa di SUPM Kota Tegal, Jawa Tengah ",

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan, telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 18 Maret 2002

Ir. Mei Dwi Erlina.
Nrp. 97308lKMP

PENGARUH JENIS MUSlK DAN PENYAJIAN
BENTUK GAMBAR FILM BlNGKAl BERSUARA
TENTANG TRANSPORTASI UDANG HlDUP

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
SlSWA Dl SUPM KOTA TEGAL,
JAWA TENGAH

Oleh :

ME1 DWI ERLINA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoieh gelar Magister Sains
Pada Program Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Pengaruh Jenis Musik dan Penyajian Bentuk Gambar Film
Bingkai Bersuara Tentang Transportasi Udang Hidup

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Siswa di SUPM Kota
Tegal, Jawa Tengah.

Nama Mahasiswa : Mei Dwi Erlina
Nomor Pokok

: 97308 I KMP

Program Studi

: Komunikasi Pembagunan Pertanian dan Pedesaan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Hamdani Nasution

A

(Ketua)


Dra. ~aridd~ohadii.
MS

u r . Gardjito, M. Sc.
(Anggota)
Mengetahui,

Ketua Program Studi Komunikasi
Pembagunan Pertanian dan Pede

-we+
2 -.
L

e

Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis

Tanggal Lulus : 1 Oktober 2001


h o g r a m Pascasarjana,

ME1 DWI ERLlNA adalah putra dari R. Sukotjo (almarhum) dan RA
Koestinah (almarhumah), yang lahir pada tanggal 15 Mei 1958 di Tegal
Jawa Tengah sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara.
Pada tahun 1970 tamat SD Negeri I di Kota Tegal, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri II di Kota Tegal sampai tahun 1973. Setelah
tamat dari SMA Negeri I Tegal tahun 1976, kemudian pada tahun 1977
melanjutkan ke Fakultas Teknologi Pertanian IPB Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian dan lulus sebagai Sarjana Pertanian pada bulan Maret 1982.
Pada akhir tahun 1982 menikah dengan Ir. Kamsi Ranosaputro, dan
dikaruniai 2 orang anak.
Pada tahun 1983 penulis mulai bekerja sebagai peneliti pasca
panen perikanan di Balai Penelitian Teknologi Perikanan; Puslitbang
Perikanan; Badan Litbang Pertanian.
Pada tahun 1995 sampai dengan pertengahan tahun 1997 penulis
bekerja sebagai Kepala Sub bidang Dokumentasi Penelitian Puslitbang
Perikanan merangkap sebagai peneliti pasca panen perikanan di
Puslitbang Perikanan.
Mulai bulan September 1997, penulis mendapatkan kesempatan

tugas belajar pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan, Program Pasca Sarjana IPB dengan Sponsor Proyek
ARMP II Badan Litbang Pertanian, Departernen Pertanian.

iii

PRA KATA

Penelitian yang dilanjutkan dengan penulisan tesis merupakan
salah satu persyaratan wajib untuk mencapai gelar Magister Sains (MS)
pada Program Pascasarjana di lnstitut Pertanian Bogor.
Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SVVT, karena
berkat rakhmat dan hidayahNya, dapat menyelesaikan tesis ini.
Dari saat mulai kuliah, penyusunan proposal sampai dengan
penyusunan tesis, banyak masalah yang dihadapi penulis sehubungan
dengan alih tugas suami ke Semarang dan penulis mengalami
kecelakaan yang berakibat penulis harus cuti selama satu semester,
sehingga penyelesaian tesis ini agak tertunda. Namun berkat dorongan
suami dan anak-anak tercinta, maka penelitian dan penyusunan tesis ini
dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. Hamdani Nasution sebagai Ketua Komisi Pembimbing
dan Ibu Dra. Farida Rohadji, MS. serta Bapak Ir. Gardjito, M.Sc. sebagai
Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan petunjuk yang
telah diberikan hingga selesainya penulisan tesis ini.
Selain itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.,

Direktur Program

Pascasarjana beserta seluruh staf yang telah banyak membantu
kelancaran administrasi selama penulis mengikuti studi pada Program
Pasca Sarjana IPB.

2. Ibu Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis, Ketua Bidang Keahlian Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, atas segala petunjuk dan
bimbingannya.
3. Kepala Badan Litbang Pertanian beserta seluruh staf, yang telah


memberikan ijin tugas belajar dan membantu kelancaran administrasi
selama penulis mengikuti studi pada Program Pasca Sarjana IPB.
4. Kepala Puslitbangkan dan sekarang menjadi lnstansi Pusat Riset

Budidaya Perikanan beserta seluruh staf yang telah membantu dan

memberikan motivasi selama tugas belajar pada Program Pasca
Sarjana IPB.
5. Kepala SUPM Tegal beserta staf, yang telah memberikan ijin dan
.

membantu dalam pelaksanaan penelitian.

6. Kepala SPM Bahari Tegal beserta staf, yang telah memberikan ijin dan
membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Siswa SUPM Tegal dan SPM Bahari Tegal yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian.
8. Pimpinan proyek ARMP I1 Badan Litbang Pertanian yang telah


memberikan pendanaan untuk mengikuti tugas belajar pada Program
Pasca Sarjana IPB, serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu yang telah membantu penulis selama mengikuti kuliah
sampai selesainya penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada suami tercinta
Ir. Kamsi Ranosaputro dan kedua Ananda tercinta Andakoro Yoga Pratomo
dan Klariasta Dwi Suryantoro yang telah memberikan motivasi dan doa
yang tulus.
Penulis menyadari kemungkinan masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam penelitian dan penulisan tesis ini. Oleh karena itu kritik dan
saran perbaikan akan sangat diharapkan guna penyempurnaan lebih lanjut.
Semoga tesis ini dapat memberikan andi! bagi llmu Pengetahuan
di bidang Komunikasi Pernbangunan Pertanian dan Pedesaan, serta
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor,
September 2001

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman

PRAKATA ...................................................................................

iv

DAFTAR IS1 ...............................................................................

vi

DAFTAR TABEL ........................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................

1

Perumusan Masalah .........................................................

4

Tujuan Penelitian ..............................................................

6

Kegunaan Penelitian .........................................................

