Pusat Terapi Dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus (Arsitektur Perilaku)

(1)

Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus

(ARSITEKTUR PERILAKU)

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh

REZA CHAIRANDA SIREGAR

090406027

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus

(ARSITEKTUR PERILAKU)

Oleh :

REZA CHAIRANDA SIREGAR

09 0406 027

Medan, Juli 2013

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT.

NIP. 19660622 199702 1 001

Imam Faisal Pane,ST.,MT

NIP : 19740910 200212 1 001

Ir. Basaria Thalarosa, M.T

NIP : 19650109 199501 2 001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama

: Reza Chairanda Siregar

NIM

: 09 0406 027

Judul Proyek Tugas Akhir

: Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus

Tema

: Arsitektur Perilaku

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No.

Status

Waktu

Pengumpulan

Laporan

Paraf

Pembimbing

I

Paraf

Pembimbing

II

Koordinator

TGA-490

1.

Lulus Langsung

2.

Lulus

Melengkapi

3.

Perbaikan

Tanpa Sidang

4.

Perbaikan

Dengan Sidang

5.

Tidak Lulus

Medan, Juli 2013

A

B+

B

C+

C

D

E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N.Vinky Rahman, MT.

Koordinator TGA-490,


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Bapak Imam Faisal Pane, ST , MT sebagai Dosen Pembimbing I atas

bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur USU.

 Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT Sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur USU.

 Bapak Hajar Suwantoro, ST MT selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Ibu Ir. Basaria Talarosha, M.T Sebagai Ketua Koordinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2012/2013.

 Seluruh Staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.

 Orang tua saya tercinta Bapak H. Hanafi Siregar, S.H dan Ibu Dra. Hj.Lisa Marlina, M.Si. Kakak dan abang saya, Suri Mutia Siregar, S.Psi , Heriyanto, M.Psi, psikolog, keponakan saya Audy Ashalina serta semua keluarga besar yang tak tersebutkan satu per satu. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.


(5)

 Sahabat-sahabat saya, pengingat dan pendamping di kala suka dan duka, Danu, Biman, Adib.

 Teman-teman luar biasa yang berada di studio hingga malam Cyntia, Fahima,

Indah, Aci, Ibet, Bonita, Sesil, Mukhtar, Amed, Didit, Haris, Rido.

 Teman-teman yang membantu dalam proses pembuatan maket Andre, Willy,

Yudis, Mudi.

 Teman-teman seperjuangan satu kelompok Rima, Angela, Hasan, Sartika, Elvia, Florine, Ade, Agatha, Bang Yudha. Terimakasih atas semangat, kebersamaan dan suka duka yang kita lewati bersama dari awal hingga akhir.

 Teman-teman arsitektur 09 yang saya cintai, terimakasih atas dukungan dan

semangat, kebersamaan dan suka duka selama kuliah di Arsitektur USU.

 Abang dan kakak senior dan alumni yang telah memberikan semangat dan masukan serta adik-adik stambuk 2010, dan 2012.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU

.

Hormat Penulis


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A) ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Lingkup Permasalahan... 4

1.4. Metode Pendekatan ... 4

1.5. Lingkup dan Batasan Proyek... 5

1.6. Kerangka Berpikir ... 6

1.7. Sistematika Laporan ... 7

Bab II

.

Deskripsi Proyek

2.1. Terminologi Judul ... 8

2.2. Studi Kelayakan ... 8

2.3. Tinjauan Umum ... 9

2.3.1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 9

2.3.2. Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

2.3.3. Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus ... 12

2.3.4. Tipe-tipe Anak Berkebutuhan Khusus dan Terapinya ... 13

2.3.5. Tipe Terapi ... 16

2.4. Tinjauan Proyek ... 27

2.4.1. Deskripsi Proyek ... 27

2.4.2. Pendekatan Pemilihan Lokasi Tapak ... 27

2.4.3. Tinjauan Lokasi... 35

2.5. Deskripsi Pengguna,Kegiatan dan Kebutuhan Ruang... 37


(7)

2.6.1. One Kids Place, Ontario, Kanada ... 44

2.6.2. Children’s Center for Psychiatric Rehab, Japan ... 48

2.6.3. AD Classics: St. Coletta School, Washington DC ... 51

2.7. Studi Banding Terapi Taman Anak Berkebutuhan Khusus ... 54

2.7.1. Rusk Play Garden, New York ... 54

Bab III

.

Elaborasi Tema

3.1. Pengertian Tema ... 57

3.1.1. Kajian Arsitektur Perilaku ... 62

3.1.2. Psikologi Sosial Manusia ... 62

3.2. Interpretasi Tema... 63

3.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul ... 64

3.4. Studi Banding Tema Sejenis ... 65

3.4.1. New Struan Centre for Autism ... 65

3.4.2. Union County Juvenile Detention Centre ... 68

3.4.3. McAuliffe Elementary School ... 69

Bab IV

.

Analisa

4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 72

4.1.1. Analisa Lokasi Tapak dalam Skala Kota dan Region ... 72

4.1.2. Analisa Tata Guna Lahan ... 75

4.1.2.a Kondisi Eksisting Sekitar ... 75

4.1.2.b Batas-batas Sekitar Site... 78

4.1.2.c Analisa Skyline ... 79

4.1.3. Analisa Sirkulasi ... 81

4.1.3.a Sirkulasi Kendaraan Bermotor ... 81

4.1.3.b Sirkulasi Pejalan Kaki ... 82

4.1.4. Analisa Pencapaian ... 83

4.1.5. Analisa Matahari, Angin dan Vegetasi ... 85

4.1.6. Analisa Kebisingan ... 87

4.1.7. Analisa View ... 88

4.1.7.a Analisa View Keluar ... 88


(8)

4.1.8. Analisa RS Adam Malik ... 90

4.4. Analisa Fungsional ... 92

4.4.1. Deskripsi Pengguna ... 92

4.4.2. Analisa Kegiatan ... 98

4.4.3. Program Ruang ... 107

Bab V. Konsep Perancangan 5.1. Konsep Dasar ... 112

5.2. Konsep Rencana Tapak ... 114

5.3. Konsep Sirkulasi ... 115

5.4. Konsep Ruang Dalam ... 116

5.5. Konsep Massa ... 117

5..6 Konsep Sirkulasi ... 118

5..7 Konsep Massa ... 119

5..8 Konsep Ruang Luar ... 120

5..8 Konsep Taman Terapi ... 121

5..9 Konsep Tuna Daksa ... 122

5..10 Konsep Tuna Netra ... 123

5..11 Konsep Tuna Rungu ... 124

5..12 Konsep Tuna Grahita ... 125

5..13 Konsep Tuna Laras ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... xiii Lampiran


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terapi Okupasi ... 17

Gambar 2.2 Proses Terapi Wicara ... 18

Gambar 2.3 Proses Terapi Perilaku ... 19

Gambar 2.4 Proses Terapi Fisioterapi ... 21

Gambar 2.5 Proses Terapi Musik... 22

Gambar 2.6 Bahasa Isyarat ... 24

Gambar 2.7 Lokasi Site ... 36

Gambar 2.8 Bangunan One Kids Place ... 44

Gambar 2.9 Interior One Kids Place ... 44

Gambar 2.10 Interior One Kids Place ... 45

Gambar 2.11 Interior One Kids Place ... 46

Gambar 2.12 Denah dan Tampak One Kids Place ... 47

Gambar 2.13 Bangunan Children’s Center ... 48

Gambar 2.14 Konsep Bangunan ... 48

Gambar 2.15 Interior Bangunan ... 49

Gambar 2.16 Denah Bangunan ... 49

Gambar 2.17 Denah Bangunan ... 50

Gambar 2.18 Bangunan AD Classics ... 51

Gambar 2.19 Tampak Bangunan ... 51

Gambar 2.20 Tampak Bangunan ... 52

Gambar 2.21 Denah Bangunan ... 52

Gambar 2.22 Denah Bangunan Lt.2 ... 53

Gambar 2.23 Denah Bangunan Lt. 3 ... 53

Gambar 2.24 Taman Rusk Play ... 54

Gambar 2.25 Aktivitas Taman Rusk Play ... 55

Gambar 2.26 Denah Taman Rusk Play ... 55

Gambar 3.1 Bangunan New Struan Centre for Autism ... 65

Gambar 3.2 Bagian Belakang New Struan Centre for Autism ... 66

Gambar 3.3 Interior Bangunan ... 66

Gambar 3.4 Interior Bangunan ... 67

Gambar 3.5 Bangunan Union County Juvenile ... 68


(10)

