Analisis Anggaran Biaya dan Waktu Optimal dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)

(1)

ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING

(Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil

SAMUEL FIRMAN PARDEDE 08 0404 166

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU

2014


(2)

ii

ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING

(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA KOMPUTER TRIGUNA DHARMA

MEDAN)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan analisa anggaran biaya dan waktu optimal dengan least cost scheduling yang bertempat pada proyek pembangunan gedung kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan. Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di STMIK Triguna Dharma Medan, maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya dengan tujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan agar proses perkuliahan dilakukan dengan maksimal.Gedung perkuliahan tambahan yang nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer. Hasil perhitungan menunjukkan waktu pelaksanaan normal proyek adalah 222 hari dengan biaya normal sebesar Rp.7,640,238,905, dengan menambah 1 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 22 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 28,409,993. Dengan menambah 2 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 37 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 84,304,525. Dengan menambah 3 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 46 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 143,392,376. Dengan menambah 4 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 54 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 202,815,174. Penambahan jam kerja sebaiknya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan kritis, apabila dilakukan pada semua, maka hanya akan menambah biaya saja sementara waktu yang dipercepat tetap.

Kata kunci: least cost scheduling, waktu pelaksanaan, percepatan waktu pelaksanaan,biaya tambahan, pekerjaan kritis.


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa dan anaknya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan berkat-Nya hingga terselesainya tugas akhir ini dengan judul “Analisis Anggaran Biaya Dan Waktu Optimal Dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)”.

Penulisan tugas akhir disusun untuk diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penulis berharap tugas akhir ini dapat membantu dan mendorong mahasiswa/i maupun pembaca yang ingin melakukan penelitian mengenai least cost scheduling terhadap percepatan proyek pembangunan STMIK Triguna Dharma Medan Johor.

Penulis mohon maaf jika dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun perhitungan. Penulis sangat mengharapkan ketersedian para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih, penulis ucapan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang sangat baik, yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menikmati setiap perkuliahan hingga selesai.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.


(4)

iv

3. Bapak Prof. Dr. -Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.

5. Bapak Ir. Sanci Barus, MT dan Ibu Nursyamsi, ST, MT, selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran, dan nasehat yang membangun.

6. Bapak/ Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil USU.

7. Untuk keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak M. Pardede dan Ibu D Br. Purba yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, nasehat, doa, dan materi.

8. Kepada adikku tersayang Desima Pardede, yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Sahabat-sahabat angkatan 2008 terkhusus William Arthur, Boy Chandra, Andreanus Moy ,Luhut, Aldridge, Sandro dan teman – teman lainnya yang mendukung dalam penulisan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, November 2014

Samuel Firman Pardede 08 0404 166


(5)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 3

I.3 Maksud dan Tujuan ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Metodologi Penelitian ... 4

I.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

II.1 Manajemen Proyek Konstruksi ... 5

II.1.1 Aspek – Aspek Dalam Manajemen Proyek ... 6

II.1.2 Proyek Konstruksi ... 7

II.1.3 Pengendalian Proyek Konstruksi ... 9

II.1.4 Rencana Kerja dan Rencana Lapangan ... 10

II.1.4.1 Rencana Kerja ... 10

II.1.4.1 Rencana Lapangan ... 11

II.2 Rencana Anggaran Biaya ... 12

II.2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Proyek ... 13

II.3 Metode Penjadwalan Proyek ... 15

II.3.1 Bagan Balok (barchart) ... 15

II.3.2 Kurva S (hanumm curve) ... 16

II.3.3 Metode Penjadwalan Linier (diagram vektor) ... 16

II.3.4 Metode CPM (Critical Path Method) ... 16

II.3.5 Metode PDM (Presedence Diagram Method) ... 19

II.3.6 Metode PERT (Program Evaluation Review Techique) ... 20


(6)

vi

II.3.7 LCS (Least Cost Scheduling) ... 20

II.3.7.1 Biaya Proyek ... 21

II.4 Jaringan Kerja ... 22

II.5 Produktivitas Proyek Konstruksi ... 22

II.6 Mempercepat Waktu Proyek ... 23

II.7 Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost) ... 25

II.8 Hubungan Antara Biaya dan Waktu ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

III.1 Waktu dan Lokasi Proyek ... 27

III.2 Rancangan Penelitian ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

IV.1. Umum ... 32

IV.2. Ketergantungan Item Pekerjaan ... 33

IV.3. Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek ... 34

IV.3.1 Menghitung Produktivitas Harian ... 38

IV.3.2 Menghitung Produktivitas Perjam ... 38

IV.3.3 Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash... 42

IV.3.4 Menghitung Waktu Percepatan Proyek (Crash Duration) ... 47

IV.4. Menghitung Biaya Setelah Percepatan dengan 4 Jam Penambahan. 58

Jam Kerja ... 58

IV.4.1 Menghitung Biaya Normal Ongkos Pekerja Perhari ... 78

IV.4.2 Menghitung Normal Ongkos Pekerja perjam ... 65

IV.4.3 Menghitung Biaya Lembur Penambahan 4 Jam Kerja ... 71

IV.4.4 Menghitung Crash Cost Penambahan 4 Jam Kerja ... 78

IV.4.5 Menghitung Total Crash Cost Penambahan 4 Jam Kerja ... 84

IV.4.6 Menghitung Biaya Tambahan Penambahan 4 Jam Kerja ... 91

IV.4.7 Menghitung Cost Slope Penambahan 4 Jam Kerja ... 97

IV.5. Menghitung Biaya Tak Langsung Proyek ... 98

IV.6. Menghitung Biaya Total Biaya Proyek ... 99

IV.7. Menghitung Tingkat Suku Bunga Efektif ... 99


(7)

vii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101 V.1 Kesimpulan ... 101 V.2 Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktivitas ... 25

Tabel 4.1 Ketergantungan Item Pekerjaan ... 33

Tabel 4.2 Perhitungan Produktivitas Harian ... 34

Tabel 4.3 Perhitungan Produktivitas Perjam ... 38

Tabel 4.4 Perhitungan Produktivitas Harian Sesudah Crash Penambahan 4 Jam Kerja ... 43

Tabel 4.5 Perhitungan Waktu Percepatan Proyek (Crash Duration) Penambahan 4 Jam Kerja ... 47

Tabel 4.6 Total Percepatan Waktu Proyek Dengan 4 Jam Penambahan Waktu Kerja ... 52

Tabel 4.7 Perhitungan Biaya Normal Ongkos Pekerja Perhari... 58

Tabel 4.8 Perhitungan Biaya Normal Ongkos Pekerja Perjam ... 65

Tabel 4.9 Perhitungan Biaya Lembur Pekerja Untuk 4 Jam Penambahan Jam Kerja ... 72

Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Crash Cost Penambahan 4 Jam Kerja ... 78

Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Crash Cost Pekerja Penambahan 4 Jam Kerja ... 85

Tabel 4.12 Perhitungan Biaya Tambahan Penambahan 4 Jam Kerja ... 91


(9)

ix

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Penambahan 1,2,3 dan 4 Jam Penambahan Jam

Kerja ... 98

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Biaya Tak Langsung Proyek ... 98

Tabel 4.15 Analisa Biaya dan Waktu Penyelesaian Proyek ... 99

Tabel 4.16 Tingat Suku Bunga Efektif ... 99


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Proses Manajemen Proyek (Abrar Husen,2008). ... 5

Gambar 2.2 : Siklus Pengendalian Ptoyek Konstruksi (Ervianto,W.I, 2004) ... 10

Gambar 2.3 : Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Ervianto ,W.I,2002) ... 14

Gambar 2.4 : Hubungan EET dan LET (Husen, Abrar, 2008) ... 17

Gambar 2.5 : Bentuk Presedence Diagram Method (PDM) ... 19

Gambar 2.6 : Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Soeharto,1998) ... 24

Gambar 2.19 : Hubungan Waktu-Biaya Normal Yang Dipersingkat Untuk Suatu Kegiatan (Soeharto,1998) ... 26

Gambar 3.1 : Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan ... 27

Gambar 3.2 : Tahapan Penelitian Tugas Akhir ... 28

Gambar 4.1 : Diagram Jaringan Kerja ... 34

Gambar 4.2 : Hubungan antara waktu, biaya normal dan biaya dipersingkat ... 100


(11)

ii

ANALISIS ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU OPTIMAL DENGAN LEAST COST SCHEDULING

(STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA KOMPUTER TRIGUNA DHARMA

MEDAN)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan analisa anggaran biaya dan waktu optimal dengan least cost scheduling yang bertempat pada proyek pembangunan gedung kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan. Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di STMIK Triguna Dharma Medan, maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya dengan tujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan agar proses perkuliahan dilakukan dengan maksimal.Gedung perkuliahan tambahan yang nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer. Hasil perhitungan menunjukkan waktu pelaksanaan normal proyek adalah 222 hari dengan biaya normal sebesar Rp.7,640,238,905, dengan menambah 1 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 22 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 28,409,993. Dengan menambah 2 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 37 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp. 84,304,525. Dengan menambah 3 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 46 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 143,392,376. Dengan menambah 4 jam penambahan jam kerja maka dapat mempercepat waktu sebanyak 54 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 202,815,174. Penambahan jam kerja sebaiknya dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan kritis, apabila dilakukan pada semua, maka hanya akan menambah biaya saja sementara waktu yang dipercepat tetap.