6

Definisi lstilah ....................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA
Film Bingkai Bersuara Sebagai Medium Komunikasi........
Kelebihan dan Kelemahan Film Bingkai Bersuara ............
Film Bingkai Bersuara Untuk Penyebaran lnformasi dan
Pendidikan ........................................................................
Musik Pada Film Bingkai Bersuara ...................................
Pengaruh Musik Pada Film Bingkai Bersuara Terhadap
Daya Tarik Responden......................................................
Bentuk Gambar Film Bingkai Bersuara .............................
lnformasi Tentang Transportasi Udang Hidup Sistem
Kering................................................................................
Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara..................
Tujuan Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara......
Tahap Pengembangan Pesan Film Bingkai Bersuara.......
KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS

Jenis Musik Dangdut Versus Jenis Musik Pop ..................
Gambar Garis Versus Gambar Foto .................................
Hipotesis Penelitian...........................................................
METODOLOGI PENELlTlAN
Populasi dan Sampel ........................................................
Disain Penelitian ...............................................................
Data dan lnstrumentasi .....................................................
Data........................................................................
lnstrumentasi ..........................................................
Validitas dan Reliabilitas ...................................................
Pengumpulan Data ...........................................................
Analisa Data ......................................................................
HASlL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden ...................................................
Pengetahuan Awal Responden.........................................
Peningkatan Pengetahuan Responden.............................
Pengujian Hipotesis Tentang Peningkatan
Pengetahuan Responden.................................................
Pengujian Hipotesis Pertama .................................
Pengujian Hipotesis Kedua ....................................
Pengujian Hipotesis Ketiga.....................................
Efektivitas Penggunaan Film Bingkai Bersilara.................
Hubungan Beberapa Karakteristik Responden Dengan
Peningkatan Pengetahuan ................................................
KESlMPUlAN DAN SARAN
Kesimpulan ......................................................................
Saran ...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
Matrik Perlakuan Penyajian Bentuk Gambar dan Jenis
Musik Film Bingkai Bersuara dan Jumlah Sampel

............... 34

Rataan Skor Pengetahuan Awal Responden Menurut
Kelompok Perlakuan ............................................................

41

Daftar Analisis Ragam Skar Pengetahuan Awal Responden

42

Skor Pretes, Postes Peningkatan Pengetahuan Responden

43

Hasil Analisis Uji t Skor Rata-rata Pretes dan
Postes Responden ...............................................................

44

Peningkatan Skor Rata-rata Pengetahuan Responden
Menurut Kelompok Perlakuan ..............................................

45

Daftar Analisis Ragam Pengaruh Jenis Musik (Faktor A) dan
Penyajian Bentuk Gambar (Faktor B) Pada Peningkatan
Pengetahuan Responden .....................................................

46

Perbedaan Peningkatan Skor Rataan Pengetahuan
Responden Menurut Uji Wlayah Berganda Duncan ............

55

Hubungan Peningkatan Pengetahuan dengan Beberapa
Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Analisis Korelasi 61
Hubungan Peningkatan Pengetahuan Dengan Beberapa
Karakteristik Responden Berdasarkan Hasil Analisis Korelasi
Pearson ......................................................................

63

Hasil Analisis Uji Nilai Tengah "t- Student" pada skor rata-rata
Prestasi Belajar Siswa Dengan Peningkatan Pengetahuan...... 65

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I.

Komponen Peubah Penelitian Untuk Responden Siswa
SUPM Kota Tegal Jawa Tengah. .................................

30

........................................................................................
Gambar 2.

Pengaruh Jenis Musik (Faktor A) dan Penyajian Bentuk
Gambar (Faktor B) pada Peningkatan Penge'ahuan
Responden ..................................................................

54

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik ............. 73

Lampiran 1.2.

Nilai Rata-rata Karakteristik Responden ........................... 74

Lampiran 2.1.

Daftar

Pertanyaan

Peningkatan

Untuk

Pengetahuan

Mendapatkan

Siswa

SUPM

Data

Tentang

Transportasi Udang Hidup Sistcm Kering ......................... 75
Lampiran 2.2.

Hasil Uji Coba Instrumen............................................... 79

Lampiran 2.3.

Nilai Proporsi Jawaban Yang Benar dan Salah Pada

Lampiran 3.1.

Setiap Butir Seal........................................................................... 80
Kuisioner Tanggapan Responden Terhadap Penyajian
Film Bingkai Bersuara ....................................................... 83

Lampiran 3.2.

Hasil Uji Coba Tanggapan Responden Terhadap
Penyajian Film Bingkai Bersuara.............................................. 90

Lampiran 3.3..

Rekapitulasi Hasil Tanggapan Responden
Terhadap Penyajian Film Bingkai Bersuara...................... 93

Lampiran 4.

Daftar Pertanyaan Karakteristik Responden .................... 94

Lampiran 5.

Dafiar Pertanyaan Materi Pretes....................................... 98

Lampiran 6.

Dafiar Pertanyaan Materi Pastes..............................................102

Lampiran 7.

Storyboard Film Bingkai Bersuara............................................ 106

Lampiran 8 ........Swat l ~ i npenelitian ..................................................................... 127

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diseminasi informasi kepada masyarakat pedesaan dilaksanakan
melalui berbagai macam media komunikasi. Dengan semakin banyaknya
media komunikasi yang tersedia akan semakin rumit bagi para perencana
untuk mempertimbangkan serta menetapkan media komunikasi yang
tepat untuk digunakan membantu mendiseminasikan suatu inforrnasi.
Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan untuk
mendiseminasikan informasi kepada khalayak adalah media film bingkai
bersuara. Penggunaan film bingkai bersuara ataupun film bergerak dapat
mengatasi kendala keterbatasan dalam kemampuan membaca.
Apabila film bingkai bersuara dibandingkan dengan media
audiovisual yang lain, maka film bingkai bersuara lebih menguntungkan,
karena biaya produksinya lebih murah dan dapat diproduksi dengan
peralatan yang lebih sederhana.
Selain itu film bingkai bersuara merupakan salah satu medium
komunikasi massa yang dapat menghasilkan tanda-tanda informasi oral
dan visual yang berguna bagi khalayak. Film Bingkai Bersuara merupakan
medium kecil yang dapat menjangkau khalayak dalam bentuk kelompok
maupun individu. Keunggulan film bingkai bersuara adalah mampu
mengkombinasikan antara musik, suara dan visualisasi sejumlah gambar
dan foto sehingga suatu pesan yang akan disampaikan menjadi lebih
menarik dan mampu menumbuhkan pemahaman lebih baik dari pesan
tersebut. Selain dari pada itu film bingkai bersuara juga mampu
menembus khalayak yang buta huruf (illiterasi) sekalipun.
Berkaitan dengan keunggulan tersebut, maka timbul suatu
keinginan untuk menggunakan film bingkai bersuara untuk menyampaikan
pesan tentang transportasi udang hidup sistim kering.
SUPM (Sekolah Usaha Perikanan Menengah) di Kota Tegal
merupakan sekolah kejuruan negeri yang didirikan oleh Departemen
Pertanian. SUPM Bidang Perikanan di seluruh Indonesia hanya ada di 7

