BENTUK PENYAJIAN KESENIAN SIBALO BALO CAHAYA REMBULAN MUSIK DI KELURAHAN MUARAREJA KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

(1)

i

DI KELURAHAN MUARAREJA

KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : KHUSNIATI

NIM : 2501915008

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

Jurusan : Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

Saya Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, nama Khusniati, NIM 2501915008 , Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 1 Agustus 2016

Khusniati


(5)

v

“Kegagalan ”.

2. “Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah” ( Abu bakar sibli)

3. “Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton” (Mark Twain)

Persembahan:

1. Abdul Basit, suamiku dan Mohammad Salman Al Farisy, anakku tercinta yang selalu memberi motivasi dan mendoakanku.


(6)

vi

“Bentuk Penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan jurusan Seni drama, tari dan musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari bahwa hal ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof.Dr.Fathur Rokhman M.Hum, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kuliah di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Udi Utomo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Seni drama, Tari dan Musik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

vii

5. Drs. Eko Raharjo, M.Hum, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. H. Tambari Gustam, selaku ketua kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya memberikan informasi dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Evi Wijayanti, SH, selaku ketua/penanggungjawab Sibalo-balo Polwan Polmas yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Anggota sekaligus pemain kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, yang sudah menyempatkan waktunya untuk memberikan informasi tentang kelompok Cahaya Rembulan Musik.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal baik Bapak dan Ibu serta teman-teman di kemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Semarang, 1 Agustus 2016


(8)

viii

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Kusrina Widjajantie, S.Pd., M.A. Pembimbing II: Drs. Eko Raharjo, M.Hum

Kata kunci: bentuk penyajian, kesenian Sibalo-balo, Cahaya Rembulan Musik Kesenian Sibalo-balo di kota Tegal sudah ada sejak zaman penjajahan. Syair dan lakon yang dipentaskannya mengandung pelajaran penting, baik tentang lingkungan sekitar, keamanan, maupun budi pekerti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisa bentuk penyajian kesenia Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Manfaat secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya, secara praktis dapat memberikan informasi tentang keberadaan Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik

Penelitian berbentuk kualitatif deskriptif dengan pendekatan performent art dengan kajian etnomusikologis. Kajian difokuskan pada bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik yang meliputi aspek-aspek musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

Alat musik kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik terdiri dari alat musik rebana ditambah saron, kendang dan gong. Tempat pementasan /tata panggung tidak mempunyai ketentuan yang baku, disesuaikan dengan kondisi tempat penanggap. Tata busana berwarna hitam-hitam dengan tata rias yang polos tanpa make up. Tata lampu dan tata suara juga tidak mutlak, disesuaikan dengan kondisi penanggap. Pementasan Balo-balo dengan sentuhan modernisasi tersebut dalam setiap pementasannya mampu menyedot banyak penonton, baik anak-anak, orangtua, maupun kalangan umum. Kemampuan kelompok kesenian Cahaya Rembulan Musik ini kemudian dilirik oleh Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi untuk mensukseskan program “Polisi Jakwire Wong

Tegal”, sebagai sarana sosialisasi untuk menyampaikan visi misi kamtibmas. Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik terus dipertahankan dengan memberi tambahan alat musik seperti gitar dan bass, hingga makin dinamis dan bervariasi. Untuk regenerasi pemain dapat diatasi dengan mengajarkan anak-anak mereka berlatih dan memainkan alat musik kesenian Sibalo-balo, Program Polmas “Polisi Jakwire Wong Tegal” yang melibatkan kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik dengan mementaskannya setiap Minggu Pagi di halaman mako Polresta Tegal perlu dipertahankan, agar kesenian ini terus eksis.


(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI... ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Rumusan Masalah ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 6

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka ... 9


(10)

x

2.2.3.1 Musik atau Lagu ... 12

2.2.3.2 Alat Musik ... 13

2.2.3.3 Pemain ... 13

2.2.3.4 Tempat Pementasan ... 13

2.2.3.5 Perlengkapan Pementasan ... 13

2.2.3.6 Urutan Penyajian ... 13

2.2.4 Pengertian Kesenian... 16

2.3 Kerangka Berfikir ... 18

BAB III : METODE PENELITIAN ... 21

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 21

3.2 Data dan Sumber data ... 22

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2.2 Sasaran Penelitian ... 22

3.2.1 Teknik Pengumpulan data ... 22

3.3.1 Observasi ... 23

3.3.2 Wawancara ... 24

3.3.3 Dokumentasi ... 25

3.2.2 Teknik Analisis Data ... 25

3.4.1 Reduksi data ... 26

3.4.2 Penyajian data ... 27

3.4.3 Penarikan Kesimpulan ... 27


(11)

xi

4.1.2.1 Bentuk Penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik

(CRM) ... 37

4.3.1 Musik dan lagu ... 38

4.3.2 Alat Musik ... 41

4.3.3 Pemain ... 44

4.3.4 Tempat Pementasan ... 44

4.3.5 Perlengkapan Pementasan ... 45

4.3.5.1 Tata Busana ... 45

4.3.5.2 Tata rias ... 46

4.3.5.3 Tata lampu dan tata suara ... 46

4.3.6 Urutan Penyajian ... 46

BAB V : PENUTUP ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... . 49

BAGIAN AKHIR Daftar Pustaka ... 51 Lampiran-Lampiran ...


(12)

xii

Gambar 2 : Bagan skema analisis data menurut Miles dan Huberman ... 37

Gambar 3 : Peta Kota Tegal ... 41

Gambar 4 : Kelurahan Muarareja ... 45

Gambar 5 : Alat musik kelompok kesenian sibalo-balo CRM ... 49

Gambar 6 : kolaborasi kelompok kesenian sibalo-balo CRM dengan Polwan dalam rangka memperingati HUT RI ke-67... 52

Gambar 7 : Balo-balo Polwan Polmas mengadakan latihan ... 53

Gambar 8 : Kolaborasi Polwan Polmas dengan CRM ... 57

Gambar 9 : penampilan CRM di acara launching kereta api Tegal bahari ... 62

Gambar 10 : Sibalo-balo CRM gabungan dengan Polres tegal kota ... 63

Gambar 11 : Alat musik terbang Jawa ... 64

Gambar 12 : Cara memainkan terbang Jawa ... 65

Gambar 13 : Alat musik terbang kencer ... 66

Gambar 14 : Cara memainkan terbang kencer ... 67

Gambar 15: alat musik kendhang blampak ... 68

Gambar 16 : Cara memainkan alat musik kendhang blampak ... 69

Gambar 17: Alat musik saron ... 70

Gambar 18: Cara memainkan alat musik saron ... 71

Gambar 19: Formasi Tata panggumh pada acara HUT TNI ke 70 ... 74

Gambar 20: Tata panggung di acara HUT TNI ke 70 ... 75

Gambar 21: Tata busana kelompok kesenian Sibalo-balo CRM ... 76


(13)

xiii

Tabel 3 : Penduduk menurut mata pencaharian ... 44 Tabel 4 : Pemain, pekerja dan alat yang dimainkan ... 72


(14)

xiv


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni merupakan salah satu ekspresi proses kebudayaan manusia, sekaligus pencerminan dari peradaban suatu masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu, memperluas wawasan tentang kesenian merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sama penting dengan aspek-aspek kehidupan lainnya.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan seni merupakan ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga dapat dinikmati dengan panca indra. Berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian dapat dibagi sebagai berikut: 1) seni rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan batu dan kayu, (b) seni menggambar dengan media pinsil dan crayon, (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; 2) seni pertunjukkan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara, Koentjaraningrat (2002:20).

Dalam seni pertunjukkan, indera pendengaran sebenarnya juga turut berperan, oleh karena di dalamnya diolah pula berbagai efek suara dan musik untuk menghidupkan suasana. Berdasarkan indera pendengaran manusia, maka kesenian dibagi ke dalam: 1) seni musik, termasuk seni musik tradisional, dan 2) seni kesusastraan. Seni kesusastraan juga termasuk dalam bagian ini karena dapat dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui pembacaan prosa dan puisi) Koentjaraningrat (2002:20).


(16)

Kesenian juga merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sebagai hasil tingkah laku manusia yang bersifat spesifik dan kreatif yang terbagi menjadi dua golongan yaitu kesenian tradisional dan kesenian moderen. Kesenian tradisional merupakan warisan nenek moyang yang secara turun temurun dari masyarakat pendukungnya di setiap daerah bahkan berdasarkan konsep seseorang yang tidak dapat dipastikan penciptanya dan dipengaruhi oleh keadaan sosial masyarakatnya di suatu daerah atau tempat. Oleh karena itulah wujud kesenian tradisional kerakyatan juga berkaitan dengan peristiwa kedaerahan yang didukung masyarakat secara turun-temurun dan dianggap sebagai miliknya, sehingga kesenian tradisional sering disebut juga kesenian daerah.

Kesenian daerah merupakan salah satu bentuk kesenian khas yang ada di masyarakat dan merupakan bentuk ekspresi masyarakat. Kesenian daerah merupakan kesenian khas karena tidak dimiliki oleh daerah lain. Pendapat ini

senada dengan Koentjaningrat yang menyatakan bahwa “kesenian adalah segala

ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati” (2009:298). Kesenian daerah timbul karena adanya berbagai hal diantaranya wujud dari rasa syukur kepada sang pencipta atau tercipta dari suatu keadaan dan kondisi tertentu.

