Apabila sudah memenuhi syarat dari segi umur. Pertimbangan dari segi status calon mempelai laki – laki.

a. Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria : a. Dengan wanita bekas istrinya yang ditalak tiga kali. b. Dengan seorang wanita bekas istrinya yang dili’an. b. Larangan tersebut pada ayat 1 huruf a gugur, kalau bekas isteri tadi telah kawin dengan pria lain. Kemudian perkawinan tersebut putus ba’da ad-duhul dan telah habis masa iddahnya.

b. Apabila sudah memenuhi syarat dari segi umur.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang pria harus telah berumur 19 tahun dan wanita 16 tahun. Selain itu bila calon mempelai belum mencapai 21 tahun maka harus mendapat izin kedua orang tua. Batas umur yang diatur dalam peraturan perundang– undangan ini dengan maksud bahwa calon suami istri tersebut telah masak jiwa raganya untuk dapat melaksanakan perkawinan, agar supaya dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian dan mendapat keturunan yang baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah adanya perkawinan antar suami istri yang masih di bawah umur. Selain itu suatu perkawinan juga harus didasari dengan adanya persetujuan antara kedua mempelai.

c. Pertimbangan dari segi status calon mempelai laki – laki.

a. Untuk mengabulkan suatu permohonan penetapan wali adlol dan memberikan izin kawin bagi kedua calon mempelai dengan menggunakan wali hakim sebagai wali nikah maka hakim Pengadilan Agama akan meneliti terlebih dahulu status dari calon mempelai laki– laki, apakah sudah mempunyai istri atau dalam status bujangan. Dan apabila ternyata calon mempelai pria sedang terikat perkawinan dengan wanita lain dan ia bermaksud berpoligami maka harus ada izin terlebih dahulu untuk berpoligami dari Pengadilan Agama. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 4 UU No. 11974 dan pasal 56 kompilasi hukum Islam yang intinya adalah bahwa suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan Agama. Tanpa adanya izin dari pengadilan Agama, maka perkawinan dengan istri kedua, ketiga atau keempat tidak mempunyai kekuatan hukum. Setelah ada izin poligami dari pengadilan Agama maka barulah akan dilakukan pemeriksaan terhadap permasalahan wali adlol. b. Untuk mengabulkan seluruh permohonan penetapan wali adlol maka hakim juga akan mempertimbangkan apakah calon mempelai pria telah mempunyai pekerjaan atau belum. Namun apabila ternyata calon mempelai pria belum mempunyai pekerjaan, hakim bisa mengabulkan permohonan tersebut karena pada dasarnya pekerjaan itu bisa didapat setelah perkawinan dilangsungkan. Dengan adanya penetapan bahwa wali telah adlol maka kedua mempelai bisa melangsungkan perkawinan dengan bantuan wali hakim, Akan tetapi apabila antara kedua calon mempelai terdapat larangan untuk dilakukan perkawinan dan tidak memenuhi syarat-syarat atau pertimbagangan untuk dikabulkan suatu permohonan penetapan wali adlal seperti yang telah diuraikan diatas maka hakim akan menolak pemohonan penetapan wali adlal yang diajukan kepadanya.

B. Hal-hal yang sering menjadi alasan penolakan untuk menjadi wali nikah