22
Gambar 2.5 proses terapi music Sumber: terapimusik.com
Dalam penerapannya, terapi musik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
Terapi  musik  aktif adalah  penggunaan  musik  sebagai  terapi  yang
melibatkan lebih dari sekedar mendengarkan. Metode ini tidak mudah untuk dilakukan sendiri. Contoh terapi musik aktif seperti belajar bernyanyi, belajar
menggunakan alat musik, belajar menirukan nada-nada atau bahkan belajar mencoba  membuat  lagu.  Anda  membutuhkan  seorang  ahli  untuk
membimbing Anda melakukannya.
Terapi  musik  pasif adalah  terapi  musik  paling  mudah  dan  efektif.  Hampir
semua orang  pernah menerapkannya.  Yang perlu  dilakukan hanya memilih musik  yang  sesuai  dengan  keadaan  Anda  saat  itu,  dengarkan  dan  hayati
alunan musik tersebut.
7. Auditory Learning
Program  auditory  learning  adalah  program  yang  bertujuan  membantu  anak untuk  menggunakan  residual  hearingnya  dengan  baik.    Setiap  anak  yang
mengalami  gangguan  pendengaran  harus  mengikuti  program  ini  untuk meningkatkan  kemampuan  mereka  dalam  mendengar.  Seringkali  anak  yang
mengalami  gangguan  pendengaran  menggunakan  sedikit  saja  kemampuan mendengar mereka dalam aktivitas sehari-hari, padahal mereka terkadang memiliki
potensi mendengar yang lebih besar. Oleh karena itu, program ini dapat membantu mereka  untuk  meningkatkan  kemampuan  mendengar  dan  memanfaatkan  residual
hearing yang mereka miliki.
Universitas Sumatera Utara
23 Program auditory training tradisional adalah program yang dapat digunakan
kepada  anak-anak  usia  dini.  Program  ini  mengajarkan  kepada  anak  untuk menyadari  adanya  suara-suara  di  sekitar  mereka.  Anak  akan  diminta  untuk
memperhatikan  suatu  suara-suara  tertentu,seperti  bunyi  bel,  atau  suara  aliran  air. Kemudian,  mereka  akan  diminta  untuk  menentukan  lokasi  dari  suara  tersebut.
Mereka juga akan diajarkan cara untuk membedakan suara, misalnya membedakan suara  laki-laki  dan  perempuan,  lagu  cepat  dan  lagu  lambat,  dan  sebagainya.
Program  ini  dapat  dikenakan  kepada  anak  ketika  mereka  sudah  mulai  mengenal suara, kata-kata, atau kalimat.
Belakangan  ini,  pelatihan  untuk  anak  yang  mengalami  gangguan pendengaran  berfokus  pada  auditory  learning,  yaitu  suatu  program  yang
mengajarkan  kepada  anak  agar  dapat  melakukan  learn  to  listen,  dan  learn  by listening. Pada program ini, anak tidak hanya
diajarkan cara untuk mendeteksi, membedakan, dan mengenal suara. Mereka juga akan diajarkan cara memahami dan memaknai suara-suara di sekeliling mereka.
8. Oral Approach
Program pendidikan yang menekankan pada kemampuan oral memandang bahwa  jika  seorang  anak  ingin  berfungsi  secara  normal,  maka  penting  baginya
untuk  dapat  mengatakan  sesuatu.  Program  ini  mengajarkan  anak  untuk  dapat memahami  dan  menghasilkan  kata-kata.  Anak  yang  mengikuti  program  ini  harus
mengkombinasikan  kemampuan  auditori,  visual,  dan  taktilnya.  Program  ini  juga memperhatikan  kemampuan  anak  dalam  memperhatikan  suara,  membaca  gerak
bibir, dan menggunakan alat bantu dengar. Anak yang mengikuti program ini akan diajarkan  untuk  dapat  mengekspresikan  diri.  Mereka  diajarkan  untuk  dapat
membuat orang lain memahami mereka melalui kata-kata yang mereka ucapkan. a.
Cued Speech Cued speech adalah metode untuk membantu komunikasi oral anak. Metode
ini  bertujuan  untuk  membantu  anak  memahami  perkataan  dengan  cara menambahkan isyarat-isyarat tertentu, misalnya seperti menunjukkan gerak tangan
di  dekat  dagu  untuk  membantu  anak  membedakan  kata-kata  yang  hampir  sama cara  pengucapannya  dengan  kata-kata  lain.  Gerakan  tangan  dapat  berupa  simbol
ataupun alfabet.
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.6 Bahasa isyarat Sumber: dissable_child.com
9.Visual Functioning
Anak  dengan  gangguna  low  vision  dapat  diajarkan  untuk  meningkatkan kemampuan  penglihatan  yang  mereka  miliki.  Kemampuan  melihat  dapat
ditingkatkan  dengan  mengajarkan  anak  cara  untuk  mengontrol  pergerakan  bola mata,  beradaptasi  dengan  lingkungan,  memperhatikan  stimulus  visual,  dan
memproses stimulus visual dengan cepat. Anak dengan gangguan low vision harus diajarkan untuk aktif menggunakan penglihatan mereka.
Downing dan Bailey dalam Heward, 1996 menyatakan bahwa anak dengan low  vision  sebaiknya  diajarkan  untuk  menentukan  lokasi,  melacak  arah,
mengarahkan  pandangan,  dan  bergerak  kearah  objek  tertentu.  Sebagai  contoh, seorang  anak  dengan  low  vision  dapat  diajarkan  untuk  mengkategorikan  objek,  ia
misalnya  dapat  mempelajari  hal  ini  ketika  ia  membuat  minuman  dengan  rasa tertentu.
Universitas Sumatera Utara
25
10. Orientation and Mobility