Kota Tegal merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang mengalami perkembangan kesenian daerah cukup pesat. Kesenian asli dari kota Tegal antara lain Tari Topeng Endel, Kuda Lumping, Wayang Kulit, Kentrung, Tari Kuntul Tegalan atau Tari Kuntulan, Sibalo-balo.


(17)

Tari Topeng Endel dibawakan oleh seorang penari atau berkelompok dan diiringi oleh musik gamelan Jawa yang terdiri dari kendang, bonang, saron, peking dan lainnya. Tari topeng endel menggambarkan seorang pembantu atau pesuruh yang bertugas menghibur keluarga raja dan menyambut tamu. Kuda lumping disebut juga jaran kepang atau jathilan merupakan tarian berkelompok yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tarian kuda lumping merefleksikan semangat heroisme sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Wayang kulit merupakan kesenian yang menggambarkan kepribadian dari tokoh wayang itu sendiri. Wayang kulit biasanya dipentaskan malam hari. Kentrung dimainkan oleh satu orang sambil memukul kendang/terbang Jawa. Kentrung merupakan bentuk tradisi lisan, yakni memberikan petuah dan nasehat tentang budi pekerti hidup, sopan santun kepada orang tua, tetangga, dan orang lain melalui syair-syair yang dilantunkan sambil diiringi tabuhan terbang Jawa. Tari Kuntulan atau biasa disebut dengan Tari Kuntul Tegalan merupakan perpaduan gerakan ilmu bela diri diiringi lantunan lagu-lagu Islami beserta permainan rebana. Balo-balo merupakan kesenian tradisional masyarakat kota Tegal yang menggunakan alat musik rebana yaitu terbang jawa dan terbang kencer sebagai pengiringnya, syair lagunya dinamis, selalu mengikuti perkembangan zaman dan bertujuan menjalin komunikasi antar warga, inilah yang membedakan kesenian balo-balo dengan kesenian daerah kota Tegal lainnya.

Balo-balo berasal dari kata “bolo-bolo” yang berarti kawan-kawan dan sudah ada sejak zaman perjuangan sekitar tahun 1913. Pada awalnya, masyarakat


(18)

Kota Tegal menggunakan kesenian ini sebagai sarana syiar atau dakwah menyebarkan agama Islam, pada perkembangannya menjadi berbeda tujuan yaitu dijadikan untuk mengelabuhi para penjajah. Saat para pejuang tengah berkumpul untuk menyusun strategi melawan penjajah, warga lainnya sibuk berkerumun sambil menabuh rebana dan asyik berdendang, sehingga para penjajah tidak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.

Syair dan lakon yang dipentaskan kesenian musik Sibalo-balo mengandung pelajaran penting, baik tentang lingkungan sekitar, keamanan, maupun budi pekerti. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal ’deles’ (asli/murni), tanpa ada unsur bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Balo-balo zaman dahulu penuh dengan nuansa kepahlawanan dan semangat perjuangan. Musiknya sangat dekat dengan rakyat, syairnya kental dengan nasehat untuk mengingat Tuhan. Alat musik yang digunakan berupa terbangan atau sejenis rebana terbuat dari kulit, yang terdiri dari terbang jawa dan terbang kencer.

Menurut Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal, Nur Ngudiono, setiap kalimat yang dilontarkan dalam pementasan merupakan serangkaian petuah yang dikemas dengan konsep banyolan atau gurauan. Kelompok kesenian balo-balo di Kota Tegal antara lain Istiqomah dan al Muttaqin di jalan Panggung. Kesenian Balo-Balo ini menyuguhkan syair tentang agama yang bertujuan untuk syiar atau dakwah, dengan iringan musik rebana tanpa ada unsur musik lainnya.


(19)

Untuk menarik penonton, terutama kalangan muda agar tertarik menonton serta melestarikan kesenian Balo-Balo, para pegiat seni di kota Tegal mengembangkan modifikasi musik, yaitu dengan menambahkan alat musik kendang, saron dan gong gede. Kelompok kesenian Cahaya Rembulan Musik pimpinan Haji Tambari Gustam adalah salah satu kelompok kesenian balo-balo modern memadukan unsur-unsur gending tegalan yang dinamis dan mengangkat syair-syair lagu masa kini dalam pementasannya sehingga lebih bervariasi atau tidak lagi monoton. Kelompok tersebut dalam pentasnya tak semata menyuguhkan musik Balo-Balo, namun dilengkapi dengan cerita atau lakon, sehingga lebih menarik, karena kesenian Balo-Balo tidak hanya bertujuan menghibur, tapi juga menyampaikan pesan penting.

Pementasan Balo-balo dengan sentuhan modernisasi tersebut dalam setiap pementasanya mampu menyedot banyak penonton, baik anak-anak, orangtua, maupun kalangan umum. Kemampuan kelompok kesenian Cahaya Rembulan Musik ini kemudian dilirik oleh Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi yang juga ingin melestarikan kesenian yang hampir terlupakan oleh masyarakat Tegal, yaitu dengan mementaskan Balo-balo Cahaya Rembulan Musik setiap Minggu pagi di halaman mako Polresta Tegal.

Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi mengatakan, melalui kesenian khas tersebut, beragam program polisi masyarakat (Polmas) Tegal Kota dapat disampaikan kepada masyarakat, baik terkait disiplin lalu lintas, maupun penyuluhan hukum serta keamanan. "Melalui kesenian Balo-Balo, kita bangun


(20)

kesadaran menjaga keamanan lingkungan bersama. Sebab, menjaga keamanan merupakan tugas seluruh masyarakat," katanya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan tersebut ke dalam beberapa pernyataan sebagai berikut, a) Latar belakang lahirnya Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal, b) Fungsi kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal dulu dan sekarang, c) Bentuk penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal, d) Upaya pelestarian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ada penyimpangan terhadap pengertian dan pembahasan dari topik pembicaraan, maka peneliti membatasi masalah yaitu: bentuk penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.


(21)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan tersebut yaitu: “Bagaimana bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal barat Kota

Tegal?”

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisa bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di kelurahan Muarareja kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis: a) Sebagai sumbangsih pemikiran bagi lembaga pendidikan tinggi Universitas Negeri Semarang, khususnya mahasiswa program studi pendidikan seni musik untuk memperkaya khasanah kepustakaan tentang musik Sibalo-balo di kota Tegal, b) hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi pada penelitian berikutnya, khususnya penelitian tentang bentuk pertunjukan dan nilai estetis kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, c) memberikan informasi tertulis bagi masyarakat umum, khususnya bagi kawula muda sebagai generasi penerus kebudayaan bangsa sehingga lebih mengenal Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

1.6.2 Manfaat Praktis, a) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang keberadaan Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik sehingga


(22)

menambah wawasan tentang perbendaharaan kesenian tradisional, b) bagi para seniman dan orang-orang yang berkompeten dalam bidang budaya, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk menentukan sikap dalam menghadapi masalah-masalah terutama dalam pengembangan dan pelestarian kesenian tradisional, c) dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum agar lebih mengenal kesenian tradisional.

1.7 Sistematika Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembuatan Skripsi, perlu diperhatikan dalam penyusunannya. Oleh karena itu Sistematika Skripsi yang baik dan benar sangat diperlukan. Secara garis besar, skripsi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, isi, dan akhir. Cukup Sederhana, berikut adalah sistematika skripsi secara umum.

Bagian awal skripsi terdiri dari sampul berjudul, lembar berlogo, judul dalam, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan (keaslian karya ilmiah), motto dan persembahan, sari penelitian, kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan teknis dan tanda, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

Bagian pokok skripsi terdiri dari lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan, dalam hal ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teoretis , yaitu bab yang menguraikan tentang tinjauan pustaka, Landasan Teoretis, Kerangka berfikir, Hipotesis. BAB III Metodologi penelitian, yaitu bab yang menguraikan tentang Pendekatan penelitian, Data dan sumber data, teknik


(23)

pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik pemaparan hasil analisis data. BAB IV Hasil dan pembahasan, yaitu bab yang menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari data yang telah diperoleh. BAB V Penutup, yaitu bab yang berisi simpulan hasil dan saran.


(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran untuk mengkaji dan menganalisa permasalah yang berhubungan dengan “Bentuk Penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja

Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”. Tinjauan pustaka dikembangkan melalui

penelaahan terhadap sumber-sumber buku, skripsi dan buku secara mendalam. Teguh Setiawan, dalam skripsi tentang Sibalo-balo dengan judul “Peranan Kelompok Kesenian Tradisional Balo-balo Dalam Kegiatan Keagamaan Islam Di Kota Tegal” tahun 2009 yang didalamnya menjelaskan tentang peran kesenian balo-balo terhadap kegiatan keagamaan Islam di kota Tegal, dan fungsi kesenian balo-balo bagi masyarakat kota Tegal. Skripsi ini membahas tentang fungsi dan kegunaan kesenian Sibalo-balo bagi masyarakat kota Tegal sehingga bisa bertahan sampai sekarang, ini dijadikan rujukan untuk latar belakang, hasil dan pembahasan pada penulisan penelitian kesenian Sibalo-balo ini.

