Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010 2011

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN
(MGMP) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU SEJARAH PADA SMA DI
KABUPATEN REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh
Nur Mutmainah
NIM 3101407007

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
i

ii

PENGESAHAN KELULUSAN


Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari

:

Tanggal

:

Penguji Utama

Drs. Abdul Muntholib, M.Hum
19541012 198901 1 001

Pembimbing I

Pembimbing II


Drs.Karyono,M.Hum

Drs. Ibnu Sodiq,M.Hum

NIP.19510606 198003 1 003

NIP.19631215 198901 1 001

Mengetahui,
Dekan,

Drs. Subagyo M.Pd
NIP. 195108081980031003

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

Nur Mutmainah
NIM.3101407007

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
 Hidup adalah Perjuangan (Penulis)
 Seseorang yang pikirannya dipenuhi banyak gagasan dan rencana cerdas
tetapi tidak pernah mencoba merealisasikannya menjadi sebuah karya
nyata , maka dia adalah orang yang tidak pernah berguna (Huzaifah
Ismail)

Persembahan :
☺Bapak dan Ibu yang memberikan doa dan kasih sayang yang tulus.

☺Buat saudaraku tersayang ( Mbak Aini, Mas Sarwan, Adik Ifa dan Adik Aisy)
terimakasih atas doa dan dukungan.
☺Guru-guruku yang telah memberikan bekal ilmu yang berharga.
☺Teman-teman terbaikku Kasih, Dwi, Ayu, dan Nisa terima kasih atas motivasi
kalian.
☺Almamaterku Pendidikan Sejarah 2007.

v

PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga terungkap rasa syukur atas terselesainya skripsi dengan
judul Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di
Kabupaten Rembang

Tahun Ajaran 2010/2011, sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas
Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah (skripsi) ini masih

memerlukan pengembangan lanjut untuk mencapai tujuan esensialnya
sejalan dengan perkembangan kurikulum sekolah. Skripsi ini dapat
terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
ucapan tulus dan hormat saya sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah.
2. Drs. Subagyo, M.Pd selaku Dekan FIS Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S. M.Pd selaku Ketua Jurusan Sejarah
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan
semangatnya dalam penyelesaian karya ini.
4. Drs. Karyono, M.Hum dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.
5. Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.
6. Seluruh dosen jurusan sejarah yang telah memberikan bekal ilmu
kepada

penulis


selama
vi

belajar

di

UNNES.

7. Ginna Santoso S.Pd Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang
yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
8. Seluruh anggota MGMP Sejarah SMA di Kabupaten Rembang yang
telah menjadi objek penelitian, terimakasih atas bantuannya.
9. Tsabit Azinar Ahmad,S.Pd., M.Pd dan Yupa Setiyawan yang telah
memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Bapak, Ibu dan segenap keluarga besar yang telah memberikan
dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Teman-teman di asholehah kost, emeral kost yang telah memberikan
bantuan dan motivasi selama ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela, yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pihak bagi umumnya. Amien.
Semarang, Juli 2011
Penulis

vii

SARI
Mutmainah, Nur. 2011. Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada
SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : MGMP, Kompetensi Profesional, Guru Sejarah.
Profesionalisme guru dan mutu pendidikan Jawa Tengah masih rendah.
Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor yaitu kualifikasi pendidikan
formal guru belum sesuai dengan ketentuan undang-undang, kekurangan guru
pada semua jenis dan jenjang pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru
belum merata, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang

studinya, kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap
pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah)
dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal, padahal usaha
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas
sehari-hari dan mencari penyelesaian yang sesuai dengan karaktetistik sejarah
yang sesuai dengan KTSP guru dapat menemukannya dengan mengikuti wadah
MGMP.
Skripsi ini mendiskripsikan permasalahan yang didapat, Upaya apa
dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah
di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011; Kendala-kendala apa saja
yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi profesional guru
Sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011 oleh MGMP;
Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP.
Dalam penelitian ini metode menggunakan kualitatif studi kasus. Sumber
data penelitian ini adalah narasumber atau informan (informant) dan Aktivitas
MGMP. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi,
wawancara, studi dokumen dan angket atau kuesioner (Questionnaires).
Penelitian ini memilih informan dengan menggunakan purposive sampling.
Dalam keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber.