(tujuh) tempat, yaitu di Tegal, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Ambon,
Sorong (Irian Jaya), Pontianak dan Aceh. Saat sekarang siswa SUPM
Kota Tegal tidak hanya dari Kota Tegal, tetapi dari beberapa daerah di
Pulau Jawa.
Diseminasi informasi tentang transportasi udang hidup sistem
kering kepada siswa-siswa SUPM Kota Tegal merupakan terobosan baru,
karena diharapkan

dapat

mempercepat arus

informasi

kepada

khalayaklpengguna. Selain itu, siswa-siswa SUPM diharapkan mampu
meneruskan informasi yang mereka dapatkan di sekolah tersebut kepada
orang tua serta anggota keluarga lainnya, dapat menjadi penyuluh,
motivator, serta inspirator baik dirumah maupun kepada tetangga serta
anggota sistem sosial dimana mereka berada.
Meskipun film bingkai bersuara sudah banyak dipakai dalam
mendiseminasikan informasi, akan tetapi belum ada data hasil penelitian
tentang pengaruh stimuli jenis musik pengiring narasi serta perbandingan
jumlah frame gambar foto dan gambar garis dalam penayangan film
bingkai bersuara pada pemahaman pesan oleh khalayaknya.
Jenis musik perlu diperhatikan pada penelitian ini, karena untuk
memanfaatkan

efektivitas

penggunaan

musik

komunikasi dalam mendiseminasikan informasi.

sebagai

lambang

Selain itu sebagai

pengiring film bingkai bersuara mempunyai fungsi untuk mempengaruhi
pendengarnya dengan jalan memberi tekanan dalam visualisasi dan
mempertahankan perhatian khalayak selama saat-saat kosong diantara
narasi.
Gambar foto dan gambar garis perlu dikaji pada penelitian ini
karena mempunyai fungsi dan sifat yang berbeda, berdasarkan sifat yang
berbeda tersebut, maka gambar garis dan gambar foto dapat
dikombinasikan dengan perbandingan jumlah frame yang tepat dan
tertentu.

Kedua bentuk gambar yang berbeda fungsinya akan saling

melengkapi, tetapi tidak saling menggantikan sehingga kombinasi tersebut
akan sangat efektif apabila digunakan untuk menyampaikan informasi
visual.

Berdasarkan ha1 tersebut, maka penelitian ini ingin melihat lebih
jauh tentang pengaruh jenis musik dan perbandingan jumlah frame antara
gambar foto dan gambar garis yang baik dan sesuai dalam membantu
peningkatan pengetahuan siswa tentang transportasi udang hidup sistem
kering di SUPM Kota Tegal, Jawa-Tengah.
Pemilihan informasi tentang transportasi udang hidup sistem kering
pada penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa teknologi
transportasi udang hidup sistem kering belum banyak diketahui oleh siswa
SUPM serta masyarakat pada umumnya. Padahal informasi mengenai
transportasi udang hidup sistem kering sangat perlu diketahui oleh
masyarakat, khususnya oleh siswa SUPM.
Selama ini udang windu tambak hanya dipasarkan dalam bentuk
segar dan beku, tetapi dengan meningkatnya kesejahteraan penduduk,
maka terjadi

kecenderungan peningkatan

permintaan komoditas

perikanan dalam bentuk hidup di pasar intemasional dan domestik,
terutama jenis-jenis ikan yang bernilai ekonomisnya tinggi termasuk udang
windu tambak, dengan harga 4 kali harga udang yang sudah mati. Potensi
seperti ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai salah satu sumber
devisa baru sub sektor perikanan. Untuk itu diperlukan suatu teknologi
yang ekonomis, efektif dan efisien.
Salah satu teknologi untuk menjawab tantangan tersebut adalah
teknologi transportasi udang hidup sistim kering. Teknologi tersebut
menggunakan cara dan peralatan yang sederhana sehingga mudah
diterapkan oleh siapa saja.
Penyebaran informasi tentang teknologi transportasi udang hidup
sistem kering sudah saatnya untuk segera dilakukan, mengingat teknologi
tersebut merupakan inovasi baru pada sub sektor perikanan khususnya
pasca panen perikanan.
Selama ini diseminasi informasi hasil penelitian perikanan
khususnya paket teknologi tranportasi udang hidup sistim kering harus
melalui BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian), melalui tahap
rekomendasi akan menghasilkan paket teknologi, oleh BlPP (Balai

lnformasi Penyuluhan Pertanian) akan dikemas kedalam media
komunikasi yang siap disebarluaskan ke pengguna (petani) melalui PPL
(Penyuluh Pertanian Lapang).
Film bingkai bersuara dengan pesan yang dirancang khusus serta
dengan khalayak yang spesifik, menjadikan film bingkai bersuara tersebut
akan efektif untuk digunakan.
Perurnusan Masalah