Riski Arpiani, dalam skripsi tentang “Kehidupan Sosial Budaya Dalam Kaitannya dengan Perilaku Ekonomi Masyarakat Nelayan” (Studi Terhadap

Kemiskinan di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal) tahun 2009 yang memaparkan tentang kehidupan sosial budaya masyarakat nelayan miskin Muarareja, pendapatan masyarakatnya sebagian besar sebagai nelayan yang perolehannya tidak menentu tergantung pada perubahan musim. Skripsi ini


(25)

dijadikan acuan untuk hasil dan pembahasan penelitian yaitu tentang gambaran umum lokasi penelitian dan kehidupan masyarakat Muarareja yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang peneliti ketahui, maka penelitian yang

berjudul “Bentuk Penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di

Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal” merupakan yang

pertama kali dikaji oleh peneliti, yang membahas tujuh elemen penyajian yaitu, musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian, dengan harapan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan guna mengadakan penelitian lebih lanjut dengan kajian yang berbeda.

2.2 Landasan Teoretis 2.2.1 Pengertian Bentuk

Kata bentuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga (2011:127) diartikan sebagai wujud, rupa, dan susunan. Dalam seni dan perancangan, istilah bentuk sering kali dipergunakan untuk menggambarkan struktur sebuah pekerjaan yaitu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan struktur dalam maupun luar serta prinsip yang memberikan kesatuan secara menyeluruh.

Menurut Soedarsono (1998: 45), bentuk adalah organisasi dan kekuatan-kekuatan sebagai hasil struktur internal atau bagian tari. Bentuk merupakan keseluruhan hasil tata hubungan dari faktor-faktor yang mendukungnya, saling


(26)

tergantung dan terkait satu sama lain. Bentuk adalah suatu media komunikasi untuk menyampaikan arti yang terkandung dari tata hubungan, atau alat untuk menyampaikan pesona tertentu dari pencipta kepada para penikmat, Kurniasih (2006: 13).

Bentuk adalah unsur dasar dari semua perwujudan. Bentuk seni sebagai ciptaan seniman merupakan wujud dari ungkapan isi, pandangan dan tanggapannya ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap indera. Bentuk lahiriah tidak lebih dari suatu medium, yaitu alat untuk mengungkapkannya dan menyatakan keseluruhan tari, Indriyanto (1999) dalam Murgiyanto (1999: 13). Pengertian bentuk menurut Djelantik (1999: 14) bahwa bentuk merupakan unsur-unsur dasar dari susunan pertunjukan. Unsur-unsur yang menunjang serta membantu bentuk itu dalam mencapai perwujudannya yang khas pada seniman waktu pertunjukan serta tehnik penyajiannya.

Bentuk adalah kata yang terkait dalam upaya membahas karya seni

Widaryanto (2006:15). Kata “Bentuk” menurut Smith (2007) dalam Siluh Made Astini (2007 : 173) didefinisikan sebagai hasil pernyataan berbagai macam elemen yang didapatkan melalui vitalitas estetis, sehingga hanya dalam pengertian itulah elemen-elemen tersebut dihayati.

Menurut Bastomi (1992: 80), bentuk lahiriah suatu hasil karya seni adalah wujud yang menjadi wadah seni. Wujud seni dikatakan bermutu apabila wujud itu mampu memperlihatkan keindahan serta berisi suatu pesan dan menyampaikan pesan tertentu kepada orang lain. Bentuk lahiriah suatu seni dapat diamati dan dihayati. Bentuk hasil seni ada yang visual yaitu hasil seni yang dapat dihayati dengan indra pandang yaitu seni rupa, tetapi ada yang hanya dapat dihayati oleh indra dengar yaitu seni musik.


(27)

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa bentuk adalah struktur, wujud, rupa, dan susunan yang merupakan unsur-unsur dasar dari susunan pertunjukan musik yang kait mengkait dan tersusun hingga berwujud. Bentuk dapat mengandung pengertian cara bagaimana sesuatu disusun. Bentuk merupakan suatu wujud dari tata hubungan faktor-faktor yang mendukungnya dan saling tergantung serta terkait satu sama lain, dapat ditangkap oleh indera sebagai media untuk menyampaikan arti yang ingin disampaikan.

2.2.2 Pengertian Penyajian

Menurut Djelantik (1999:73) penyajian yaitu bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikannya, menonton, para pengamat, pembaca, pendengar, khalayak ramai pada umumnya. Sedangkan unsur yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan, serta sarana atau media.

Penyajian dalam masyarakat didefinisikan seperti cara menyajikan, proses, pengaturan, dan penampilan suatu pementasan. Dalam penyajian biasanya meliputi aspek musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, urutan penyajian, Margiyanto (1992:14).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyajian adalah proses dan penampilan suatu pementasan yang meliputi aspek musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, urutan penyajian yang disuguhkan kepada masyarakat dalam pertunjukan kesenian.


(28)

2.2.3 Pengertian Bentuk Penyajian

Bentuk penyajian adalah bentuk yang berkaitan erat dengan tujuannya, serta disajikan dalam sebuah pertunjukan seni yang didukung oleh unsur seni. Bentuk penyajian yang dituliskan Rendi Indrayanto (2013:10) yaitu bagaimana kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikannya, melalui pendengar, dan bahkan pengamat di khalayak masyarakat ramai pada umumnya. Adapun unsur yang berperan dalam penampilan atau penyajian adalah keterampilan sarana dan media.

Menurut Poerwadarminto (1989: 862) bentuk penyajian dapat diartikan sebagai cara menyampaikan suatu pergelaran atau pertunjukan. Bentuk penyajian adalah wujud dari beberapa unsur penyajian yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan, menghidangkan, menyajikan atau dengan kata lain, pengaturan penampilan suatu pesan tertentu, dari pencipta kepada masyarakat.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:2337), penyajian adalah perihal menyatakan pemberitaan karangan, penampilan. Menurut Djelantik

(1994:14) “bentuk penyajian merupakan unsur-unsur dasar dari susunan

pertunjukan”.

Bentuk penyajian kesenian mempunyai aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu tampilan kesenian. Aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu penyajian musik, menurut Margiyanto (1992:14) meliputi musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian.


(29)

Musik terdiri atas beberapa unsur dasar, diantaranya melodi, irama, tempo dan harmoni. Menurut Soeharto (1992:80), melodi merupakan rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi-rendah atau naik-turunnya, dapat merupakan satu ungkapan penuh, atau hanya berupa penggalan ungkapan nada.

Menurut Agustianto dan Heni Kusumawati (2004:1), irama/ritme lebih menekankan pada unsur musik yang tidak berkaitan langsung dengan pitch (tinggi rendah suara), tetapi lebih mengarah pada panjang pendeknya durasi. Menurut Soharto (1992:56), irama yaitu gerak yang teratur mengalir, karena munculnya aksen secara tetap, keindahannya akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai dari satuan-satuan bunyinya.

Tempo merupakan cepat atau lambatnya sebuah lagu, ukuran untuk menentukan tempo adalah beat. Beat adalah ketukan dasar yang menunjukkan banyaknya ketukan dalam satu menit. Menurut Mudjilah (2004: 7) tempo adalah kecepatan dimana kita mengetuk / menghitung panjang not.

Menurut Soeharto (1992:48), harmoni adalah keselarasan paduan bunyi, secara teknis, harmoni meliputi susunan, peranan dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan bentuk keseluruhan. Harmoni memiliki elemen interval dan akor. Akor adalah susunan nada apabila dibunyikan secara serentak akan terdengar harmonis. Akor mengiringi melodi lagu sebagai suatu kegiatan yang utuh dan enak didengar.

Musik yaitu rangkaian suara atau bunyi yang dihasilkan dari instrumen musik yang dimainkan secara harmonis oleh seseorang atau kelompok pemusik (orang yang memainkan alat musik). Lagu yaitu rangkaian nada atau melodi yang disertai syair dan dibawakan oleh seorang atau sekelompok penyanyi.


(30)

Alat musik merupakan suatu alat yang diciptakan untuk menghasilkan bunyi. Alat musik adalah segala jenis instrumen musik baik melodi (bernada) maupun ritmis (tidak bernada) yang berfungsi sebagai pembawa melodi atau sebagai iringan dalam sebuah karya musik.

Mahillon-Sachs-von Hornbostel (1984) dalam Banoe (1984:13) mengatur klasifikasi alat berdasarkan pada bahan yang menyebabkan suara, terbatas pada faktor-faktor akustik saja. Oleh karena itu alat-alat musik dapat dibagi menjadi lima golongan, masing-masing : a. Idiophone : badan alat musik itu sendiri yang menghasilkan bunyi, idios (Y) = sendiri. b. Aerophone : udara atau satuan udara yang berada dalam alat musik itu sebagai penyebab bunyi, aer (Y) = udara, c. membranophone: kulit atau selaput tipis yang diregangkan sebagai penyebab bunyi, membrana (Y) = kulit. d. chordophone : senar (dawai) yang ditegangkan sebagai penyebab bunyi, chordae (Y) = senar (dawai), e. electrophone: alat musik yang ragam bunyi atau penguat bunyinya dibantu atau disebabkan adanya daya listrik (Electric).

