PERAN FORUM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN TERHADAP KOMPETENSI GURU DI MGMP GEOGRAFI TINGKAT SMA KABUPATEN BANDUNG.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan peradaban manusia. Pendidikan berperan dalam membentuk pribadi manusia yang baik menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, sejalan dengan reformasi nasional saat ini pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan menerapkan sistem pendidikan nasional yang baik dan ditunjang pula oleh guru yang bermutu dan profesional diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam era globalisasi (Sujarwo dan Bujang Rahman, 2008:1)

Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya. Kualitas pendidikan Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada Tabel 1.1 (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan dengan negara Cina yang memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada


(2)

tahun 2005 sudah mencapai peringkat 85, suatu kemajuan yang memiliki prestasi tersendiri.

Tabel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara tahun 1995, 2000, 2003, 2004, 2005

No Negara Peringkat Pada Tahun

1995 2000 2003 2004 2005

1 2 3 4 5 6 Thailand Malaysia Philipina Indonesia Cina Vietnam 58 59 100 104 111 120 76 61 77 109 99 108 74 58 85 112 104 109 76 59 83 111 94 112 73 61 84 110 85 108 Sumber : Kunandar 2007

Dibandingkan dengan kualitas sistem pendidikan dikaitkan dengan daya saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio 6,59 menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan Vietnam (Tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia tidak mampu bersaing di tingkat Internasional khususnya di kawasan Asia.

Tabel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga Kerja pada 12 Negara Asia

No Negara Skor

... 7 8 9 10 11 12 Malaysia Hongkong Philipina Thailand Vietnam Indonesia 4,41 4,72 5,47 5,96 6,21 6,59

Sumber : PERC dalam Kunandar 2007

Persoalan yang dihadapi sektor pendidikan amatlah kompleks, salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti kelayakan mengajar dan sulitnya mengimplementasikan kurikulum yang memiliki


(3)

SMP, SMA dan SMK) persentase guru yang tidak layak mengajar masih cukup besar, terlebih pada jenjang Sekolah Dasar.

Tabel 1.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003

No Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah % 1 2 3 4 SD Jumlah SMP Jumlah SMA Jumlah SMK Jumlah Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak 584.395 558.675 1.143.070 202.720 108.811 311.531 87.379 35.424 122.803 27.967 20.678 48.645 47,3 45,2 92,6 43,4 23,3 66,7 38,0 15,4 53,4 19,0 14,0 33,0 41.315 50.542 91.857 96.385 58.832 155.217 67.051 40.260 107.311 55.631 43.283 98.914 3,3 4,1 7,4 20,7 12,6 33,3 29,1 17,5 46,6 37,7 29,3 67,0 625.710 609.217 1.234.927 299.105 167.643 466.748 154.430 75.648 230.114 83.598 63.961 147.559 50,7 49,3 100 64,1 35,9 100 67,1 32,9 100 56,7 43,3 100 Sumber : Balitbang Depdiknas dalam Kunandar 2007

Dalam konteks reformasi pendidikan, guru adalah unsur utama dalam proses pendidikan. Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, guru juga mempunyai tugas mendidik membantu perkembangan semua potensi peserta didik agar mereka menjadi matang dan dewasa sehingga mampu berkiprah di masa yang akan datang. Sangat disadari bahwa semua harapan itu, salah satu kata kuncinya adalah pendidikan, dan kata kunci di dalam pendidikan itu adalah guru. Guru adalah unsur terdepan dalam keseluruhan proses pendidikan. Oleh karena itu sangatlah wajar jika saat ini pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap berbagai aspek kehidupan guru (Sujarwo dan Bujang Rahman, 2008:1).

Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan, lemahnya unsur manajemen di tingkat satuan pendidikan, hingga kurangnya partisipasi dari unsur-unsur masyarakat dalam


(4)

membutuhkan penanganan serius dan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mengatasinya. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan, dibutuhkan upaya-upaya yang sistematis, komprehensif dan konsisten serta menyentuh pada aspek-aspek yang spesifik dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Guru adalah garda depan dari sistem pendidikan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu maka harus dipastikan juga guru-guru yang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi siswa di sekolah, juga sudah bermutu. Terlepas dari atmosfer politik yang tidak begitu menguntungkan bagi guru, secara jujur juga harus diakui, guru masih belum mampu tampil optimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya. Kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial yang harus dimiliki oleh guru sebagai agen pembelajaran sebagaimana diamanatkan PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), pasal 28 ayat 3 masih dipertanyakan banyak kalangan (Sawali Tuhusetya, 2008:1, dalam http://sawali.info/2008/06/09/mampukah-pemberdayaan-mgmp-menjadi/).

Dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru, menurut Sawali Tuhusetya (2008:1) dua di antaranya dinilai masih menjadi problem serius dan krusial di kalangan guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Dari aspek kompetensi pedagogik, guru dinilai belum mampu mengelola pembelajaran secara maksimal, baik dalam hal pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, maupun pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi


(5)

masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa.

Dengan melihat keadaan guru di lapangan yang sangat bervariasi dilihat dari latar belakang pendidikan, pangkat dan golongan, masa kerja, pengalaman mengajar, serta keadaan wilayah, keberadaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas mata pelajaran. Terutama untuk menyamakan persepsi, substansi materi, pemilihan metode, serta penentuan pola evaluasi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kondisi yang ada. Mengingat setiap mata pelajaran bersifat dinamis dan melibatkan manusia.

Kompetensi guru yang dinilai masih lemah kini tengah diupayakan secara serius oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), dan P4TK dalam bentuk program pemberdayaan Musyawatah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SMP dan SMA).

Kegiatan-kegiatan MGMP pada umumnya bertujuan memotivasi para guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam membuat perencanaan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi program pembelajaran, sehingga terwujud proses pembelajaran yang bermutu di kelas. Selain itu kegiatan MGMP juga dapat menjadi ajang untuk mendiskusikan dan mencari solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi para guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, menjadi sumber informasi yang memungkinkan para guru memperoleh berbagai


(6)

di bidang pendidikan dan kebijakan-kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum sejak anggaran tahun 2001 telah merintis revitalisasi MGMP dan telah disosialisasikan di daerah. Sejalan dengan amanah otonomi daerah, peran dan fungsi MGMP untuk meningkatkan profesionalisme dalam upaya menyelenggarakan class reform dan perubahan paradigma reorientasi pembelajaran di kelas (Dikmenum, 2004:2)

Karena itu cukup beralasan jika pemerintah memandang bahwa keberadaan MGMP amat potensial sebagai salah satu leading sector dalam upaya peningkatan kompetensi profesional guru.. Hal ini diwujudkan oleh pemerintah dengan pemberian dana block grant bagi pemberdayaan MGMP yang disalurkan melalui LPMP di seluruh Indonesia.

Apabila melihat fenomena di lapangan menunjukkan bahwa sesungguhnya peran dan eksistensi MGMP khususnya di Kabupaten Bandung masih dipertanyakan baik dari segi kuantitas maupun kualitas kinerjanya sesuai dengan tujuan keberadaan MGMP. Hal ini tercermin dari hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2008 rayon Kabupaten Bandung tingkat SMA pada jurusan IPS (Tabel 1.4) yang perlu dicermati lebih jauh, dimana mata pelajaran Geografi menempati nilai rata-rata terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Guru yang memiliki kompetensi dan kemampuan profesional yang tinggi dapat membawa siswa pada prestasi hasil belajar yang tinggi. Salah satu tolak ukur keberhasilan siswa adalah nilai UN, disamping faktor-faktor keberhasilan


(7)

cukup menjadi bahan yang perlu dikaji dan menjadi pokok permasalahan pendidikan yang ada di daerah Kabupaten Bandung.