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis interaktif Miles
dan Hiberman terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya-upaya MGMP sejarah dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang,
melalui kegiatan program kerja yang sudah signifikan dan sesuai dengan
kubutuhan guru. Program tersebut yaitu pembahasan silabus, pembuatan
perangkat KBM, pembuatan Modul, pembuatan soal semester, studi lapangan
situs sejarah, pembuatan VCD pembelajaran. Serta, kerja sama yang dilakukan
oleh MGMP dengan MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) Komisariat
Rembang menambah wawasan dan manfaat yang sangat baik bagi anggota
MGMP dan MGMP mempunyai peranan dalam proses sertifikasi guru yaitu
viii

MGMP dapat memberikan surat keterangan bagi anggota untuk (PAK)
Penetapan Angka Kredit. Selain itu MGMP juga dapat dimasukan unsur C
pada aspek pengalaman berorganisasi dibidang pendidikan dan sosial.
Kendala-kendala MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional
guru Sejarah di Kabupaten Rembang; SMA Swasta, dari guru sejarah yang
berasal bukan dari lulusan sejarah menjadi permasalahan terhadap MGMP;

Kurang pengawasan dari Dinas, dan KSKO (Kepala Sekolah Koordinasi
Organisasi) kepada kinerja MGMP; Dana pendukung operasional MGMP
yang kurang memadai; Terdapat beberapa etos kerja guru yang rendah.
Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP Sejarah Kabupaten
Rembang; Bahwa MGMP sangat membantu guru dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang dapat mengubah ranah psikologis siswa serta permasalahan
yang terkait dengan implementasi KTSP.

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN..........................................................................iii
PERNYATAAN .................................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
PRAKATA .........................................................................................................vi
SARI ................................................................................................................viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah............................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 13
D. Kegunaan Penelitian............................................................................ 14
E. Batasan Istilah ..................................................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)........................................ 18
1. Pengertian MGMP ..............................................................................18
2. Organisasi Profesi Guru......................................................................19
3. Tujuan MGMP....................................................................................22

x

4. Peran MGMP.......................................................................................24
B. Kompetensi Profesional Guru.............................................................. 27
1. Pengertian Kompetensi Profesional....................................................27
2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional ............................................33
3. Pengembangan Kompetensi Profesional Melalui MGMP..................36
C. Guru Sejarah ....................................................................................... 38
1. Pengertian Guru...................................................................................38
2. Guru Sejarah........................................................................................39
3. Kompetensi Profesional Guru Sejarah................................................42
D. Kerangka Berfikir................................................................................ 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian ............................................................................... 48
B. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................................. 50
C. Sumber Data........................................................................................ 51
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 52
E. Memilih Informan ............................................................................... 55
F. Keabsahan Data................................................................................... 57
G. Teknik Analisis ................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran MGMP Sejarah SMA ......................................................... 61
1.

MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang.....................................61

2.

Perkembangan MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 20002010...................................................................................................63

xi

B. Upaya-Upaya MGMP Sejarah Dalam Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Sejarah Di Kabupaten Rembang.................................67
C. Kendala-Kendala MGMP Sejarah Dalam Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Sejarah Di Kabupaten Rembang.................................87
D. Tanggapan Guru Sejarah Terhadap Fungsi MGMP Sejarah Kabupaten
Rembang.... ......................................................................................... 94
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 97
B. Saran ................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101
LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Organisasi Profesi dan Kode Etik ................................................................ 22
2.2 Kerangka Berpikir....................................................................................... 47
3.3 Teknik Analisis Miles dan Hiberman .......................................................... 59
4.4 Seminar Internasional.................................................................................. 71

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan MKKS SMA Kabupaten Rembang............................104
2. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 20092012.......................................................................................................105
3. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 20002003........................................................................................................106
4. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 20032006........................................................................................................107
5. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 20062009........................................................................................................108
6. Daftar Guru Mata Pelajaran Sejarah Kabupaten Rembang...................109
7. Program Kerja MGMP Sejarah Kabupaten Rembang...........................110
8. Surat Katerangan Aktif Anggota MGMP..............................................111
9. Lembar Penilaian dari Atasan dan Pengawas........................................112
10. Supervisi Kunjungan Kelas.................................................................113
11. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Atasan dan
Pengawas...............................................................................................114
12. Diktat