Pemain ialah para seniman dan seniwati, baik pemeran, pemusik, atau penari yang tergabung dalam sebuah rombongan. Rombongan tersebut dipimpin oleh seseorang yang dianggap memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan yang lainnya. Pemain pada kelompok kesenian Sibalo-balo lebih menonjolkan pada vokal. Vokal merupakan kelompok musik terdiri dari suara manusia yang dimaksud adalah bernyanyi, Hamdju (1981: 11). Suara manusia adalah instrumen yang paling sempurna di antara semua alat musik karena alat itu ada didalam dirinya. Sedangkan menurut Jamalus (1988: 49) menyatakan bahwa bernyanyi adalah suatu kegiatan mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui nada dan kata-kata.

Menurut Bebbi Okatara (2011: 105) dalam dunia musik dikenal pembagian bentuk musik vokal, diantaranya sebagai berikut: a. Solo : Menyanyi yang dilakukan oleh satu orang, b. Duet: Menyayi yang dilakukan oleh dua orang, dalam duet warna suara biasanya berbeda, c. Trio: Menyanyi yang dilakukan oleh tiga orang, d. Kuartet: Menyanyi yang dilakukan oleh empat orang, e. Paduan suara: Menyanyi dengan beranggotakan minimal 15 orang.


(31)

Tempat pertunjukkan, adalah sebuah arena yang dijadikan tempat pementasan. Arena tersebut bisa berupa halaman rumah, balai (pendopo), atau bisa juga lapangan olahraga dan sejenisnya yang memilki ruangan cukup luas. Pementasan ada yang dilaksanakan secara lesehan di atas lantai atau tanah, dan ada juga yang menggunakan panggung. Bentuk panggung umum digunakan sekarang adalah panggung proscenium, di mana penonton menghadap ke panggung bagian depan panggung yang terbuka.

Ada dua jenis panggung, yaitu panggung tertutup dan panggung terbuka. Panggung tertutup dikenal juga dengan panggung proscenium. Cirinya adalah penari dapat dilihat dari satu arah, yaitu dari depan penonton dan panggung ini berada didalam suatu ruangan yang disebut auditorium. Panggung terbuka adalah panggung di tempat terbuka dan berbentuk arena. Macam-macam arena adalah tapal kuda, lingkaran, setengah lingkaran juga sebuah lapangan. Ciri dari panggung ini adalah penonton dapat dilihat dari segala arah, Pekerti (2008:5.38).

Properti/perlengkapan pementasan merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan, seperti kursi, meja, dekorasi, dan lain sebagainya. Perlengkapan pementasan adalah segala peralatan atau benda yang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung dalam sebuah pementasan.

Urutan penyajian adalah bagaimana cara sebuah pertunjukan kesenian akan ditampilkan dari awal sampai akhir pertunjukan. Bentuk penyajian kesenian mempunyai aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu penyajian musik, menurut Bagus Susetyo (2009:9) meliputi urutan penyajian, tata panggung, tata rias, tata busana, tata suara/sound system, tata lampu, dan formasi.

Bentuk penyajian adalah wujud dari beberapa unsur penyajian yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan, menghidangkan, menyajikan atau dengan kata lain, pengaturan penampilan suatu pesan tertentu,


(32)

dari pencipta kepada masyarakat dalam pertunjukan kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik. Adapun bentuk penyajian kesenia Sibalo-balo adalah secara campuran., yaitu antara musik dan vokal.

Bentuk penyajian adalah wujud keseluruhan dari suatu penampilan yang didalamnya terdapat aspek-aspek atau elemen-elemen pokok yang ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi yang saling mendukung dalam sebuah pertunjukan.

Maka dapat dikatakan bahwa bentuk penyajian dalam pertunjukan musik adalah segala sesuatu yang disajikan atau ditampilkan dari awal sampai akhir untuk dapat dinikmati atau dilihat yang di dalamnya mengandung unsur nilai-nilai keindahan yang disampaikan oleh pencipta kepada penikmat. Bentuk penyajian adalah wujud secara keseluruhan dari suatu penampilan yang di dalamnya terdapat elemen-elemen pendukung dalam pementasan yang berupa, gerak, desain lantai, tata rias, tata busana, musik, tempat pertunjukan, dan properti.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian adalah segala karya seni, disajikan dari awal sampai akhir yang menggabungkan semua cabang seni yang menghasilkan wujud, rupa suatu pementasan yang meliputi tempat pertunjukan dan terdapat elemen pendukung seperti gerak, desain lantai, tata rias, tata busana, musik, tempat pertunjukan dan properti.

2.2.4 Pengertian Kesenian

Kesenian merupakan bagian atau unsur dari kebudayaan. Kata seni telah lama dikenal di Indonesia sebagai kata sifat. Seni sebagai istilah untuk menamai kegiatan manusia, menurut Sudarmaji (1979:5) kesenian merupakan


(33)

pengembangan dari kata seni yang mempunyai arti halus dan kecil, karena karya seni adalah karya yang halus seperti karya seni ukir kayu, tatahan wayang kulit, dan seni batik yang dikerjakan dengan penuh kerapian dan ketelitian.

Bastomi (1988: 3) mengemukakan, seni selalu melekat pada diri tiap-tiap orang, seperti: seni tari, seni musik, seni rupa, seni sastra dan seni-seni yang lain, karena telah menyatu di dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat luas. Keterikatan moral atau etika dalam wujud karya seni sangat dipengaruhi oleh tanggapan terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk pranata, konsepsi filosofi masyarakat setempat, moral religi serta pandangan terhadap arti keindahan itu sendiri yang akhirnya menjadi asas cipta. Seni merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan karena seni senantiasa melekat pada diri manusia. Hal ini dipertegas oleh Triyanto (1993 : 1) yang mengatakan bahwa seni dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Masyarakat sebagai suatu kesatuan dalam beberapa hal tergantung pada seni sebagai ikatan dan pemberian kekuatan. Di dalam kehidupan empiric, masyarakat dan seni bersumber dari hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Manusia tidak dapat terlepas dari seni karena seni merupakan salah satu kebudayaan yang mengandung nilai indah (estetis) sedangkan setiap manusia menyukai keindahan. Seni selalu mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam aktivitas atau rupa sebagai lambang. Menurut Wardhana (1990: 32) seni adalah buah budi manusia dalam pernyataan nilai-nilai keindahan dan keluhuran, berfungsi sebagai pembawa keseimbangan antara lingkaran budaya fisik dan psikis.


(34)

Menurut Syafii (1987; 4) mendefinisikan seni sebagai aktivitas manusia mulai dari pembentukan gagasan sampai pada kenyataan. Aktivitas tersebut dibagi dalam tiga tingkatan yaitu Pertama, pengamatan terhadap kualitas material (warna, suara, sikap, dan reaksi fisis lainnya). Kedua, penyusunan hasil pengamatan menjadi bentuk serta pola yang menyenangkan. Ketiga, penyusunan atas hasil persepsi tersebut dihubungkan dengan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumnya.

Sebagaimana yang dikemukakan Aesijah (2000: 59) seni adalah pengucapan batin seorang yang sangat mulia, sebab proses penciptaan seni melalui batiniah. Bertolak dari eksplorasi terhadap lingkungan ditariklah moment-moment estetis yang menjadi tangkapan indrawi. Kemudian dengan semangat serta dorongan moralnya, maka jabarkan dalam media karya seni. Keterikatan moral atau etika dalam wujud karya seni sangat dipengaruhi oleh tanggapan terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk pranata, konsepsi filosofi masyarakat setempat, moral, religi serta pandangan terhadap arti keindahan itu sendiri akhirnya menjadi asas cipta. Sedangkan menurut John Hospera (2001) dalam Sunarto (2001:3) mengatakan bahwa seni dalam arti luas boleh dikatakan segala sesuatu yang dibuat oleh manusia dan bukan dari hasil kegiatan alami.

Pengertian seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1037), mempunyai arti kecil dan halus, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Menurut Schopenhauer (2007) dalam Yeniningsih (2007: 215), mengatakan bahwa seni adalah segala usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk menyenangkan. Sedangkan arti kesenian adalah segala sesuatu yang mengenai


(35)

atau berkaitan dengan seni. Seni mengarah pada suatu tujuan,yaitu mengungkapkan perasaan manusia. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang dialami oleh seorang seniman atau pelaku seni ketika menciptakan suatu karya seni. Dalam penciptaan itulah yang akan menghasilkan berbagai cabang seni seperti seni musik, tari, rupa, dan sebagainya.

Sedangkan kesenian menurut R.M. Wisnoe Wardana (1990 : 6-7) adalah: buah budi manusia dalam menyatakan nilai – nilai, keindahan dan keluhuran lewat pelbagai media sebagai berikut : a) seni gerak lewat media gerak dan sikap seperti : seni tari, seni beladiri, senam estetik, senam irama modern, akrobatik, dan pantomime, b) seni suara lewat nada dan suara, c) seni bangunan lewat ruang dan substansinya, d) seni rupa lewat garis dan warna, e) seni sastra lewa pengertian kata.

Menurut Arnold Houser (2007) dalam Endang Caturwati (2007 : 37) seni tumbuh dan berkembang lebih banyak merupakan hasil ekspresi dan kreativitas masyarakat pemiliknya. Masyarakat dan seni merupakan kesatuan yang satu sama lain saling terikat dan berkaitan. Oleh karenanya hadirnya sebuah kelas atau golongan tertentuakan menghadirkan gaya seni yang tertentu pula sesuai dengan bentuk masyarakat yang ada pada saat itu.