Gambar 3.7 Tampak Depan Bangunan ... 70

Gambar 3.8 Interior Bangunan ... 70

Gambar 3.9 Interior Bangunan ... 71

Gambar 4.1 Lokasi Site ... 72

Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Lokasi Site ... 74

Gambar 4.3 Ilustrasi Kondisi Eksisting Site ... 74

Gambar 4.4 Kondisi Sekitar Site ... 75

Gambar 4.5 Foto Sekitar Site ... 76

Gambar 4.6 Ilustrasi Kondisi Sekitar Site ... 77

Gambar 4.7 Batas-batas Sekitar Site ... 78

Gambar 4.8 Foto Batas-batas Sekitar Site ... 78

Gambar 4.9 Ilustrasi Potongan Site ... 79

Gambar 4.10 Ilustrasi Potongan Site ... 80

Gambar 4.11 Kondisi Sirkulasi Kendaraan ... 81

Gambar 4.12 Kondisi Sirkulasi Pejalan Kaki ... 82

Gambar 4.13 Analisa Pencapaian... 83

Gambar 4.14 Analisa Site ... 85

Gambar 4.15 Analisa Kebisingan ... 87

Gambar 4.16 Analisa View Keluar ... 88

Gambar 4.17 Analisa View Kedalam ... 89

Gambar 4.18 Analisa RS Adam Malik ... 90

Gambar 4.19 Pola Sirkulasi RS Adam Malik ... 91

Gambar 4.20 Batas Bangunan RS Adam Malik dengan Site... 91

Gambar 5.1 Konsep Rencana Tapak ... 114

Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi ... 115

Gambar 5.3 Ram untuk ABK... 116

Gambar 5.4 Sirkulasi Untuk Tuna Netra... 116

Gambar 5.5 Contoh Ruang Untuk Tuna Rungu ... 117

Gambar 5.6 Contoh Ruang Untuk Tuna Grahita ... 117

Gambar 5.6 Contoh Ruang Untuk Tuna Grahita ... 117

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi ... 118

Gambar 5.8 Konsep Massa ... 119

Gambar 5.9 Konsep Ruang Luar ... 120


(11)

Gambar 5.11 Konsep Tuna Daksa ... 122

Gambar 5.12 Konsep Tuna Netra ... 123

Gambar 5.13 Konsep Tuna Rungu ... 124

Gambar 5.14 Konsep Tuna Grahita ... 125


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah ABK 2006 ... 2

Tabel 1.2 Jumlah ABK di Sumatera Utara Tahun 2011 ... 2

Tabel 1.3 ABK yang Mengecap Pendidikan Tahun 2009 ... 3

Tabel 2.1 Penyakit Sensorimotor dan Tingkah Laku ... 11

Tabel 2.2 Tipe-Tipe Kelainan Tuna Rungu ... 13

Tabel 2.3 Tipe-Tipe Kelaina Tuna Netra ... 13

Tabel 2.4 Tipe-Tipe Kelainan Tuna Daksa ... 14

Tabel 2.5 Tipe-Tipe Kelainan Tuna Grahita ... 15

Tabel 2.6 Tipe-Tipe Kelainan Tuna Laras ... 16

Tabel 2.7 Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Medan Tahun 2030 ... 32

Tabel 2.8 Kriteria Site ... 34

Tabel 2.9 Kebutuhan Ruang ... 43

Tabel 4.1 Analisa Pencapaian Terhadap Inti-Inti Kota... 84

Tabel 4.2 Analisa Kebisingan... 87

Tabel 4.3 Analisa Fasilitas ... 93

Tabel 4.4 Analisa Jumlah Pengelola ... 94

Tabel 4.5 Analisa Jumlah ABK ... 95

Tabel 4.6 Analisa Jumlah ABK 2011 ... 96

Tabel 4.7 Analisa Jumlah ABK 2032 ... 96

Tabel 4.8 Kebutuhan Ruang ... 106

Tabel 4.9 Fasilitas Terapi Untuk ABK ... 106

Tabel 4.10 Jumlah ABK Yang Dapat Masuk Ke Ruangan Terapi ... 107


(13)

Abstrak

Saat ini di Indonesia khususnya di kota Medan, fasilitas-fasilitas untuk saudara-saudara kita yang memiliki berkebutuhan khusus sangat minim. Padahal mereka sebagai warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh negara.

Pusat Terapi dan Rekereasi Anak Berkebutuhan Khusus ini mencoba untuk menjadi sebuah fasilitas yang bermanfaat bagi anak-anak berkebutuhan khusus di kota Medan karena saat ini belum ada fasilitas yang benar-benar khusus untuk mereka. Jadi sebagai warga negara Indonesia sudah sewajarnya mereka mendapatkan sebuah fasilitas kesehatan dan rekreasi yang sama seperti orang normal.

Kata Kunci : Anak Berkebutuhan Khusus, Arsitektur Perilaku, Pusat Terapi.

Abstract

Nowdays in Indonesia especially in Medan, the facilities for the disable people are only a few. The truth is they as the citizen of Indonesia owns the same rights to get the facilities that was prepared by country.

The Center of Therapy and Recreation for Children with Special Need try to become a facility that useful for disability child in Medan because nowdays there is no such facility of Indonesia, there is common for them to get the facility of health and recreation that are the same to normal people

Key Words: Children with Special Needs, Behaviour Architecture, The Center of Therapy.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Undang-undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh: (1) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksebilitas dalam rangka kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial: (6) hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Dari undang-undang No. 4 tahun 1997 ini cukup menjelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK mempunyai hak agar mendapatkan fasilitas yang baik untuk kesehatan mereka. Saat ini kesehatan dan tata ruang kota untuk ABK tidak terlalu di lirik oleh pemerintah. Ini dapat dilihat dari fasilitas-fasilitas kesehatan dan umum yang terdapat di Indonesia, khususnya di kota Medan.

Saat ini Indonesia adalah negara yang memiliki masyarakat yang banyak.Diperkirakan jumlah dari masyrakat Indonesia di tahun 2012 adalah 257.516.167 jiwa atau negara dengan tingkat kepadatan ke-4 terbanyak di dunia.

Dengan penduduk sebanyak itu, tentu saja Indonesia memiliki masalah yang banyak dan cukup beragam. Salah satu dari masalah itu adalah persoalaan Anak Berkubutuhan Khusus atau dapat disingkat ABK. Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik tahun 2003 jumlah penyandang cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Dari jumlah tersebut 24,45% atau 361.860 diantaranya adalah anak-anak usia 0-18 tahun dan 21,42% atau 317.016 anak merupakan anak cacat usia sekolah (5-18 tahun). Sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat) ini terdaftar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat (85,6%) ada di


(15)

masyarakat dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga dan pada umumnya belum memperoleh akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Pada tahun 2009 jumlah anak penyandang cacat yang ada di Sekolah meningkat menjadi 85.645 dengan rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak.Kemudian hasil sensus penduduk 2010, dari 237 juta penduduk Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 tahun) ada 355.859 anak.

Jika di data menurut tipe-tipe ABK pada 2006 maka di dapat: Data Pusdatin Kemensos

Jenis Cacat Presentase (%)

Jumlah (orang)

(1) (2) (3)

Tuna netra 17 50.279,71 Tuna daksa 35,8 105.883,15 Tuna grahita 12,15 35.935,20 Tuna laras 13,78 40.756,14 Tuna rungu 14,27 42.205,38

Lain-lain 7 20.703,41

Jumlah 100 295.763

Tabel 1.1 Jumlah ABK 2006

Sumber : Data Pusdatin Kementerian Sosial tahun 2006

Di sumatera utara sendiri di tahun 2011 terdapat anak ABK: Data Populasi Orang Cacat di Sumatera Utara tahun 2011

Jenis Cacat Jumlah (orang)

(1) (2)

Tuna netra 7002

Tuna daksa 24.306

Tuna grahita 10.785

Tuna laras 2268

Tuna ganda 3552

Tuna rungu 10.645

Tabel 1.2 Jumlah ABK di Sumatera Utara Tahun 2011 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul 2011, BPS


(16)

Saat ini ABK yang tidak mengecap pendidikan cukup banyak, menurut data BPS di 2009:

tahun 2009

Jenis Kelamin Tidak/belum pernah sekolah Masih Sekolah Tidak Sekolah Lagi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Laki-laki 42,69 37,94 19,37 100,00

Perempuan 45,37 33,25 21,38 100,00

Laki-laki + perempuan 43,87 35,87 20,26 100,00

Tabel 1.3 ABK yang mengecap pendidikan tahun 2009 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul 2009, BPS

Tabel menunjukkan hampir separuh (43,87 persen) anak cacat usia sekolah (7-17 tahun) belum pernah mengecap pendidikan, sepertiganya (35,87 persen) sedang sekolah dan sekitar 20,26 persen berstatus tidak sekolah lagi. Kondisi ini menggambarkan perlunya perhatian khusus terutama penyandang cacat yang seharusnya bersekolah seyogyanya dapat bersekolah selayaknya anak seusianya. Saat ini fasilitas-fasilitas untuk para ABK di Medan masih tergolong minim, bahkan dalam tata ruang kota sendiri sangat tidak bersahabat untuk para ABK, saat ini sebuah tempat khusus untuk para ABK bisa menikmati sedikit rekreasi di kota Medan tidak ada.