Hasil

Program

Kerja

Tahun

2000-

2003........................................................................................................116
13. Surat Keterangan melakukan Penelitian..............................................117
14. Instrumen Penelitian............................................................................118
15. Surat ijin Penelitian.............................................................................127

xiv

16. Foto Penelitian....................................................................................128
A. Studi Lapangan Situs Sejarah di Museum Plawangan Kragan dan
Terjan di Lasem...........................................................................128
1) Studi Lapangan di Museum Plawangan Kragan......................129
2) Situs Megalitikhum di Terjan..................................................129
3) Seminar dan Napak Tilas Jejak Peninggalan Majapahit di Lasem
Rembang..................................................................................129
4) Studi Lapangan Program Kerja Tahun 2006-2009 di Sangiran
dan Objek Percandian Plaosan Lor dan plaosan kidul.............129
B. Kegiatan MGMP di dalam Ruangan............................................130
1) Pemanfaatan Teknologi LCD Dalam Rapat MGMP...............130
2) Pembagian Kelompok Pembuatan Soal...................................130
C. Teknik Pengumpulan Data...........................................................130
1) Observasi Berperan Pasif........................................................130
2) Wawancara...............................................................................131

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan. Dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain.
Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada
dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses,
pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi (Supriadi, 1998: xv).
Dalam pendidikan formal di sekolah guru mempunyai peranan yang
sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan siswa, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Definisi yang kita kenal seharihari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam
arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu ditiru dan
diteladani. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian
pesat, guru tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih
banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus

1

2

dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar
(Uno, 2008: 17).
Tugas utama guru adalah mengajar, kebanyakan kita mengatakan
bahwa mengajar adalah suatu profesi. Menurut Dedi Supriyadi (1998), guru
sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging
profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah
dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi
yang setengah-setengah atau semi profesional. Pekerjaan profesional berbeda
dengan pekerja non profesional karena suatu profesi memerlukan kemampuan
dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain
pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu (Saondi, 2010:
7).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi dengan pendidikan keahlian (keterampilan,
kejujuran dan sebagainya) tertentu (KBBI, 2008: 1216). Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, sebagian orang cenderung menyatakan guru
sebagai suatu profesi, dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Oleh sebab itu
dapat dikatakan jabatan guru sebagian, tapi bukan seluruhnya merupakan
jabatan profesional, namun sedang bergerak kearah itu. Kita di Indonesia
dapat merasakan jalan ke arah itu mulai dijalani, misalnya dengan adanya
peraturan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1989 bahwa
yang boleh menjadi guru hanya yang mempunyai akta mengajar yang

3

dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain
itu, juga guru diberi penghargaan oleh pemerintah melalui Keputusan
Menpan nomor 26 Tahun 1989, dengan memberikan tunjangan fungsional
sebagai pengajar, dan dengan kenaikan pangkat yang terbuka (Soetjipto,
2009: 26).
Sesungguhnya paradigma baru pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), memang telah
menempatkan

pendidik

sebagai

tenaga

profesional,

yang

bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengapdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi ( pasal 39 ayat (2) UU Sisdiknas). Pasal ini tidak diikuti
dengan perintah untuk pengaturan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Itulah salah satu sebab, maka pengaturan lebih lanjut tentang pendidik,
khususnya guru dan dosen, perlu dibuat dalam bentuk undang-undang.
Persamaan yang paling esensial, bahwa guru dan dosen adalah
pendidik yang merupakan tenaga profesional. Pengertian profesional memang
tidak dijelaskan lebih lanjut dalam UU Sisdiknas, dan karena itu dalam
Rancangan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, diberi rumusan :
“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi”.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, ditetapkan dengan jelas
sembilan prinsip profesional (pasal 7 ayat 1), yaitu guru dan dosen : (a)