Kata kunci: least cost scheduling, waktu pelaksanaan, percepatan waktu pelaksanaan,biaya tambahan, pekerjaan kritis.


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Mengingat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa yang diterima di Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer (STMIK) Triguna Dharma Medan maka pihak yayasan mengambil kebijakan untuk melakukan pengembangan dari gedung perkuliahan yang sudah ada sebelumnya. Pengembangan yang akan dilakukan adalah pembangunan gedung perkuliahan tambahan yang bertujuan untuk memfasilitasi para calon mahasiswa maupun mahasiswa yang akan melaksanakan kegiatan perkuliahan di Sekolah Tinggi Managemen Informatika Triguna Dharma ini. Diharapkan dengan dilaksanakannya penambahan ruangan tersebut, proses perkuliahan bisa dilakukan dengan maksimal. Gedung perkuliahan tambahan ini nantinya akan terdiri dari lima lantai, dimana fungsinya diperuntukkan sebagai gedung kuliah dan laboratorium komputer.

Dikarenakan kebutuhan akan ruang kuliah yang mendesak maka diharapakan penyelesaiannya tepat waktu karena menyangkut lancarnya kegiatan perkuliahan yang ada sehingga sangat diperlukan perencanaan yang matang dan didukung oleh analisis yang tepat. Pada perencanaan awal sebuah proyek konstruksi, aspek utama yang diperhitungkan adalah masalah waktu dan biaya. Karena sesuai dengan realita yang menjadi pertanyaan yang akan dihadapi pada saat memulai suatu proyek konstruksi adalah apakah perencanaan waktu yang dibuat telah optimal, dapatkah perencanaan waktu yang telah direncanakan dipersingkat, dapatkah penggunaan biaya optimal bisa mendukung percepatan waktu yang dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya analisis terhadap hal ini untuk menghasilkan hasil yang optimal. Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah proyek konstruksi adalah pengendalian biaya pelaksanaan, kecepatan waktu pelaksanaan dan pencapaian mutu dari


(13)

2 proyek tersebut. Mengacu dari pelaksanaan ketiga faktor tersebut sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal.

Seiring dengan berkembangnya zaman yang mempengaruhi semakin pesatnya perkembangan dunia konstruksi maka dituntut agar setiap proyek konstruksi dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Untuk itu diperlukan metode percepatan suatu proyek kontruksi dimana berhubungan terhadap analisa biaya dan waktu. Hubungan antara biaya dan waktu ini yang akan mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian proyek tersebut. Dalam hal ini analisis yang akan digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah Least Cost Scheduling.

Least Cost Scheduling bertujuan untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek dan mencari jadwal proyek yang optimal dengan menggunakan biaya langsung, tak langsung dan biaya total yang minimal. Tulisan ini bertujuan menentukan biaya dan waktu optimal pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah STMIK Triguna Dharma yang berlokasi di Jalan A.H. Nasution no 73 F Medan Johor. Analisis dilakukan pada pekerjaan struktur dimana mempergunakan alternatif percepatan dengan mengadakan lembur, dan menambah tenaga kerja.

Dengan adanya analisis percepatan waktu proyek ini maka diharapkan dapat dilihat sejauh mana waktu dapat dipercepat, berapa biaya optimum yang harus dikeluarkan dan kita juga dapat memilih solusi yang tepat apabila terjadi keterlambatan pekerjaan pada proyek. Berhasilnya analisis percepatan waktu yang dilakukan terhadap proyek tersebut ditunjukkan dengan ketepatan selesainya suatu proyek konstruksi sesuai dengan target awal karena penggunaan analisis percepatan waktu yang efektif serta ditunjang oleh pengoptimalan dana untuk memberikan hasil yang semaksimal mungkin.


(14)

3 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besar biaya yang akan dikeluarkan setelah dilakukan analisis percepatan waktu proyek ?

2. Berapa jumlah waktu optimum yang dapat dipercepat setelah melakukan analisis percepatan waktu proyek?

3. Berapa perbandingan antara biaya normal proyek dan biaya proyek setelah dilakukan analisis percepatan proyek?

1.3Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui besar biaya yang dikeluarkan dalam melakukan percepatan. 2. Mengetahui jumlah waktu yang optimum dalam proyek tersebut.

3. Mengetahui perbandingan antara biaya normal dan biaya setelah proyek tersebut mengalami percepatan.

1.4Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer (STMIK) Triguna Dharma yang berlokasi di Medan Johor, Sumatera Utara.

2. Analisa perhitungan ini dilakukan pada pekerjaan struktur bangunan. 3. Menggunakan Least Cost Scheduling dalam analisis percepatan proyek.


(15)

4 1.5 Metodologi Penulisan

Metode yang dilakukan dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan mengumpulkan data-data proyek di lapangan yang menunjang penulisan ini, teori dan rumus-rumus perhitungan dari buku-buku dan masukan-masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis besar isi setiap bab yang di bahas pada tugas akhir ini yaitu sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan dari tugas akhir ini.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas uraian tentang manajemen proyek konstruksi, organisasi proyek konstruksi, jaringan kerja, rencana anggaran biaya, rencana kerja dan rencana lapangan dan metode penjadwalan peroyek.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan memuat apa dan bagaimana metode yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian dan analisa biaya dan waktu optimal pada proyek konstruksi yang dimaksudkan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini, dan saran-saran yang diharapkan dapat dijadikan perbaikan penelitian selanjutnya.


(16)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen adalah suatu ilmu tentang tata cara pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam manajemen, diperlukan juga metode dan seni kepemimpinan untuk mengelola sumber daya yang ada. Hasil akhir dari proses manajemen dapat berbeda satu sama lain karena perbedaan penerapan prinsip manajemen oleh suatu individu atau organisasi.

Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Ir. Abrar Husen,MT, 2008). Adapun proses manajemen proyek dapat disimpulkan pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Proses Manajemen Proyek (Abrar Husen,2008)

Dari gambar diatas proses manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan yang berdasarkan input seperti tujuan,sasaran, informasi, data, dan sumber daya yang dilaksanakan serta dikendalikan dengan baik sehingga menghasilkan output optimasi kinerja proyek.

INPUT Tujuan Sasaran Informasi

Data Sumber Daya

FUNGSI MANAJEMEN PROYEK

Perencanaan Pengorganisasian

Pelaksanaan Pengendalian

OUTPUT Optimasi Kinerja

Proyek  Biaya  Mutu  Waktu  Safety/K3


(17)

6 II.1.1 Aspek-Aspek Dalam Manajemen Proyek

Dalam manajemen proyek hal perlu dipertimbangkan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang kemungkinan timbul ketika proyek dilaksanakan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan.

Aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan dengan cermat, antara lain:

- Aspek Keuangan

Berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit, membutuhkan analisis keuangan yang cermat dan terencana, biasa modal berasal dari sendiri atau pinjaman dari bank, ataupun pemerintah

- Aspek Anggaran Biaya

Berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya.

- Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia

Berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi Sumber Daya Manusia selama proyek berlangsung. Untuk mengurangi masalah yang kompleks maka perencanaan SDM harus melalui proses staffing dan penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek.

- Aspek Manajemen Produksi

Berkaitan dengan hasil akhir proyek yang negatif dan pengendaliannya kurang baik. Untuk mengatasinya perlu dilakukan peningkatan produktivitas SDM, efisiensi produksi dan kerja, kualitas produk, dan pengendalian mutu.

- Aspek Harga

Kondisi eksternal dalam persaingan harga dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk lain.


(18)

7 - Aspek Efektifitas dan Efisiensi

Hal ini dapat merugikan bila fungsi produksi yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif.

- Aspek Pemasaran

Hal ini berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk, dan analisis pasar yang salah terhadap produk yang dihasilkan.

- Aspek Mutu

Berkaitan dengan kualitas produk akhir yang dapat meningkatkan daya saing dan memberikan kepuasan bagi pelanggan.

- Aspek Waktu

Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang direncanakan dan sebaliknya akan menguntungkan bila dapat dipercepat.

II.1.2 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan gabungan dari sumber daya dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sumber daya yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya manusia, material, dan peralatan. Hal utama dalam proyek konstruksi merupakan studi kelayakan, design engineering, pengadaan, dan konstruksi yang hasilnya berupa pembangunan suatu struktur dan menyerap banyak sumber daya yang dapat dinikmati oleh orang banyak.

Proyek konstruksi memiliki siklus yang menggambarkan langkah-langkah proses awal hingga proses akhir suatu proyek. Berikut ini akan dijabarkan siklus suatu proyek yang berdasarkan durasi waktu dan biaya, antara lain:


(19)

8 1. Tahap Konseptual Gagasan

Tahap ini terdiri atas perumusan gagasan, kerangka acuan, studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya, dan jadwal proyek.

2. Tahap Studi Kelayakan

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan keputusan tentang kelanjutan investasi proyek yang akan dilakukan sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat.