Film bingkai bersuara merupakan media komunikasi audiovisual
yang mengandung elemen-elemen gambar (visual) dan suara (audio) dan
pada saat pendedahannya sudah merupakan suatu kemasan.
Film bingkai bersuara yang dikemas dengan pesan khusus dapat
berfungsi sebagai pemberi informasi, pendidikan, persuasi dan penghibur
bagi khalayaknya. Ada beberapa ha1 yang dapat menjadi kendala bagi
pengemas film bingkai bersuara yang ingin menjadikan film bingkai
bersuara tersebut menjadi media komunikasi yang efektif dalam
mendiseminasikan informasi kendala tersebut antara lain : 1). Bagaimana
film bingkai bersuara tersebut dapat menarik perhatian serta dapat
menahan (retensi) penyimakan khalayaknya. 2). Pemahaman pesan
visual melalui penyajian bentuk gambar yang berbeda dikalangan
khalayaknya. Kendala pertama berhubungan dengan faktor emosi
khalayaknya. Suatu stimuli yang sesuai dengan lingkup referensi budaya
khalayaknya diduga akan dapat mempengaruhi emosi khalayaknya. Salah
satu stimuli budaya yang dapat divariasikan dalam pengemasan film
bingkai bersuara ialah iringan musik. Musik pengiring film bingkai bersuara
biasanya dipakai untuk menarik perhatian dan minat pemirsanya agar
mau menyimak gambar yang sedang didedahkan, sampai film bingkai
selesai ditayangkan.
Musik pengiring narasi pada penayangan film bingkai bersuara
dapat mendorong dan memperdalam image emosi dan kadang-kadang
dapat memperdalam arti sebuah kata atau gambar. Jenis musik yang

sesuai dengan selera pendengarlkhalayak akan diperhatikan, didengarkan
dan selanjutnya akan dihayati oleh pendengarlkhalayak.
Pemilihan jenis musik pengiring perlu didasari pertimbangan
psikologis.

Tiap jenis musik mempunyai susunan nada dan syntax

tertentu. Apabila nada dan syntax yang menyusun musik tersebut dapat
dipahami pendengarnya, maka musik tersebut akan merupakan stimuli
psikologis yang mengandung sensasi.

Sensasi akan mempengaruhi

persepsi, sehingga musik dapat mempengaruhi persepsi seseorang.
Akan tetapi adanya perbedaan lingkup referensi budaya diantara
pengemas pesan dan khalayaknya, maka tujuan tersebut kadang-kadang
tidak tercapai. Hal ini merupakan masalah pertama yang ingin diteliti.
Kendala kedua berhubungan dengan efektifitas penggunaan
bentuk gambar foto dan gambar garis yang mempunyai fungsi dan sifat
yang berbeda pada film bingkai bersuara.
Berdasarkan sifat kedua bentuk ilustrasi yang berbeda itu, maka
gambar foto dan gambar garis dapat dikombinasikan penggunaannya.
Kedua bentuk ilustrasi yang berbeda fungsinya akan saling melengkapi
sehingga kombinasi tersebut akan sangat efektif jika digunakan untuk
menyampaikan informasi visual.
Sampai sekarang ini belum banyak diketahui sejauh mana
pengaruh jenis musik dan penyajian bentuk gambar (perbandingan jumlah
frame) film bingkai bersuara terhadap peningkatan pengetahuan, apalagi
dikalangan siswa SUPM secara khusus tentang transportasi udang hidup
sistem kering.
Berdasarkan ha1 diatas, maka penelitian eksperimen tentang
perbandingan bentuk gambar (foto dan gambar garis) dan jenis musik
pada film bingkai bersuara diharapkan akan dapat menjawab beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Penggunaan jenis musik yang mana yang sesuai untuk mengiringi

pernutaran film bingkai bersuara dalam meningkatkan pengetahuan
siswa SUPM terhadap informasi tentang transportasi udang hidup
sistem kering.

2. Penggunaan perbandingan jumlah frame bentuk gambar yang mana

yang tepat pada film bingkai bersuara dalam meningkatkan
pengetahuan siswa SUPM terhadap informasi tentang transportasi
udang hidup sistem kering.
3. Bagaimana pengaruh interaksi antara jenis musik dan penyajian

bentuk gambar serta kombinasi mana yang sesuai pada film bingkai
bersuara dalam meningkatkan pengetahuan siswa SUPM terhadap
informasi tentang transportasi udang hidup sistem kering.
Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, secara
umum penelitian ini bertujuan untuk mencari model rancangan yang
bagaimana yang cocok dan sesuai dalam menyebarluaskan informasi
tentang transportasi udang hidup sistem kering terhadap siswa SUPM di
Kota Tegal, Jawa Tengah.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini

bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh jenis musik dangdut dan jenis musik pop pada

film bingkai bersuara dalam meningkatkan pengetahuan siswa SUPM
tentang informasi transportasi udang hidup sistem kering di Kota
Tegal, Jawa Tengah.

2. Mengetahui pengaruh kombinasi penyajian bentuk gambar garis dan
gambar foto pada film bingkai bersuara dalam meningkatkan
pengetahuan siswa SUPM tentang informasi transportasi udang hidup
sistem kering di Kota Tegal, Jawa Tengah.
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara jenis musik dan penyajian

bentuk gambar pada film bingkai bersuara dalam meningkatkan
pengetahuan siswa SUPM tentang informasi transportasi udang hidup
sistem kering di Kota Tegal, Jawa Tengah.
Kegunaan Penelitian

Penelitian eksperimen ini dimaksudkan untuk dapat merancang dan
mengembangkan medium komunikasi film bingkai bersuara yang dapat

dipakai dan sesuai dalam menyebarluaskan inforrnasi dan meningkatkan
pengetahuan siswa SUPM tentang informasi transportasi udang hidup
sistem kering di Kota Tegal, Jawa Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan
berguna untuk :
I.Menghasilkan film bingkai bersuara yang berisi informasi tentang

transportasi udang hidup sistem kering.

2. Menghasilkan model rancangan yang tepat dan sesuai dari film bingkai
bersuara sebagai media komunikasi untuk pendidikan, terutama
pendidikan tentang bidang pascapanen perikanan.
3. Memberikan

sumbangan

gagasan

bagi

perkembangan

ilmu

komunikasi pembangunan, khususnya media film bingkai bersuara.
4. Menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam

merancang dan mengembangkan media film bingkai bersuara sebagai
media penyuluhan di pedesaan,

khususnya tentang transportasi

udang hidup sistem kering.
5. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain dalam merumuskan

dan mengembangkan penelitian mengenai film bingkai bersuara
sebagai media komunikasi.
Definisi lstilah

Definisi istilah atau rumusan operasional dimaksudkan untuk
mendapatkan kesamaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini dirumuskan beberapa definisi
istilah yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Film binakai bersuara ialah suatu rangkaian dari beberapa film

bingkai yang ketika disorotkan pada layar disertai dengan suara,
merupakan bidang transparan yang bergambar, berwarna, terbuat dari
selluloid dan diberi bingkai.