4

memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketakwaan, dan
akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai bidang tugas; dan (d) memilki kompetensi yang diperlukan
sesuai bidang tugas; dan (e) memiliki tangung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan. Selain itu guru dan dosen harus juga: (f) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat; dan (h) memiliki jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru. Khusus bagi guru
harus (i) memiliki wadah profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dalam hal ini
dosen tidak wajib memiliki wadah profesi, karena akan lebih banyak diatur
oleh senat perguruan tinggi masing-masing (Arifin, 2007:68).
Pendapat dari Soetjipto, Arifin diatas diperkuat oleh Ondi Saondi
(2009) bahwa guru di Indonesia

merupakan jabatan profesi yang mulai

dijalani, hal ini bisa dilihat dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah
sebagai dasar landasan pelaksanaan peningkatan keprofesionalan guru. Pada
undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 menyatakan bahwa
Keprofesionalan guru harus memiliki beberapa kompetensi meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Penjelasan tentang Standar Kualifikasi dan

5

Kompetensi Pendidik diatur pada peraturan menteri nomor 16 tahun 2007
yaitu (Anonim, 2010: 81) :
1. Kompetensi Pedagogik
Merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
yang terdiri dari kemampuan memahami peserta didik, kemampuan
merancang dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan melakukan
evaluasi pembelajaran, kemampuan membantu pengembangan

peserta

didik dan kemampuan mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dipunyainya.
Secara rinci kompetensi paedagogik mencangkup:
a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,
kultural, dan emosional.
b. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya.
c. Memahami gaya belajar dan kesulitan peserta didik.
d. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran

yang

mendidik.
f. Mengembangkan kurikulum yang mendorong
didik dalam pembelajaran.
g. Merancang pembelajaran yang mendidik.

keterlibatan peserta

6

2. Kompetensi Profesional
Merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Yang
termasuk kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran yang
terdiri

dari penguasaan bahan

yang diajarkan,

penguasaan

dan

penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan,
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran
siswa.
Secara rinci kompetensi profesional mencangkup :
a.

Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuan

b.

Menguasai struktur dan materi bidang studi.

c.

Menguasai dan memanfaatkan teknologi Informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.

d.

Mengadahkan materi kurikulum bidang studi.

e.

Meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.

3. Kompetensi Sosial
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, serta
masyarakat sekitar. Cakupan kompetensi sosial meliputi :

7

a.

Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang
tua peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan

masyarakat.
b.

Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di sekolah

dan

masyarakat.
c.

Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global.

d.

Memanfaatkan informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi
dan pengembangan diri.

4. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia
serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini
mencangkup penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas
sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsurunsurnya. Disamping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan
nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri
sebagai panutan anak didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian
mencangkup :
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

8

c. Mengevaluasi kinerja sendiri.
d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut akan dinyatakan dalam
sertifikat pendidik yaitu melalui sertifikasi, pada saat ini pemerintah baru
melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur penilain dan
jalur pendidikan. Adanya sertifikasi guru ini

pemerintah memberikan

hadiah bagi guru yang telah dinyatakan profesional melalui tunjangan dua
kali gaji pokok. Sehingga dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut
profesi guru sekarang banyak diminati masyarakat.
Profesi guru pada saat ini memang dalam puncak popularitas,
pendapat yang diungkapkan oleh Soetjipto dan Ondi Saondi bahwa guru
di Indonesia merupakan jabatan profesi yang sekarang mulai di gemari
memang benar adanya. Banyaknya minat masyarakat yang ingin
berprofesi menjadi guru, bisa dilihat dari membludaknya yang ingin
bersekolah di LPTK, Misalnya di UNNES menjadi salah satu Perguruan
tinggi favorit dalam mencetak calon guru. Profesi guru pada saat ini
banyak di minati oleh masyarakat karena merupakan salah satu profesi
yang sangat menjanjikan. Kebijakan-kebijakan baru yang di keluarkan
pemerintah di atas terhadap profesi guru dan dosen bertujuan
meningkatkan kesejahteraan hidup, hal inilah yang dijadikan sebab
mengapa profesi guru pada saat ini menjadi profesi yang favorit.
Profesi guru meskipun telah diminati masyarakat dengan adanya
perbaikan melalui program sertifikasi, seorang guru tidak menjamin