Untuk itu proyek Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan khusus

ini memberikan pelayanan yang baik bagi kesehatan untuk para ABK, juga memberikan sebuah fasilitas rekreasi taman terapi yang dapat dinikmati oleh para ABK.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah :

 Sebagai tempat fasilitas terapi dengan layanan yang baik bagi para ABK

 Memberikan sebuah fasilitas yang terbaik untuk para ABK agar

meningkatkan kualitas cara hidup ABK dengan keterbatasan yang ada

 Untuk meningkatkan rasa sosialisasi kepada para ABK agar tidak


(17)

 Sebagai media untuk rekreasi para ABK yang jika dilihat di kota Medan masih sedikit yang menerapkan rekreasi untuk para ABK, sehingga media-media ini dapat di jadikan hiburan yang baik bagi ABK.

1.3 Lingkup Permasalahan

Adapun rumusan masalah dalam perencanaan PUSAT TERAPI DAN REKREASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ini adalah :

 Bagaimana merancang sebuah pusat terapi yang dapat memberikan

bangunan aman, nyaman, dan mendukung sebuah ruang untuk ABK agar mendapatkan suasana ruang yang baik.

 Bagaimana membuat desain yang dapat meningkatkan kesembuhan bagi

para ABK.

 Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesibilitas yang mudah (easy

accessibility) bagi ABK.

 Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan

karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.

 Bagaimana pengolahan ruang luar dan dalam yang membuat seluruh anak

ABK l dapat dengan aman berinteraksi atau bermain-main.

 Bagaimana membuat desain yang benar-benar dapat dilewati oleh anak ABK seperti

1.4 Metode Pendekatan

Adapun pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :

 Studi Pustaka yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk memperoleh informasi dan bahan literatur yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

 Studi Literatur terhadap kasus dan tema yang sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan.

 Studi Lapangan mengenai kondisi sekitar lokasi studi dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus.


(18)

1.5 Lingkup dan Batasan Proyek

Adapun batasan dan lingkup kajian perencanaan proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah PUSAT TERAPI dan REKREASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.

Lingkup perencanaannya adalah :

 Menelusuri proses-proses terapi untuk para ABK.

 Mengembangkan sebuah desain yang aman ABK.

 Menciptakan sebuah dinamika ruang yang baik bagi ABK.

Sedangkan yang menjadi batasan dalam merencanakan proyek ini adalah:

 Membahas masalah-masalah yang dihadapi dalam menciptakan sarana

yang nyaman untuk anak ABK

 Mencari solusi dari masalah-masalah tersebut dan menjadikannya sebuah kriteria dalam merancang ruang terapi,taman, tempat bermain, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

 Membahas peranan fasilitas tersebut sebagai tempat terapi dan bermain yang sangat baik bagi anak ABK.


(19)

1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

1.

Masih sedikit terapi dengan fasilitas bagus yang ada di kota Medan untuk para ABK

2.

Belum ada sebuah fasilitas rekreasi khusus untuk ABK di kota Medan

3.

Sedikitnya bangunan-bangunan yang memilki fasilitas untuk ABK.

Judul : Pusat Terapi Rekreasi ABK Tema Perancangan : Arsitektur Perilaku

Perumusan Masalah

1. Bagaimana merancang sebuah pusat terapi yang dapat memberikan bangunan aman, nyaman, dan mendukung sebuah ruang untuk ABK agar mendapatkan suasana ruang yang baik.

2.

Bagaimana membuat desain yang dapat meningkatkan kesembuhan bagi para ABK.

3. Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesibilitas yang mudah (easy accessibility) bagi ABK.

4. Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.

5. Bagaimana pengolahan ruang luar dan dalam yang membuat seluruh anak ABK l dapat dengan aman berinteraksi atau bermain-main.

Analisa

 Analisa Kondisi Tapak

 Analisa Fungsional

Pra Perancangan

 Penzoningan

 Pendekatan Teori Arsitektur

Maksud dan Tujuan

1. Sebagai media untuk rekreasi para ABK yangjika dilihat di kota Medan masih sedikit yang menerapkan rekreasi untuk para ABK, sehingga media-media ini dapat di jadikan hiburan yang baik bagi ABK.

2. Memberikan sebuah fasilitas yang terbaik untuk para ABK agar meningkatkan kualitas cara hidup ABK dengan keterbatasan yang ada

3. Untuk meningkatkan rasa sosialisasi kepada para ABK agar tidak terpinggirkan dari sosialisai masyarakat..

Pengumpulan Data Survey Lokasi :

 Pemilihan lahan yang sesuai

 Kondisi lahan yang ada

Survey Literatur :

 Data RUTRK

 Data Arsitek

Design Perancangan

Konsep Perancangan

 Konsep Dasar

 Konsep Perancangan Tapak

 Konsep Perancangan Bangunan

 Konsep Struktur Bangunan


(20)

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini meliputi:

Bab I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.

Bab II. Deskripsi Proyek

Berisi terminologi judul, lokasi proyek, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

Bab III. Elaborasi Tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab IV. Analisa

Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.

Bab V. Konsep Perancangan

Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Bab VI. Perancangan Arsitektur

Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket.


(21)

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Pusat Rekreasi dan Terapi Anak Berke- butuhan Khusus. Berikut merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek,

yaitu:

Rekreasi , penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yg menggembirakan

hati dan menyegarkan seperti hiburan

Terapi, usaha untuk memulihkan kesehatan orang yg sedang sakit; pengobatan

penyakit;

Anak Berkebutuhan Khusus, istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak

dengan permasalahan belajar / perilaku, anak dengan kecacatan fisik atau gangguan panca indera, dan anak dengan kondisi gangguan intelektual dan perilaku

Berdasarkan pengertian di atas, maka Pusat Rekreasi dan Terapi Anak Berkebutuhan adalah Suatu tempat hiburan dan penyembuhan bagi anak-anak berkebutuhan khusus.

2.2 Studi Kelayakan

Saat ini di Indonesia khususnya di Sumatera Utara masih sedikit yang memberikan layanan yang baik dan khusus bagi ABK. Masih sedikit sekali tempat-tempat yang bersahabat bagi para ABK. Jika di lihat di negara yang maju seperti jepang para ABK sangat di perhatikan fasilitas-fasiltas dan bahkan tata ruang kota yang sangat bersahabat bagi mereka. Disana hak mereka telah seimbang dengan orang-orang biasa. Di sini kota Medan dapat memulai dengan membuat sebuah fasilitas yang benar-benar dapat memenuhi fasilitas terapi dan rekreasi untuk ABK.

Jadi pusat rekreasi dan terapi anak berkebutuhan khusus ini ingin memberikan fasilitas bagi mereka yang ingin mengikuti terapi dan juga bagi mereka yang ingin terapi sambil rekreasi di taman terapi khusus untuk ABK. Saat ini di Medan belum ada bangunan yang memiliki fungsi sepenuhnya untuk ABK selain Sekolah Luar Biasa (SLB)


(22)

2.3 Tinjauan Umum

2.3.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Heward (1996) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak dengan permasalahan belajar / perilaku, anak dengan kecacatan fisik atau gangguan panca indera, dan anak dengan kondisi intelektual gifted atau memiliki bakat istimewa. Istilah anak

berkebutuhan khusus bukan berarti menggantikan istilah Anak Penyandang Cacat atau Anak Luar Biasa tetapi menggunakan sudut pandang yang lebih luas dan positif terhadap anak didik atau anak yang memiliki kebutuhan yang beragam. James, Lynch (dalam Santoso, 2012) mengemukakan bahwa anak-anak yang termasuk kategori berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa (anak berkekurangan dan atau anak berkemampuan luar biasa), anak yang tidak pernah sekolah, anak yang tidak teratur sekolah, anak yang drop out, anak yang

sakit-sakitan, anak pekerja usia muda, anak yatim piatu dan anak jalanan. Kebutuhan khusus mungkin disebabkan kelainan secara bawaan atau dimiliki kemudian yang disebabkan masalah ekonomi, kondisi sosial ekonomi, kondisi politik dan bencana alam.

