Ziarah Kubur

C. Ziarah Kubur

Belakangan ini banyak pemberitaan mengenai kubur salah seorang da’i nasional yang diziarahi oleh masyarakat. Namun, ziarah yang dilakukan oleh sebagian masyara- kat tersebut menuai kontroversi dan kritik dikarenakan sudah melanggar batasan-batasan Islam mengenai ziarah.

Berikut ini kami ringkaskan pembahasan mengenai adab ziarah kubur di anta- ranya sebagai berikut:

1. Hukum Ziarah Kubur Untuk kaum laki-laki, ulama fiqih tidak ada pertentangan mengenai hukumnya, yakni sunnah. Bahkan Ibnu Hazm mengatakan, “Sesungguhnya ziarah kubur itu wajib, meski sekali seumur hidup, karena ada perintahnya”. Namun, untuk perempuan, ulama fiqih berselisih pendapat;

a. Sunnah bagi Perempuan, Seperti Halnya bagi Laki-laki Ini adalah pendapat paling shahih dalam madzhab Hanafi. Dalilnya adalah

keumuman nash tentang ziarah. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah Saw., “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)!

Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah) Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa, “Rasulullah Saw. mendatangi makam syuhada Uhud setiap awal tahun, seraya bersabda, Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian, sungguh sebaik-baik tepat tinggal terakhir.” Namun mereka juga mengatakan bahwa tidak diperbolehkan kaum perempuan berziarah jika untuk mengingat kesedihan, meratapi, atau melakukan apa yang biasa dilakukan oleh mereka, dan akan terkena hadis, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” Namun, jika tujuannya mengambil pelajaran, memohon rahmat Allah tanpa harus meratapi (niyahah), maka diperbolehkan.

b. Hal yang Makruh bagi Perempuan Sebab dimakruhkannya perempuan untuk ziarah kubur karena mereka sering meratapi, berteriak, disebabkan perasaannya lembut, banyak meronta, dan sulit menghadapi musibah. Namun, hal itu tidak sampai diharamkan.

66 Buku Siswa Kelas X

Dalam riwayat Muslim, Ummu Athiyah berkata, “Kami dilarang untuk b e r z i a r a h kubur, tetapi beliau tidak melarang kami dengan keras.” Imam At Tirmidzi meriwayatkan, Rasulullah Saw. berkata, “Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur.” (shahih). Akan tetapi, menurut madzhab Maliki, hal ini berlaku untuk gadis. Sedangkan untuk wanita tua yang tidak tertarik lagi dengan laki-laki, maka dihukumi seperti laki-laki.

2. Tata cara dan Adab Ziarah Kubur Tujuan utama ziarah kubur adalah mengingat mati dan mengingat akhirat sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw.: “Aku pernah melarang kalian untuk berziarah kubur, maka ziarahilah (sekarang)! Karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan kalian akan kematian.” (HR Muslim dari Abu Buraidah) Dari Anas bin Malik, “Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat.” (HR Al-Hakim). Oleh karena itu, tujuan itu harus senantiasa dimantapkan di dalam hati orang yang berziarah. Selain itu, adab dalam berziarah kubur di antaranya :

a. Dianjurkan Melepas Alas Kaki Madzhab Hanbali menganjurkan untuk melepas sandal ketika masuk ke halaman pemakaman karena ini sesuai dengan perintah dalam hadis Busyair bin Al Khashahshah: Ketika aku berjalan mengiringi Rasulullah Saw., ternyata ada seseorang berjalan di kuburan dengan mengenakan kedua sandalnya. Maka Nabi Saw. mengatakan “Hai pemakai dua sandal, tanggalkan kedua sandal kamu!” Orang itu pun menoleh. Ketika dia tahu bahwa itu ternyata Rasulullah Saw, ia melepaskannya serta melemparkan keduanya. (HR. Abu Dawud, hasan) Diperbolehkan tetap memakai sandal jika ada penghalang semacam duri, kerikil yang panas, atau semacam keduanya. Ketika itu, tidak mengapa berjalan dengan kedua sandal di antara kuburan untuk menghindari gangguan itu.

b. Mengucapkan Salam Disunnahkan bagi orang yang berziarah mengucapkan salam kepada penghuni kubur. Adapun ucapan salam hendaklah menghadap wajah mayit, lalu mengucapkan salam sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada para sahabatnya ketika mereka berziarah kubur:

Akhlak Kurikulum 2013 67

Artinya :“Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang ter- dahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan me- nyusul kalian, kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian” (HR. Muslim)

c. Membaca Surat Pendek Dianjurkan membacakan Al-Qur'an atau surat pendek. Ini merupakan sunnah yang dilakukan di kubur. Pahalanya untuk orang yang hadir, sedang mayit seperti halnya orang yang hadir yang diharapkan mendapatkan rahmat. Pahalanya juga dapat dimohonkan kepada Allah agar disampaikan kepada mayat yang dikubut. Banyak ulama menganjurkan demikian. Disunnahkan membaca surat Yasin seperti yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Ma’qal bin Yassar, Rasulullah Saw. bersabda, “Bacakanlah surah Yasin pada orang yang meninggal di antara kalian.”

d. Mendoakan si Mayit Selanjutnya mendoakan untuk mayit selesai membaca Al-Qur'an dengan harapan dapat dikabulkan. Sebab doa sangat bermanfaat untuk mayit. Ketika berdoa, hendaknya menghadap kiblat. Saat berziarah kubur di Baqi’, Rasulullah Saw berdoa dengan lafal, “ Allahummaghfir li Ahli Baqi’il gharqad.”

e. Berziarah dalam Posisi Berdiri Disunnahkan ketika berziarah dalam keadaan berdiri dan berdoa dengan berdiri, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw. ketika keluar menuju Baqi’. Selain itu, jangan duduk dan berjalan di atas pusara kuburan. Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Saw. bersabda, “Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar bajunya dan menembus kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur.” Sedangkan jika berjalan di samping atau di antara pusara-pusara kubur, maka itu tidak mengapa.

f. Menyiramkan Air di atas Pusara Diperbolehkan menyiramkan air di atas pusaran mayit berdasarkan hadis berikut: “Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. menyiram (air) di atas kubur Ibrahim, anaknya, dan meletakkan kerikil di atasnya.”

68 Buku Siswa Kelas X