9

bahwa guru tersebut sudah profesional, hal ini dapat dilihat dari data yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah
(Supriyono, 2009: 25) terhadap profesionalisme guru dan mutu pendidikan
Jawa Tengah masih rendah. Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor
yaitu kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan
undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang
pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih
banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya,
kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap
pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru),
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja
Kepala Sekolah) dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum
optimal.
Dalam upaya pengembangan kompetensi profesionalisme guru,
menurut Supriadi (1998), yaitu diantaranya dapat melalui mengoptimalkan
fungsi dan peran kegiatan dalam bentuk PKG (Pusat Kegiatan Guru),
KKG (Kelompok Kerja Guru), dan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) yang memungkinkan para guru berbagai pengalaman dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan
mengajarnya.
Diperlukan

suatu

wadah

yang

dapat

meningkatkan

dan

mengembangkan kompetensi. Organsasi itu di bentuk karena sebagai salah
satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi harus mempunyai wadah

10

untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi,
yakni wadah profesi. Bagi guru di Indonesia wadah-wadah tersebut yaitu
Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan
PGRI, namun di samping PGRI sebagai satu-satunya wadah guru di
sekolah yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada wadah guru yang
disebut MGMP sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya belum ada
keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam
MGMP ini dengan PGRI.
MGMP sebagai wadah profesi guru yang berbasis mata pelajaran
secara profesional, terprogram, dan secara khusus

diarahkan untuk

mengembangkan standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara
nasional (Saondi, 2010: 75). Tujuan dari berdirinya MGMP seharusnya
guru dapat memanfaatkan dan ikut berpartisipasi dalam wadah tersebut,
akan tetapi semua guru belum menyadari hal itu. Adanya Sertifikasi Guru
dan Pelaksanaan Implementasi KTSP, guru dapat memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
secara efektif. Memanfaatkan wadah profesi guru tersebut guru dapat
bertukar pengalaman dan saling berbagi sesama guru sehingga dapat
mengembangkan kompetensi guru dan menjadikannya guru profesional.
MGMP sebagai wadah dalam pengembangan profesionalisme guru,
maka peningkatan MGMP merupakan masalah yang mendesak untuk
dapat direalisasikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan

11

kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru
inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen
MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di beberapa
daerah menunjukkan peningkatan MGMP yang cukup menggembirakan,
namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan
masalah ini, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai kinerja
MGMP.
MGMP menjadi sarana yang sangat efektif dalam meningkatkan
kualitas kompetensi dan profesionalisme guru, hal ini bisa dilihat dari
tugas dan fungsi dari adanya wadah MGMP yaitu sebagai tempat guru
untuk berdiskusi dan menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat
saling tukar pikiran dalam merancang model pemebelajaran dan
implementasi KTSP secara efektif dan efisisen (Mulyasa, 2008: 79).
Begitu juga dengan MGMP Sejarah di Kabupaten Rembang juga
mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan kompetensi
profesional guru sejarah pada SMA. Apalagi di tambah adanya
pengembangan sejarah Lokal dari tiap-tiap daerah yang harus di masukan
di materi ajar, menambah pentingnya peran MGMP. Dalam MGMP guru
sejarah dapat berkumpul dan membahas tentang peristiwa dan cagar
budaya apa yang perlu di masukan dalam sejarah lokal. Selain itu, MGMP
juga berperan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran Sejarah
Kontroversial, Hal ini telah diungkapakan oleh Tri Widodo pada seminar

12

makalah nasional dalam rangka refleksi kebangkitan nasional pada 28 Mei
2009 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Menurut Tri Widodo “Banyak peristiwa-peristiwa Sajarah” di negeri
ini yang “masih sarat” dengan kontroversi, di samping yang secara khusus
yaitu peistiwa : Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Serangan
Umum 1 Maret 1949, Lahirnya Pancasila, Peristiwa G 30/S PKI, Lahirnya
Orde Baru, Integrasi Timur-Timur. Sifat Sejarah yang kontroversial ini
jelas memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran Sejarah di
kelas, meski pembelajaran kontroversial di kelas adalah sebuah
keniscayaan yang pasti terjadi. Untuk itu guru membutuhkan suatu wadah,
salah satunya yaitu MGMP dalam membahas berbagai permasalahan yang
terkait dengan implementasi KTSP.
Berdasarkan uraian diatas, Banyak asumsi yang mengatakan bahwa
MGMP mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan
standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara nasional, serta
dapat dijadikan tempat pengembangan kompetensi guru khususnya
kompetensi profesional. Namun apakah MGMP di Kabupaten Rembang
juga dapat memberikan kontribusi yang sama pada guru sejarah dengan
berdasarkan tujuan dan peran MGMP.
Penelitian ini bermaksud melakukan pengamatan terhadap Peranan
MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah,
kendala-kendala apa yang terjadi dalam pengembangan kompetensi
tersebut dan tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP.