Santoso (2012) mengemukakan bahwa konsep anak berkebutuhan khusus memiliki makna dan spectrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa. Anak berkebutuhan khusus mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat) dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat trauma kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar atau tidak bisa membaca, karena kekeliruan guru mengajar, dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer, apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat bisa menjadi permanen. Istilah dan konsep anak dengan pendidikan berkebutuhan khusus berkembang ke dalam paradigm baru pendidikan yaitu pendidikan inklusi. Dalam tataran pendidikan inklusi, setiap anak dipandang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus baik bersifat permanen ataupun temporer. Kebutuhan permanen adalah kebutuhan menetap dan secara terus-menerus dialami oleh anak tanpa mengenal selesai atau hilang misalnya ketunanetraan, ketunarunguan, keterbelakangan mental, kelainan emosi dan sosial.


(23)

Kebutuhan temporer adalah kebutuhan bersifat sementara yang karena perlakuan lingkungan atau pendidikan akan berubah menjadi normal. Sunanto (dalam Santoso, 2012) menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus secara permanen/kecacatan dan sementara sehingga membutuhkan penyesuaian dalam layanan pendidikan. Kebutuhan khusus yang dimaksud dalam hal ini adalah kebutuhan yang ada kaitannya dengan pendidikan. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang permanen maupun temporer memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan pendidikan, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan penyesuaian dalam layanan pendidikan dikarenakan adanya suatu kondisi yang bersifat permanen di dalam diri anak seperti ketunanetraan, ketunarunguan, keterbelakangan mental, kelainan emosi dan sosial ketunanetraan, ketunarunguan, keterbelakangan mental, kelainan emosi dan sosial, atau bersifat temporer seperti adanya gangguan belajar dikarenakan perlakuan lingkungan atau pendidikan dan dapat berubah menjadi normal.

2.3.2 Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus dapat dibedakan ke dalam dua kelompok untuk keperluan pendidikan luar biasa, yaitu :

a. Masalah (problem) dalam Sensorimotor

Santoso (2012) menyatakan anak yang mengalami kelainan sensorimotor (Sensorimotor Problem) biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi dan

menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak selalu berakibat masalah pada kemampuan intelek seorang anak. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan. Tiga jenis kelainan yang termasuk masalah dalam sensorimotor yaitu :

1) Hearing Disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu)

2) Visual Impairment (Kelainan penglihatan atau tunanetra)


(24)

Setiap jenis sensorimotor problem akan melibatkan keahlian/guru khusus yang

memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK

b. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku

Kelompok anak berkebutuhan khusus yang mengalami problem belajar adalah :

1) Intellectual Dissability (Keterbelakangan mental atau tunagrahita)

2) Learning Dissability (Ketidakmampuan belajar atau kesulitan belajar

khusus)

3) Behavior Disorders (Anak nakal atau tunalaras)

4) Gifted dan talented (Anak berbakat), dan

5) Multi Handicap (Cacat lebih dari satu atau tunaganda)

Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel berikut:

Sensorimotor Belajar dan Tingkah Laku

Kelainan Pendengaran/Tuna Rungu Keterbelakangan Mental/Tuna Grahita

Kelainan Penglihatan/Tuna Netra Kesulitan Belajar

Kelainan Fisik dan Gangguan Kesehatan/ Tuna Daksa

Gangguan Emosi/Tuna Laras Anak Berbakat

Cacat Ganda

Tabel 2.1 Penyakit sensorimotor dan tingkah laku Sumber: Hasil olah data primer


(25)

2.3.3 Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Santoso (2012) mengemukakan bahwa penyebab umum terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1) Pre Natal (Sebelum kelahiran)

Di dalam kandungan sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan.

Penyebab kelainan prenatal dari faktor ekstenal dapat berupa benturan pada kandungan ibu, jatuh sewaktu hamil, atau akibat makanan atau obat yang menciderai janin dan sebagainya.

2) Natal (Saat kelahiran)

Penyebab kelainan pada anak bisa terjadi pada saat ibu sedang melahirkan misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap sifilis dan sebagainya.

3) Post Natal

Kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di liar kandungan atau

post natal. Hal ini dapat terjadi karena kecelakaan, bencana alam, sakit, keracunan,


(26)

2.3.4 Tipe-Tipe Anak Berkebutuhan Khusus dan Terapinya

1. Kelainan Pendengaran/Tuna Rungu

Kelainan pendengaran memiliki 5 tipe, dari yang ringan hingga yang parah berikut adalah tabelnya:

Tabel 2.2 Tipe-tipe kelainan tuna rungu Sumber: Hasil olah data primer

2. Kelainan Penglihatan/Tuna Netra

Kelainan penglihatan sebenarnya memiliki banyak tipe, tapi untuk terapi di proyek ini hanya mengambil 2 yaitu kebutaan dan low vision.

Kebutaan adalah seseorang yang dari sejak lahir sudah tidak mampu melihat. Low Vision adalah seseorang yang masih mampu melihat namun dengan jarak

penglihatan yang sudah sangat parah. Bahkan ketika sudah memakai alat bantu seperti kacamata penglihatannya masih belum sempurna.

Tabel 2.3 Tipe-tipe kelainan Tuna Netra Sumber: Hasil olah data primer

Kelainan Pendengaran

Intensitas Suara Yang Di Dengar

Jenis Terapi Speech Reading Terapi Wicara Auditory Training Oral Approac h

Slight Loss 27-40 dB O

Mild Loss 41-55 dB O O

Moderate Loss

56-70 dB O O

Severe Loss 71-90 dB O O O

Profond Loss > 91 dB O O O O

Gangguan Penglihatan

Terapi

ADL Visual Functioning O and

M

Kebutaan O O


(27)

3. Kelainan Fisik dan Kesehatan/Tuna Daksa

Kelainan Fisik dan Kesehatan terdapat 3 tipe yaitu, cacat fisik, cerebral palsy dan epilepsi.

Cacat fisik tangan atau/dan tangan seseorang yang tidak memiliki tangan atau/dan kaki di tubuhnya di karenakan dari lahir atau kecelakaan

Cerebral Palsy Cerebral Palsy/ kelumpuhan otak besar) adalah suatu keadaan

dimana penderitanya mengalami buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan serta mengalami gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukanlah merupakan suatu penyakit dan tidak bersifat progresif (penderita tidak semakin

memburuk dan juga tidak semakin baik).

Epilepsi Epilepsi adalah sejenis penyakit saraf yang timbul karena kekacauan

sel-sel otak. Hal itu diindikasikan dengan munculnya kekejangan secara berkala pada organ-organ tubuh, terkadang juga muncul busa dari mulut bila penyakit ini sudah terlalu parah, karena secara tidak sengaja lidah tergigit oleh gigi.

Kelainan Fisik dan Gangguan Kesehatan

Terapi

ADL Okupasi Fisioterapi

Kecacatan Tangan dan / atau Kaki O O O

Cerebral Palsy O O O

Epilepsi O O

Tabel 2.4 Tipe-tipe kelainan tuna daksa Sumber: Hasil olah data primer

4. Keterbelakangan Mental/Tuna Grahita

Keterbelakangan Mental adalah penurunan fungsi intelektual secara signifikan, IQ sama atau kurang dari 70 sebelum umur 18 tahun. Keterbelakangan Mental memiliki 5 tipe dari sedang hingga yang sangat berat, berikut tabelnya:


(28)

Keterbelakangan Mental

IQ Terapi

ADL Okupasi Wicara Musik

Ringan 50-55 s/d 70 O O O

Sedang 35-40 s/d

50-55

O O O O

Berat 20-25 s/d

35-40

O O O O

Sangat Berat 20-25 O O O O

Tabel 2.5 Tipe-tipe kelainan tuna grahita Sumber: Hasil olah data primer

5. Gangguan Emosi/Tuna Laras

Terdapat 3 tipe dari anak-anak yang memiliki gangguan emosi yaitu, perilaku anti sosial, perilaku menarik diri, dan autis.

Perilaku Anti Sosial Anak-anak dengan perilaku anti sosial cenderung nakal dan

sulit untuk menerima anak-anak disekitarnya. Sehingga mereka sering melakukan tindakan kekerasan kepada temannya sendiri.

Perilaku Menarik Diri Anak-anak dengan perilaku menarik diri cenderung

menyendiri dan susah untuk bersosialisasi, mereka juga sering berganti-ganti sifat, terkadang ceria namun tiba-tiba dapat langsung sedih.