3. Tahap Detail Desain

Tahap ini terdiri atas kegiatan, pendalaman, berbagai aspek persoalan, design engineering, pembuatan jadwal induk, dan anggaran yang bertujuan menetapkan dokumen perencanaan lengkap dan terperinci sehingga memudahkan pencapaian sasaran dan tujuan proyek.

4. Tahap Pengadaan

Tahap ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi yang lengkap, dan produk tahapan detail desain. Dari tahap ini didapatkan penawaran yang kompetitif dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.

5. Tahap Implementasi

Tahap ini terdiri atas design engineering yang rinci, pembuatan spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start-up, demobilisasi dan laporan penutup proyek. Dengan tujuan akhir untuk mendapatkan kinerja biaya, mutu, waktu, dan keselamatan kerja yang maksimal, dengan melakukan proses perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian yang lebih cermat dan terperinci dari proses sebelumnya.


(20)

9 6. Tahap Operasi dan Pemeliharaan

Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin, pemeliharaan fasilitas bangunan, dan pengamatan prestasi akhir proyek. Biaya yang dikeluarkan pada tahap ini bersifat rutin dan nilainya cenderung menurun.

II.1.3 Pengendalian Proyek Konstruksi

Pengendalian diperlukan untuk menjaga kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan sehingga perencanaan diperlukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan setiap pekerjaan konstruksi. Perencanaan selanjutnya digunakan sebagai standar pelaksanaan dimana meliputi spesifikasi teknik, jadwal dan anggaran.

Tiap pekerjaan yang dilaksanakan harus benar – benar diawasi dan di cek oleh pengawas lapangan agar sesuai dengan spesifikasi yang telah direncanakan sehingga didapat progres kemajuan yang telah dicapai. Parameter proyek yang diukur merupakan bahan evaluasi yang dilakukan dengan membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan standar yang berdasarkan perencanaan. Hasil evaluasi akan didapat dan diperlukan untuk pengambilan keputusan terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Dari hasil evaluasi tersebut maka akan diketahui apakah pekerjaan mengalami keterlambatan sehingga dapat diputuskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi keterlambatan tersebut. Adapun siklus pengendalian dalam proyek konstruksi dapat digambarkan pada Gambar. 2.2:


(21)

10 Gambar 2.2 Siklus Pengendalian Proyek Konstruksi (Ervianto, W.I. 2004)

Perencanaan hanya sekitar 20% dari kegiatan manajemen proyek dan dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai, fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan penegendalian

II.1.4 Rencana Kerja dan Rencana Lapangan II.1.4.1 Rencana Kerja

Dalam menyusun rencana kerja, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

- Keadaan lapangan lokasi proyek, dilakukan untuk memperkirakan hambatan yang akan timbul selama pelaksanaan pekerjaan.

- Keamanan tenaga kerja. Informasi kerja tentang jenis dan macam kegiatan yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus dipersiapkan.

- Pengadaan material konstruksi. Harus diketahui dengan pasti macam, jenis, dan jumlah material yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan.

- Pengadaan alat pembangunan. Kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung selama pembangunan harus dapat diperkirakan dengan baik.

- Gambar kerja. Selain gambar rencana, pelaksanaan proyek konstruksi memerlukan gambar kerja untuk bagian-bagian tertentu.

Perencanaan

Pelaksanaan

Standard Tindakan Koreksi

Evaluasi


(22)

11 - Kontinuitas pelaksanaan pekerjaan. Dalam penyusunan rencana kerja, faktor penting yang harus dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan rencana kegiatan pada setiap item pekerjaan.

Manfaat dan kegunaan penyusunan rencana kerja:

- Alat koordinasi bagi pimpinan. Dengan menggunakan rencana kerja, pimpinan pelaksanaan pembangunan dapat melakukan koordinasi pada semua kegiatan yang ada dilapangan

- Sebagi pedoman kerja para pelaksana. Rencana kerja merupakan pedoman, terutama dalam kaitannya dengan batas waktu yang telah ditetapkan untuk setiap item kegiatan. - Sebagai penilaian kemajuan pekerjaan, ketepatan waktu dari setiap item kegiatan

dilapangan dapat dipantau dari rencana pelaksanaan dengan realisasi pelaksanaan dilapangan.

- Sebagai Evaluasi Pekerjaan, variasi yang ditimbulkan dari perbandingan rencana dan realisasi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan rencana selanjutnya.

II.1.4.2 Rencana Lapangan

Yang dimaksud denga rencana lapangan adalah suatu rencana peletakan bangunan-bangunan pembantu yang bersifat temporal yang diperlukan sebagai sarana pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan. Kompleksitas dari pelaksanaan pembangunan menurut pengelola konstruksi adalah memperhitungkan dengan cermat segala sesuatu yang akan dihadapi dilapangan.

- Penyelidikan Lapangan

Tujuan site investigation adalah mengidentifikasi dan mencatat data yang diperlukan untuk kepentingan proses design maupun proses konstruksi.


(23)

12 - Pertimbangan tata letak

Tata letak lokasi proyek sangat berpengaruh terhadap efisiensi selama proses konstruksi. - Keamanan lokasi proyek

Tujuan utama site security adalah sebagai berikut:  Keamanan dari pencuri

 Keamanan dari perampokan  Keamanan dari penyalahgunaan - Penerangan lokasi proyek

Penerangan dilakukan jika hendak melakukan pekerjaan lembur pada malam hari atau jika sinar matahari tidak cukup terang sebagai pendukung untuk melakukan kegiatan konstruksi.

- Kantor Proyek

Pemilihan bentuk serta material untuk keperluan kantor proyek ditentukan oleh kontraktor, dan tentunya sesuai dengan spesifikasi dalam proyek. Kebutuhan ruang biasanya dipisahkan antra manajer proyek, ruang administrasi serta ruang untuk pekerja proyek.

II.2. Rencana Anggaran Biaya

Kegiatan estimasi pada umunya dilakukan dengan terlebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasinya. Dalam melakukan kegiatan estimasi seorang estimator harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat secara menyeluruh karena faktor tersebut dapat memengaruhi biaya konstruksi. Selain faktor-faktor tersebut diatas terdapat faktor lain yang sedikit banyak ikut memberikan kontribusi dalam pembuatan perkiraan biaya yaitu:


(24)

13 - Ketersediaan material dan peralatan

- Iklim/ cuaca - Jenis kontrak - Masalah kualitas - Etika

- Sistem pengendalian - Kemampuan manajemen

Seorang estimator tidak hanya mampu melakukan kualifikasi atas semua yang terjadi dalam gambar kerja dan sfesifikasi, tetapi juga harus mampu mengantisipasi semua kegiatan konstruksi yang akan terjadi. Sebelum menentukan keputusannya, seorang estimator harus menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan proyek.

II.2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Proyek

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu tergantung dari siapa/ pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya, hasil estimasi ini disebut OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi. Kontraktor akan memenangkan tender jika penawaran yang diajukan mendekati Owner Estimate (OE) atau Engineer Estimate (EE). Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut:

- Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan bahan/ material konstruksi secara kontinu.


(25)

14 - Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku didaerah lokasi proyek

dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek. - Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa yang

dianggap cukup baik oleh pembuat anggaran.

- Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerja.

- Membuat rekapitulasi

Gambar 2.3 Tahap Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (Ervianto, W.I. 2002)

Daftar Harga Satuan Bahan

Daftar Harga Satuan Upah

Rekapitulasi Daftar Volume dan Harga Satuan Pekerjaan

Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan


(26)

15 II.3. Metode Penjadwalan Proyek

Dalam proyek konstruksi, tentu memerlukan penjadwan pekerjaan yang baik agar pekerjaan dapat berjalan teratur. Dengan adanya penjadwalan juga akan membantu kontraktor untuk dapat mengontrol pekerjaan dan mengetahui berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola waktu dan sumber daya proyek. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut berdasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Berikut metode penjadwalan proyek tersebut antara lain:

1. Bagan balok (barchart) 2. Kurva S (hanumm curve)

3. Metode penjadwalan linier (diagram vektor) 4. Metode CPM (critical path method)

5. Metode PDM (presedence diagram method)

6. Metode PERT (program evaluation review tecnique) 7. LCS (least cost scheduling)

II.3.1. Bagan Balok (barchart)

Bagan balok ditemukan oleh Gannt dan Fredick W. Taylor, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan. Bentuk dari bagan ini lebih informatif, dapat diupdate dengan memperpendek dan memperpanjang balok sesuai dengan durasi kegiatan, mudah dibaca, dan efektif untuk komunikasi serta pengerjaannya mudah dan sederhana. Penyajian informasi bagan ini terbatas, karena urutan kegiatan pengerjaan kurang terinci sehingga bila terjadi keterlambatan proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sukar untuk dilakukan.


(27)

16 II.3.2. Kurva S (hanumm curve)

Kurva S merupakan grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm dengan dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Visualisasi kurva ini dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya dengan jadwal rencana sehingga dapat diketahui keterlambatan atau percepatan jadwal proyek.