13

Dari latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul : Peran
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di Kabupaten Rembang
Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
1. Upaya apa yang dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi
profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Kendala-kendala apa yang terjadi di lapangan dalam pengembangan
kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran
2010/2011 oleh MGMP ?
3. Tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP ?

C. Tujuan Penelitian
Dari Judul dan permasalahan diatas peneliti dapat merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan MGMP dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten
Rembang Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten
Rembang Tahun 2010/2011 oleh MGMP.
3. Untuk mengetahui tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP.

14

D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan akademis atau teoritis
a. Dapat memberikan kegunaan kepada guru tentang pengembangan
kompetensi sehingga pengajaran di sekolah di harapkan dapat menjadi
lebih baik.
b. Memberikan kegunaan kepada wadah profesi guru (MGMP) di
Indonesia

agar

dapat

dijadikan

suatu

wadah

yang

dapat

mengembangkan kompetensi guru sehingga dapat menjadikan guru
profesional.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat berguna bagi penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam.
b. Dapat menambah pengetahuan bagi para mahasiswa yang belajar pada
jurusan sejarah (prodi pendidikan sejarah) pada khususnya dan jurusanjurusan lain pada umunya.
c. Dapat dijadikan bahan bacaan bagi para mahasiswa atau masyarakat
umum lainnya.

E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran dalam memahami
penelitian ini perlu memberikan batasan istilah dalam pemakaian kata atau
kalimat pada judul yang peneliti ambil.

15

1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru
matapelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ sanggar/
gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA
Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru
tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari,
oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP
merupakan wadah nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan
kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga
lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3
Juni 2010, jam 15.09).
2. Kompetensi Profesional
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta)
Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi

(competency)

yakni kemampuan atau kecakapan (KBBI 2008: 1216).
Kompetensi Profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencangkup penguasaan substansi isi materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru
(Soegeng dan Retnaningdyastuti, 2010: 12).

16

3. Guru Sejarah
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1 )
dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Aqib
dan Rohmanto, 2008 : 145).
Sejarah mempunyai Tujuan yang luhur, yaitu ilmu sejarah untuk
diajarkan pada semua jenjang sekolah adalah : “ menanamkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk
menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu
unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran
sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan
negara. Anak memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat
negara dan dunia”( Kasmadi, 1996: 13).
Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan bangsa, kesadaran
sejarah, identitas dan kepribadian nasional menjadi landasan kuat bagi
pembangunan bangsa maka jelaslah bahwa pengkajian sejarah mempunyai
fungsi fundamental dalam pembangunan bangsa serta pembentukan
manusia Indonesia bermartabat ( Kartodirjo, 1990: 60).

17

Berdasarkan uraian di atas, Guru Sejarah yaitu Orang yang
berprofesi mengajar, dalam bidang studi atau ilmu yang merupakan salah
satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi
pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan
antarbangsa dan negara.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
1. Pengertian MGMP
MGMP merupakan suatu wadah atau wadah profesional guru mata
pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ kecamatan/
sanggar/ gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada
SMA negeri dan swasta, baik yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil)
maupun swasta dan atau guru tidak tetap atau honorarium. Prinsip kerjanya
adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah.
Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang
bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan
hierarkis dengan lembaga lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html,
diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).
MGMP merupakan salah satu jenis organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini selain PGRI, MGMP didirikan atas anjuran
pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (Soetjipto, 2009:
36).
MGMP adalah forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis. Hakikat MGMP berfungsi sebagai wadah atau sarana
komunikasi, konsultasi dan tukar pengalaman. MGMP ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Wadah komunikasi profesi