Suara pengiring film bingkai tersebut

berasal dari pita kaset yang sudah terekam sebelumnya. Suara itu
berupa komentar narator atau efek bunyi sesuai dengan gambar film
bingkai. Perpindahan antara film bingkai yang satu dengan yang lain
dilakukan dengan sinkronisasi yang terekam pada pita kaset.

2. Bentuk clambar ialah jenis gambar yang digunakan untuk memberikan

ilustrasi film bingkai. Bentuk gambar tersebut adalah gambar hasil
lukisan tangan (grafis) atau gambar hasil pemotretan.
3. Musik adalah susunan suara atau bebunyian dan merupakan sebuah

cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara
teratur dalam bentuk bunyi.
4. Musik POP adalah salah satu jenis musik yang termasuk dalam musik

populer Indonesia dan merupakan musik yang mudah hidup dan
dihafal manusia, pada umumnya lagu pop diiringi oleh band.

5. Musik dancldut adalah salah satu jenis musik yang termasuk dalam
musik populer Indonesia yang digemari oleh seluruh lapisan
masyarakat, biasanya dicirikan oleh suara seruling dan kendang yang
sangat dominan.
6. Peninclkatan pencletahuan dinyatakan sebagai skor tambahan

pengetahuan yang diperoleh setelah menyaksikan presentasi film
bingkai bersuara tentang informasi transportasi udang hidup tanpa air.
7. Transportasi udana hidup sistem kering adalah suatu tindakan
memindahkan udang dalam keadaaan hidup yang didalamnya
diberikan tindakan-tindakan untuk menjaga agar derajat kelulusan
hidup udang tetap tinggi setelah sampai ketempat tujuan.
8. Sekolah Pertanian Pembanaunan (SUPM) adzlah sekolah kejuruan

yang khusus mempelajari bidang usaha perikanan. Sekolah tersebut
merupakan sekolah negeri yang didirikan oleh Departemen Pertanian,
yang sekarang dibawah Departemen Kelautan dan Perikanan.

TINJAUAN PUSTAKA
Film Bingkai Bersuara Sebagai Medium Komunikasi
Penggunaan suatu medium komunikasi dalam menyampaikan
suatu pesan akan banyak membantu apabila kita secara tepat dapat
memilih medium komunikasi tersebut. Saat memilih medium komunikasi
ini terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan seperti
khalayak, tempat, latar belakang, umur maupun pendidikan.
Medium komunikasi film bingkai terrnasuk media generasi ketiga,
teknologi pembuatannya sudah sangat dikenal di negara berkembang
dan terbukti sangat membantu penyuluh dalam menyebarkan pesan
inovasi di pedesaan India (Schramm, 1964). Medium komunikasi film
bingkai bersuara ialah salah satu bentuk media massa visual dua dimensi
yang menghasiikan tanda-tanda informasi visual yang berguna bagi
khalayak (Sulaiman, 1981).
Selanjutnya Schramm (1977) menggolongkan medium komunikasi
ini sebagai

medium kecil.

Penggolongan ini atas dasar : 1) cara

pembuatannya yang sederhana, 2) pengoperasiannya mudah, dan 3)
biaya pembuatannya serta pengoperasiannya murah dibandingkan
dengan media lain seperti televisi atau koniputer terprogram.
Medium komunikasi film bingkai bersuara ialah bidang transparan
yang bergambar. Bidang ini bisa terbuat dari kaca, plastik jernih atau
seluloid, film bingkai bersuara diproyeksikan kesebuah layar dengan alat
yang disebut proyektor.

Film bingkai bersuara merupakan alat audio

visual yang efektif karena khalayak mendapatkan gambaran jelas melalui
melihat, mendengar komentar tentang gambar secara baik dan kronologis
(Suleiman, 1981).
Film bingkai bersuara merupakan salah satu medium komunikasi
yang dapat menghasilkan tanda-tanda informasi oral dan visual yang
berguna bagi khalayak. Film bingkai bersuara merupakan medium kecil
yang dapat menjangkau kelompok atau individu khalayak (Kemp, 1975).

Film bingkai bersuara harus memberikan banyak fungsi serta
faedahnya kepada penonton. Penonton haws mendapatkan manfaat dari
melihat film bingkai bersuara, apabila film bingkai bersuara disajikan untuk
pengajaran, penyuluhan dan penerangan (Suleiman, 1981).
Kelebihan dan Kelemahan Film Bingkai Bersuara

Menurut Suleiman (1981) ada beberapa kelebihan dan kelemahan
penggunaan medium komunikasi film bingkai bersuara, jika dibandingkan
dengan media lainnya. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain :
a) Film bingkai bersuara tidak bertaut sehingga jika ingin melihat
sebagian dapat dilakukan.

Disamping itu jika ada sebagian yang

rusak, maka bagian itu dapat dibuang atau diganti tanpa
mengorbankan keseluruhan rangkaian yang lainnya.
b) Bisa diproduksi berseri dengan kombinasi antara huruf, gambar dan
suara sehingga seorang buta huwf masih ada kemungkinan
memahami isi pesan yang disampaikan.
c) Dibandingkan film movie, film bingkai bersuara dapat memberi

kesempatan kepada penonton untuk memperhatikan detil gambar
yang diproyeksikan. Tidak demikian dengan film movie yang terus
bergerak dan lewat tanpa penonton bisa menunggu.
d) Satu seri film bingkai bersuara tidak memerlukan tempat yang besar.
Proyektor juga tidak terlalu besar, sehingga perlengkapan itu mudah
dibawa dan dipindah-pindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan tentang keefektifan film bingkai
sebagai medium untuk mempercepat proses penyebaran informasi,
terutama informasi visual yang kurang memerlukan unsur gerakan. Kelly
(1980) menyebutkan bahwa, penggunaan film bingkai berseri untuk
pelajaran membaca murid kelas satu dapat membantu meningkatkan
pengenalan huruf dan kata dengan lebih baik. Hal ini juga berarti bahwa
film bingkai dapat menjadi medium untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak yang memiliki pendidikan rendah (kemampuan baca tulis
rendah) yang banyak terdapat di pedesaan.