Untuk membuat kurva ini, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis maka akan membentuk kurva S.

II.3.3. Metode Penjadwalan Linier (diagram vektor)

Pada umumnya metode ini efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan yang berulang seperti proyek konstruksi jalan raya, runway bandara udara, terowongan/tunnel, atau proyek manufaktur. Selain itu metode ini cukup efektif digunakan pada proyek bangunan gedung bertingkat karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan variasi keterampilan pada suatu pekerjaan tidak sebanyak pada proyek konstruksi lain.

II.3.4. Metode CPM (critical path method)

Metode CPM (critical path method) adalah suatu metode dengan menggunakan diagram anak panah dalam menentukan lintasan kritis, sehingga disebut juga metode lintasan kritis. CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan yang tertentu (deterministic). Berikut bentuk CPM:

Event (node) terdahulu Kegiatan Event (node) berikut Durasi


(28)

17 Keterangan:

= Simbol pristiwa/kejadian/event

- Menunjukkan titik waktu mulainya/selesainya suatu kegiatan dan tidak mempunyai jangka waktu

= Simbol kegiatan (Activity)

- Kegiatan membutuhkan jangka waktu dan sumber daya = Simbol kegiatan semu

- Kegiatan berdurasi nol, tidak membutuhkan sumber daya.

Dalam CPM (critical path method) dikenal EET (earliest event time), peristiwa paling awal atau waktu tercepat dari event dan LET (last event time), peristiwa paling akhir atau waktu paling lambat dari event, Total Float, Free Float, dan Float Interferen.

Gambar 2.4 Hubungan EET dan LET (Husen, Abrar. 2008) EET (earliest event time)

Perhitungan maju untuk mengitung EET (earliest event time)

Prosedur menghitung EET :

- Tentukan nomor dari peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor satu berturut-turut sampai nomor maksimal.

- Tentukan nilai EET untuk pristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol. - Dapat dihitung nilai EET berikutnya dengan rumus diatas.

EETj = (EETi + d)max

i Kegiatan j

Durasi

EETj

EETi


(29)

18 LET (last event time)

Perhitungan waktu mundur untuk menghitung LET (last event time)

Prosedur Perhitungan LET :

- Tentukan nilai LET peristiwa terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET kegiatan trakhir.

- Dapat dihitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus diatas

- Bila terdapat lebih dari satu kegiatan maka dipilih LET yang minimum.

a. Total Float (TF)

Total float adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Nilai Total Float (TF) dapat dirumuskan sperti berikut:

b. Free Float (FF)

Free float adalah jumlah waktu yang diperkenankan untuk suatu kegiatan boleh ditunda atau terlambat, tanpa mempengaruhi atau menyebabkan keterlambatan pada kegiatan berikutnya. Nilai Free Float (FF) dapat dihitung:

c. Inferent Float (IF)

Inferent float adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan lagi yang merupakan selisih dari Total Float (TF) dengan Free Float (FF), Sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara keseluruhan.

LETi = (LETj + d)max

TF = LET – d - EET


(30)

19 Dalam metode CPM kita juga akan mendapatkan lintasan kritis yaitu lintasan yang menghubungkan kegiatan-kegiatan kritis yaitu kegiatan yang tidak boleh terlambat atau ditunda pelaksanaannya karena keterlambatan kegiatan kritis akan menyebabkan keterlambatan pada waktu total penyelesaian proyek. Cara menentukan lintasan kritis dalam suatu perencanaan jaringan kerja adalah sebagai berikut:

- Lintasan kritis dapat ditentukan degan menghubungkan kegiatan-kegiatan kritis, yaitu kegiatan yang mempunyai nilai free float dan total float sama dengan nol

- Lintasan kritis dapat pula ditentukan dengan mencari lintasan durasi total terpanjang.

II.3.5. Metode PDM (presedence diagram method)

Kegiatan dalam PDM (presedence diagram method) tidak diperlukan kegiatan fiktif sehingga pembuatan jaringan menjadi lebih sederhana, hubungan overlapping dapat dibuat tanpa menambah jumlah kegiatan.

ES

Jenis Kegiatan

EF

LS LF

No. Keg Durasi

Gambar 2.5 Bentuk Presedence Diagram Method (PDM)

Perhitungan Presedence Diagram Method (PDM) menggunakan hitungan maju yaitu Earliest Start (ES) dan Earliest Finish (EF).

Jalur kritis ditandai oleh beberapa kegiatan sebagai berikut: - Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)

- Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)

- Latest Finish (LF) = Earliest Finish (EF) = Durasi IF = TF – FF


(31)

20 Sedangkan Float pada Presedence Diagram Method (PDM) dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Total Float (TF), dan Free Float (FF).

II.3.6. Metode PERT (program evaluation review tecnique)

Metode PERT digunakan untuk memperkirakan durasi suatu proyek dan memungkinkan melakukan komputasi nilai probabilitas dari suatu kegiatan proyek secara keseluruhan. Metode PERT juga menggunakan teknik diagram Activity On Arrow (AOA) seperti halnya metode CPM dan PDM. Dalam metode PERT diketahui tiga estimasi durasi setiap kegiatan, yaitu:

- Optimistic Estimate (to) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan dengan baik.

- Pessimistic Estimate (tp) adalah durasi untuk menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya dalam kondisi buruk (tidak mendukung).

- Most Likely Estimate (tm) adalah durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan diantara Optimistic Estimate dan Pessimistic Estimate.

II.3.7. LCS (least cost schedulling)

LCS (least cost scheduling), bertujuan mempersingkat waktu penyelesaian proyek dengan mencari jadwal proyek optimal yaitu jadwal dengan biaya langsung (direct cost), tak langsung (indirect cost) dan total biaya proyek. Menurut Husen (2009:160), dengan berkurangnya durasi proyek konstruksi maka biaya langsung (direct cost) akan meningkat sedangkan biaya tak langsung (indirect cost) akan menurun. Untuk mendapatkan hal tersebut dilakukan tindakan percepatan yang dilanjutkan dengan proses least cost scheduling pada


(32)

21 lintasan kritis. Dalam kondisi normal, proyek akan mempunyai waktu dan biaya yang maksimum sedangkan pada kondisi kritis dibutuhkan percepatan durasi pelaksanaan pekerjaan sehingga diperoleh waktu minimum dan biaya maksimum dapat diterima.

Pada Least Cost Scheduling dipergunakan alternatif percepatan dengan mengadakan lembur pada pekerjaan – pekerjaan kritis. Dengan analisis ini, jaringan kerja CPM dapat digunakan untuk menganalisa masalah tersebut, yaitu dengan memperkirakan:

 Jadwal yang ekonomis didasarkan atas biaya langsung untuk mempersingkat waktu penyelesaian komponen-komponen pekerjaan.

 Jadwal yang optimal dengan melihat biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Least cost scheduling digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan untuk melakukan percepatan waktu pada suatu pekerjaan sehingga didapat biaya yang optimal.

II.3.7.1 Biaya Proyek

Komponen biaya total proyek biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu: a. Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya tetap selama proyek berlangsung yang menjadi komponen permanen hasil proyek. Biaya langsung diperoleh dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan (Unit price).

b. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tak langsung (Indirect Cost) adalah biaya tidak tetap selama proyek berlangsung yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Yang termasuk biaya tak langsung adalah biaya manajemen proyek, gaji bagi tenaga kerja administrasi, ATK, keperluan air dan listrik, keuntungan/profit. Biaya tak


(33)

22 langsung nilainya bergantung terhadap waktu dimana semakin lama waktu pekerjaan proyek maka biaya tak langsung akan semakin besar.

II.4. Jaringan Kerja

Analisis jaringan kerja dibuat untuk merencanakan dan mengendalikan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain yang memiliki hubungan ketergantungan dimana bertujuan untuk meminimalkan biaya dan waktu penyelesaian suatu kegiatan. Dalam suatu proyek konstruksi terdapat suatu kombinasi kegiatan–kegiatan yang saling berkaitan dimana kegiatan–kegiatan tersebut harus dilakukan dalam urutan tertentu sebelum keseluruhan kegiatan diselesaikan. Urutan kegiatan–kegiatan dilakukan secara logis dimana dimulai dari pelaksanaan satu kegiatan sampai kegiatan lainnya diselesaikan.

Dari segi penyusunan jadwal, jaringan kerja dapat memberikan penyelesaian masalah seperti lama perkiraan waktu penyelesaian proyek , kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis dalam penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada dasarnya penyusunan jaringan kerja merupakan salah satu teknik pengelolaan dalam manajemen proyek dan merupakan sarana operasional dalam proyek (Soeharto,1999).

II.5. Produktivitas Proyek Konstruksi

Produktivitas berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan input atau rasio antar hasil produksi dengan sumber daya yang digunakan. Rasio produktivitas dalam proyek konstruksi adalah nilai yang diukur selama proses konstruksi dan dapat dipisah menjadi biaya tenaga kerja, material, metoda, dan alat. Keberhasilan dalam proyek konstruksi tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya.