Tabel 1.4 Hasil Ujian Nasional 2008

Propinsi : Jawa Barat Jumlah Sekolah : 94 Kabupaten : Bandung Jumlah Peserta : 6007

Jenis Sekolah : SMA Negeri/Swasta Jur : IPS Jumlah Lulus : 5959 (99,20%) Statistik

Nilai

Bahasa Indonesia

Bahasa

Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi

Jumlah Nilai

Klasifikasi B B A A A B A

Rata-rata 7,47 7,27 7,47 7,99 8,03 6,66 45,16

Terendah 4,00 1,80 1,00 2,25 4,25 3,00 30,45

Tertinggi 9,60 9,40 10,00 10,00 10,00 9,00 53,90 St.Deviasi 0,92 0,93 0,98 0,83 0,75 0,83 3,19 Sumber : Publikasi Hasil Ujian Nasional 2008 oleh PUSPENDIK

Untuk itu agar dapat memahami fenomena ini secara lebih akurat dan mendalam, perlu dilakukan suatu penelitian tentang “ Peran Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Terhadap Kompetensi Guru di MGMP Geografi Tingkat SMA Kabupaten Bandung ”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah guru-guru geografi yang tergabung dalam MGMP Geografi SMA di Kabupaten Bandung. Aspek yang akan diteliti yaitu persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, kompetensi profesional geografi guru, hubungan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru, dan hubungan persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.


(8)

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP tingkat SMA di Kabupaten Bandung ?

2. Bagimana partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP di Kabupaten Bandung ?

3. Bagaimana kompetensi profesional geografi guru di Kabupaten Bandung ? 4. Bagaimana hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan

MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru ?

5. Bagaimana hubungan persepsi guru geografi terhadap eksistensi dengan kompetensi profesional geografi guru ?

6. Bagaimana hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dan persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru ?

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dari permasalahan pokok di atas maka terdapat variabel pokok yang terbagi ke dalam variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP (X1), partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2), sedangkan variabel terikat (dependen) adalah kompetensi profesional geografi guru (Y).


(9)

1. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA, yang berada disuatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2004:1).

2. Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP merupakan proses pemahaman guru geografi terhadap sesuatu yang diterimanya dalam hal ini dalam forum MGMP, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang ada pada diri guru geografi. Pada intinya persepsi merupakan suatu ekspresi sikap individu (guru geografi) terhadap obyek atau lingkungan tertentu (MGMP) sehingga menjadi suatu keyakinan bagi dirinya.

3. Eksistensi adalah hal berada, keberadaan(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Dalam konteks penelitian ini keberadaan yang dimaksud adalah keberadaan MGMP sebagai wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA.


(10)

4. Partisipasi adalah : perihal turut berperan serta di suatu kegiatan ; keikutsertaan; peran serta; berpartisipasi : melakukan partisipasi: berperan serta dalam kegiatan. Sedangkan Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta di suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Sumber lain mengatakan bahwa Partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya (Poerbawakatja 1982, dalam Nyni Makaliwe, 2003:48). Partisipasi guru geografi dalam MGMP diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang (guru geografi) didalam situasi kelompok (forum MGMP geografi) yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

5. Kompetensi Profesional Guru adalah merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya (PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan).


(11)

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana peran MGMP Geografi SMA di Kabupaten Bandung dalam meningkatkan kompetensi profesional geografi guru. Kondisi yang akan diteliti adalah persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, dan kompetensi profesional geografi guru.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi teoritis dan praktis, sehingga dapat diharapkan :

1. Secara teoritis-akademis, penelitian ini memberikan peluang bagi perluasan kajian akademik berkaitan dengan peran forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi SMA dalam meningkatkan kompetensi profesional geografi guru serta sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Secara praktis menjadi referensi yang dapat dipakai untuk mengembangkan program-program pemberdayaan MGMP ke depan, baik yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, LPMP, P4TK, maupun pihak-pihak terkait.


(12)

G. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

1. H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara persepsi guru

geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru

2. H0 : Tidak terdapat hubungan antara partisipasi guru geografi dalam

kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara partisipasi dalam

kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. 3. H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara persepsi guru

geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

H. Metode Penelitian


(13)

menyajikan pemahaman tentang fenomena yang sementara ini baru sedikit diketahui. Fenomena yang akan diungkap adalah persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dalam meningkatkan kompetensi profesional geografi guru. Data yang dikumpulkan diperoleh melalui alat ukur berupa instrumen tes dan instrumen kuesioner untuk dianalisis secara kuantitatif dengan statistika korelasioal.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bandung (Gambar 1.1), sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Peran Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Terhadap Kompetensi Guru di MGMP Geografi Tingkat SMA Kabupaten Bandung ”. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru geografi SMA Negeri/Swasta yang tergabung di MGMP geografi di Kabupaten Bandung, sedangkan sampel yang diambil adalah guru-guru geografi tingkat SMA yang terlibat sebagai pengurus dan anggota MGMP geografi dengan teknik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak).


(14)

6º41' LS

107º22' BT 108º05' BT

6º41' LS

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

PETA LOKASI PENELITIAN KABUPATEN BANDUNG

JAWA BARAT

SKALA 1 : 389.000

0 3,89 7,78 11,67 KM

Batas kecamatan Batas kabupaten Lokasi Penelitian

LEGENDA :


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

Telah dikemukakan pada bagian pendahuluan bahwa penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan kuantitatif yang bermaksud untuk mengungkap, menguji dan menyajikan pemahaman tentang fenomena yang sementara ini baru sedikit diketahui. Fenomena yang akan diungkap adalah peran MGMP geografi dalam mendukung upaya peningkatan kompetensi guru geografi.

Penelitian deskriptif sebagaimana ditunjukkan oleh namanya, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survei (Atherton&Klemmack, 1982 dalam I. Soehartono, 2002:35). Penelitian deskriptif meliputi :

1. penelitian yang menggambarkan karakteristik atau masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu.

2. penelitian yang mencari hubungan antara dua variabel atau lebih.

3. penelitian yang memperkirakan proporsi orang yang mempunyai pendapat, sikap, atau bertingkah laku tertentu.

4. penelitian yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat. 5. penelitian yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan.


(16)

A. Lokasi dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Bandung, sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yaitu “ Peran Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran Terhadap Kompetensi Guru di MGMP Geografi Tingkat SMA Kabupaten Bandung ”. Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, dengan ibukotanya adalah Soreang.

2. Populasi dan Sampel

Jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti, disebut populasi atau universe. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian, dapat pula diartikan semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang telah dirumuskan dengan jelas sebagai objek penelitian. Dalam kondisi tertentu penelitian populasi tidak mudah, bahkan tidak mungkin karena populasi yang tak terbatas (sangat besar) jumlahnya, atau memang tidak diperlukan penelitian populasi karena sifat populasi itu sendiri atau pertimbangan waktu, biaya, tenaga, serta faktor lainnya. Dalam keadaan seperti ini, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel.

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Penelitian pada sampel hanya merupakan pendekatan pada populasinya. Ini berarti selalu ada resiko kesalahan dalam menarik kesimpulan untuk kesuluruhan populasi.


(17)

Subyek populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru geografi tingkat SMA Negeri/Swasta yang tergabung di MGMP Geografi di Kabupaten Bandung yang terdiri dari 94 sekolah (Lampiran 2) dengan jumlah total ± 187 guru geografi karena ada dalam 1 sekolah yang memiliki lebih dari 1 guru geografi. Sampel yang diambil adalah guru-guru yang terlibat sebagai pengurus dan anggota MGMP geografi sebanyak 30 orang guru geografi tingkat SMA di kab Bandung, hal ini mengacu pada pendapat Bailey (1982) dalam I. Soehartono (2002:58) yang berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara dengan teknik simple random sampling (pengambilan sampel secara acak). Populasi dan sampel penelitian terlampir dalam Lampiran 2.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel (peubah) merupakan konsep atau konstruk yang mempunyai variasi nilai, keadaan, kondisi atau kategori. Nilai dari variabel inilah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian untuk diukur, diuji dan dijelaskan perbedaannya. Dengan kata lain variabel adalah simbol/lambang yang padanya dilekatkan nilai yang berupa angka.

Para ilmuwan menggunakan istilah variabel ini untuk menyebut konstruk-konstruk atau sifat-sifat daripada konstruk yang mereka pelajari


(18)

dalam rangka mengidentifikasi sekaligus menjelaskan ada/tidaknya perbedaan. Hal ini disebabkan karena yang menjadi bagian utama daripada ilmu pengetahuan adalah menjelaskan adanya perbedaan.