Dilihat dari segi penggunaan media, menurut Oswald (2007) dalam Yeniningsih (2007: 216), seni dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu: (1) Seni yang dinikmati dengan media pendengaran (auditory art), yaitu seni musik (dengan nada), seni sastra (dengan kata), dan seni suara (dengan nada dan kata), (2) Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (visual art). Bentuk dua mantra


(36)

dengan memanfaatkan unsur-unsur garis, warna, bentuk irama dan cahaya, yaitu seni rupa dan seni gerak. Bentuk tiga mantra yaitu seni patung (tanpa gerak) dan seni pantomim (dengan gerak), (3) Seni yang dinikmati dengan media penglihatan dan pendengaran (auditory visual art), yaitu seni tari (dengan gerak dan nada), seni drama (dengan gerak, kata, dan visual), dan seni opera (dengan gerak, kata, dan visual).

Kesenian sebagai salah satu aspek kebudayaan memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat. Menurut Plato (2007) dalam Rachman (2007: 72), mengatakan bahwa seni dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, masyarakat dan seni bersumber dari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat tanpa seni, karena seni selalu hadir dalam kehidupan manusia dan mempunyai peranan yang sangat penting.

Seni merupakan suatu proses yang menghasilkan ungkapan perasaan atas ekspresi manusia dan diwujudkan dalam bentuk lambang atau simbol-simbol menurut subjektivitas pencipta dengan di dasari prinsip estetika sesuai nilai budaya penciptanya, dinyatakan dalam bentuk karya seni yang mempunyai cita rasa indah.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesenian adalah karya manusia yang diciptakan dengan perasaan yang sangat halus dengan keahlian luar biasa dengan nilai-nilai keindahan lewat berbagai media seperti: seni gerak,seni suara, seni bangunan, seni rupa, seni sastra dan lain-lainnya.


(37)

Kesenian daerah di kota Tegal kesenian balo-balo dianggap masih mampu bertahan dibanding kesenian tradisional lainnya yang sudah sulit ditemui, hal ini terlihat dari penggunaan kesenian ini misalnya untuk acara-acara hiburan, media silaturahmi, media komunikasi. Sehingga perlu diketahui mengapa suatu kesenian dapat bertahan disuatu daerah dan bagaimana perannya terhadap kebudayaan lokal suatu daerah.

2.3 Kerangka Berfikir

Bentuk penyajian adalah cara menyampaikan suatu pergelaran atau pertunjukan. Bentuk penyajian adalah wujud dari beberapa unsur penyajian yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan, menghidangkan, menyajikan atau dengan kata lain, pengaturan penampilan suatu pesan tertentu, dari pencipta kepada masyarakat dalam pertunjukan kesenian Sibalo-balo.

Bentuk penyajian kesenian mempunyai aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu tampilan kesenian. Aspek-aspek yang berkaitan dengan suatu penyajian musik, menurut Margiyanto (1992:14) meliputi musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian.

Bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo pada awalnya menggunakan syair tentang agama yang bertujuan untuk syiar atau dakwah, dengan iringan musik rebana tanpa ada unsur musik lainnya, kesenian tradisional yang dimainkan secara kelompok ini biasanya terdiri atas tujuh-sembilan personel. Masing-masing peserta mempunyai tugas sendiri, sekitar lima orang bertugas sebagai menabuh


(38)

rebana, sementara sisanya berperan menjadi juru tembang sekaligus pelantun syair. Lengkap dengan kostum adat Tegal, semua peserta baik penabuh rebana maupun pelantun syair berada pada satu panggung, sementara para penabuh musik duduk sambil sibuk memainkan alat musik, sedangkan peserta lainnya bergantian mendendangkan lagu islami serta melantunkan syair-syair bijak penuh makna.

Kesenian balo-balo dapat bertahan sampai sekarang karena memiliki berbagai fungsi bagi masyarakat diantaranya :1) sebagai sarana ritual, dalam hal ini yang dipentingkan adalah tujuan dari pementasan kesenia balo-balo yaitu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME, 2) sebagai sarana hiburan, karena dalam pementasanya kesenian balo-balo ini tidak hanya menyanyikan lagu-lagu yang berupa puji-pujian kepada Tuhan YME saja tetapi juga dapat dikombinasikan dengan lagu pop, 3) sebagai penyajian estetis, seni pertunjukan memerlukan penggarapan yang serius karena penontonnya umumnya menuntut pertunjukan yang baik.

Kesenian Sibalo-balo modern dikenalkan oleh Haji Tambari Gustam, seorang seniman asal Tegal. Kelompok keseniannya diberi nama Cahaya Rembulan Musik (CRM). Kelompok kesenian Cahaya Rembulan Musik pimpinan Haji Tambari Gustam berlokasi di Jalan Brawijaya No.46 Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat, merupakan salah satu kelompok kesenian balo-balo modern yang memadukan unsur-unsur gending tegalan dan mengangkat syair-syair lagu masa kini dalam pementasannya sehingga lebih bervariasi atau tidak monoton. Kelompok tersebut dalam pentasnya tak semata menyuguhkan musik


(39)

Balo-Balo, namun dilengkapi dengan cerita atau lakon, sehingga lebih menarik, karena kesenian Balo-Balo tidak hanya bertujuan menghibur, tapi juga menyampaikan pesan penting.

Alat musik yang digunakan juga lebih bervariasi, selain terbang Jawa dan terbang kencer, ada penambahan saron 3 buah, gong 2 buah, kendang blampak 2 buah, drum 1 buah. Anggotanya terdiri dari masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah, yaitu berprofesi sebagai tukang becak, pemulung, nelayan, tukang jahit, buruh. Anggota termuda berusia 23 tahun dan tertua 65 tahun.

Pementasan balo-balo dengan sentuhan modernisasi tersebut dalam setiap pementasanya mampu menyedot banyak penonton, baik anak-anak, orangtua, maupun kalangan umum, sehingga akhirnya dilirik oleh Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi yang sedang giat-giatnya mengadakan program “Polisi Jakwire

Wong Tegal” untuk mensosialisasikan program keamanan dan ketertiban

masyarakat (Kamtibmas) yang dicananangkannya, yaitu meliputi penjagaan ketertiban per satu Polisi dalam mengawasi tiap Rumah Tangga (RT) pada tiap-tiap Kelurahan se Tegal Kota. "Melalui kesenian Balo-Balo, kita bangun kesadaran menjaga keamanan lingkungan bersama. Sebab, menjaga keamanan merupakan tugas seluruh masyarakat," katanya.

Pada penelitian ini yang menjadi kerangka berfikir atau konsep adalah kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik (CRM) yang berada di kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Peneliti tertarik untuk meneliti bentuk penyajian kesenian tradisional yang terdiri dari aspek musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, urutan


(40)

penyajian, sehingga dijadikan sebagai media sosialisasi bagi Polisi masyarakat (POLMAS) dalam menyampaikan visi misinya kepada masyarakat.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Bentuk Penyajian Kelompok Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik

Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik

Bentuk penyajian - musik atau lagu - alat musik - pemain

- tempat pementasan - perlengkapan pementasan - urutan penyajian


(41)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Pendekatan

Dalam suatu penelitian untuk mendapatkan hasil yang optimal harus menggunakan metode dan pendekatan penelitian yang tepat. Ditinjau dari permasalahan penelitian ini yaitu tentang Bentuk Penyajian Kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat kota Tegal, maka penelitian ini bersifat kualitatif, karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang bagaimana bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik tersebut.

Menurut Agam (2008: 65), penelitian kualitatif adalah penelitian yang di susun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam, serta menunjukan ciri-ciri alamiah yang penuh keotentikan. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari suatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap adanya suatu masalah.

Penelitian kualitatif merupakan suatu pengembangan tulisan yang merupakan rangkaian peristiwa yang dijabarkan dengan urut dari awal, tengah sampai akhir. Peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.

Penelitian menggunakan metode pendekatan performent art, dengan kajian etnomusikologis. Menurut Jaap Kunst (1990), etnomusikologi adalah studi musik


(42)

tradisional dan instrumen musik dari seluruh lapisan kebudayaan umat manusia, dari mulai orang-orang primitif hingga bangsa-bangsa beradab.

Kajian difokuskan pada bentuk penyajian kelompok kesenian tradisional sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik yang meliputi aspek-aspek musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian.

Menurut Otto Hasibuan (2007:141), lagu atau musik dalam undang-undang diartikan sebagai karya yang bersifat utuh sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik, dan aransemennya termasuk notasi. Yang dimaksud dengan utuh adalah bahwa lagu atau musik tersebut merupakan satu kesatuan karya cipta.

Dapat dikatakan bahwa pengertian musik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bunyi dan memiliki unsur-unsur irama, melodi dan harmoni yang merupakan satu kesatuan dan mewujudkan sesuatu yang indah dan dinikmati melalui indra pendengar. Musik pada kesenian sibalo-balo dihasilkan dari perpaduan beberapa alat musik tradisional, yang dimainkan secara menyatu, dengan lagu yang menggunakan bahasa Tegal.