Salah satu pendekatan manajemen yang dilakukan untuk mempelajari produktivitas pekerja adalah work study. Fungsi utama metode ini adalah memberikan informasi yang


(34)

23 cukup sebagai dasar pengambilan keputusan tentang metoda yang digunakan. Untuk mencapai kondisi yang terbaik dari suatu kegiatan dapat dilakukan beberapa cara, seperti: - Memperbaiki lokasi bekerja/lingkungan bekerja.

- Memperbaiki prosedur bekerja.

- Memperbaiki penggunaan material, alat dan pemakaian pekerja. - Memperbaiki spesifikasi produk.

II.5. Mempercepat Waktu Proyek (Crashing Project)

Salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dikenal dengan istilah crashing. Crashing adalah suatu proses yang disengaja, sistematis, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua kegiatan proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Pada prosesnya dilakukan dengan perkiraan dari variabel cost untuk menentukan pengurangan durasi yang maksimal dan paling ekonomis dari suatu kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi. Crashing project dilakukan apabila suatu kegiatan proyek terdapat berbagai pekerjaan dimana item kegiatan yang dilakukan mencapai puluhan ataupun ratusan kegiatan. Kegiatan suatu proyek dapat dipercepat dengan berbagai cara, yaitu:

- Dengan mengadakan shift pekerjaan.

- Dengan memperpanjang waktu kerja (lembur).

- Dengan menggunakan alat bantu yang lebih produktif. - Menambah jumlah pekerja.

- Dengan menggunaka material yang dapat lebih cepat pemasangannya. - Menggunaka metode konstruksi lain yang lebih cepat.

Salah satu strategi percepatan waktu penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja para pekerja. Biasanya waktu kerja lembur pekerja adalah 8 jam (dimulai jam 08.00 Wib dan selesai pukul 17.00 Wib dengan waktu istirahat 1 jam), dan biasanya kerja lembur


(35)

24 dilakukan setelah jam kerja normal. Penambahan jam kerja bisa dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 4 jam penambahan sesuai dengan waktu penambahan yang diinginkan. Dengan adanya penambahan jam kerja (lembur), maka produktivitas tenaga kerja akan kurang, disebabkan karena adanya faktor kelelahan oleh para pekerja. Adapun indikasi penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan jam kerja dapat dilihat pada grafik, debagai berikut.

Gambar 2.6 Penurunan Produktivitas Akibat Penambahan Jam Kerja (Soeharto, 1998)

Dari grafik diatas, maka perumusannya dapat ditulis sebagai berikut: - Produktivitas Harian = �

� � �

- Produktivitas Tiap Jam = � � �� �

- Produktivitas Harian Sesudah Crash = (8 jam x produktivitas tiap jam) + (a x b x produktivitas tiap jam)

Dimana:

a = lama penambahan jam kerja

b = koefisien penurunan produktivitas penambahan jam kerja Indeks Produktivitas

Proyek Besar

Jam Lembur 1,3

1,2

1,1


(36)

25

- Crash Duration = �

� � �� � � �ℎ � ℎ

Tabel 2.1 Koefisien Penurunan Produktivitas Jam Lembur

(jam)

Penurunan Indeks Produktivitas

Prestasi Kerja (%)

1 0,1 90

2 0,2 80

3 0,3 70

4 0,4 60

II.6. Biaya Tambahan Pekerja (Crash Cost)

Dengan penambahan waktu kerja (lembur), maka biaya untuk pekerja konstruksi akan bertambah dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 menyatakan upah penambahan kerja bervariasi, untuk penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal, dan untuk penambahan waktu kerja berikutnya pekerja mendapatkan 2 kali upah perjam waktu normal.

Adapun perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1. Normal ongkos pekerja perhari = produktivitas harian x harga satuan upah pekerja 2. Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas perjam x harga satuan upah pekerja 3. Biaya lembur pekerja = 1,5 x upah normal untuk jam kerja lembur pertama + 2 x n x

upah sejam normal untuk jam kerja lembur berikutnya Dimana:

n = jumlah penambahan jam kerja


(37)

26 5. Cost Slope (Penambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas persatuan

waktu) = � ℎ − �

� � − � ℎ �

II.7. Hubungan Antara Biaya dan Waktu

Biaya total proyek sama dengan jumlah biaya langsung ditambah biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat tergantung terhadap waktu penyelesaian proyek, semakin lama proyek selesai makan biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada gambar 2.20.

Gambar 2.7 Hubungan Waktu – Biaya Normal Yang Dipersingkat Untuk Suatu Kegiatan (Soeharto, 1998)

Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan titik B adalah titik yang dipersingkat. Garis yang menghubungkan antara titik Adan titik B disebut kurva waktu – biaya.

Biaya

Waktu B

A

Waktu dipercepat

Waktu normal Biaya

dipercepat Biaya waktu dipersingkat

Titik dipersingkat


(38)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Lokasi Proyek

Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2012-2013 dan penelitian berlokasi di jalan A.H. Nasution No.73 Medan Johor.

Gambar 3.1 Lokasi proyek pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan


(39)

28 III.2 Rancangan Penelitian

Gambar 3.2 Tahapan penelitian tugas akhir Studi penelitian dilakukan sesuai urutan di bawah ini:

1. Studi Literatur

Referensi teori yang relefan yang berupa rumusan – rumusan dan konsep – konsep dari berbagai sumber dipahami dan dipelajari dalam mengembangkan konsep penelitian tentang analisis percepatan proyek.

Membuat Perencanaan

penjadwalan proyek

Melakukan perhitungan percepatan waktu proyek

Menghitung besar biaya langsung, tak langsung dan total biaya proyek setelah mengalami percepatan.

JUDUL

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATA

ANALISA DATA

ANALISA HASIL PERHITUNGAN

KESIMPULAN

Menyusun komponen-komponen kegiatan sesuai urutan logika ketergantungan

Menentukan biaya normal masing-masing kegiatan.


(40)

29 2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan data teknik perencanaan yang diperoleh dari konsultan perencana yang berupa time schedule, rancangan anggaran biaya (RAB) dan gambar detail struktur.

3. Pengolahan Data

Setelah data – data yang dibutuhkan tersebut diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data. Data – data yang diperoleh tersebut akan dihitung dengan menggunakan suatu analisis percepatan.

4. Analisis Data Hasil Perhitungan

Dalam proses pengolahan data tersebut kemudian dilakukan analisa data. Tahapan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Membuat tabel ketergantungan item pekerjaan. 2. Membuat Diagram Jaringan kerja.

3. Menghitung percepatan waktu dan biaya proyek dengan 4 jam penambahan kerja. 3.1. Menghitung Produktivitas Harian.

Produktivitas harian dihitung dengan cara: Produktivitas Harian = � � ��

� � �

3.2. Menghitung Produktivitas Perjam.

Produktivitas perjam dihitung dengan cara: Produktivitas Perjam = � � � ℎ�

� �

3.3. Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash.

Produktivitas harian sesudah Crash dihitung dengan cara: Produktivitas Harian Sesudah Crash =


(41)

30 3.4. Menghitung waktu percepatan proyek (Crash Duration).

Waktu percepatan proyek (Crash Duration) dihitung dengan cara:

Crash Duration =

� � �� � � �ℎ � ℎ

4. Menghitung biaya setelah percepatan dengan 4 jam penambahan jam kerja. 4.1. Menghitung biaya normal ongkos pekerja perhari.

Biaya normal ongkos perhari dihitung dengan cara:

Biaya normal ongkos perhari = produktivitas harian x harga satuan upah pekerja

4.2. Menghitung normal ongkos pekerja perjam.

Normal ongkos pekerja perjam dihitung dengan cara:

Normal ongkos pekerja perjam = produktivitas x harga satuan upah pekerja

4.3. Menghitung biaya lembur penambahan 4 jam kerja.

Biaya lembur penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara:

Biaya lembur pekerja = 1,5 upah sejam normal untuk jam kerja lembur pertama +

2x upah sejam normal untuk jam kerja lembur berikutnya x3

4.4. Menghitung Crash Cost penambahan 4 jam kerja.

Crash Cost penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara:

Crash Cost pekerja perhari = ( 8jam x normal cost pekerja) + (4jam biaya lembur pekerja)

4.5. Menghitung biaya tambahan penambahan 4 jam kerja.

Biaya tambahan penambahan 4 jam kerja dihitung dengan cara: Biaya tambahan pekerjaan = Crash Cost Normal Cost

4.6. Menghitung Cost Slope penambahan 4 jam kerja.

Cost Slope adalah pertambahan biaya langsung untuk mempercepat suatu aktifitas

per satuan waktu.

Cost Slope percepatan proyek = � ℎ −� �


(42)

31 5. Menghitung Biaya Tak Langsung Proyek.