Gangguan Emosi dan Perilaku/Tuna Laras

Terapi

Okupasi Perilaku Musik

Perilaku Anti Sosial O O O

Perilaku Menarik Diri O O O

Tabel 2.6 Tipe-tipe kelainan tuna laras Sumber: Hasil olah data primer


(29)

2.3.5 Tipe Terapi

1. Terapi Okupasi

Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang.

Terapi okupasi terpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah.

Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain injury), autisme, sensory processing disorders, cerebral palsy, down syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic disorders, asperger’s syndrome, kesulitan

belajar, keterlambatan wicara, gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder (PDD)dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.

Okupasi sendiri adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai

peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya.

Dalam memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan manajemen aktifitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan anak dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat


(30)

Gambar 2.1 Proses terapi okupasi Sumber: Pelangilazuardi.tripod.com

Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :

1. Anak dengan gangguan perilaku 2. Autism Spectrum Disorder (ASD) 3. Down Syndrome

4. Kesulitan Belajar 5. Keterlambatan wicara

6. Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP) 7. dan keterlambatan perkembangan lainnya

Okupasi Terapi akan memberikan pelayanan individual yang meliputi :

 Penilaian (Asessment)

 Intervensi individual maupun kelompok

Agar anak mampu mencapai kemandirian dalam tugas kehidupan, seorang terapis okupasi akan mengamati dan mengkaji area-area dan komponen yang mencakup :

 Biomekanik

 Sensori motorik

 Perseptual Kognitif


(31)

2. Terapi Wicara

Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak.

Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan komunikasi, seperti :

-Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)

Gambar 2.2 Proses terapi wicara Sumber: myfurniture8.com

-Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan keinginannya dalam berbicara)

-Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome, tuna rungu-wicara)

-Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay).

-Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap(stuttering), cadel, dst -Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate).

-Serta gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalami kehilangan berbahasa (Afasia).3


(32)

3.Terapi ADL (Aktifitas Keseharian)

-Salah satu bentuk layanan terapi yang membantu anak-anak untuk dapat melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum, berpakaian, bersepatu, bersisir, mandi, aktifitas toileting, dst secara mandiri.

-Layanan terapi ADL ini pada umumnya diberikan oleh seorang Okupasi Terapis. -Layanan terapi ini dapat diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus sehingga anak dapat mandiri dalam kesehariannya.

4. Terapi Perilaku

-Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan.

-Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).

-Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcementpositif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.

Gambar 2.3 Proses terapi perilaku Sumber: slbn-sragen.sch.id


(33)

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari:

 Meningkatkan perilaku, atau

 Menurunkan perilaku

 Meningkatkan perilaku:

 Reinforcement positif: memberi penghargaan terhadap perilaku

 Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi

 Mengurangi perilaku:

 Punishment: memberi stimulus aversi

 Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer

 Extinction: menahan reinforcer

5. Fisioterapi

-Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

-Fisioterapi membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, dst.

-Layanan fisioterapi juga bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan fisik untuk memperbaiki gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) agar dapat berfungsi seperti semula.


(34)

Gambar 2.4 Proses terapi fisioterapi Sumber: iik.ac.id

-Layanan fisioterapi umumnya bagi anak dengan keterbatasan fisik, ketunaan tubuh/tuna daksa serta anak cerebal palsy/CP dan untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motorik kasar, pasien pasca stroke yang memerlukan 5pemulihan kondisi fisiknya serta trauma lain yang menyebabkan penampilan fisik terganggu.

6. Terapi Musik

-Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.

-Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada serta pada gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD, Down Syndrom, dst

-Ketika musik yang terdiri dari ritme, ketukan, dan tempo diterapkan menjadi sebuah terapi, maka musik dapat memberikan pengaruh besar bagi kesehatan.

-Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke bagian tengah otak yang disebut sistem limbik yang mengatur emosi.

-Sebagai contoh, ketika mendengar musik riang maka tubuh akan bergoyang atau jika Anda lagu sedih maka suasana hati pun ikut menjadi sendu. Musik memiliki pengaruh kuat yang dapat membentuk kepribadian, emosi, dan bahkan pikiran.


(35)

Gambar 2.5 proses terapi music Sumber: terapimusik.com

Dalam penerapannya, terapi musik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

Terapi musik aktif adalah penggunaan musik sebagai terapi yang

melibatkan lebih dari sekedar mendengarkan. Metode ini tidak mudah untuk dilakukan sendiri. Contoh terapi musik aktif seperti belajar bernyanyi, belajar menggunakan alat musik, belajar menirukan nada-nada atau bahkan belajar mencoba membuat lagu. Anda membutuhkan seorang ahli untuk membimbing Anda melakukannya.

Terapi musik pasif adalah terapi musik paling mudah dan efektif. Hampir

semua orang pernah menerapkannya. Yang perlu dilakukan hanya memilih musik yang sesuai dengan keadaan Anda saat itu, dengarkan dan hayati alunan musik tersebut.

7. Auditory Learning

Program auditory learning adalah program yang bertujuan membantu anak

untuk menggunakan residual hearingnya dengan baik. Setiap anak yang

mengalami gangguan pendengaran harus mengikuti program ini untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mendengar. Seringkali anak yang mengalami gangguan pendengaran menggunakan sedikit saja kemampuan mendengar mereka dalam aktivitas sehari-hari, padahal mereka terkadang memiliki potensi mendengar yang lebih besar. Oleh karena itu, program ini dapat membantu

mereka untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan memanfaatkan residual


(36)

Program auditory training tradisional adalah program yang dapat digunakan

kepada anak-anak usia dini. Program ini mengajarkan kepada anak untuk menyadari adanya suara-suara di sekitar mereka. Anak akan diminta untuk memperhatikan suatu suara-suara tertentu,seperti bunyi bel, atau suara aliran air. Kemudian, mereka akan diminta untuk menentukan lokasi dari suara tersebut. Mereka juga akan diajarkan cara untuk membedakan suara, misalnya membedakan suara laki-laki dan perempuan, lagu cepat dan lagu lambat, dan sebagainya. Program ini dapat dikenakan kepada anak ketika mereka sudah mulai mengenal suara, kata-kata, atau kalimat.

Belakangan ini, pelatihan untuk anak yang mengalami gangguan

pendengaran berfokus pada auditory learning, yaitu suatu program yang

mengajarkan kepada anak agar dapat melakukan learn to listen, dan learn by listening. Pada program ini, anak tidak hanya

diajarkan cara untuk mendeteksi, membedakan, dan mengenal suara. Mereka juga akan diajarkan cara memahami dan memaknai suara-suara di sekeliling mereka.

8. Oral Approach

Program pendidikan yang menekankan pada kemampuan oral memandang bahwa jika seorang anak ingin berfungsi secara normal, maka penting baginya untuk dapat mengatakan sesuatu. Program ini mengajarkan anak untuk dapat memahami dan menghasilkan kata-kata. Anak yang mengikuti program ini harus mengkombinasikan kemampuan auditori, visual, dan taktilnya. Program ini juga memperhatikan kemampuan anak dalam memperhatikan suara, membaca gerak bibir, dan menggunakan alat bantu dengar. Anak yang mengikuti program ini akan diajarkan untuk dapat mengekspresikan diri. Mereka diajarkan untuk dapat membuat orang lain memahami mereka melalui kata-kata yang mereka ucapkan. a. Cued Speech

Cued speech adalah metode untuk membantu komunikasi oral anak. Metode

ini bertujuan untuk membantu anak memahami perkataan dengan cara menambahkan isyarat-isyarat tertentu, misalnya seperti menunjukkan gerak tangan di dekat dagu untuk membantu anak membedakan kata-kata yang hampir sama cara pengucapannya dengan kata-kata lain. Gerakan tangan dapat berupa simbol ataupun alfabet.


(37)

Gambar 2.6 Bahasa isyarat Sumber: dissable_child.com

9.Visual Functioning

Anak dengan gangguna low vision dapat diajarkan untuk meningkatkan

kemampuan penglihatan yang mereka miliki. Kemampuan melihat dapat ditingkatkan dengan mengajarkan anak cara untuk mengontrol pergerakan bola mata, beradaptasi dengan lingkungan, memperhatikan stimulus visual, dan

memproses stimulus visual dengan cepat. Anak dengan gangguan low vision harus

diajarkan untuk aktif menggunakan penglihatan mereka.

Downing dan Bailey (dalam Heward, 1996) menyatakan bahwa anak dengan

low vision sebaiknya diajarkan untuk menentukan lokasi, melacak arah,

mengarahkan pandangan, dan bergerak kearah objek tertentu. Sebagai contoh, seorang anak dengan low vision dapat diajarkan untuk mengkategorikan objek, ia

misalnya dapat mempelajari hal ini ketika ia membuat minuman dengan rasa tertentu.