Hasil penelitian Hines (1984), menjelaskan bahwa, "tidak ada
perbedaan antara film bergerak (movie) dengan film bingkai dalam
menyebarkan informasi visual yang kurang memerlukan unsur gerak".
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, film bingkai dapat menggantikan
film movie sebagai medium untuk menyebarkan informasi visual. Hal ini
akan sangat menguntungkan, karena biaya memproduksi film bingkai jauh
lebih murah dibandingkan film movie, pembuatannyapun lebih mudah dan
tidak serumit film movie.
Dengan memanfaatkan film bingkai untuk menyebarkan informasi,
maka informasi tersebut dapat disebarkan secara lebih menarik
(Sulaeman, 1981). Melalui medium film bingkai informasi yang berupa
deskripsi atau ilustrasi visual menjadi lebih jelas dan lebih mudah
ditangkap oleh khalayak (Jenkin, 1981).
Disamping

beberapa

keunggulan yang

sudah

disebutkan

sebelumnya, film bingkai mempunyai beberapa kelemahan yang perlu
diperhatikan. Kelemahan itu antara lain, jika digunakan secara individual
pemirsanya harus memiliki keterampilan untuk menyusun urutan
pemutaran film bingkai tersebut (Kemp, 1975). Untuk mengatasi
kelemahan semacam ini, seseorang yang ingin menggunakannya secara
individual, haws mencoba beberapa kali sampai dihasilkan susunan yang
baik dan benar.
Membuat suatu seri film bingkai diperlukan waktu yang cukup lama.
Lamanya pembuatan film bingkai sangat tergantung dari waktu (1)
perencanaan, (2) pemotretan (pengambilan obyek), (3) pemrosesan.
Waktu pemrosesan film bingkai ini dapat dipersingkat dengan cara
menggunakan film bingkai yang dapat segera diproses (instant) sendiri.
Film bingkai juga sulit untuk memvisualkan unsur gerak, sehingga
kurang efektif jika digunakan untuk menyebarkan informasi visual yang
banyak mengandung unsur gerak (Sulaiman, 1985). Kelemahan ini dapat
diatasi dengan cara menggunakan beberapa proyektor film bingkai
sekaligus untuk mempresentasikan beberapa film bingkai yang merekam
setiap gerakan suatu obyek.

Film Bingkai Bersuara Untuk Penyebaran lnforrnasi dan Pendidikan

Menurut Lonigro dan Eschenbrenner (1974), film bingkai sangat
baik untuk mendiseminasikan informasi tentang suatu cara atau prosedur
yang perlu dilakukan oleh seseorang secara bertahap. Hal ini disebabkan
pada film bingkai dapat diatur lamanya perpindahan antara satu film
bingkai dengan yang lainnya sehingga dapat disesuaikan dengan
kemampuan pemirsanya dalam memahami isi pesannya.
Sebagai alat bantu penyuluhan untuk mendiseminasikan inovasi,
film bingkai dapat digunakan baik oleh kelompok besar (dengan
menggunakan proyektor film bingkai) atau digunakan oleh kelompok kecil
(dengan menggunakan viewer) (Jenkin, 1981).
Hasil penelitian lain tentang film bingkai untuk diseminasi inforrnasi
telah dicatat oleh Brown seperti yang dikutip oleh Wilkinson (1980) :

-

Film bingkai dapat merangsang minat penonton.

-

Pesan film bingkai yang dipilih dan diadaptasi dengan tepat dapat
membantu penonton untuk memahami dan mengingat isi informasi
yang menyertainya.
Kelly (dalam Wilkinson, 1980) menyatakan bahwa penggunaan film

bingkai bersuara untuk pelajaran membaca murid kelas satu dapat
membantu meningkatkan pengenalan huruf dan kata dengan lebih baik.
Hal ini juga berarti bahwa film bingkai bersuara dapat menjadi medium
dalam pengajaran kepada khalayak yang memiliki pendidikan rendah.
Film bingkai bersuara dapat membantu menginterpretasi-kan yang
dilihat dalam pengajaran oleh pelajar (Brown, 1973). Tentang efisiensi
pengajaran dengan film bingkai bersuara, Suleiman (1981) mengatakan
bahwa film bingkai bersuara dapat meningkatkan efisiensi pengajaran 25
sampai 50 persen.
Sedangkan menurut Hamalik (1986) nilai film bingkai bersuara bagi
pendidikan adalah sebagai berikut :
(1) penyajiannya berupa suatu unit atau suatu kesatuan yang bulat,
(2) menimbulkan dan mempertinggi minat murid,

(3) setiap siswa dalam kelas melihat gambar yang sama dalam waktu

yang sama,
(4) merangsang diskusi kelas,

(5) gambar diproyeksikan, jadi lebih efisien.
Suatu gambar pada film bingkai bersuara dapat diulang selama
beberapa waktu dipasang dan mengadakan analisa secara lebih
mendalam. Baik oleh kelompok yang besar maupun oleh kelompok kecil,
bahkan secara individuiljuga besar manfaatnya.
Musik Pada Film Bingkai Bersuara
Menurut Irwin (1982), Hamdju dan Armillah (1986) musik adalah
salah satu seni yang temporal karena selalu berubah setiap saat.
Komposer menitik beratkan satu materi musik untuk satu kerja dalam satu
periode waktu yang menurut Hamdju dan Armillah mempunyai bagianbagian :
1. Vokal, ialah suara manusia (mulut), terrnasuk bersiul, yang utama.

2. Instrumen, ialah suara alat-alat musik seperti gitar, biola, seruling,
organ, dan alat-alat, yang utama.
3. Campuran, vokal dan instrumental, yaitu nyanyian vokal dengan

diiringi alat musik.
Bagi kehidupan manusia, musik adalah kebutuhan, Pasaribu
(1986), Hamdju dan Armillah (1986) didalam Muatip (1997). Musik untuk
inengungkapkan perasaan seperti rasa senang, sedih, cinta, dan
ungkapan perasaan lainnya. Fungsi musik tidak sekedar sebagai sarana
hiburan tetapi juga sebagai sarana pendidikan (Rajasundaran, 1981).
Pengarang lagu didorong untuk membuat lagu yang sifatnya mendidik
pendengarnya mengenai hal-ha1 yang perlu dilakukan, seperti pola
makan, kebersihan dan cara-cara bertani yang lebih maju dan
sebagainya.
Musik di Indonesia dapat digolongkan dalam musik tradisional dan
musik popular (dipengaruhi musik luar). Saat ini musik tradisional seperti
gamelan, angklong, orkes, gambus dan sebagainya, mengalami

kemunduran keberadaannya, karena persaingan dengan musik populer
seperti musik keroncong, dangdut, pop, jazz, seriosa, dan rock
(Ensiklopedia, 1990). Sementara menurut Soeharto (1995) pada tahun
19771 1978 beberapa tokoh musik mengadakan inventarisasi musik yang
ada di Indonesia, hasilnya adalah :
1. Musik hiburan populer (musik populer Indonesia, daerah dan asing).
2. Musik keroncong.
3. Musik daerah dan tradisional.