6. Menghitung Biaya Total Proyek. 7. Kesimpulan dan rekomendasi

Kesimpulan diambil setelah hasil pengolahan data – data yang diperoleh dimana

merupakan perbandingan waktu dan biaya yang optimal pada waktu penambahan 1,2,3 dan 4 jam. Rekomendasi diambil setelah melihat kesimpulan yang diperoleh dari hasil


(43)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Umum

Perhitungan yang dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel dimana untuk membantu mempercepat perhitungan. Untuk menentukan pekerjaan yang akan dilakukan perhitungan percepatan proyek dengan biaya optimum maka digunakan Least Cost Scheduling. Pada Least Cost Scheduling akan dilakukan perhitungan percepatan proyek pada lintasan kritis yang diperoleh dari diagram jaringan kerja, dimana lintasan kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis yang dimulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dari proyek. Maka jalur kritis penting bagi pelaksana proyek konstruksi, karena pada jalur ini terletak kegiatan – kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek. Dalam Least Cost Scheduling biaya langsung dan tak langsung diperhitungkan untuk mendapatkan total biaya proyek.

Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu dikumpulkan data-data dari perusahaan yang merupakan kontraktor dari proyek study kasus seperti : Rancangan Anggaran Biaya, item pekerjaan, volume pekerjaan, durasi pekerjaan, time schedule pekerjaan dan biaya tak langsung proyek tersebut. Maka prosedur perhitungan adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dari lokasi proyek.

2. Membuat tabel logika ketergantungan untuk setiap item pekerjaan sesuai dengan data yang ada.

3. Membuat diagram jaringan kerja.

4. Menentukan jalur kritis dari jaringan kerja yang telah dibuat.

5. Melakukan perhitungan percepatan waktu proyek pada pekerjaan yang terdapat pada jalur kritis dengan melakukan penambahan 4 jam, 3 jam, 2 jam,dan 1 jam penambahan kerja dari jam kerja normal.


(44)

33 6. Menentukan total biaya proyek yang diperoleh dari penjumlahan anatar biaya langsung

dan biaya tidak langsung.

IV.2 Ketergantungan Item Pekerjaan Tabel.4.1 Ketergantunga item pekerjaan N

o ITEM PEKERJAAN SIMBOL KETERGANTUNGAN

DURASI (HARI)

I Pekerjaan Persiapan

1 Pembersihan Lapangan A1 - 2

2 Pagar Pengamanan A2 A1 2

3 Barak Kerja dan gudang material A3 A1 5

4 Pengukuran dan Bowplank A4 A1 2

5 Air Kerja dan Penerangan A5 A2 3

6 Keamanan Proyek A6 A1 222

II Pekerjaan Tanah

1 Gaian Tanah pondasi B1 C1 14

2 Galian tanah sloof B2 C1 12

3 Urugan tanah galian B3 B1, B2 2

4 Urugan pasir bawah lantai kerja B4 B3 2

III Pekerjaan Struktur

1 Bor Pail C1 A3 28

2 Pek. Cor Lantai Kerja C2 B4 7

3 Pek. Pondasi Tapak C3 C2 14

4 Pek. Pedestal C4 C6 7

5 Pek. Sloof C5 C2 21

6 Pek. Cor Lantai Parkir C6 C5 14

7 Pek. Cor Plat beton FL.1 – K 200 C7 C4 18

8 Pek. Cor Plat beton FL. 2 – K 200 C8 C7, C15, C16, C17 18 9 Pek. Cor Plat beton FL. 3 – K 200 C9 C8, C15, C16,C17 18 10 Pek. Cor Plat beton FL. 4 – K 200 C10 C9, C18, C19 18

11 Pek. Cor Plat beton FL. 5 – K 200 C11 C10, C18 18

12 Pek. Cor Plat beton FL. 6 – K 200 C12 C11, C18 18

13 Pek. Cor Plat beton FL. 7 – K 200 C13 C12, C18 4

14 Pek. Konstruksi Baja C14 C1 182

15 Pek. Tangga Utama C15 C4 10

16 Pek. Tangga start A C16 C4 8

17 Pek. Tangga start B C17 C4 8

18 Pek. Tangga start C C18 C8, C9, C10, C11 16

19 Pek. Tangga start D C19 C8 4


(45)

34 Gambar 4.1 Diagram Jaringan Kerja

IV.3 Menghitung Percepatan Waktu dan Biaya Proyek IV.3.1 Menghitung Produktivitas Harian

Produktivitas Harian = � � ��

� � �

 Produktivitas harian untuk item pekerjaan struktur lantai satu Produktivitas harian pekerjaan pelat lantai t=12 cm (C7)

= .

= .

m

3

/hari

Tabel.4.2 Perhitungan produktivitas harian

No. URAIAN PEKERJAAN SAT VOL DURASI PROD.

HARIAN SAT

I PEKERJAAN PERSIAPAN :

1 Pembersihan lokasi Ls 1.000 2

0.50 Ls/hari

2 Pek. Pagar Pengamanan m2 35.016 2 17.51 m2/hari

3 Barak kerja dan Gudang material Unit 1.000 5 0.20 Unit/hari

4 Pengukuran dan Bowplak m' 111.700 2 55.85 m’/hari

5 Air kerja dan Penerangan Ls 1.000 3 0.33 Ls/hari

6 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls 1.000 2 0.50 Ls/hari

7 Keamanan Proyek bln 9.000 222 0.04 bln/hari

II PEKERJAAN TANAH :

1 Galian tanah pondasi m3 211.200 14 15.09 m3/hari

2 Galian tanah sloof m3 65.436 12 5.45 m3/hari


(46)

35

4 Urugan pasir bawah lantai kerja m3 53.992 2 27.00 m3/hari

III PEKERJAAN STRUKTUR :

1 Bor pail Ø 40 cm m3 133.110 28 4.75 m3/hari

- Beton cor K - 250 m3 133.110

- Besi beton kg 3317.000

- Casing / Sewa alat & Operator m' 360.000

2 Pekerjaan Cor lantai kerja m3 18.500 7 2.64 m3/hari

3 Pek. Pondasi tapak m3 30.720 14 2.19 m3/hari

- Beton cor K - 250 / Redy Mix m3 30.720

- Besi beton kg 3981.000

- Bekisting m2 76.800

4 Pek. Pedistal m3 13.200 7 1.89 m3/hari

- Beton cor K - 250 m3 13.200

- Besi beton kg 1617.000

- Bekisting m2 105.000

5 Pek. Sloof m3 49.500 21 2.36 m3/hari

- Beton cor K - 250 m3 49.500

- Besi beton kg 7452.000

- Bekisting m2 394.200

6 Cor lantai parkir m3 64.422 14 4.60 m3/hari

- Beton cor K - 175 m3 64.422

- ware mesh M-6 Lbr 53.670

- Bekisting m2 21.590

7 Pek. Cor Plat beton FL.1 - K 200 m3 53.172 18 2.95 m3/hari

- Beton cor / Redy mix, t - 12 cm/ m3 53.172

- ware mesh M-8 lbr 42.981

- Floor Deck 0,75 mm m2 487.410

- Bekisting m2 27.000

8 Pek. Cor Plat beton FL.2 - K 200 m3 42.199 18 2.34 m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 42.199

- ware mesh M-8 lbr 34.111

- Floor Deck 0,75 mm m2 386.826

- Bekisting m2 26.720

9 Pek. Cor Plat beton FL.3 - K 200 m3 60.649 18 3.37 m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 60.649

- ware mesh M-8 lbr 49.025

- Floor Deck 0,75 mm m2 530.680

- Bekisting m2 28.087

10 Pek. Cor Plat beton FL.4 - K 200 m3 60.649 18 3.37 m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 60.649

- ware mesh M-8 lbr 49.025

- Floor Deck 0,75 mm m2 530.680


(47)

36

11 Pek. Cor Plat beton FL.5 - K 200 m3 60.649 18 3.37 m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 60.649

- ware mesh M-8 lbr 49.025

- Floor Deck 0,75 mm m2 530.680

- Bekisting m2 22.626

12 Pek. Cor Plat beton FL.6 - K 200 m3 60.649 18 3.37 m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 60.649

- ware mesh M-8 lbr 49.025

- Floor Deck 0,75 mm m2 530.680

- Bekisting m2 22.626

13

Pek. Cor Plat beton atap tangga FL.7 -

K 200 m3 0.420 4 0.11

m3/hari - Beton cor / Redy mix, t - 12 cm m3 0.420

- ware mesh M-8 lbr 4.000

- Floor Deck 0,75 mm m2 35.000

- Bekisting m2 2.770

III.2 Kontruksi baja : kg 183917.430 182 1,010.54 kg/hari

1 Kolom WF 450 x 200 x 9 x 14 mm kg 54,720

2 Balok WF 400 x 200 x 8 x 13 kg 85157.430

3 Balok WF 300 x150 x 6.5 x 9 kg 44,040

4 Plate 450 x 650 x 15 mm bh 30

5 Ankur baut Ø 25 mm - Pj 600 mm bh 180

6 Plat Konsol 200 x 800 x 15 mm bh 11

7

Plat Balok (WF 400 x HB 300) 200 x

600 x 15 mm bh 244

8

Stiffner Kolom HB 300 = 300 x 300 x

10 mm bh 368

9

Stiffner Gado WF 400 = 200 x 400 x 10

mm bh 255

10

Stiffner (WF 300 x WF 400) 250 x 400

x 10 mm bh 704

11 Stiffner WF 300 = 250 x 300 x 10 mm bh 46

12 Baut pengikat bh 6,787

III.3 PEKERJAAN TANGGA :