Dilihat dari segi hubungan antar variabel, maka jenis variabel dalam penelitian ini, meliputi :

a. variabel bebas, pengaruh, (independent variable), suatu variabel penyebab yang diduga atau terjadi lebih dahulu. Variabel bebas (independen variable) adalah variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X. Variabel itu digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang lain.

b. variabel terikat, terpengaruh, (dependent variable), suatu akibat yang diperkirakan atau diduga terjadi kemudian. Variabel terikat (dependen variable) adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. Variabel itu merupakan variabel yang diramalkan atau diterangkan nilainya. Jika variabel bebas (variabel X) memiliki hubungan dengan variabel terikat (variabel Y) maka nilai-nilai variabel X yang sudah diketahui dapat digunakan untuk menaksir atau memperkirakan nilai-nilai Y.

Dalam penelitian ini terdapat variabel pokok yang terbagi ke dalam variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah Persepsi guru gografi terhadap eksistensi MGMP (X1) dan Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2) sedangkan variabel terikat (dependen) adalah Kompetensi Profesional


(19)

Geografi Guru (Y). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara lengkap dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Sub variabel Indikator

I Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP (X1)

1. Pengertian : a. Pengertian

Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan b. Pengertian

Kinerja Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsivitas

4) Akuntanbilitas c. Pengertian Esensi

Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan yang diprogramkan dalam program kerja MGMP

2. Interpretasi : a. Interpretasi

Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan b. Interpretasi

Kinerja Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsivitas

4) Akuntanbilitas c. Interpretasi

Esensi Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan yang diprogramkan dalam program kerja MGMP

3. Tanggapan : a. Tanggapan

Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan b.Tanggapan

Kinerja Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsivitas

4) Akuntanbilitas c. Tanggapan

Esensi Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan yang diprogramkan dalam program kerja MGMP


(20)

Lanjutan Tabel 3.1

No Variabel Sub variabel Indikator

II Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2)

1. Keterlibatan mental dan emosi anggota dan pengurus MGMP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi c. Pemantauan 2. Kontribusi anggota

dan pengurus MGMP terhadap kepentingan forum MGMP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi c. Pemantauan 3. Tanggung jawab

anggota dan pengurus MGMP terhadap forum MGMP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi c. Pemantauan III Kompetensi

Profesional Geografi Guru (Y) :

1. Menguasai substansi keilmuan geografi yang terkait dengan bidang studi geografi

a. Memahami materi ajar geografi yang ada dalam kurikulum sekolah

b. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan geografi yang menaungi atau koheren dengan materi ajar geografi

c. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. Menerapkan konsep-konsep

keilmuan geografi dalam kehidupan sehari-hari 2. Menguasai struktur

dan metode keilmuan geografi

a. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi geografi

2. Definisi Operasional

Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukkan konsep dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang


(21)

diteliti dengan gejala empirik. Dalam penelitian ini ada beberapa definisi operasional antara lain :

a. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA, yang berada disuatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2004:1). b. Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi guru geografi terhadap Eksistensi MGMP merupakan proses pemahaman guru geografi terhadap sesuatu yang diterimanya dalam hal ini dalam forum MGMP, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang ada pada diri guru geografi. Pada intinya persepsi merupakan suatu ekspresi sikap individu (guru geografi) terhadap objek atau lingkungan tertentu (MGMP) sehingga menjadi suatu keyakinan bagi dirinya.

c. Eksistensi adalah hal berada, keberadaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Dalam konteks penelitian ini keberadaan yang dimaksud adalah keberadaan MGMP sebagai wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA.


(22)

d. Partisipasi adalah : perihal turut berperan serta di suatu kegiatan ; keikutsertaan; peran serta; berpartisipasi : melakukan partisipasi: berperan serta dalam kegiatan. Sedangkan Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta di suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Sumber lain mengatakan bahwa Partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya (Poerbawakatja 1982, dalam Nyni Makaliwe, 2003:48). Partisipasi dalam MGMP geografi diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang (guru geografi) didalam situasi kelompok (forum MGMP) yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

e. Kompetensi Guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang merujuk PP No 19 Tahun 2005, terdiri dari 4 (empat), yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh keempat kemampuan dengan penekanan pada kemampuan mengajar (Kunandar, 2007:94).


(23)

f. Kompetensi Profesional Guru adalah merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya (PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang Standar Nasional Pendidikan).

C. Instrumen Penelitian dan Validitas dan Reliabilitas 1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar pelaksananya lebih sistematis dan efektif. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti, dimaksudkan untuk mengungkap data/informasi mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini serta data pendukung lainnya yang dianggap relevan. Di antara data tersebut meliputi :

a. data variabel bebas (X) Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

b. data variabel terikat (Y) Kompetensi profesional geografi guru

Instrumen pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah berupa angket untuk Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, sedangkan kompetensi profesional guru geografi berupa tes objektif tertulis. Peneliti berasumsi metode dan teknik pengumpulan data ini merupakan paling


(24)

tepat, hal ini didasarkan kepada banyaknya responden serta lokasi yang tersebar. Selanjutnya sebagai pelengkap pemaknaan data hasil penelitian, akan dilakukan studi dokumentasi.

a. Instrumen Pengukuran Kompetensi Profesional Geografi Guru Kompetensi profesional geografi guru merupakan penguasaan materi pembelajaran geografi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran geografi di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan geografi.

Instrumen ini disusun dari konstruk kompetensi profesional dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat 3 mengatur tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikonseptualkan sebagai indikator yang terdiri atas kategori :

1). Memahami materi ajar geografi yang ada dalam kurikulum sekolah 2). Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan geografi yang

menaungi atau koheren dengan materi ajar geografi 3). Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait

4). Menerapkan konsep-konsep keilmuan geografi dalam kehidupan sehari-hari

5). Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi geografi.


(25)

Dari kategori di atas, tersusun atas 40 butir pertanyaan untuk terlebih dahulu diujicobakan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran kompetensi profesional guru dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Geografi Guru

Variabel & Indikator Aspek Butir Soal

Kompetensi Profesional Geografi:

a. Menguasai substansi keilmuan geografi yang terkait dengan bidang studi geografi

• Memahami materi ajar

geografi yang ada dalam kurikulum sekolah

• Memahami struktur,

konsep, dan metode keilmuan geografi yang menaungi atau koheren dengan materi ajar geografi

• Memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait

• Menerapkan

konsep-konsep keilmuan geografi dalam kehidupan sehari-hari

1-20

21-25

26-28

29-34

b. Menguasai struktur dan metode keilmuan geografi

• Menguasai

langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam

pengetahuan atau materi bidang studi geografi

35-40

Jumlah 40

Skor penilaian yang digunakan dalam instrumen pengukuran kompetensi profesional geografi guru adalah 0 -1 artinya memiliki nilai 0 (nol) untuk jawaban tes salah dan memiliki nilai 1 (satu) untuk jawaban tes benar.


(26)

b. Instrumen Persepsi Guru Geografi Terhadap Eksistensi MGMP Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP merupakan proses pemahaman guru geografi terhadap sesuatu yang diterimanya dalam hal ini keberadaan forum MGMP, berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang ada pada diri guru geografi. Pada intinya persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP merupakan suatu ekspresi sikap individu (guru geografi) terhadap objek atau lingkungan tertentu (MGMP geografi) sehingga menjadi suatu keyakinan bagi dirinya.

Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualkan melalui indikator-indikator yang dikembangkan dari definisi persepsi menurut Buchari Alma (2003:151), Robbins (2003:160), Robert Sekuler and Randolph Blake (1985:1), dan Gibson 1994 (dalam Cucu Juariyah, 2006:39), di antaranya adalah :

1). pengertian mengenai keorganisasian, kinerja organisasi, dan esensi kegiatan forum MGMP.

2). interpretasi mengenai keorganisasian, kinerja organisasi, dan esensi kegiatan forum MGMP.

3). tanggapan mengenai keorganisasian, kinerja organisasi, dan esensi kegiatan forum MGMP.