Alat musik pada kesenian sibalo-balo umumnya hanya menggunakan alat musik rebana, yang terdiri dari terbang Jawa dan terbang kencer. Pemain kesenian sibalo-balo terdiri dari golongan ekonomi lemah, dengan mata pencaharian sebagai nelayan, buruh, pemulung, tukang becak, kuli bangunan. Tempat pementasan umumnya tergantung dari penanggap atau penyelenggara acara, bisa di ruang terbuka, maupun ruangan tertutup. Urutan penyajian pada kesenian


(43)

sibalo-balo umumnya tidak terpatok pada satu aturan urutan penyajian, namun disesuaikan dengan kondisi acara.

3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal, tepatnya jalan Brawijaya No. 46 Tegal. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di kelurahan Muarareja merupakan tempat kesenian Sibalo-balo Cahaya rembulan Musik itu berada, dan di kelurahan tersebut adalah salah satu kelurahan di Kota Tegal yang masih aktif melestarikan dan menyajikan kesenian Sibalo-balo. Lokasi tersebut juga diharapkan dapat mendukung keinginan untuk mengetahui bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

3.2.2 Sasaran penelitian

Sasaran penelitian dipilih dari orang-orang yang betul-betul dapat dipercaya dan mengerti obyek yang diteliti. Untuk memperoleh data yang jelas mengenai bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, peneliti memilih informan dengan teknik bola salju (snow ball), yaitu memilih informan kunci dalam hal ini pemimpin kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik kemudian mencari informan lain sesuai dengan keterangan data akurat yang dibutuhkan oleh peneliti.

Informan yang diwawancarai antara lain: ketua kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, Haji Tambari Gustam, Bapak Abdul Wahid,


(44)

pemegang alat-alat musik, dan beberapa anggota kelompok kesenian sibalo-balo CRM. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik di Kelurahan Muarareja. Sedangkan sasaran dalam penelitian ini pada bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya rembulan Musik di kelurahan Muarareja, kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

3.3 Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan atau informasi yang benar dan dapat dipercaya. Data yang dimaksud adalah data yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Untuk kepentingan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. 3.3.1 Observasi

Menurut Guba dan Lincoln dalam Sugiono (1981: 191-193), observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian

Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, yang difokuskan pada urutan penyajian mulai dari musik pembuka sampai penutup. Observasi dilakukan di Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal, dimana kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik tampil, di lingkungan Kota Tegal.

Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1) observasi partisipasi, 2) observasi tidak terstruktur, dan 3) observasi kelompok.


(45)

Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi tidak terstruktur, yaitu dengan melakukan pengamatan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Observasi dalam penelitian ini hanya mengamati urutan penyajian pada bentuk penyajian kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

Jadi, dengan metode observasi diharapkan peneliti akan memperoleh hasil secara langsung yang berupa fakta sesuai kenyataan dan konsep penelitian yang telah disusun.

3.3.2 Wawancara

Menurut Moleong (2006:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Objek wawancara pada penelitian ini adalah ketua/pimpinan kelompok kesenian Sibalo-balo CRM, pemain/anggota, penanggung jawab balo-balo Polwan Polmas Polres Kota Tegal, dan sesepuh kesenian sibalo-balo di Kota Tegal. Dengan wawancara ini penulis ingin mendapatkan data seperti sejarah kesenian Sibalo-balo, latar belakang pendirian kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya


(46)

Rembulan Musik, perkembangan sibalo-balo di Kota Tegal, dan fungsi kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

Menurut Sugiono (2009: 319-321), macam-macam wawancara adalah 1) wawancara terstruktur, pada wawancara ini pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang sama kemudian pengumpul data mencatatnya, alat bantu yang digunakan biasanya tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar, 2) wawancara semi terstruktur, yaitu narasumber diminta pendapat dan ide-idenya karena tujuan wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, 3) wawancara tidak berstruktur, adalah wawancara yang bebas, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data-datanya, pedoman wawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.

Pertanyaan yang ditujukan kepada ketua kelompok dan sesepuh kesenian sibalo-balo CRM yaitu: latar belakang berdirinya kelompok kesenian sibalo-balo CRM, organisasi, jumlah personil, bentuk penyajian yang meliputi musik, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan, dan urutan penyajian, usaha untuk melestarikan kesenian sibalo-balo.

Pertanyaan untuk penanggung jawab balo-balo Polwan Polmas antara lain: latar belakang berdirinya, alasan menggunakan sibalo-balo CRM sebagai partner, alat musik, lagu-lagu yang pernah ditampilkan, harapan dan usaha untuk kelestarian balo-balo Polwan Polmas.

Anggota/pemain kelompok kesenian sibalo-balo CRM diberi beberapa pertanyaan, yaitu: sejak kapan bergabung dalam kelompok, jumlah anggota kelompok, alasan bergabung, waktu yang diperlukan untuk bisa memainkan alat musik, harapan dan usaha untuk melestarikan kesenian sibalo-balo.


(47)

Wawancara tidak terstruktur juga digunakan pada penelitian ini, dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang bentuk penyajian kelompok kesenian CRM yang pertanyaannya diajukan secara spontanitas pada saat diadakan wawancara secara langsung dengan responden.

Wawancara tidak terstruktur juga digunakan pada penelitian ini, dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang bentuk penyajian kelompok kesenian CRM yang pertanyaannya diajukan secara spontanitas pada saat diadakan wawancara secara langsung dengan responden.

Metode wawancara dilakukan dengan wawancara terbuka, yaitu peneliti bercakap-cakap secara lisan dan berhadapan muka dengan informan sehingga diperoleh data yang dibutuhkan dari wawancara tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan cara bertanya secara lisan kepada informan yaitu para pelaku kesenian balo-balo dan informan pendukung dalam hal ini anggota dan polwan polmas kota tegal.

3.3.3 Dokumentasi

“Dokumentasi adalah sumber data yang memberikan bukti-bukti, dipergunakan sebagai alat bukti atau bahan untuk mendukung suatu informasi, penjelasan, atau argumen”, (Komaruddin, 2002: 62). Dokumentasi dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk menambah informasi dan pengetahuan yang disampaikan informan.

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa


(48)

gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dokumen dalam penelitian ini berupa tulisan, yaitu monografi Kelurahan Muarareja, syair lagu yang pernah dipentaskan, gambar dan foto, yaitu lokasi kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik berada, foto kegiatan pementasan kelompok kesenian Sibalo-balo CRM dan balo-balo Polwan Polmas Polres Kota Tegal, alat musik, dan organisasi kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

Hasil dokumentasi tersebut selanjutnya akan melengkapi atau mendukung data hasil dari observasi dan wawancara. Teknik dokumentasi dilakukan untuk mencari bukti-bukti penelitian yang dapat disimpan sehingga menghindari kemungkinan hilang data-data yang telah diberikan oleh narasumber.

3.4 Teknik Analisis Data

“Teknik analisis data adalah cara menganalisis data yang diperoleh dari penelitian untuk mengambil kesimpulan hasil penelitian. Proses analisis data dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya”, (Moleong dalam Sumaryanto, 2010: 103).

Teknik analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi harus dianalisis secara tepat. Penelitian kualitatif dimulai dari fakta empiris, peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.


(49)

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sumaryanto, 2010: 104), analisis data terdiri atas tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

3.4.1 Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama proyek berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, antisipasi adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitian memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilihnya.

Dalam penelitian ini reduksi yang dilakukan adalah dengan cara menggolongkan dan membuat ringkasan ke dalam unit-unit kajian yang meliputi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi bagian dalam pementasan kesenian sibalo-balo cahaya rembulan musik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian direduksi dan digolongkan sesuai dengan permasalahan yanng diteliti, yaitu mengenai bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo CRM yang meliputi musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan dan urutan penyajian.


(50)

3.4.2 Penyajian Data

Penyajian adalah sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang banyak jumlahnya ke dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan. Peneliti mencari informasi yang tersusun serta memberikan sebuah kemungkinan adanya penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan latar belakang masalah penelitian dengan berpedoman pada penyajian analisis data. Data yang telah tersusun dan disajikan ini merupakan data yang memuat seluruh permasalahan dari masalah dalam penelitian.

Dengan pedoman analisis penyajian data, peneliti mencari informasi dan memberikan kesimpulan yang berhubungan dengan latar belakang, seperti kondisi geografis Kelurahan Muarareja, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kelurahan Muarareja, asal-usul kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik, serta bentuk penyajian kelompok kesenian Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik.

3.4.3 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam teknik analisis data. Pada tahap ini peneliti mencari gambar, foto-foto yang semuanya merupakan satu kesatuan dan erat kaitannya dengan alur, sebab akibat yang dikaji. Dalam menarik kesimpulan peneliti juga meninjau ulang pada data-data sebelumnya dan berusaha menarik kesimpulan


(51)

desertai penyajian kebenaran yang disesuaikan dengan validitasnya, yaitu teknik triangulasi data.

Dari hasil data diatas disimpulkan bahwa dalam proses analisis data, yang dlakukan pertama kali adalah melakukan pengumpulan data dilapangan sesuai dengan teknik-teknik yang telah disebutkan. Data ini kemudian direduksi, yaitu mengurangi atau membuang data yang tidak diperlukan dan menambahi data yang kurang sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Dan apabila masih terdapat data yang belum lengkap maka harus benar-benar terjun lagi ke lapangan untuk mencari data tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh hasil penelitian yang akurat.