III.3A Tangga utama m3 12.332 10 1.23 m3/hari

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 kg 388.500

2 - Stiffener bh 48.000

3 - Baut bh 192.000

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K - 250 m3 12.332

4.2 - Besi beton kg 60.368

4.3 - Bekisting m2 105.700

5 Cor pondasi tangga utama


(48)

37

5.2 - Besi beton kg 174.760

5.3 - Bekisting m2 60.200

5.4 - Angkur baut bh 16.000

III.3B Tangga Start A m3 1.840 8 0.23 m3/hari

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 kg 305.368

2 - Stiffener bh 28.000

3 - Baut bh 192.000

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250 m3 1.840

4.2 - Besi beton kg 65.610

4.3 - Bekisting m2 1.840

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250 m3 0.100

5.2 - Bekisting m2 0.680

5.3 - Besi beton kg 59.200

5.4 - Angkur baut bh 8.000

III.3C Tangga Start B m3 1.080 8 0.20 m3/hari

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 kg 212.128

2 - Stiffener bh 36.000

3 - Baut bh 192.000

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250 m3 1.580

4.2 - Besi beton kg 84.360

4.3 - Bekisting m2 1.580

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250 m3 0.100

5.2 - Bekisting m2 0.680

5.3 - Besi beton kg 59.200

5.4 - Angkur baut bh 8.000

III.3D Tangga Start C m3 4.080 16 0.26 m3/hari

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 kg 796.096

2 - Stiffener bh 136.000

3 - Baut bh 192.000

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250 m3 4.080

4.2 - Besi beton kg 318.690

4.3 - Bekisting m2 4.080

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250 m3 0.300

5.2 - Bekisting m2 1.600

5.3 - Besi beton kg 59.200

5.4 - Angkur baut bh 8.000


(49)

38

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7 kg 123.300

2 - Stiffener bh 28.000

3 - Baut bh 192.000

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250 m3 4.080

4.2 - Besi beton kg 318.690

4.3 - Bekisting m2 4.080

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250 m3 0.300

5.2 - Bekisting m2 1.600

5.3 - Besi beton kg 59.200

5.4 - Angkur baut bh 8.000

III.4 Cor Trefik sepeda motor m3 3.525 8 0.44 m3/hari

1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8 kg 1473.280

2 - Cor lantai K - 250 m3 3.526

3 - Besi beton kg 133.200

4 Cor pondasi

4.1 - Cor K - 250 m3 6.510

4.2 - Besi beton kg 638.484

4.3 - Bekisting m2 13.440

4.4 - Angkur baut bh 56.000

IV.3.2 Menghitung Produktivitas Perjam Produktivitas Perjam = � � � ℎ�

� �

 Produktivitas perjam untuk item pekerjaan struktur lantai satu Produktifitas perjam pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)

= .

= .

m

3

/jam

Tabel.4.3 Perhitungan produktivitas perjam

No. URAIAN PEKERJAAN SAT PROD. HARIAN SAT PROD. PERJAM

I PEKERJAAN PERSIAPAN :

1 Pembersihan lokasi Ls/hari 0.50 Ls/hari 0.06

2 Pek. Pagar Pengamanan m2/hari 17.51 m2/hari 2.19


(50)

39

4 Pengukuran dan Bowplak m'/hari 55.85 m'/hari 6.98

5 Air kerja dan Penerangan Ls/hari 0.33 Ls/hari 0.04

6 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls/hari 0.50 Ls/hari 0.06

7 Keamanan Proyek bln/hari 0.04 bln/hari 0.01

II PEKERJAAN TANAH :

1 Galian tanah pondasi m3/hari 15.09 m3/hari 1.89

2 Galian tanah sloof m3/hari 5.45 m3/hari 0.68

3 Urugan tanah galian m3/hari 96.25 m3/hari 12.03

4 Urugan pasir bawah lantai kerja m3/hari 27.00 m3/hari 3.37

III PEKERJAAN STRUKTUR :

1 Bor pail Ø 40 cm m3/hari 4.75 m3/hari 0.59

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Casing / Sewa alat & Operator

2 Pekerjaan Cor lantai kerja m3/hari 2.64 m3/hari 0.33

3 Pek. Pondasi tapak m3/hari 2.19 m3/hari 0.27

- Beton cor K - 250 / Redy Mix

- Besi beton

- Bekisting

4 Pek. Pedistal m3/hari 1.89 m3/hari 0.24

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Bekisting

5 Pek. Sloof m3/hari 2.36 m3/hari 0.29

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Bekisting

6 Cor lantai parkir m3/hari 4.60 m3/hari 0.58

- Beton cor K - 175

- ware mesh M-6

- Bekisting

7 Pek. Cor Plat beton FL.1 - K 200 m3/hari 2.95 m3/hari 0.37

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

8 Pek. Cor Plat beton FL.2 - K 200 m3/hari 2.34 m3/hari 0.29

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting


(51)

40

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

10 Pek. Cor Plat beton FL.4 - K 200 m3/hari 3.37 m3/hari 0.42

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

11 Pek. Cor Plat beton FL.5 - K 200 m3/hari 3.37 m3/hari 0.42

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

12 Pek. Cor Plat beton FL.6 - K 200 m3/hari 3.37 m3/hari 0.42

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

13

Pek. Cor Plat beton atap tangga

FL.7 - K 200 m3/hari 0.11 m3/hari 0.01

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

III.2 Kontruksi baja : kg/hari 1,010.54 kg/hari 126.32

1 Kolom WF 450 x 200 x 9 x 14 mm

2 Balok WF 400 x 200 x 8 x 13

3 Balok WF 300 x150 x 6.5 x 9

4 Plate 450 x 650 x 15 mm

5 Ankur baut Ø 25 mm - Pj 600 mm

6 Plat Konsol 200 x 800 x 15 mm

7

Plat Balok (WF 400 x HB 300)

200 x 600 x 15 mm

8

Stiffner Kolom HB 300 = 300 x

300 x 10 mm

9

Stiffner Gado WF 400 = 200 x 400

x 10 mm

10

Stiffner (WF 300 x WF 400) 250 x

400 x 10 mm

11

Stiffner WF 300 = 250 x 300 x 10

mm

12 Baut pengikat


(52)

41

III.3A Tangga utama m3/hari 1.23 m3/hari 0.15

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K - 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi tangga utama

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Besi beton

5.3 - Bekisting

5.4 - Angkur baut

III.3B Tangga Start A m3/hari 0.23 m3/hari 0.03

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3C Tangga Start B m3/hari 0.20 m3/hari 0.02

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3D Tangga Start C m3/hari 0.26 m3/hari 0.03

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7


(53)

42

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3E Tangga Start D m3/hari 1.02 m3/hari 0.13

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.4 Cor Trefik sepeda motor m3/hari 0.44 m3/hari 0.06

1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8

2 - Cor lantai K - 250

3 - Besi beton

4 Cor pondasi

4.1 - Cor K - 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

4.4 - Angkur baut

IV.3.3 Menghitung Produktivitas Harian Sesudah Crash

Produktivitas Harian Sesudah Crash =

( � . � + . ℎ .


(54)

43 Produktifitas harian sesudah crash pekerjaan pelat lantai t=12cm (C7)

= 0.37) + (4 x 0.6 x 0.37) = 3.840 m3/hari

Tabel.4.4 Perhitungan produktivitas harian sesudah crash penambahan 4 jam kerja

No. URAIAN PEKERJAAN SAT PROD. PERJAM SAT

PROD. HARIAN SESUDAH CRASH

I PEKERJAAN PERSIAPAN :

1 Pembersihan lokasi Ls/hari 0.06 Ls/hari 0.650

2 Pek. Pagar Pengamanan m2/hari 2.19 m2/hari 17.508

3 Barak kerja dan Gudang material Unit/hari 0.03 Unit/hari 0.260

4 Pengukuran dan Bowplak m'/hari 6.98 m'/hari 55.850

5 Air kerja dan Penerangan Ls/hari 0.04 Ls/hari 0.333

6 Mobilisasi dan Demobilisasi Ls/hari 0.06 Ls/hari 0.500

7 Keamanan Proyek bln/hari 0.01 bln/hari 0.041

II PEKERJAAN TANAH :

1 Galian tanah pondasi m3/hari 1.89 m3/hari 19.611

2 Galian tanah sloof m3/hari 0.68 m3/hari 5.435

3 Urugan tanah galian m3/hari 12.03 m3/hari 125.124

4 Urugan pasir bawah lantai kerja m3/hari 3.37 m3/hari 35.095

III PEKERJAAN STRUKTUR :

1 Bor pail Ø 40 cm m3/hari 0.59 m3/hari 6.180

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Casing / Sewa alat & Operator

2 Pekerjaan Cor lantai kerja m3/hari 0.33 m3/hari 3.436

3 Pek. Pondasi tapak m3/hari 0.27 m3/hari 2.194

- Beton cor K - 250 / Redy Mix

- Besi beton

- Bekisting

4 Pek. Pedistal m3/hari 0.24 m3/hari 2.451

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Bekisting

5 Pek. Sloof m3/hari 0.29 m3/hari 3.064

- Beton cor K - 250

- Besi beton

- Bekisting


(55)