Dari kategori di atas, tersusun atas 33 butir pertanyaan untuk terlebih dahulu diujicobakan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran persepsi guru geografi terhadap eksisistensi MGMP dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(27)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru Geografi Terhadap Eksisistensi MGMP

Variabel/Indikator Aspek No Butir

Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP

1. Pengertian :

a. Pengertian Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan

1,2 3 4 5 b. Pengertian Kinerja

Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsifitas 4) Akuntanbilitas 6 7 8 9 c. Pengertian Esensi

Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan

yang diprogramkan dalam program kerja MGMP

10 11 2. Interpretasi :

a. Interpretasi Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan

12 13 14,15

16 b. Interpretasi Kinerja

Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsivitas 4) Akuntanbilitas 17 18,19 20 21 c. Interpretasi Esensi

Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan

yang diprogramkan dalam program kerja MGMP

22 23 3. Tanggapan :

a. Tanggapan Keorganisasian

1) Kepengurusan 2) Visi dan misi 3) Program kerja 4) Pendanaan 24 25 26 27 b.Tanggapan Kinerja Organisasi

1) Kontinyuitas kegiatan MGMP 2) Efisiensi dan efektivitas 3) Responsivitas 4) Akuntanbilitas 28 29 30 31 c. Tanggapan Esensi

Kegiatan

1) Bentuk-bentuk kegiatan MGMP yang dilaksanakan 2) Realisasi dan ketercapaian tujuan dari kegiatan

yang diprogramkan dalam program kerja MGMP

32 33

Jumlah 33

Skala yang digunakan dalam instrumen pengukuran persepsi guru geografi terhadap eksisistensi MGMP adalah skala interval 3-2-1, skor 3 menggambarkan persepsi guru geografi terhadap eksisistensi MGMP yang paling sesuai, skor 2 persepsi yang cukup sesuai, dan


(28)

skor 1 adalah persepsi guru geografi terhadap eksisistensi MGMP yang tidak sesuai.

Penggunaan skala interval 3-2-1 untuk instrumen persepsi guru geografi terhadap eksisistensi MGMP dengan pertimbangan bahwa interval yang lebih panjang akan membutuhkan waktu lebih banyak dan melelahkan responden untuk membaca jawaban. Faktor kelelahan responden perlu diperpertimbangkan karena dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen yang membutuhkan waktu yang panjang, sehingga jawaban responden perlu dijaga juga dengan faktor ini.

c. Instrumen Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP Partisipasi dalam MGMP diartikan sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang (dalam penelitian ini adalah guru geografi) di dalam situasi kelompok (forum MGMP Geografi) yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Instrumen ini disusun dari konstruk Partisipasi yang dikonseptualkan melalui indikator-indikator yang dikembangkan dari definisi menurut Davis dalam Sastropoetro (1988:13), Sri Hayati (1996:35), dan Ginting,1999 (dalam M.Arief Rahardi, 2007:47), di antaranya adalah :

1). keterlibatan mental dan emosi anggota dan pengurus MGMP dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan MGMP


(29)

2). kontribusi anggota dan pengurus MGMP dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan MGMP terhadap kepentingan forum MGMP

3). tanggung jawab anggota dan pengurus MGMP dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan MGMP terhadap forum MGMP.

Dari kategori di atas, tersusun 26 butir pertanyaan untuk terlebih dahulu diujicobakan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran Partisipasi dalam MGMP dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Partisipasi Guru Geografi dalam Kegiatan MGMP

Variabel/Indikator Aspek No Butir

Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

1. Keterlibatan mental dan emosi anggota dan pengurus MGMP

a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi d. Pemantauan 1,2,3 4,5,6 7 8,9 2. Kontribusi anggota dan pengurus

MGMP terhadap kepentingan forum MGMP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi d. Pemantauan 10,11 12,13,14,15 16 17,18 3. Tanggung jawab anggota dan

pengurus MGMP terhadap forum MGMP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi d. Pemantauan 19,20 21,22 23 24,25,26

Jumlah 26

Skala yang digunakan dalam instrumen pengukuran Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP adalah skala interval 5-4-3-2-1,


(30)

skor 5 menggambarkan partisipasi sangat tinggi, skor 4 partisipasi tinggi, skor 3 patisipasi sedang, skor 2 partisipasi rendah, dan skor 1 menggambarkan partisipasi yang sangat rendah.

Penggunaan skala interval 5-4-3-2-1 untuk instrumen partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan pertimbangan bahwa interval ini akan lebih memberikan keleluasaan responden memberikan alternatif jawaban. Selain itu pertimbangan lain bahwa skala interval ini dianggap tidak terlalu mengganggu terhadap kemampuan responden dalam menjawab.

Keseluruhan instrumen yang telah disusun selanjutnya diujicobakan terhadap 12 orang guru (responden) di luar MGMP Geografi Kabupaten Bandung sebagai populasi sampel, yaitu guru-guru geografi anggota dan penguru-gurus MGMP geografi tingkat SMA kota Bandar Lampung, selanjutnya dianalisis untuk diketahui validitas dan reliabilitas sehingga layak dijadikan instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS.

2. Validitas dan Reliabilitas

Masalah yang perlu dan harus dilakukan oleh peneliti kaitannya dengan instrumen pengambilan data adalah masalah validitas dan reliabilitas. Tingkat reliabilitas (reliability) dan validitas (validity) menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Seperti dijelaskan sebelumnya instrumen yang baik adalah


(31)

instrumen yang memenuhi standar, yang sudah diuji coba berkali-kali, setelah dianalisa hasil uji cobanya memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitasnya.

a. Validitas Instrumen

Data dari hasil penelitian yang telah dihimpun melalui proses pengumpulan data, tentunya tidak akan berguna bilamana alat ukur yang digunakan itu tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Singarimbun dan Effendi (1981:87) mengemukakan bahwa : ”Pengujian Hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya, bilamana data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh sebab itu, maka data yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji terlebih dahulu tingkat validitas dan reliabilitasnya”. Pengujian validitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, untuk instrumen tes adalah melalui pendekatan korelasi biserial titik dan korelasi product moment untuk instrumen non-tes.

Rumus korelasi Biserial Titik, Ppbis = (µ+- µx) p/q

α

(Suharsimi Arikunto, 1988) dimana :

Ppbis =Koefisien Korelasi

µ+ = Rata-rata skor untuk menjawab benar µx = Rata-rata skor untuk seluruhnya


(32)

q = Sama dengan 1-p

α = Standar deviasi dari skor total

Rumus korelasi Product Moment, r = ...n∑XY-(∑X)( ∑Y)... √{n∑X2-(∑X2)}{n∑Y2-(∑Y2)}

(Suharsimi Arikunto, 1988) dimana :

r = Koefisien korelasi internal

X = Skor jawaban per item pertanyaan Y = Skor total

n = Banyaknya responden uji coba

Selanjutnya untuk menguji signifikasi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel koreksi. Penentuan t digunakan rumus sebagai berikut :

t = r√n-2

√1-r2 dimana :

t = Uji signifikansi

r = Koefisien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N2. setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut :

1). Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2). Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.