Penarikan kesimpulan ini sangat penting, sebab dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda- benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat serta preposisi.

Gambar 2

Bagan skema analisi data menurut Miles & Huberman (dalam Sumaryanto, 2007:108)

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi


(52)

3.5 Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang mudah dipahami. Analisis data merupakan proses penyusunan data agar data yang diperoleh dalam penelitian ditafsirkan untuk menentukan permasalahan dalam mencari data. Data dari penelitian ini bersifat kualitatif, data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu menganalisa dan mendeskripsikan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis data dilakukan dengan cara menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai informan. Teknik analisis data bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar, data yang diperoleh dari hasil teknik wawancara, pengamatan dan dokumentasi diorganisir menjadi satu untuk kemudian dianalisis. Berdasarkan pengamatan atau observasi dan wawancara diperoleh data tentang bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik yang meliputi musik atau lagu, alat musik, pemain, tempat pementasan, perlengkapan pementasan dan urutan penyajian.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, dan pengamatan yang sudah dituliskan masih bersifat acak, setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan perumusan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang telah ditulis.


(53)

Dari uraian analisis kualitatif ini kemudian diperoleh gambar yang jelas tentang bentuk penyajian kelompok kesenian sibalo-balo CRM. Setelah dianalisis kemudian ditarik kesimpulan yang benar-benar diharapkan.


(54)

40 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Tegal berdiri pada tanggal 12 April 1580. Secara administratif Kota Tegal memiliki luas wilayah 3.850 Ha. Secara geografis terletak pada posisi

109°08’-109° 10’ Bujur Timur dan 06° 50’-06° 53’ Lintang Selatan. Dari sisi topografinya Kota Tegal terbagi menjadi 2 bagian yaitu daerah pantai dan daerah dataran rendah. Sebelah Utara merupakan daerah pantai yang relatif datar dan disebelah Selatan merupakan daerah dataran rendah. Batas-batas Kota Tegal sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa, b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tegal, c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal (Brebes), d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal. Letak geografis Kota Tegal sangat strategis karena berada di pertigaan jalur Kota besar Purwokerto-Tegal-Jakarta dan Semarang-Tegal-Jakarta. Teguh setiawan (dalam Ikmal Jaya, 2009:7)

Kota Tegal merupakan kota yang strategis, karena berada di jalur Pantura (pantai utara) Jawa tengah serta terdapat persimpangan jalur utara yang menghubungkan pantura dengan kota-kota di bagian selatan pulau Jawa. Kota Tegal berbatasan langsung dengan kabupaten Brebes. Pertumbuhan Kota Tegal juga berkembang ke arah Selatan di wilayah Kabupaten Tegal, yaitu di Kecamatan Dukuhturi, Talang, Adiwerna dan Slawi.

Kota Tegal terdiri dari 4 Kecamatan, yakni Tegal Barat, Tegal Timur, Tegal Selatan, dan Margadana dengan 27 Kelurahan. Kelurahan Muarareja merupakan salah satu dari tujuh Kelurahan yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, provinsi Jawa Tengah. Kelurahan Muarareja berjarak 5 km dari Kecamatan Tegal Barat yang terdiri dari 15 RT dan 3 Rw dengan batas-batas wilayah sebagai berikut sebelah Utara Laut Jawa, sebelah Timur Kelurahan Tegalsari, sebelah Selatan Kelurahan Pesurungan lor, dan sebelah Barat Kabupaten Brebes. Ikmal Jaya (2009:9-11).


(55)

Gambar 3. Peta Kota Tegal

Sumber : Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal tahun 2009 Berdasarkan data diatas, Kelurahan Muarareja merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Tegal Barat dan berbatasan dengan Kecamatan Margadana, yang letaknya berada dipesisir pantai dan dekat dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau pelabuhan dengan hasil utamanya dari sektor perikanan laut.

Kantor Kelurahan Muarareja disamping sebagai pusat pelayanan masyarakat di bidang Pemerintahan, Pembangunan dan Sosial Kemasyarakatan juga digunakan untuk : Sekretariat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Sekretariat Badan Keswadayaan Masyarakat Muaraguna, Sekretariat TP PKK Kelurahan, POS PAUD Mawar, Perpustakaan Kelurahan, POSKO Linmas, POS Babinkamtibmas, POS Babinsa (Bintara Pembinaan dan Keamanan Ketertiban Masyarakat), kegiatan sosial lainnya.

U T S B


(56)

Keadaan monografi Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat pada bulan Maret 2016 adalah sebagai berikut:

Kel. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4

0-4 199 169 368

5-9 254 233 487

10-14 252 347 599

15-19 277 342 619

20-24 317 352 669

25-29 333 335 668

30-34 340 316 656

35-39 319 279 598

40-44 307 240 547

45-49 270 207 477

50-54 224 167 391

55-59 182 129 311

60-64 131 94 225

65-69 87 68 155

70-74 51 50 101

75+ 80 97 177

Jumlah 3623 3425 7048

Tabel 1. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Sumber: Monografi kelurahan Muarareja per Maret 2016

Pada tabel komposisi penduduk diatas, jumlah penduduk di Kelurahan Muarareja per Maret 2016 adalah 7.048 dengan jumlah laki-laki sebanyak 3.623 dan perempuan 3.425, jumlah penduduk usia produktif yaitu antara 20-40 tahun berjumlah 1.216. Biasanya kelompok usia 10-69 tahun sebagian besar sudah


(57)

bekerja, karena masyarakatnya masih di batas garis kemiskinan sehingga pada usia dini sudah banyak yang bekerja.

Berdasarkan data monografi Kelurahan Muarareja menunjukkan bahwa pendidikan penduduk masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 96 orang

Tamatan SLTA 360 orang

Tamatan SLTP 728 orang

Tamatan SD 3.651 orang

Tidak tamat SD 684 orang

Belum tamat SD 828 orang

Tidak sekolah 129 orang

Jumlah 6.476 orang

Tabel 2. Penduduk menurut pendidikan (umur 5 tahun keatas) Sumber: Monografi kelurahan Muarareja per Maret 2016

Berdasarkan tabel diatas, penduduk Kelurahan Muarareja memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah, karena penduduknya sebagian besar hanya tamatan SD saja, hal tersebut berpengaruh dalam memperoleh pekerjaan. Pada masyarakat nelayan Muarareja masih ada anggapan bahwa membantu pekerjaan orangtua lebih baik daripada harus sekolah tinggi, karena walaupun bersekolah sampai SMU pun akhirnya membantu orang tua juga. Masyarakatnya pun lebih suka bekerja daripada bersekolah, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya anak usia sekolah yang sudah ikut bekerja membantu orang tua.

Jumlah lembaga pendidikan formal di Kelurahan Muarareja juga sangat terbatas, hanya ada dua SD, yaitu SD Muarareja 01 dan 02, satu PAUD dan satu TK, dengan lokasi di tengah-tengah Kelurahan Muarareja.


(58)

Berdasarkan data monografi Kecamatan Muarareja menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Muarareja sebagai nelayan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Petani sendiri 314 orang

Buruh tani 135 orang

Nelayan 3.409 orang

Pengusaha 67 orang

Buruh Industri 61 orang Buruh bangunan 72 orang

Pedagang 401 orang

Pengangkutan 30 orang

PNS/ABRI 62 orang

Pensiunan 13 orang

Lain-lain 235 orang

Jumlah 4.799 orang

Tabel 3. Menurut Mata Pencaharian (umur 10 th ke atas) Sumber: Monografi Kelurahan Muarareja per Maret 2016

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa di Kelurahan Muarareja sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Dapat diartikan pula bahwa masyarakat Kelurahan Muarareja bergantung kepada hasil laut yang digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan mencukupi kebutuhan keluarga. Sebagian besar masyarakat Muarareja berprofesi sebagai nelayan dengan kelompok usia 10 tahun keatas, biasanya kelompok usia 10-69 tahun sebagian


(59)

besar sudah bekerja, karena masyarakatnya masih di batas garis kemiskinan sehingga pada usia dini sudah banyak yang bekerja.

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Muarareja sebagian besar sebagai nelayan, petani tambak, dan pedagang ikan. Wilayah Kelurahan Muarareja hampir sebagian wilayahnya adalah area pertambakan . Hal ini disebabkan karena keadaan wilayah Kelurahan Muarareja yang berada di pesisir pantai, hampir sebagian wilayahnya adalah area pertambakan, sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk Kelurahan Muarareja adalah Petani tambak dan Nelayan serta dagang ikan sedangkan profesi lainnya hanya minoritas karena letaknya di 0,5 m permukaan air laut.

Hasil yang diperoleh dari mata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan hasil yang tidak pasti menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup termasuk kebutuhan pendidikan. Rendahnya pendidikan pada masyarakat di Kelurahan Muarareja mempengaruhi pekerjaan yang dimiliki, karena dengan rendahnya pendidikan berarti rendah pula kemampuan individu. Rendahnya kemampuan individu dipengaruhi anggapan masyarakat yang lebih memilih bekerja sebagai nelayan karena hanya mengandalkan tenaga saja.