44

- Beton cor K - 175

- ware mesh M-6

- Bekisting

7 Pek. Cor Plat beton FL.1 - K 200 m3/hari 0.37 m3/hari 3.840 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

8 Pek. Cor Plat beton FL.2 - K 200 m3/hari 0.29 m3/hari 3.048 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

9 Pek. Cor Plat beton FL.3 - K 200 m3/hari 0.42 m3/hari 4.380 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

10 Pek. Cor Plat beton FL.4 - K 200 m3/hari 0.42 m3/hari 4.380 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

11 Pek. Cor Plat beton FL.5 - K 200 m3/hari 0.42 m3/hari 4.380 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

12 Pek. Cor Plat beton FL.6 - K 200 m3/hari 0.42 m3/hari 4.380 - Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

13

Pek. Cor Plat beton atap tangga

FL.7 - K 200 m3/hari 0.01 m3/hari 0.137

- Beton cor / Rady mix, t - 12 cm

- ware mesh M-8

- Floor Deck 0,75 mm

- Bekisting

III.2 Kontruksi baja : kg/hari 126.32 kg/hari 1,010.535

1 Kolom WF 450 x 200 x 9 x 14 mm 2 Balok WF 400 x 200 x 8 x 13 3 Balok WF 300 x150 x 6.5 x 9


(56)

45

4 Plate 450 x 650 x 15 mm

5 Ankur baut Ø 25 mm - Pj 600 mm 6 Plat Konsol 200 x 800 x 15 mm 7

Plat Balok (WF 400 x HB 300)

200 x 600 x 15 mm

8

Stiffner Kolom HB 300 = 300 x

300 x 10 mm

9

Stiffner Gado WF 400 = 200 x 400

x 10 mm

10

Stiffner (WF 300 x WF 400) 250 x

400 x 10 mm

11

Stiffner WF 300 = 250 x 300 x 10

mm

12 Baut pengikat

III.3 PEKERJAAN TANGGA :

III.3A Tangga utama m3/hari 0.15 m3/hari 1.233

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K - 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi tangga utama

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Besi beton

5.3 - Bekisting

5.4 - Angkur baut

III.3B Tangga Start A m3/hari 0.03 m3/hari 0.230

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3C Tangga Start B m3/hari 0.02 m3/hari 0.198

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7


(57)

46

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3D Tangga Start C m3/hari 0.03 m3/hari 0.255

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.3E Tangga Start D m3/hari 0.13 m3/hari 1.020

1 - WF 150 x 75 x 5 x 7

2 - Stiffener

3 - Baut

4 Cor beton bertulang plate tangga

4.1 - Cor K 250

4.2 - Besi beton

4.3 - Bekisting

5 Cor pondasi

5.1 - Cor K - 250

5.2 - Bekisting

5.3 - Besi beton

5.4 - Angkur baut

III.4 Cor Trefik sepeda motor m3/hari 0.06 m3/hari 0.573

1 - WF 200 x 100 x 5,5 x 8

2 - Cor lantai K - 250

3 - Besi beton

4 Cor pondasi


(1)

100 Gambar 4.2 Hubungan antara waktu, biaya normal dan biaya dipersingkat

7.620.000.000 7.650.000.000 7.680.000.000 7.710.000.000 7.740.000.000 7.770.000.000 7.800.000.000 7.830.000.000

160 170 180 190 200 210 220 230

To tal B iay a Pr o y e k ( x R p . M il y ar r u p iah )

Total Waktu ( hari)


(2)

101

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa percepatan proyek yang dilakukan pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Komputer (STMIK) Triguna Dharma di Jl. A.H. Nasution no 73 F Medan Johor, maka diperoleh hasil waktu penyelesaian normal proyek adalah 222 hari dengan total biaya normal Rp. 7,640,238,905.

1. Dengan menambah 1 jam penambahan jam kerja mka dapat mempercepat waktu penyelesaian 22 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 28,409,993.

2. Dengan penambahan 2 jam kerja dapat mempercepat waktu penyelesaian sebesar 37 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp. 84,304,525.

3. Dengan penambahan 3 jam kerja dapat mempercepat waktu penyelesaian sebesar 46 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp.143,392,376.

4. Dengan penambahan 4 jam kerja dapat mempercepat waktu penyelesaian sebesar 54 hari dengan biaya tambahan sebesar Rp.202,815,174.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan penambahan jam kerja kepada pekerja maka akan mempercepat waktu penyelesaian proyek dari waktu normal tetapi biaya yang dikeluarkan akan bertambah dari biaya normal proyek.

5.2 Saran

Penambahan jam kerja sebaiknya dilakukan pada pekerjaan – pekerjaan yang tergolong kritis ( pekerjaan yang harus segera diselesaikan agar tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan berikutnya ), apabila dilakukan pada semua pekerjaan termasuk yang tidak kritis, maka akan menambah biaya sementara waktu yang dipercepat tetap.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, Hira N. Project Management Techniques in Planning and Controlling Construction Projects. Wiley. Toronto.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1. Kanisius. Yogyakarta.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2. Kanisius. Yogyakarta.

Ervianto, W.I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi.Andi. Yogyakarta.

Ervianto, W.I. 2004. Teori – Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.Andi. Yogyakarta.

Husen, Abrar. Ir.,MT.,2008. Manajemen Proyek. Andi. Yogyakarta.

Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Adianto, L.D Yohannes, dkk. 2006. Analisis Biaya dan Waktu Oprimal Pada Proyek Ruko Paskal Hypersquare dengan Least Cost Scheduling. Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.

Frederika, Ariany. 2010. Analisis Percepatan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Kontruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-Badung). Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana. Denpasar.


(4)

Yana, Gde Agung. A.A. 2006. Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek Dengan Time Cost Trade Off Analysis ( Studi Kasus : Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali). Jurusan Sipil Universitas Udayana. Denpasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahuja, Hira N. Project Management Techniques in Planning and Controlling Construction Projects. Wiley. Toronto.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1. Kanisius. Yogyakarta.

Dipohusodo, Istimawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2. Kanisius. Yogyakarta.

Ervianto, W.I. 2002. Manajemen Proyek Konstruksi.Andi. Yogyakarta.

Ervianto, W.I. 2004. Teori – Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi.Andi. Yogyakarta.

Husen, Abrar. Ir.,MT.,2008. Manajemen Proyek. Andi. Yogyakarta.

Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Soeharto, Iman. 1998. Manajemen Proyek: Dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Adianto, L.D Yohannes, dkk. 2006. Analisis Biaya dan Waktu Oprimal Pada Proyek Ruko Paskal Hypersquare dengan Least Cost Scheduling. Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.

Frederika, Ariany. 2010. Analisis Percepatan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Kontruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-Badung). Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana. Denpasar.


(6)

Yana, Gde Agung. A.A. 2006. Pengaruh Jam Kerja Lembur Terhadap Biaya Percepatan Proyek Dengan Time Cost Trade Off Analysis ( Studi Kasus : Proyek Rehabilitasi Ruang Pertemuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali). Jurusan Sipil Universitas Udayana. Denpasar.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Vogell’s Aproximation Method (VAM) Dan Least Cost Method (LC) Untuk Optimasi Transportasi (Studi Kasus : PT. Harian Waspada)

12 140 102

ANALISIS PENAMBAHAN BIAYA AKIBAT KETERLAMBATAN (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA ANALISIS PENAMBAHAN BIAYA AKIBAT KETERLAMBATAN (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA KELURAHAN TIRTONIRMOLO).

0 3 13

PENDAHULUAN Evaluasi Pengendalian Waktu Dan Biaya Menggunakan Metode Pert(Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Iain Pontianak).

0 15 4

EVALUASI ANGGARAN BIAYA DAN PELAKSANAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR KECAMATAN DI SRAGEN Evaluasi Anggaran Biaya Dan Pelaksanaan Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kecamatan Di Sragen (Studi Kasus Pembangunan Gedung Kantor Kecamatan Di Sragen

0 10 19

TESIS EVALUASI ANGGARAN BIAYA DAN PELAKSANAAN PADA PROYEK Evaluasi Anggaran Biaya Dan Pelaksanaan Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor Kecamatan Di Sragen (Studi Kasus Pembangunan Gedung Kantor Kecamatan Di Sragen.

0 3 16

Optimalisasi Waktu Pelaksanaan Proyek Menggunakan Metode Least Cost Analysis (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Extention Mall Denpasar Junction).

9 26 40

Pengendalian Biaya dan Waktu dengan Metode Konsep Nilai Hasil ( Studi kasus Proyek Pembangunan Gedung STIKOM Bali).

0 0 3

SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER

0 0 61

Studi Optimasi Waktu dan Biaya dengan Metode Time Cost Trade Off pada Proyek Konstruksi Pembangunan Gedung Olah Raga (Gor)

1 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Manajemen Proyek Konstruksi - Analisis Anggaran Biaya dan Waktu Optimal dengan Least Cost Scheduling (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Managemen Informatika Komputer Triguna Dharma Medan)

0 1 22