(33)

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, dan kompetensi profesional geografi guru adalah sebagai berikut :

a) Instrumen pengukuran kompetensi profesional geografi guru, hasil yang didapat dari perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Biserial Titik menunjukkan bahwa dari 40 butir instrumen tes, diperoleh 26 butir instrumen tes sebanyak 65% yang memiliki r di atas nilai r-kritis pada taraf signifikansi <0,01 yaitu sebesar 0,532. Sedangkan sisanya sebanyak 14 butir instrumen tes atau 35% memiliki r-hitung lebih kecil dari r-kritis. Dengan demikian diperoleh butir instrumen tes valid sebanyak 26 dan 14 butir instrumen tes yang dinyatakan drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. hasil uji validitas dan reliabilitas dengan program Excel dan SPSS.

b) Untuk mengetahui validitas instrumen pengukuran persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai r-kritis pada taraf siginifikasi > 0,025 yaitu sebesar 0,532. dari 33 soal item pernyataan diperoleh 27 item tes atau sebesar 81,81% dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai r-kritis, sedangkan sisanya yaitu 6 item pernyataan perolehan


(34)

angka korelasinya berada di bawah angka r-kritis, dengan demikian diperoleh 27 item pernyataan yang valid atau dapat digunakan dan terdapat 6 item pertnyataan yang drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. hasil uji validitas dan reliabilitas dengan program Excel dan SPSS.

c) Untuk mengetahui validitas instrumen partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, hasilnya diperoleh angka korelasi tiap item pernyataan untuk kemudian angka tersebut dibandingkan dengan nilai r-kritis pada taraf siginifikasi > 0,025 yaitu sebesar 0,532. dari 26 soal item pernyataan diperoleh 22 item permyataan atau sebesar 84,61% dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai r-kritis, sedangkan sisanya yaitu 4 item pernyataan perolehan angka korelasinya berada di bawah angka r-kritis, dengan demikian diperoleh 22 item pernyataan yang valid atau dapat digunakan dan terdapat 4 item pernyataan yang drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. hasil uji validitas dan reliabilitas dengan program Excel dan SPSS.

b. Pengujian reliabilitas alat ukur penelitian

Singarimbun dan Effendi (1981:88) mengemukakan bahwa ”Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Bila suatu alat pengukuran


(35)

dipakai dua kali untuk pengukuran gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukuran tersebut dinyatakan reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Pengujian reliabilitas alat ukur tes dalam penelitian ini menggunakan rumus reliabilitas K-R.20, sedangkan pengujian alat non tes dihitung dengan menggunakan rumus alpha-Cronbach. Rumus K-R.20 adalah sebagai berikut :

Rumus K-R.20

rn = k SD2 -∑(pq)

k-1 SD2

(Suharsimi Arikunto, 1988) dimana :

rn = reabilitas secara keseluruhan

k = Banyaknya butir tes

p = Proporsi jumlah peserta yang menjawab benar butir ke-I

q = proporsi yang menjawab item dengan salah (1-p) SD2 = Standar deviasi dari tes (akar varians)

Sedangkan rumus alpha-Cronbach sebagai-berikut :

(Saifuddin Azwar, 2003b: 184 dalam Kusnendi, 2008) dimana :

Cα = Koefisien Cronbach's alpha k = banyaknya butir tes

sxi2 = Variansi skor setiap item

sY2 = Variansi skor total             −−−−       −−−− ==== ∑ ∑ ∑ ∑ ==== α αα α 2 Y k 1 i 2 xi s s 1 1 k k C


(36)

Nilai Cα berkisar antara 0 dan 1. Jika Cα ≥ 0,70 diindikasikan model pengukuran (instrumen pengukuran) memiliki reliabilitas internal yang memadai dalam mengukur konstruk yang diteliti (Hair, Anderson, Tatham & Black, 1998: 88 dalam Kusnendi, 2008)

Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 3), angka koefisien reliabilitas instrumen pengukuran kompetensi profesional geografi guru sebesar 0,895 ; koefisien reliabilitas instrumen pengukuran persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP sebesar 0,971, dan koefisien reliabilitas instrumen partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP sebesar 0,961. Dari hasil perhitungan yang didapat disimpulkan bahwa ketiga instrumen penelitian tersebut memiliki keajegan sebagai alat ukur.

D. Teknik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian sesuai dengan ruang lingkup dan kebutuhannya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, maupun dari dokumen dan catatan lainnya yang menunjang dalam pembahasan penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa instrumen tes dan instrumen kuesioner yang telah disusun secara terstruktur, instrumen tes digunakan untuk mengukur


(37)

variabel kompetensi profesional geografi guru, sedangkan instrumen kuesioner digunakan untuk mengukur variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP.

Gambar 3.1. Bagan Hubungan Antar Variabel X1 dan X2 dengan Y

Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut :

1. Pengumpulan data primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui tes dan kuesioner kepada sejumlah responden yang terdiri dari pengurus dan anggota MGMP.

a. Tes

Tes adalah suatu instrumen/alat ukur atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat (Suharsimi Arikunto, 1988:29). Selanjutnya Webster’s Collegiate (dalam Suharsimi Arikunto, 1988:29) dikatakan tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

Persepsi guru geografi terhadap Eksistensi MGMP

Geografi

Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

Geografi

Kompetensi Profesional Geografi Guru


(38)

digunakan untuk mengukur keterampilan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan instrumen lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Terkait dengan penelitian ini maka penulis menggunakan salah satu instrumen berbentuk tes yang dalam penelitian kali ini dilakukan dengan jenis soal tes objektif yang dibuat oleh peneliti dengan prosedur tertentu dan diuji validitas dan reliabilitasnya.

b. Angket (Kuesioner)

Angket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri atau responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respons) atas atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menggunakan teknik ini, tentu saja para responden harus mempunyai tingkat pendidikan yang memadai untuk dapat membaca dan menuliskan jawabannya.

Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang


(39)

jawabannya sudah disediakan dengan memberikan tanda, misalnya melingkari huruf atau tanda cek list terhadap jawaban yang dipilih.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup dimana alternatif jawaban telah tersedia. Data dikumpulkan dengan cara memberikan angket yang diisi oleh guru-guru anggota dan pengurus MGMP Geografi yang masuk dalam populasi penelitian. Angket tersebut berupa pernyataan-pernyataan yang harus diberi nilai/skor oleh responden dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang semuanya menunjukkan sikap terhadap suatu objek tertentu atau menunjukkan ciri tertentu yang akan diukur. Skala ini disebut skala Likert karena pertama kali dikembangkan oleh Rensis Likert (I.Soehartono, 2002:77). Skala ini disebut juga sebagai method of summated ratings karena nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlahkan sehingga mendapatkan nilai total. Skala Likert ini merupakan skala yang paling populer karena mudah penerapannya dan sederhana dalam menafsirkan hasilnya. Skala ini terdiri atas sejumlah pertanyaan yang semuanya menunjukkan sikap terhadap suatu objek tertentu atau menunjukkan ciri tertentu yang akan diukur. Untuk setiap pernyataan, disediakan sejumlah alternatif tanggapan yang berjenjang atau bertingkat.


(40)

2. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui dokumen yang dimiliki oleh pengurus dan anggota MGMP. Ini dilakukan sebagai pelengkap dan memberikan tambahan terhadap pemaknaan data hasil penelitian. Selain data primer yang dikumpulkan melalui hasil tes dan angket, perlu pula disajikan data sekunder sebagai informasi penunjang yang dapat memperkuat kebenaran dari data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berkenaan dengan keberadaan MGMP geografi di Kabupaten Bandung yang menjadi objek penelitian, antara lain ; visi dan misi organisasi, struktur pengurus, program kerja kegiatan MGMP, dan lain-lain..

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul melalui instrumen yang telah dipilih mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis statistika deskriptif untuk memperoleh informasi mengenai persentase, rerata, median, dan simpangan baku. Selanjutnya, dianalisis


(41)

dengan statistika inferensial, yaitu korelasi sederhana, ganda, dan parsial, setelah persyaratan yang ada terpenuhi. Dalam penelitian ini, analisis menggunakan komputer program Microsoft Excel dan SPSS.

Statistika inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dan dirumuskan pada bab pendahuluan. Dalam mencari hubungan akan dilakukan uji korelasi, korelasional dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan antar variabel dependen dan independen juga korelasi ganda.

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Verifikasi dan Penskoran

Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam verifikasi dan penskoran data ini adalah sebagai berikut :

a. Menyeleksi data dan memeriksa kelengkapan jawaban responden untuk diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

b. Memberikan skor terhadap jawaban responden (angket), dengan rentang skala nilai yang telah ditentukan sebelumnya.

c. Mentabulasikan skor total dari setiap variabel ke dalam suatu daftar secara keseluruhan, untuk mempermudah dalam pengolahan data.