Kelurahan Muarareja merupakan kampung nelayan yang memasok sumber laut paling banyak di Kota Tegal, sebagai pendistribusi ikan dari laut maupun penjual ikan. Kelurahan Muarareja mempunyai potensi di bidang ekonomi yaitu sebagai penghasil Ikan Laut, penghasil budidaya ikan, pengasil budidaya Rumput Laut, penghasil Budidaya Udang Panawi, juga penghasil pengolahan ikan. Di


(60)

Muarareja ini juga terdapat satu TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang selama ini telah mengakomodasi kegiatan tersebut.

Gambar 4. Kelurahan Muarareja

Sumber: Dokumentasi Kelurahan Muarareja, Maret 2016

Kegiatan kesenian di Kelurahan Muarareja yang masih bertahan sampai sekarang diantaranya adalah kesenian Sibalo-balo. Hal ini terlihat masih banyaknya pementasan kesenian tradisional balo-balo dan masih bertahannya para pemain kesenian balo-balo. Mereka berlatih kesenian balo-balo dalam waktu senggang mereka, dan mendapatkan kesempatan untuk pentas atau ditanggap baik secara hajatan warga seperti acara pernikahan, khitanan, maupun sebagai pertunjukkan pada acara-acara formal.

Kesenian Sibalo-balo merupakan salah satu kesenian pesisir, dimana salah satu cirinya adalah penggunaan alat musik perkusi yaitu instrument musik yang teknik permainannya dipukul, seperti rebana dan thong-thong pret (semacam calung). Musik pesisir memiliki irama patah-patah, cepat, birama 4/4. Dari sisi


(1)

HASIL WAWANCARA

1. Wawancara kepada Bapak Yusron, 48 th, yang beralamat di Kelurahan Panggung Tegal, selaku anggota kelompok kesenian Sibalo-balo CRM pada tanggal 14 April 2016

Keterangan ; P = Peneliti N= Narasumber P = Assalamualaikum Pa... N = Waalaikumsalam bu..

P = Perkenalkan, nama saya Khusniati, mahasiswa pendidikan seni musik Unnes, saya sedang mengadakan penelitian tentang kelompok kesenian Sibalo-balo CRM. Untuk itu, saya membutuhkan beberapa informasi dari Bapak,,,langsung saja ya Pa

N = monggo...

P = Sejak usia berapa bapak bergabung dengan kelompok kesenian CRM? N = 43 tahun

P = berapa jumlah anggota kelompok kesenian sibalo-balo CRM? N = saat ini sih ada 15 orang plus pembina

P = alat musik apa saja yang dimainkan oleh kelompok kesenian Sibalo-balo CRM?

N = terbang Jawa ada 4 buah, terbang kencer ada 4 buah, saron 3 buah kendhang besar 1 buah, kendhang kecil 1 buah, gong besar 1 buah, gong kecil 1 buah

P = mengapa bapak memilih melestarikan kesenian sibalo-balo CRM? N = karena saya ingin melestarikan kesenian daerah

P = Apakah semua orang yang berminat mengikuti kesenian sibalo-balo dapat bergabung begitu saja?

N = iya,,, bisa, yang penting mereka konsisten pada saat latihan

P = Apa saja kriteria yang diperlukan agar bisa memainkan alat musik Sibalo-balo?


(2)

N = oh,,tidak ada kriteria khusus,,,asalkan bisa telaten dan tertib, ya ...pasti bisa..

P = Berapa lama waktu yang diperlukan agar bisa memainkan alat musik sibalo-balo?

N = tidak lama bu,,,paling sering latihan rutin seminggu sekali saja, empat kali latihan sudah bisa

P = Apa harapan bapak kedepan untuk kelompok kesenian CRM? N = harapan saya yah...semoga bisa terus berkembang..

P = Usaha apa saja yang bapak lakukan untuk mempertahankan kesenian Sibalo-balo di Kota Tegal?

N = kalo usaha,,,,mungkin terus bertahan menjadi anggota kelompoknya,ya... P = Prestasi apa saja yang telah dicapai oleh kesenian Sibalo-balo CRM? N = kalo prestasi ...apa yah...lah wong kalo tampil ya seadanya ya bu,,, kami

jarang mengikuti lomba-lomba,,palinn kalo ada kegiatan pemerintah, kami di sambat ( diajak).


(3)

2. Wawancara kepada Bapak H. Tambari Gustam, 51 th, yang beralamat di Jl. Brawijayan no 46 Tegal, selaku ketua kelompok kesenian Sibalo-balo CRM pada tanggal 13 April 2016

P = Assalamualaikum Pa... N = Waalaikumsalam bu..

P = Perkenalkan, nama saya Khusniati, mahasiswa pendidikan senii musik Unnes, saya sedang mengadakan penelitian tentang kelompok kesenian Sibalo-balo CRM. Untuk itu, saya membutuhkan beberapa informasi dari Bapak,,,langsung saja ya Pa

N = monggo...

P = Bagaimana sejarah berdirinya kelompok musik kesenian sibalo-balo CRM?

N = awalnya saya ingin nguri-nguri (menghidupkan) kesenian tradisional tegal,

P = mengapa dinamakan Cahaya Rembulan Musik, apa arti dan tujuannya? N = saya ingin mempopulerkan merk dagang istri saya, Carimah yang

kemudian saya jadikan singkatan untuk nama kelompok kesenian saya, yaitu Cahaya Rembulan Musik

P = Berapa jumlah personil kelompok Sibalo-balo Cahaya Rembulan Musik?

N = kurang lebihnya 15 orang

P = bagaimana konsep kesenian sibalo-balo CRM? N = membaur dengan masyarakat, menghibur masyarakat

P = menurut saudara, bagaimana bentuk dan fungsi musik pertunjukan kesenian sibalo-balo CRM?


(4)

N = bentuk musiknya,,ada kolaborasi dengan alat musik lain, yaitu gong, kendang, saron, sibalo-balo

P = Menurut Bapak, apa yang membuat perbedaan kelompok kesenian CRM dengan kelompok sibalo-balo yang lain di Kota Tegal?

N = dari alat musiknya,,,kelompok sibalo-balo CRM lebih komplit dari sibalo-balo yang lain

P = Bagaimana penataan panggung, dekorasi, dan tata suara yang digunakan saat pementasan sibalo-balo CRM?

N = tidak ada penataan khusus,,,karena tergantung tempatnya juga,,, biasanya saron melingkar di depan,alat musik lain mengikuti

P = Materi lagu apa saja yang dibawakan saat pementasan? N = balo-balo pitutur, mengandung syair menasihati, perjuangan

P = usaha apa saja yang Bapak lakukan untuk mempertahankan kesenian Sibalo-balo kota Tegal?

N = berlatih dan mencari job agar menggunakan kesenian sibalo-balo dari pada kesenian Cirebonan, untuk memutarkan lewat radio Gamma FM, dengan memutar lagu-lagu Tegalan, pendekatan dengan penentu kebijakan P = Apa harapan Bapak ke depan untuk kesenian Sibalo-balo CRM?

N = Pemerintah Kota Tegal memberi kesempatan untuk tampil di acara/momen/lomba sebagai penyambutan..


(5)

3. Wawancara dengan Ibu Evi Wijayanti,S.H, 51 th, selaku ketua kelompok kesenian Sibalo-balo CRM pada tanggal 30 Mei 2016

P = Apa yang melatarbelakangi berdirinya balo-balo Polwan Polmas?

N = waktu itu di tahun 2013, pimpinan Polres AKBP Haryadi Sik, ingin nguru-nguri budaya lokal, dan diberdayakan untuk menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas, yaitu: keamanan, soliditas TNI/Polri, masyarakat punya tata tertib budaya bersih, memiliki kepedulian untuk melaksanakan menciptakan keamanan individu maupun kelompok mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan ,baik lingkungan kerja maupun lebih luas lagi.

P =Apa alasan Polmas memilih Sibalo-balo CRM sebagai partner?

N = karena Sibalo-balo CRM yang mempunyai alat-alat lengkapnya dan BpH.Tambari Gustam yang bisa melatih kami

P = Mengapa Polmas memilih kesenian balo-balo sebagai sarana untuk mensosialisasikan programnya?

N = karena Sibalo-balo efektif, ada syair-syairnya yang menggunakan bahasa Tegalan

P = Sejak kapan balo-balo Polwan Polmas memisahkan diri dari balo-balo CRM?

N = baru-baru ini, tahun 2016

P =Alat musik apa saja yang digunakan oleh balo-balo Polwan Polmas? N =drum, gong, saron, kendang

P =Berapa waktu yang diperlukan untuk berlatih?

N =3 hari, setiap latihan 2 jam,,,dulu ada latihan rutin, setiap Jumat, sekarang menyesuaikan waktu

P = Prestasi apa saja yang pernah diraih oleh Sibalo-balo Polmas? N = pada saat karnaval kota Tegal, tahun 2015, meraih juara satu

P = Lagu apa saja yang sudah pernah dimainkan oleh balo-balo Polmas? N = Lagu Sinok-sitong...syairnya disesuaikan dengan acara

P = Apakah ada syarat tertentu untuk menjadi peserta sibalo-balo Polwan Polmas?


(6)

P = Apa harapan Ibu ke depan untuk kesenian Sibalo-balo Polwan Polmas? N = ya,,,sesekali latihan untuk kaderisasi, yang lama digeser, yang main yang main yanng muda-muda

P = Usaha apa saja yang dilakukan agar kelestarian balo-balo Polmas selalu terjaga?