(38)

10. Orientation and Mobility

Program pendidikan untuk anak dengan gangguan penglihatan harus

memberikan pengajaran mengenai orientasi dan mobilitas pada anak. Orientasi

adalah kemampuan anak untuk menentukan posisi suatu objek di dalam lingkungan, sementara mobilitas adalah kemampuan seorang individu untuk berpindah dari satu tempat ke tampat lain dengan aman dan efisien. Anak harus diajarkan untuk mengenal lingkungan di sekitarnya. Ia perlu diajarkan bahwa suatu ruangan memiliki dinding, pintu, jendela, sudut, dan atap.

Orientasi dan mobilitas (O&M) sudah memiliki instruksi telah disusun dengan baik dan dapat digunakan untuk membantu anak yang mengalami gangguan penglihatan. Pelatihan O&M umumnya diberikan oleh ahli O&M yang memiliki kualifikasi.

Individu dengan gangguan penglihatan umumnya menggunakan tongkat yang panjang untuk bergerak di lingkungannya. Pengguna biasanya tidak mengetukkan tongkat, namun menyapukannya di lantai ketika ia berjalan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai lintasan yang akan meteka lalui. Tongkat dalam hal ini berfungsi sebagai pelindung dan perpanjangan. Sebagai pelindung, tongkat akan mencegah tubuh pengguna menubruk objek, sedangkan sebagai perpanjangan, tongkat akan berfungsi untuk mendeteksi benda yang berada di permukaan.

Meskipun penggunaan tongkat dapat meningkatkan kemampuan individu untuk bergerak, namun perlu diingat bahwa tongkat tidak dapat mendeteksi letak benda-benda yang tergantung, seperti cabang pohon. Tongkat agak sulit digunakan ketika individu berada di daerah baru yang belim dikenalnya.

Beberapa individu dengan gangguan penglihatan dapat pula menggunakan anjing untuk menemaninya berjalan. Anjing akan memilihkan rute yang dapat ditempuh oleh tuannya. Anjing sebelumnya akan dilatih untuk menuruti perintah dan mencari jalan yang dapat dilewati tuannya dengan aman. Meskipun begitu, penggunaan anjing untuk membantu mobilitas juga memiliki beberapa kelemahan. Anjing tidak dapat menemani tuannya ketika tuannya memasuki tempat-tempat tertentu seperti restoran, hotel, pesawat, dan sebagainya.


(39)

11. Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Taman penyembuhan atau taman terapi dapat ditemukan dalam berbagai variasi pada penataan fasilitas perawatan (healthcare setting). Taman penyembuhan atau taman terapi ini tidak hanya dapat ditemukan di rumah sakit, tetapi juga dapat ditemukan pada psychiatric hospitals, rehabilitation centers, Alzheimer treatment centers, hospital and setting for children, nursing homes, AIDS and cancer treatment centers dll. Ruang luar (outdoor spaces) yang terdapat pada setting tersebut bermacam-macam, meliputi landscape ground, entry garden, courtyard, plaza, roof garden, roof terrace, healing garden,meditation garden, viewing garden, private garden, nature trail and preserve, dan atriums (Hebert, 2003).Taman merupakan tempat bermain anak-anak dan dapat berperan sebagailingkungan penyembuhan (healing environment) bagi anak-anak. Anak-anak dapat memperoleh manfaat dari healing garden, baik untuk pemulihan dari operasi, trauma, perkelahian yang menyebabkan luka atau kesakitan, maupun kerusakan secara fisik atau mental. Taman penyembuhan atau taman terapi dapat dijadikan tempat untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan atau skill anak-anak sekaligus mempelajari skill yang baru. Taman penyembuhan (healing garden) bagi anakanak dapat didesain dengan beberapa asumsi yang diadaptasi dari Moore et al 11(1987) dan Marcus dan Barnes (1999) dalam Hebert (2003). Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bermain di ruang luar (outdoor) merupakan faktor kritis dalam pengembangan kesehatan anak.

2. Kualitas lingkungan bermain dapat mempengaruhi persepsi anak-anak terhadapnya dan kisaran serta kedalaman bermain.

3. Permainan di alam (nature plays) merupakan bagian yang penting dalam perkembangan anak.

4. Intervensi pemimpin atau terapis dalam permainan dapat memperluas kisaran bermain.

5. Anak-anak dengan semua kemampuannya mempunyai hak yang sama dalam bermain.

6. Indoor atau outdoor links merupakan hal yang penting untuk menghubungkan pengguna dengan lingkungan luar (outdoor environment).


(40)

Beberapa tipe terapi dapat diterapkan pada taman terapi, diantaranya adalah Terapi Bermain, Terapi Holtikultur, Terapi Hewan, Terapi Alam dan Sensori Integrasi. Beberapa macam terapi tersebut dapat dikombinasikan untuk menciptakan healing garden atau taman terapi bagi anak-anak (Hebert, 2003).Selain itu, dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa tipe healing garden bagi anakanak, yaitu taman terapi formal, taman terapi bermain dan hortikultur non-formal, informal strolling garden, community based, dan taman serbaguna (Moore dalam Marcus dan Barnes, 1999). Berikut ini adalah beberapa contoh taman terapi bagi anak-anak yang terdiri dari therapeutic garden dan healing/strolling garden(Hebert, 2003).

2.4 Tinjauan Proyek

2.4.1 Deskripsi Proyek

Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus tempat dimana para ABK dapat di penuhi terapi-terapi dengan baik dan mempunyai fasilitas-fasilitas pendukung yang baik. Saat ini pemerintah Indonesia masih sangat focus pada SLB. Sehingga bangunan ini tidak dapat mengharapkan bantuan pemerintah namun harus dari swasta

Jadi karena Pusat Terapi Anak berkebutuhan khusus ini dikelola oleh swasta tanpa ada campur tangan dari pihak pemerintah dan Pusat Terapi ini juga menyediakan fasilitas gratis untuk anak berkebutuhan khusus yang tidak mampu sehingga bangunan ini juga harus berkerja sama dengan organisasi-organisasi yang dapat menyediakan dana untuk proyek ini.

2.4.2 Pendekatan Pemilihan Lokasi Tapak

Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:

1. Akses menuju lokasi (hubungannya dengan sarana transportasi)

 Pencapaian harus relatif mudah dan dekat dengan jalan utama serta


(41)

 Kondisi jalan yang baik, sehingga transportasi yang menuju ke lokasi berjalan dengan lancar.

2. Luas Lahan

Harus memadai dan cukup untuk menampung seluruh fasilitas yang telah direncanakan.

3. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan yang meliputi:

 Infra struktur

 Utilitas kawasan harus bisa memenuhi semua kebutuhan yang ada pada fasilitas utama dan fasilitas penunjang lainnya.

4. Persyaratan lain

Lokasi harus cocok digunakan sebagai tempat pendidikan anak-anak, yang aman dan tidak terlalu memiliki polusi udara dan kebisingan.

Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK )

Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Pelayanan Kota dan Subpusat Pelayanan Kota. Subpusat Pelayanan Kota harus terintegrasi dengan Pusat Pelayanan Kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan beberapa pertimbangan antara lain :

1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain :

 Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam

pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera Utara;

 Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang

peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara dengan wilayah lainnya; dan


(42)

 Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional, nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional.

2.Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan utara diarahkan sebagai pengembangan :

 Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan laut

peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi,

Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman; dan

 Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high technology, pusat permukiman industri, perlindungan kawasan

dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.

3. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan yang memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya suatu pusat pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional (primer), yang disebut dengan istilah Pusat Pelayanan Kota;

4.Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa skala regional.

5. Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan dan lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan komersial atau untuk perumahan kelas menengah atau menengah atas dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi, kawasan ini juga merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin padatnya pembangunan di dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas taman dan rekreasi dalam kota. Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan bertaraf nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini dirancang dengan kombinasi pengembangan sarana perkantoran, perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat baru yang hidup dan menarik (CBD). Pada kawasan ini dapat juga dikembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan


(43)

Pusat Kota dan sekaligus mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu kawasan.

6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan Pusat Pelayanan Kota;

7.Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan kota, 1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan kota di Pusat Kota.

8.Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat pelayanan kota di Utara) dan wilayah Pusat Kota (Pusat pelayanan kota di Kota) akan dikembangkan transportasi Multimoda dengan tulang punggung transportasi massal Kereta Api.