2. Penghitungan Statistik Deskriptif

Perhitungan data statistik deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan WMS (Weight Mean Scored) untuk


(42)

menghitung prosentase skor rata-rata bobot dari setiap variabel. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiono (2002:43) dalam Oma Sutiana (2004:93), rumus tersebut adalah :

X = X/n Dimana,

X = Nilai rata-rata yang dicari

X = Jumlah skor gabungan (frekuensi jawaban dikalikan bobot nilai setiap alternatif atau kategori)

n = Jumlah responden (sampel)

Rumus ini merupakan pengembangan dari rumus mean yang dikaitkan dengan sistem penskoran skala likert. Rumus ini berfungsi untuk mengolah data angket menjadi data deskriptif. Lebih lanjut rumus ini digunakan untuk memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data yang diperoleh dari angket dengan cara mencari skor rata-rata bobot yang dibandingkan dengan penafsiran kategori yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah dalam pengolahan data dengan menggunakan rumus WMS ini adalah sebagai berikut :

a. Memberi bobot untuk setiap alternatif jawaban b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban.

c. Mencocokkan jawaban responden untuk setiap item dan langsung dikaitkan dengan butir alternatif.

d. Menghitung skor item, untuk mencari rata-rata skor dengan mencocokkan pada rumus. Sebagai gambaran secara garis besarnya dapat dilihat melalui Tabel 3.5.


(43)

e. Mengkonsultasikan total nilai skor rata-rata dengan tolak ukur. Adapun skala yang ditetapkan dalam mengkonsultasikan hasil perhitungan rumus WMS adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5. Perhitungan WMS

Indikator No. Item

Kategori Jawaban

Jumlah Rata-rata

5 4 3 2 1

f X f X f X f X f X f X

3. Uji Korelasi

Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian sekaligus pembuktian hipotesis. Variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, Partisipasi guru geografi dalam MGMP, dan Kompetensi profesional geografi guru. Uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan rumus Korelasi Product Moment

Rumus Korelasi Product Moment, r = ...n∑XY-(∑X)( ∑Y)... √{n∑X2-(∑X2)}{n∑Y2-(∑Y2)}

dimana :

r = Koefisien korelasi internal

X = Skor jawaban per item pertanyaan Y = Skor total


(44)

4. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Rumus yang digunakan adalah :

t = r√n-2

√1-r2 dimana :

t = Uji signifikansi r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden

5. Uji Determinan

Pengujian determinan adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh atau dalam penelitian ini adalah dukungan antar variabel independen (Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP, terhadap variabel dependen (kompetensi profesional geografi guru). Untuk pengujiannya menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = r2

D = r2 x 100%

dimana : KD = besarnya koefisien determinan D = Determinasi

r = koefisien korelasi

Besarnya pengaruh atau dukungan yang diberikan dari variabel X kepada variabel Y dapat diketahui dari harga KD yang ditunjukkan dalam bentuk persen (%).


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kompetensi profesional geografi guru

Secara umum kompetensi profesional geografi guru tingkat SMA yang ada di Kabupaten Bandung termasuk baik dan cukup tinggi, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor variabel kompetensi profesional geografi guru mempunyai nilai persentase skor yang tinggi. Dengan demikian satu aspek kompetensi yaitu kompetensi profesional geografi bukan menjadi penyebab rendahnya hasil evaluasi belajar siswa secara nasional.

2. Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP

Secara umum persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP yang ada di Kabupaten Bandung termasuk tinggi, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP mempunyai nilai persentase skor yang tinggi. Dengan demikian hal tersebut menunjukkan adanya persepsi yang baik dari guru-guru geografi terhadap keberadaan/eksistensi MGMP tingkat SMA di Kabupaten Bandung.


(46)

3. Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

Secara umum partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP yang ada di Kabupaten Bandung tidak begitu tinggi dan lebih rendah bila dibandingkan persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP mempunyai nilai persentase skor yang sedang. Dengan demikian rata-rata persepsi para guru geografi yang sudah cukup tinggi terhadap eksistensi MGMP di Kabupaten Bandung belum diikuti oleh sebuah tindakan nyata dari para guru dengan ikut atau terlibat dalam kegiatan MGMP geografi.

4. Hubungan antara persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

Terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. Kekuatan hubungan di antara keduanya termasuk signifikan dan memberikan dampak yang positif, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,630 dan bentuk regresi linier sederhana, dengan persamaan Y=2,55+0,26X1. Pengontrolan terhadap variabel partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP menghasilkan koefisien korelasi parsial sebesar 0,416. Kontribusi persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP berkaitan dengan kompetensi profesional geografi guru sebesar 39,7% dan 60,3% ditentukan oleh faktor lain. Hal itu menunjukkan bahwa persepsi guru geografi dalam kegiatan


(47)

MGMP turut menentukan adanya variasi dalam peningkatan kompetensi profesional geografi guru di Kabupaten Bandung.

5. Hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru

Terdapat hubungan yang positif antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. Kekuatan hubungan di antara keduanya termasuk signifikan dan memberikan dampak yang positif, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,521 dan bentuk regresi linier sederhana dengan persamaan Y=14,91+0,08X2. Pengontrolan terhadap variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP menghasilkan koefisien korelasi parsial sebesar 0,039. Kontribusi partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP terhadap kompetensi profesional geografi guru adalah sebesar 27,2% dan 72,8% ditentukan oleh faktor lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP meskipun kecil tetapi tetap turut menentukan adanya variasi dalam peningkatan kompetensi profesional geografi guru di Kabupaten Bandung.

6. Hubungan antara persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

Terdapat hubungan yang positif antara persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru. Kekuatan hubungan di antara


(48)

keduanya signifikan dan memberikan dampak yang positif, ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,631 dan bentuk regresi linier sederhana dengan persamaan Y=3,14+0,24X1+0,01X2. Kontribusi kedua variabel tersebut terhadap kompetensi profesional geografi guru adalah sebesar 39,8% dan 60,2% ditentukan oleh faktor lain. Hal itu menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut turut menentukan adanya variasi dalam peningkatan kompetensi profesional geografi guru di Kabupaten Bandung.

B. Rekomendasi

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian peran forum MGMP terhadap kompetensi profesional geografi guru di MGMP tingkat SMA Kabupaten Bandung, ternyata kontribusinya masih belum begitu tinggi meskipun secara korelasi tetap signifikan atau berdampak positif dalam upaya peningkatan kompetensi profesional geografi guru. Hal ini berarti MGMP masih banyak memiliki peluang untuk lebih banyak berperan dalam upaya peningkatan kemampuan profesional geografi guru. Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP yang sudah cukup baik namun belum diikuti oleh tindakan para guru dalam bentuk partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai masalah tersebut, peneliti memberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut :

1. Untuk Forum MGMP geografi Kabupaten Bandung.

Eksistensi MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung menurut persepsi guru geografi setempat berdasarkan hasil penelitian ini sudah baik.


(49)

Hal ini diperoleh dari angka persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dalam upaya peningkatan kompetensi profesional geografi guru, namun demikian kontribusi terhadap peningkatan kompetensi profesional geografi guru masih belum optimal sesuai dengan tujuan keberadaan forum ini. Oleh karena itu, kegiatan MGMP harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan peran, fungsi serta tujuannya. Selain itu sesuai dengan masalah yang ditemukan dari hasil penelitian ini, yang perlu mendapat perhatian yang serius dan dicarikan solusinya mengenai :

a. Program-program kegiatan MGMP harus memberikan pengetahuan dan pengalaman yang benar-benar sangat berarti bagi para guru. Oleh karena itu diperlukan adanya sumber-sumber materi yang benar-benar sebagai terobosan baru atau penemuan-penemuan baru dalam bidang pendidikan, misalnya yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan baru dalam bidang pendidikan, baik yang berhubungan dengan kurikulum (dewasa ini KTSP), metode pengajaran, model-model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan kreatif. Dengan demikian para guru tidak ketinggalan informasi dan terus menerus dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan serta pengalamannya dari waktu ke waktu. Selain itu diperlukan pula adanya nara sumber yang ahli dalam bidang pendidikan misalnya mengundang seorang guru besar dari perguruan tinggi atau praktisi pendidikan yang telah berpengalaman luas. Selama ini nara sumber ahli tersebut lebih banyak dihadirkan pada MGMP kota, sementara pada kabupaten sangat minim sekali. Padahal guru-guru di kabupaten