4. Musik kanak-kanak.
5. Musik pertunjukan.
6. Musik dangdut.
7. Musik gaya melayu.
8. Musik gaya hawai.
9. Musik jazz komersial.

10.Musik tradisional untuk upacara.
11. Musik sakral.
12. Musik folklore.
13. Musik klasik asing.
14. Musik eksperimental.
15.Musik jazz avant garde.
16. Musik hymne dan mzrs nasional.
White (1968) dan Woodward (1982), menyatakan bahwa musik
dapat mendorong dan memperdalam image emosi dan kadang-kadang
dapat memperdalam arti sebuah kata atau gambar. Melalui syair dan
pengulangan lagu yang dinyanyikan, musik dikatakan berpengaruh kuat
terhadap ingatan manusia, dan dengan suara maka dapat diciptakan
ingatan yang efektif,
Pengertian musik pop tidaklah sama dengan musik populer karena
musik populer merupakan lagu-lagu yang disukai rakyat, sedangkan
musik pop merupakan musik yang mudah hidup dan dihafal masyarakat
(Sylado, 1983:76).

Pada umumnya lagu pop diiringi oleh band, yaitu

kesatuan pemusik yang terdiri dari 4 orang sampai 8 orang dengan

perangkat yang dipergunakan : gitar melodi, gitar bass, gitar pengiring,
drum, organ, terompet, saxophone dan lain-lain Hamdju dan Armillah,
(1986).
Sejarah musik pop Indonesia dimulai pada saat Elvis Presley
menguasai dunia musik pop di seluruh dunia. Dampak yang luar biasa
adalah dengan dikenalnya elvismania yaitu budaya anak muda untuk
hidup menurut gaya Elvis Presley. Demi kepribadian nasional pada tahun
1959 Presiden Soekarno melarang semua corak pop yang sangat
digemari pada saat itu, yaitu rock dan cha-cha-cha.

Sejak itulah

berkembang 'pop Indonesian, melalui peninggalan lagu-lagu rakyat dan
lagu daerah (Ensiklopedia, 1992).
Menurut Muatip, (1997) bahwa musik pada dasarnya merupakan
bagian dari kebudayaan manusia yang mengungkapkan perasaan
seseorang, menggugah emosi, mendidik dan memberikan informasi pada
pendengarnya. Bagi pendengar, yang pertama kali diperhatikan adalah
jenis musik yang sesuai dengan seleranya, selanjutnya akan mengikuti
syair lagu, menghayatinya dan ikut menyanyikannya.
Hilliard (1976) menyatakan bahwa musik pop bersifat mudah
dinyanyikan, fleksibel, pada umumnya syaimya berisi cetusan gejala
sosiologis masyarakat, namun irama musik pop lebih dinamis sehingga
kurang disukai orang tua.
Orang-orang yang

mempunyai

kesamaan struktur

kognisi

(isomorfisme) cenderung cepat tertarik dan akrab. Pengaruh jenis musik
terhadap daya tarik dalam psikologi komunikasi berkaitan dengan
kredibilitas sumber. Kredibilitas sumber ialah persepsi komunikasi. Jadi
tidak inheren dalam diri komunikator; bunyi musik yang akrab dengan
komunikan (khalayak) itulah yang lebih menarik (Rakhmat, 1993).
Lull (1985) menyatakan bahwa musik merupakan suatu inspirasi
yang bermanfaat bagi anak-anak muda yang bertahan pada lingkungan
sosialnya.

Pada pemuda (anak-anak muda) di negara maju, musik

berperanan sebagai penggerak emosi, mencapai keinginan personal dan

interpersonal, mempertahankan otoritas, memantapkan identitas serta
mengembangkan hasrat.
Pengaruh Musik Pada Film Bingkai Bersuara
Terhadap Daya Tarik Responden

Menurut Rakhmat (1993) adanya daya tarik menyebabkan
terjadinya

selektivitas

dalam

diri

manusia

(selective

attention).

Pengalaman terhadap suatu ha1 akan menyebabkan minat dan perhatiar.
manusia dan bila minat dan perhatian sudah ada maka manusia akan
mengerahkan pengertian (kecerdasan) untuk memahami apa yang
diperhatikannya. Perhatian merupakan fase pertama dari empat fase
belajar. Fase selanjutnya adalah fase retensi, fase reproduksi, dan fase
motivasi. Perhatian pada umumnya tertuju pada hal-ha1 yang menarik,
sesuatu yang berhasil dan menimbulkan minat, juga hal-ha1 yang sedang
populer.

Perhatian juga merupakan syarat psikologis dalam individu

mengadakan persepsi, ini merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu obyek Walgito,
(1990).
Selanjutnya Walgito (1990) menyatakan bahwa, ditinjau dari segi
timbulnya perhatian, dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perhatizn spontan, ialah perhatian yang timbul dengan sendirinya

jspontan), ha1 ini erat hubungannya dengan minat individu.

2. Perhatian tidak spcntan, ialah perhatian yang ditimbulkan dengan
sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya.
Musik yang sesuai dengan selera pendengar dan dinyanyikan
dengan vokal yang jelas, suara merdu akan menimbulkan daya tarik, yang
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah kemampuan untuk
menarik atau memikat perhatian. Adapun menurut Goldberg dan Larson
(1985) daya tarik adalah semua keadaan kognitif yang berhubungan
dengan perasaan suka terhadap individu-individu atau objek-objek lain.