(44)

RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030

NO PUSAT

PELAYANAN FUNGSI WILAYAH PELAYANAN

A

Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis;

 Pusat kegiatan jasa dan

kegiatan pemerintahan provinsi dan kota;

 Pusat pelayanan ekonomi

 Kota Medan, Kec. Medan

Polonia, Kec. Medan Baru, Medan Petisah,

Kec. Medan Timur,

kec.Medan Barat, Kec. Medan Kota;

 Provinsi Sumatera Utara

 Internasional

B

Pusat Pelayanan Kota dibagian Utara

 Pusat Kegiatan Jasa dan

Perdagangan regional

 Pusat pelayanan transportasi;

 Pusat kegiatan sosial-budaya

 Pusat kegiatan industri

 Kota Medan Bagian

Utara;

 Provinsi Sumatera Utara

 Regional

1

Subpusat

pelayanan kota

Medan Belawan

 pusat pelayanan transportasi laut,

 pusat kegiatan bongkar muat dan impor – ekspor,

 pusat kegiatan industri, dan

 pusat kegiatan perikanan

 Kec. Medan Belawan

2

Subpusat

pelayanan kota

Medan Labuhan

 Pusat Kegiatan Jasa dan

Perdagangan

 Pusat pelayanan transportasi

 Pusat pelayanan kesehatan

 Kec. Medan Labuhan

3 Subpusat

pelayanan kota

Medan Marelan

 Pusat kegiatan perdagangan

kebutuhan pokok (pasar induk);

 Pusat kegiatan rekreasi dan wisata

 Kec, Medan Marelan;


(45)

NO PUSAT

PELAYANAN FUNGSI WILAYAH PELAYANAN

4 Subpusat

pelayanan kota

Medan Perjuangan

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis

 Pusat pelayanan olahraga

 Kec. Medan Perjuangan

dan Kec. Medan

Tembung

5

Subpusat

pelayanan kota

Medan Area

 Pusat pelayanan ekonomi

 Pusat pelayanan transportasi

 Kec. Medan Area, Kec. Medan Kota, Kec. Medan

Denai, Kec, Medan

Amplas

6 Subpusat

pelayanan kota

Medan Helvetia

 Pusat pelayanan ekonomi

 Pusat pelayanan transportasi wilayah bagian Barat

 Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Helvetia,

Kec. Medan Petisah, Kec. Medan Sunggal

8 Subpusat

pelayanan kota

Medan Selayang

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis

 Pusat Pendidikan

 Kec. Medan Tuntungan, kec. Medan Baru, Kec. Medan Selayang, kec. Medan Johor

9

Subpusat

pelayanan kota

Medan Timur

 Pusat kegiatan

perdagangan/bisnis

 Pusat pelayanan transportasi (TOD);

 Pusat kegiatan sosial-budaya

 Kec. Medan Deli, Kec.

Medan Timur, Kec.

Medan Barat

Tabel 2.7: Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Medan Tahun 2030 Sumber: RUTRK 2012


(46)

Kriteria Site

Kriteria Lokasi

Alternatif 1: Jl. B Lau Kec Medan Tuntungan

Alternatif 2: Jl. Karya Wisata Kec Medan Johor

Alternatif 3: Jl. Gatot Subroto kec. Medan sunggal Gambar Tingkatan Jalan Jalan Sekunder ** Jalan Sekunder ** Jalan Primer ***

Aksesbilitas Kendaraan Pribadi,

Kendaraan Umum **

Kendaraan Pribadi, Kendaraan Umum **

Kendaraan Pribadi,

Kendaraan Umum ** Jangkauan Terhadap Struktur Kota

Berada di Subpusat medan selayang yang berfungsi sebagai Pusat perumahan rendah dan menengah, Pusat Terminal, Pusat Kesehatan,

Pusat Perdagangan, Pusat

Rekreasi

***

Berada di Subpusat medan johor yang berfungsi sebagai Pusat perumahan,

Kegiatan perdagangan/bisnis,

pendidikan, Kesehatan **

Berada di subpusat

medan sunggal

pemukiman, perdagangan,sarana pendidikan, Kesehatan ** Fungsi Pendukung Sekitar Lokasi

Rumah Sakit Adam Malik,

Pendidikan Keperawatan,

Pemukiman, Pertokoan ***

Pendidikan, Pemukiman ,Pertokoan. **

Komersil, Perkantoran, Pemukiman. **


(47)

(Pusat Kesehatan) *** *** *** Fungsi Eksisting Lahan Kosong *** Lahan Kosong *** Lahan Kosong ***

Kontur Relatif Datar

***

Relatif Datar ***

Relatif *** Kemacetan Sirkulasi Sangat Lancar

***

Sirkulasi Kurang Lancar **

Sirkulasi sangat lancar ***

Strategis Cukup Strategis

** Cukup Strategis ** Strategis *** Potensi Lahan

Sangat cocok dijadikan pusat kesehatan

***

Baik untuk dijadikan pusat kesehatan **

Kurang baik dijadikan pusat kesehatan *

Total 27 23 25

Tabel 2.8 Kriteria site


(48)

2.4.3 Tinjauan Lokasi

Deskripsi Kondisi Eksisting lokasi proyek

Lokasi lahan : Medan Tuntungan, Jl. B Lau 17 Kondisi lahan : Relatif datar

Orientasi site : menghadap ke Utara Arah lalu lintas : 2 Arah

Eksisting site : lahan kosong Luas site : 1.4 Ha

KDB : 50-75% (sesuai ketetapan RDTRK Medan Tuntungan)

Tinggi bangunan : 1-2 Lantai (sesuai ketetapan RDTRK Medan Tuntungan) Batas – batas

a. Utara : Pemukiman Penduduk b. Selatan : Lahan Kosong c. Timur : Ruko-ruko

d. Barat : Rumah Sakit Adam Malik

Pusat Terapi dan Rekreasi Anak Berkebutuhan Khusus direncanakan berlokasi di jalan B Lau 17 kecamatan Medan Tuntungan.

Kelebihan:

• Terletak di dekat Rumah Sakit Adam Malik.

•Lokasi site memiliki polusi udara dan kebisingan yang sedikit sehingga cocok

menjadi fasilitas kesehatan.


(49)

Gambar 2.7 Lokasi site

Sumber: Hasil olah data primer

Fungsi Wilayah Perencanaan Medan Tuntungan

 Pusat perumahan untuk berkepadatan rendah dan sedang

 Pusat Terminal

Pusat Kesehatan

 Pusat Perdagangan

Pusat Rekreasi *Sumber RUTRK


(50)

2.5 Deskripsi Pengguna, Kegiatan, dan Kebutuhan Ruang

FUNGSI FASILITAS PENGGUNA KEGIATAN KEBUTUHAN

RUANG

Fasilitas Terapi

Terapi Okupasi

Pengelola Mengatur

administrasi

 Isoma

 Ruang Terapi

 Ruang Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang -Intellectual Dissability -Learning Dissability -Behavior Disorder

 Terapi

 Bermain

 Bersosialisasi

 Isoma

Terapis Mengobati

 Mengawasi

 Isoma

Psikolog Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK

 Menganalisa ABK

 Isoma Fasilitas

Terapi

Terapi Wicara Pengelola Mengatur

administrasi

 Mengawasi

 Isoma

 Ruang Terapi

 Ruang Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang -Tunarungu

-Intellectual Dissability

 Terapi

 Bermain

 Bersosialisasi


(51)

Terapis Mengobati

 Mengawasi ABK

 Isoma Psikolog

 Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK

 Menganalisa ABK

 Isoma Fasilitas

Terapi

ADL Pengelola

 Mengatur administrasi

 Mengawasi

 Isoma

 Ruang Terapi

 Ruang Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang -Tunarungu

-Tunanetra -Tunadaksa -Intellectual Dissability

 Terapi

 Bermain

 Bersosialisasi

 Isoma

Terapis

 Mengobati

 Mengawasi ABK

 Isoma

Psikolog Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK

 Menganalisa ABK

 Isoma Fasilitas

Terapi

Terapi Perilaku

Pengelola Mengatur

administrasi

 Ruang Terapi


(52)

 Mengawasi

 Isoma

Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang Behavior

Disorder  Terapi

 Bermain

 Bersosialisasi

 Isoma Terapis

 Mengobati

 Mengawasi ABK

 Isoma

Psikolog Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK

 Menganalisa ABK

 Isoma Fasilitas

Terapi

Fisioterapi Pengelola Mengatur

administrasi

 Mengawasi

 Isoma

 Ruang Terapi

 Ruang Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang

Tunadaksa Terapi

 Bersosialisasi

 Isoma Terapis

 Mengajari

 Mengawasi ABK

 Isoma

Psikolog Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK


(53)