(50)

jumlahnya cukup banyak dengan kemampuan kompetensi profesional yang bervariasi. Dengan adanya informasi-informasi baru dan nara sumber yang ahli dalam bidang pendidikan, diharapkan kegiatan MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung akan berperan lebih baik sesuai dengan tujuannya sehingga akan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kompetensi profesional guru. Selain itu guru merasa perlu dan butuh terlibat dalam kegiatan MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung yang benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka sendiri. Artinya para guru memandang memang memerlukan bagi dirinya dalam upaya peningkatan kompetensinya dengan melibatkan diri. b. Kendala partisipasi guru dalam kegiatan MGMP terutama faktor

keterjangkauan geografis yang cukup berjauhan dalam satu kabupaten dan sekolah yang memiliki hanya seorang guru dalam mata pelajaran tertentu saja sehingga cukup kesulitan ketika harus tetap melaksanakan proses pembelajaran di sekolah dan mengikuti suatu kegiatan MGMP dalam satu waktu, perlu di carikan solusi dengan membuat alokasi waktu yang tepat dan tempat/lokasi kegiatan MGMP yang memungkinkan dijangkau oleh para guru terutama yang berlokasi jauh dari pusat pemerintahan. Dengan demikian tingkat partisipasi yang maksimal dapat tercapai, karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru.

2. Untuk para guru geografi peserta MGMP

Kompetensi profesional geografi guru peserta MGMP tingkat SMA di Kabupaten Bandung berdasarkan hasil penelitian ini sudah dapat dianggap


(51)

baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yang erat kaitannya dengan program-program kegiatan MGMP geografi. Oleh karena itu agar kegiatan MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung lebih bermakna dan bermanfaat bagai guru dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya maka perlu diperhatikan :

a. Kompetensi profesional geografi guru yang diperoleh dalam kegiatan MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung hendaknya diterapkan di lapangan dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga tampak perubahan dalam peningkatan kinerja guru melalui mutu layanan dalam proses pembelajaran sehingga memiliki dampak terhadap mutu proses dan hasil belajar siswa.

b. Guru yang mengikuti kegiatan MGMP geografi tingkat SMA di Kabupaten Bandung diharapkan dapat menularkan/mengimbaskan kembali pengetahuan dan pengalamannya kepada guru lain terutama yang masih yunior atau belum dapat mengikuti kegiatan MGMP geografi di sekolahnya sehingga penyebaran informasi dari kegiatan MGMP geografi dapat merata untuk semua guru.

3. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung

Mengingat posisi dan peran MGMP geografi di Kabupaten Bandung amat strategis sebagai leading sector dan agent change dalam melaksanakan upaya peningkatan kompetensi bagi para guru, hendaknya Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung memberi perhatian dan pembinaan yang lebih serius


(52)

untuk memberdayakan MGMP geografi. Dalam aspek-aspek pembinaan yang direkomendasikan antara lain sebagai berikut.

a. Pembinaan keorganisasiann melalui pemberian pengakuan bagi status dan kedudukan MGMP sebagai wadah/forum yang resmi bagi para guru di kabupaten melalui Surat Keputusan pejabat daerah setempat atau bahkan melalui Peraturan Daerah.

b. Pembinaan yang bersifat akademis, melalui bentuk-bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi instruktur maupun anggota MGMP geografi, yang disesuaikan dengan mata pelajaran geografi.

c. Bantuan-bantuan teknis dalam bentuk dana subsidi bagi operasional kegiatan MGMP geografi, penyediaan fasilitas tempat yang cukup representatif dan memadai untuk kegiatan MGMP, bantuan ketersediaan sarana/media yang diperlukan bagi peningkatan kualitas dan efektifitas kegiatan MGMP, seperti komputer/Laptop, OHP/InFoccus, pengeras suara, alat-alat peraga yang diperlukan. Selain itu untuk meningkatkan efektivitas tersebut kiranya proses pembinaan teknis di lapangan, monitoring, dan evaluasi kegiatan dapat dilaksanakan secara lebih intensif agar program tersebut benar-benar bermanfaat dan tepat sasaran.

4. Untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini mengkaji tentang peran forum MGMP geografi terhadap kompetensi profesional geografi guru di MGMP tingkat SMA Kabupaten Bandung. Apabila ada penelitian berikutnya mengenai kegiatan MGMP geografi, penulis sarankan penelitian selanjutnya untuk mengetahui sampai


(53)

sejauhmana peran forum MGMP geografi yang lebih spesifik dan mendalam terutama secara kualitatif. Penelitian selanjutnya dapat difokuskan pada masalah “pertama, pengaruh program kegiatan MGMP geografi terhadap peningkatan hasil belajar siswa, kedua sebab-sebab tingkat partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP yang belum tinggi, ketiga bagaimana pengaruh Forum MGMP geografi terhadap kompetensi pedagogik, kepribadian, dan sosial”.

C. Keterbatasan Penelitian

Penulis mengakui bahwa penelitian ini tidaklah sempurna dan memiliki keterbatasan ruang lingkup penelitian beserta hasilnya. Keterbatasan tersebut antara lain dalam hal :

1. Aspek kedalaman hasil penelitian secara kualitatif tidak dapat tergali secara mendalam, sehingga sedikit sekali dalam pemberian makna temuan hasil secara kuantitatif.

2. Hasil temuan yang berbeda pada teknik pengumpulan data belum dilakukan uji beda, sehingga dalam pembahasan hasil tidak dapat menyajikan pada aspek yang cukup urgen dari hasil yang berbeda.

3. Keterbatas waktu, jangkauan lokasi penelitian secara geografis, dan dana, menjadikan penelitian ini kurang maksimal sehingga tidak dapat memenuhi secara utuh kaidah dan persyaratan penelitian yang konvensional dan ideal.


(54)

DAFTAR ISI

Halaman :

JUDUL DAN PERNYATAAN MAKSUD PENULISAN ... i

PERSETUHUAN TIM PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Perumusan Masalah ... 8

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Hipotesis Penelitian ... 12

H. Metode Penelitian ... 12

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 13

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 15

B. Pendidikan Geografi ... 17


(55)

3. Hakikat Pengajaran Geografi ... 26

4. Sumber Materi Pengajaran Geografi ... 27

5. Karakter Pengajaran Geografi ... 28

6. Nilai Pengajaran Geografi ... 30

D. Persepsi ... 31

1. Pengertian Persepsi... 32

2. Proses Persepsi ... 35

3. Persepsi dan Kognisi ... 36

4. Cara Pengukuran Persepsi ... 39

E. Partisipasi ... 40

1. Pengertian Partisipasi ... 40

2. Bentuk Partisipasi ... 41

3. Jenis Partisipasi ... 42

4. Prasyarat Partisipasi ... 43

5. Faktor Pendorong Partisipasi ... 44

F. Kompetensi Profesional Guru . ... 45

1. Kompetensi ... 45

2. Kompetensi guru ... 46

3. Profesional ... 47

4. Kompetensi Profesional Guru ... 50

5. Standar Kompetensi Guru Geografi Pada Sekolah Menengah ... 51

G. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ... 53

1. Pengertian MGMP ... 53

2. Dasar Kebijakan MGMP ... 54

3. Tujuan MGMP ... 55

4. Ruang Lingkup MGMP ... 56

5. Prinsip Kerja MGMP... 56

6. Peran MGMP ... 57

7. Kolaborasi MGMP ... 58


(56)

H. Kajian/Telaah Penelitian Sebelumnya. ... 60

I. Kerangka Pemikiran. ... 72

BAB.III. METODE PENELITIAN... 75

A. Lokasi dan Subyek Populasi/Sampel Penelitian ... 76

1. Lokasi ... 76

2. Populasi dan Sampel ... 76

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 77

1. Variabel Penelitian ... 77

2. Definisi Operasional ... 80

C. Instrumen Penelitian dan Validitas dan Reliabilitas ... 83

1. Instrumen Penelitian ... 83

2. Validitas dan Reliabilitas... 90

D. Teknik pengumpulan data ... 96

1. Pengumpulan data primer ... 97

2. Pengumpulan data sekunder ... 100

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 100

1. Verifikasi dan Penskoran... 101

2 Penghitungan Statistik Deskriptif ... 101

3 Uji Korelasi ... 103

4.Uji t ... 104

5. Uji Determinan ... 104

BAB.IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Deskripsi Wilayah ... 106