18

19

ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan
kemampuan, wawasan, pengetahuan serta pemahaman guru terhadap meteri
yang diajarkan dan pengembangannya (Saondi, 2010: 80).
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru
mata pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang
terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru
mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA negeri atau swasta yang
mengasuh dan bertangung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum. Guru bertugas mengimplementasikan
kurikulum kelas. Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal diantara
para guru. MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru
dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta
didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi
pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya (Sa’ud, 2009: 107).
2. Organisasi Profesi Guru
Di Indonesia suatu wadah atau organisasi profesi di atur dalam
undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, dikemukaan
bahwa: “ Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas
guru”. Lebih lanjut dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Pasal 41
(1) Guru

dapat

independen

membentuk

organisasi

profesi

yang

bersifat

20

(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian
kepada masyarakat.
(3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
(4) Pembentukan organaisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.
(5) Pemerintah dan atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi
organisasi

profesi

guru

dalam

pelaksanaan

pembinaaan

dan

pengembangan profesi guru.
2. Pasal 42
Orgainsasi profesi guru mempunyai kewenangan :
(1) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
(2) Memberikan bantuan hukum kepada guru;
(3) Memberikan perlindungan profesi guru;
(4) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
(5) Memajukan pendidikan nasional (Mulyasa, 2008: 48)
Pasal yang disebutkan Mulyasa di atas merupakan pasal kebijakan
baru yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam peningkatan profesionalan
guru, sebelumnya sudah ada pasal-pasal yang memuat tentang organisasi guru
yaitu pada buku “Potret Guru” di tulis bahwa PGRI dimantapkan sebagai
organisasi profesi diperjelas dalam kongres PGRI XIV yang berlangsung di
Jakarta tanggal 26 sampai 30 Juni 1979.

21

Pada kongres PGRI XIII menyatakan kode etik guru Indonesia
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Sehingga, Pasal 41 dan pasal 42 diatas merupakan pasal yang mengatur
tentang organisasi profesi guru, dengan berpedoman pada Undang-undang
dan peraturan yang sudah ada sebelumnya.
Menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru tersebut,
membentuk kode etik yang penegakannya dilakukan oleh dewan kehormatan
guru. Sedangkan dewan kehormatan guru dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi
atas pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi guru wajib
melaksanakan rekomendasi dewan kehormatan guru. Bagan berikut akan
mempermudah memahami struktur dan kewenangan serta tugas organisasi
profesi profesi.

22

ORGANISASI PROFESI & KODE ETIK
dapat membentuk
GURU

PEMERINTAH/PEMDA
ORGANISASI
dapat memfasilitasi
Menetapkan
& menegakan
KODE ETIK
GURU

PROFESI

wewenang

memberikan
bantuan hukum
norma & etika
yang
mengikat
perilaku guru
dalam
melaksanakan
tugas

Wajib menjadi anggota
INDEPENDEN
memajukan
pendidikan nasional

membentuk DEWAN
memberikan
perlindungan
profesi
melakukan
pembinaan &
pengembangan
profesi

KEHORMATAN

mengawasi
pelaksanaan kode etik
dan memberikan
sanksi pelanggaran

Gambar 2.1 (Sholeh, 2006: 124)

3. Tujuan MGMP
Organisasi MGMP ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya, belum ada
keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam MGMP ini
dengan PGRI (Soetjipto, 2009: 36).

23

Tujuan MGMP yang ditulis Oleh Soetjipto hampir sama dengan
pendapat Mulyasa yaitu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi guru.
Sedangkan, Menurut Zulacchah (2006) Tujuan diselenggarakannya MGMP
yaitu :
1. Untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat
evaluasi

program

pembelajaran

dalam

rangka

meningkatkan

keyakinanan diri sebagai guru profesional.
2. Untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksanakan

pembelajaran

sehingga

dapat

menunjang

usaha

peningkatkan pemerataan mutu pendidikan.
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami
oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari dan mencari
solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum,
metodologi dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran
yang bersangkutan.
5. Saling berbagi Informasi dan pengalaman dari hasil lokakaryanya,
simposium, seminar, diklat, classromm action reseach, referensi dan
lain-lain. Kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama.