Muatip (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa jenis musik
yang diaransir secara keroncong lebih menarik daripada yang diaransir
secara pop. Hal ini diduga berkaitan dengan umur subyek eksperimen
yang mayoritas tergolong tua (30 sampai 50 tahun).
Musik mempunyai daya tarik

bagi pendengarnya karena

mempunyai elemen dasar seperti : (1) melodi atau susunan nada, yaitu
bagian terpenting dalam musik, (2) rhythm, yaitu faktor waktu dalam musik
(tempo), (3) harmoni akan menambah kedalaman dan kepadatan lagu,
dan (4) tone, yaitu bagian akhir dari proses pembawaan musik yang
direalisasikan dalam suara. Dengan adanya melodi yaitu ketinggian dan
kerendahan nada menyebabkan musik sebagai iambang komunikasi tidak
membosankan seperti yang dinyatakan oleh Walgito (1990) bahwa
stimulus yang monoton kurang menguntungkan, dan karenanya perlu
adanya perubahan stimulus untuk lebih menarik perhatian pendengarnya.
Tidak jauh berbeda dengan iklan, untuk mempengaruhi pendengar
menurut Woodward (1982), pesan dalam media audio harus dapat :
1. Menarik perhatian pendengar.
2. Mengingatkan pendengar pada suatu produk.
3. Membangkitkan perasaan.
4. Mempengaruhi konsumen untuk membeli produk.

Bentuk Gambar Film Bingkai Bersuara
Pengertian bentuk gambar pada film bingkai lebih ditekankan pada
jenis gambar yang ada dalam film bingkai tersebut. llustrasi untuk film
bingkai dapat berupa (1) hasil pemotretan gambar garis, (2) hasil
pemotretan obyek sebenarnya (Sulaiman, 1979). Kedua macam bentuk
gambar itu masing-masing memiliki keistimewaan yang saling melengkapi
tetapi tidak saling menggantikan fungsinya.
Gambar sangat diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi
yang disampaikan melalui medium visual, semacam film bingkai. Menurut
Flemming dan Levie (1978) didalam Pambudy (1988) lebih 80 persen dari
seluruh informasi yang kita peroleh ialah melalui mata, kita hidup dalam

masyarakat yang visually oriented.

Karena itu fungsi gambar sangat

diperlukan dalam menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui
visual, semacam film slide.
Keistimewaan gambar garis biasanya lebih dapat diatur sesuai
dengan keinginan kita. Secara lebih terperinci Burnett et a1 (1973),
menggambarkan keistimewaan gambar garis yang digunakan sebagai
ilustrasi pada suatu media untuk menyampaikan suatu informasi visual :

- dapat dibuat setiap saat dan tidak tergantung keadaan cuacal musim.
- dapat dibuat untuk atau menekankan hanya pada bagian diinginkanl
pentingnya saja dan membuang bagian yang dianggap kurang penting.
Karena itulah maka, ilustrasi yang berupa gambar garis seringkali
juga lebih efektif dalam menyampaikan suatu informasi visual.
Fungsi gambar dalam film bingkai sebagai alat bantu pengajaran,
penerangan dan penyuluhan sangat terikat dengan materi atau persoalan
yang akan divisualkan.

Secara umum fungsi gambar ialah untuk

menjelaskan suatu konsep atau objek tertentu yang kurang tepat jika
hanya menggunakan sejumlah kata saja (Solomon, 1974).
Secara lebih lengkap Brown (dalam Wilkinson, 1980) menjelaskan
hasil penelitiannya tentang keefektifan gambar garis untuk menyampaikan
informasi visual sebagai berikut :

- llustrasi berupa gambar garis seringkali dapat lebih efektif sebagai
penyampai informasi daripada fotografi dari obyek yang sebenarnya.

- Gambar-gambar realisme yang lengkap yang membanjiri penonton
dengan informasi visual yang terlalu banyak ternyata kurang baik
sebagai perangsang belajar dibandingkan dengan lukisan sederhana.
Lebih dari 80 persen dari seluruh informasi yang kita peroleh ialah
melalui mata, kita hidup dalam suatu masyarakat yang visually oriented
(Flemming and Levie, 1978). Karena itu, fungsi ilustrasi (berupa gambar,
foto, grafik, diagram, lukisan atau sejenisnya) sangat diperlukan dalam
menjelaskan suatu informasi yang disampaikan melalui medium visual,
semacam film bingkai. Banyak studi telah memperlihatkan keefektifan
gambar visual yang diproyeksikan (Wilkinson, 1980).

Pada film slide suatu gambar akan fungsional jika ia dapat
diinterpretasikan dengan tepat oleh penontonnya.

Untuk itu pembuat

gambar harus mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
-interpretad suatu gambar. Hal ini disebabkan bahwa makna interpretasi
suatu gambar sangat tergantung dari pengalaman penontonnya
(Gombrich, 19754) didalam Rohadji (1991). Kemudian secara lebih
spesifik, fungsi gambar pada media ialah untuk menambah kedalaman,
ketepatan dan kredibilitas informasi visual (Burnett, et. a/., 1973).
Ada penelitian yang mengungkapkan, bahwa bila murid menjumpai
kesulitan mempelajari sesuatu pelajaran (pesan verbal) maka perlihatkan
gambar kepada mereka (Schramm, 1984). Karena menurut Cronbach
(1975), dengan menggunakan gambar atau diagram akan lebih
mempengaruhi

kemampuan

murid

mempelajari

keterampilan

pengetahuan. Lebih lanjut Schramm (1984) sendiri menduga bahwa
penyajian suatu bidang studi dengan penggunaan gambar mempermudah
belajar bagi murid yang rendah kemampuannya menangkap presentasi
verbal.
Fungsi ilustrasi film bingkai sebagai alat bantu pengajaran,
penerangan dan penyuluhan sangat terikat dengan materi atau persoalan
yang akan divisualkan. Dalam menggunakan ilustrasi tersebut kita harus
berhati-hati.
Secara umum fungsi ilustrasi ialah untuk menjelaskan suatu
konsep atau obyek tertentu yang kurang tepat jika hanya menggunakan
sejumlah kata saja (Solomon, 1974). Kemudian secara lebih spesifik,
fungsi ilustrasi pada media ialah untuk menambah kedalaman, ketepatan,
dan kredibilitas informasi visual (Burnett, ef. a/., 1973). Deng