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 108

1. Kompetensi profesional geografi guru ... 108

2. Persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP ... 114

3. Partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP ... 119


(57)

2. Hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

dengan kompetensi profesional geografi guru ... 126

3. Hubungan antara persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru ... 128

D. Pembahasan ... 131

BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Rekomendasi ... 140

C. Keterbatasan Penelitian ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 150


(1)

4.11 Model hubungan antara variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP (X1) dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2) dengan kompetensi profesional geografi guru (Y) ... 130


(2)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran : Judul : Halaman :

1. Alat Pengumpul Data (Instrumen penelitian) ... 150

2. Populasi dan Sampel subyek penelitian ... 170

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 173

4. Tabel harga r kritik Product Moment... 178

5. Tabulasi data Fit Hasil Penelitian ... 179

6. Analisis Statistik SPSS Data Hasil Penelitian ... 182


(3)

146

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Karya Tulis :

Alma Buchari dan Harlasgunawan, 2003. Hakekat Studi Sosial (The Nature Of Social Studies). Alpabeta, Bandung

Burhanudin, 2006. Hubungan Antara Persepsi Siswa SMKN 5 Bandung Tentang Penampilan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Dengan Motivasi Belajarnya (Studi Kasus:Siswa Kelas 1 SMK Negeri 5 Bandung). Skripsi pada Pendidikan Teknik Bangunan UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Cucu Juariyah, 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Geografi dan Persepsi Siswa Tentang Lingkungan Hidup dengan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Hidup pada SMP di Kota Bandung. Tesis pada PIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen, 2004. Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Encang, 2003. Peranan MGMP Dalam Meningkatkan Kualitas Inovasi Pendidikan (Kasus MGMP PPKn Jenjang SMU di Kota Bandung Barat). Tesis pada PIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Enok Maryani, 2008. “Pendidikan Geografi”, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press Bandung.

Hamzah B. Uno, 2007. Profesi Kependidikan. PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Irawan Soehartono, 2002. Metode Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya), Remaja Rosdakarya, Bandung

Kunandar, 2007. Guru Profesional. Remaja Rosdakarya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(4)

Kusnendi, 2008. Metode Penelitian Aplikasi Statistika (Hand-Out Kuliah), Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Madyo Ekosusilo, 2003. Kontribusi Jenjang Pendidikan, Penataran, dan Kegiatan KKG terhadap Peningkatan Kemampuan Profesional Guru. [Jurnal Pendidikan, Februari 2003, jilid 10, Nomor 1], LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia. Halaman 51-62.

Maman Abdurachman, 1988. Geografi Perilaku (Suatu Pengantar Studi tentang persepsi Lingkungan), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta Mohamad Arief Rahardi, 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan

Sampah di Pasar Ciwastra Kota Bandung, Skripsi S1 pada UPI Bandung : tidak diterbitkan

Muhammad Zid, 2006. “Kompetensi dan Jabatan Profesional Guru Geografi”. Makalah pada Seminar Nasional, Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII, Kongres Nasional III Ikatan Geografi Indonesia, 14-15 September 2006, Departemen Geografi MIPA UI, Jakarta.

Nana Syaodih Sukmadinata, 2007. Penelitian Pendidikan (Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan). Universitas Pendidikan Indonesia Press, Bandung.

Nursid Sumaatmadja, 1997. Metodologi Pengajaran Geografi, Bumi Aksara, Jakarta.

Nyni Makaliwe, 2003. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Kemampuan Mahasiswa Dalam Mencegah Penyalahgunaan Bahaya Narkoba (Studi Deskriptif Analitik Terhadap Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Program Studi Manajemen Bisinis Perjalanan). Tesis pada PIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Oma Sutiana, 2004. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Lembaga Pendukung Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran di Sekolah (Studi terhadap Peranan MGMP IPS-Sejarah SLTP di Kabupaten Bandung dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru). Tesis pada PIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Robert Sekuler dan Randolph Blake, 1985. Perception, Alfred A. Knopf, Newyork.


(5)

148

Singarimbun dan Effendi , 1981. Metode Penelitian Survei, LP3ES Jakarta.

Sri Hayati, 1996. Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekoturisme di Pangandaran Jawa Barat. Tesis pada Pendidikan Geografi IKIP Jakarta: tidak diterbitkan.

Stephen P.Robbins, 2003. Perilaku Organisasi (Jilid 1). PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Stephen P.Robbins, 2003. Perilaku Organisasi (Jilid I1). PT Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Suharsimi Arikunto, 1988. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Sujarwo dan Bujang Rahman, 2008. Pengembangan Profesionalitas Guru (Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru Dalam Jabatan). FKIP Universitas Lampung. Lampung

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Program Pasca Sarjana UPI dan PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Sumarna Jaeludin, 2004. Kontribusi Persepsi Guru Tentang Sistem

Pengembangan Karier dan Motivasi Kerja Terhadap Produkstivitas Kerjanya (Studi Analisis Deskriptif Pada Guru-Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung Tahun 2004), Tesis pada ADPEN UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tim Penyusun Meteri Pelatihan terintegrasi, 2004. Pengetahuan Sosial (Buku 1), Direktorarat Pendidikan Lanjutan Pertama Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Suwarna Al Muchtar, 2008. “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press Bandung.

Internet dan Surat Kabar :

Puspendik, 2008. Publikasi Ujian Nasional. . [Online] Tersedia : http://puspendik.com [19 September 2008].

Saiful Adi, 2007. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. [Online] Tersedia : http://saifuladi.wordpress.com/2007/01/06/kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru/ [30 Agustus 2008].


(6)

Sapa’at,Asep, 2004. Kemantapan Diri dan Kompetensi Mengajar. [Online] Tersedia : www.pikiran-rakyat.com/cetak/0504/18/1104.htm [21 Oktober 2006].

Sawali Tuhusetya, 2008. Mampukah Pemberdayaan MGMP Menjadi “Therapi Kejut” bagi Guru ? [Online] Tersedia : http://sawali.info/2008/06/09/mampukah-pemberdayaan-mgmp-menjadi/ [30 Agustus 2008]

Sukmana, 2007. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. [Online] Tersedia : http://udesukmana.wordpress.com/2007/04/26/mgmp/ [30 Agustus 2008]. Yunus Supardi, 2008. Keefektifan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

PAI SMP terhadap Peningkatan Profesionalisme Guru PAI Kabupaten Cianjur. [Online] Tersedia :

http://yunusshofa.blogspot.com/2008/05/keefektifan-mgmp-pai-dalam-meningkatkan.html [15 Desember 2008}

Titie Surtiyah, 2009. “Inovasi Pendidikan Melalui MGMP” Pikiran Rakyat (8 Januari 2009)


Dokumen yang terkait

Pembinaan kompetensi profesional Guru Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI tingkat SMPM di Jakarta Barat

0 62 107

Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010 2011

0 7 146

KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn Sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru (Studi Eksplorasi Pada MGMP PKn Sub Rayon 02 Kabupaten Wono

0 0 16

KINERJA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU di SEKOLAH.

0 2 35

PENGARUH MANAJEMEN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI SE-KOTA BANDUNG.

0 2 60

Peran Forum Kepala Sekolah (FKS) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam Pengembangan Sekolah Responsif Gender di Kabupaten Sragen.

0 0 16

PENGELOLAAN PROGRAM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) IPA TINGKAT SMP DI KABUPATEN BANTUL.

1 7 187

Keefektifan Manajemen Program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Tingkat SMA di Kabupaten Banyumas.

0 1 2

PARTISIPASI GURU DALAM MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) GEOGRAFI SMA NEGERI DI KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT Fitrah Hariki

0 0 5

MENDIRIKAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) GEOGRAFI DI KABUPATEN PASAMAN BARAT SUMATERA BARAT

0 1 6