24

6. Mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah
(school reform), khususnya focus classroom reform, Sehingga
berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.
Menurut Saondi MGMP mempunyai tujuan tidak lain menumbuhkan
kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan sikap percaya diri sebagai guru;
menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksankan kegiatan
belajar-mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkatkan dan
pemerataan mutu pendidikan; mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari penyelesaian yang
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru, kondisi sekolah dan
lingkungan; Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan kegiatan keilmuan dan Iptek, kegiatan pelakanaan
kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran
yang bersangkutan; saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Saondi, 2010:
81).
4. Peran MGMP
MGMP di tuntut untuk berperan sebagi, pertama reformator dalam
classroom, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif. Kedua, mediator,
dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama dalam
pengembangan kurikulum dan sistem pengujian. Ketiga, Supporting agency,

25

dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah. Keempat,
Collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi relevan. Kelima,
evaluator dan development school reform dalam konteks MGMP, dan
Keenam, Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian
appraisal (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3
Juni 2010, jam 15.09).
Kurikulum

Tingkat

Satuan

Pendidikan

(KTSP)

dalam

implementasinya tidak mudah bagi seorang guru untuk menerapkannya di
lapangan yaitu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat mengubah
ranah psikologis siswa sebagaimana yang digariskan pemerintah, serta
berbagai permasalahan lain terkait dengan implementasi KTSP.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan,
dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu
mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
Standar

Nasional

Pendidikan

untuk

mewujudkan

tujuan

pendidikan nasional.
2. Kurikulum

pada

semua

jenjang

dan

jenis

pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

26

3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh (BSNP) Badan Standar
Nasional Pendidikan (Mulyasa 2006: 12)
Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya merevitalisasi wadah
musyawarah guru, agar guru dapat memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif. Wadah
musyawarah guru seperti MGMP merupakan suatu wadah yang efektif dalam
memantapkan profesi guru, karena di MGMP guru dapat berdiskusi dan
menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat saling tukar pikiran
dalam merancang model pembelajaran dan implementasi KTSP secara efektif
dan efisien.
Melalui wadah musyawarah guru diharapkam persoalan dapat diatasi,
termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya
dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternative
pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan
variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Wadah musyawarah guru juga dapat menyusun juga mengevaluasi
perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Evaluasi kemajuan dilakukan
secara berkala dan hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana
berikutnya. Kegiatan wadah guru yang dilakukan dengan intensif, dapat

27

dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan serta menambah pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang yang diajarkan. Melalui revitalisasi wadah musyawarah guru,
diharapkan semua kesulitan dan permasalahan dapat dipecahkan, dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan disekolah melalui peningkatan kualitas
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (efective instruction).
Berdasarkan urain di atas, menurut pendapat penulis Organisasi
profesi guru di Indonesia yang sudah diatur dalam undang-undang merupakan
sebuah organisasi yang sangat baik apabila pelaksanaannya sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut, akan tetapi organisasi guru misalnya PGRI
dalam peningkatan mutu profesional keguruan belum menonjol, oleh karena
itu atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
membentuk organisasi lagi yang disebut sebagai MGMP, pada dasarnya
dengan melihat pengertian, tujuan dan peran MGMP yang telah di jelaskan
atas begitu baik. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Pela

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEGIATAN GURU DI MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN ( MGMP ) DENGAN PROFESIONALISME GURU SEJARAH di SMA SE- LUMAJANG

0 30 18

Pembinaan kompetensi profesional Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI tingkat SMPM di Jakarta Barat

0 62 107

KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn Sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru (Studi Eksplorasi Pada MGMP PKn Sub Rayon 02 Kabupaten Wono

0 0 16

KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn Sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru (Studi Eksplorasi Pada MGMP PKn Sub Rayon 02 Ka

0 0 16

PERAN FORUM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN TERHADAP KOMPETENSI GURU DI MGMP GEOGRAFI TINGKAT SMA KABUPATEN BANDUNG.

0 0 65

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENJAS ORKES PADA SMP DI KOTA SALATIGA TAHUN 2010 -2011.

0 0 1

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENJAS ORKES PADA SMP DI KOTA SALATIGA TAHUN 2010 -2011.

0 3 139

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SMK DI KABUPATEN DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 4 10

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SMK DI KABUPATEN DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 1 67

PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU SMK DI KABUPATEN DEMAK - STAIN Kudus Repository

0 4 59