 Isoma Fasilitas

Terapi

Terapi Musik Pengelola Mengatur

administrasi

 Mengawasi

 Isoma

 Ruang Terapi

 Ruang Musik

 Ruang Administrasi

 KM/Toilet

 R.kesehatan

 R.psikolog

 Gudang -Intellectual

Dissability -Behavior Disorder

 Terapi

 Bersosialisasi

 Isoma

Terapis

 Mengajari

 Mengawasi ABK

 Isoma

Psikolog Mengawasi

 Melihat

perkembangan ABK

 Menganalisa ABK

 Isoma Fasilitas

Makanan

Kantin Pengelola Mengatur

administrasi

 Mengawasi

 Isoma

 Ruang pengelola

 Retail / kios-kios

makanan cepat

saji

 Gudang penyimpanan makanan

 Toilet

 Area makan dan minum

Karyawan Melayani

pengunjung

 Servis

 Isoma

ABK Makan/minum

 Duduk-duduk

 Bersosialisasi


(54)

Rekreasi bermain

 Mengatur administrasi

 isoma

 R.operator

 Area Taman

Terapi

 Km/toilet

 R. Kesehatan

ABK Berekreasi di

taman terapi

 Bersosialisasi

 Isoma

Terapis Mengawasi area

taman terapi

 isoma Fasilitas

Rekreasi

Lapangan Basket

Pengelola

 Mengelola

lapangan bola

basket

 Mengatur administrasi

 Isoma

 Lapangan Basket

 Ruang pengelola

 Km/toilet

 Gudang

ABK

 Bermain bola

basket

 Bersosialisasi

 Isoma

Terapis Mengawasi ABK

 Isoma Fasilitas

Rekreasi

Lapangan Tenis

Pengelola Mengelola

lapangan Tenis

 Mengatur administrasi

 Isoma

 Lapangan Tenis

 Ruang pengelola

 Km/toilet

 Gudang

ABK

 Bermain bola

basket


(55)

 Isoma

Terapis Mengawasi ABK

 Isoma Fasilitas

Rekreasi

Ruang Seni Pengelola Mengelola ruang

seni

 Mengatur Administrasi

 Isoma

 Ruang seni

 Ruang pameran

 Ruang pengelola

 KM/toilet

 Gudang ABK

 Membuat hasil

karya seni

 Bersosialisasi

 Isoma Terapis

 Membimbing ABK

 Isoma Fasilitas

Rekreasi

Perpustakaan Pengelola Mengelola

Perpustakaan

 Mengatur Administrasi

 Isoma

 Ruang baca

 Tempat penyimpanan buku

 KM/toilet

 Ruang pengelola

 Gudang ABK

 Membaca

 Bersosialisasi

 Isoma Fasilitas

Kesehatan

Gym Pengelola

 Mengelola area

gym

 Mengatur administrasi

 Isoma

 R.pengelola

 R.operator

 Area gym

 Km/toilet

 Gudang ABK

 Melakukan olah

raga ringan


(56)

 Isoma

Terapis Mengawasi ABK

 Isoma Fasilitas

Ibadah

Musholla Pengelola

Guru Murid

 Beribadah  ruang sholat

 ruang wudhu

Fasilitas Service

Pos satpam Satpam Menjaga

keamanan

 isoma

 Pos satpam

 Gudang

 KM/WC

 Ruang genset

 Ruang utilitas

Karyawan

 Menyimpan barang

 Membersihkan

KM/WC

 Menghidupkan dan

mematikan genset Fasilitas

Parkir

Pengelola Memarkirkan

kendaraan

 Parkir roda 2

 Parkir roda 4 Pengunjung

Tabel 2.9 kebutuhan ruang Sumber: Hasil olah data primer


(57)

2.6 Studi Banding Proyek Sejenis

2.6.1 One Kids Place, Ontario, Kanada

Gambar 2.8 Bangunan one kids place Sumber: Archdaily.com

One Kids Place adalah sebuah perusahaan tidak-untuk-profit yang menyediakan rehabilitasi regional dan layanan dukungan yang terkait. Pusat Pengobatan Anak-anak baru di North Bay, Ontario Kanada melayani anak-anak dan remaja dengan komunikasi, perkembangan dan kebutuhan fisik termasuk, dengan berbagai layanan terintegrasi yang meliputi: terapi okupasi, fisioterapi, bahasa patologi,terapi sosial, terapi rekreasi dan pengobatan khusus

Gambar 2.9 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com

Setelah pencarian situs yang ekstensif yang dipimpin oleh seorang arsitek, didapati sebuah site 5,9 hektar . Site ini dulunya adalah site anak yatim. Site inil dianggap ideal dalam ukuran, dan dekat dengan North Bay General Hospital, jadi dapat mudah diakses oleh pengguna.


(58)

Untuk memberikan kebebasan bergerak bagi semua anak, terlepas dari keterbatasan fisik, pusat dirancang dengan struktur satu lantai di kelas. Ruang diatur dengan halaman bersuasana intim yang menyediakan ruang luar, terlindung dari pemandangan dan suara dari lalu lintas, untuk kenyamanan terapi,

Gambar 2.10 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com

Semua ruang sirkulasi utama bangunan secara visual terhubung ke luar terutama ke halaman, memberikan aksesibilitas, cahaya alami dan orientasi yang baik. Memberikan pandangan ke luar merupakan pendorong penting dalam desain sistem sirkulasi.

The central timur / barat koridor dan ruang tunggu dibanjiri cahaya alami dari selatan oleh clerestory yang panjang dan memberikan cahaya yang mengalir ke ruang perawatan sepanjang jalan. Selain kaca tinggi untuk halaman, ruang tunggu pusat di pusat fitur bangunan terdapat dua Skylight piramida. Selain daya tarik sensorik nya, bahan tanaman hidroponik tumbuh di dinding memberikan kontribusi terhadap kualitas udara dalam ruangan, berfungsi sebagai bio-filter melalui udara, udara secara mekanik ditarik dan dimurnikan.


(59)

Gambar 2.11 Interior one kids place Sumber: Archdaily.com

Pada jam sore, matahari menurunkan gips berkas cahaya berwarna dari kaca patri ke masing-masing yang terbuka dari halaman, menyatu dengan warna lantai beraksen dan mencerminkan dari langit-langit untuk meramaikan ruang dan membedakan masing-masing tujuan terapi pada koridor untuk anak-anak. Gimnasium secara alami menyala dengan jendela tingkat tinggi menghadap timur laut. Akses yang tepat untuk cahaya alami adalah pendorong yang penting dalam desain.


(60)

Gambar 2.12 Denah dan tampak one kids place Sumber: Archdaily.com


(61)

2.6.2 Children’s Center for Psychiatric Rehabilitation, Hokkaido Japan

Gambar 2.13 Bangunan Children’s Center for Psychiatric Rehabilitation

Sumber: Archdaily

Ini adalah pusat pengobatan untuk anak-anak yang terganggu mentalnya di mana mereka tinggal bersama-sama untuk mendapatkan mendapatkan kembali kesehatan mental mereka. Ini dapat dikemukakan bahwa ini adalah sebuah bangunan yang sangat istimewa Ini adalah sebuah usulan dari metode yang longgar.

Gambar 2.14 Konsep bangunan Sumber: Archdaily

Bangunan ini menggunkan suatu metode bagaimana sesuatu itu hanya tersebar. Dan, seperti untuk metode ini, perencanaan yang presisi adalah mungkin. Berbeda dengan program yang rumit, rencana dapat secara fleksibel dan dikemas hanya karena acak.


(62)

Gambar 2.15 Interior bangunan Sumber: Archdaily

Meskipun, ruang ini dibuat sebagai hasil dari sebuah proses, desain tak terbatas yang ketat dan buatan, ia berdiri sebagai tempat yang tidak direncanakan sama sekali, atau yang telah dibuat secara otomatis dengan tidak ada niat. Tempat

yang tidak jelas, tidak bisa ditebak, penuh dengan “unlikelihood”. Sesuatu yang

tidak dimaksudkan diproduksi sebagai hasil dari tindakan yang disengaja desain dan ketat. Dan banyak tempat tercapai karena ambiguitas karena tidak disengaja.

Gambar 2.16 Denah bangunan Sumber: Archdaily


(63)

Tujuan dari desain yang tidak teratur ini untuk membuat anak-anak meras bebas dan tidak terikat oleh sebuah bentuk. Menurut arsiteknya ini dapat membuat anak itu merasa bebas dan baik untuk mereka.

Gambar 2.17 Denah bangunan Sumber: Archdaily


(64)

2.6.3 AD Classics: St. Coletta School, Washington DC

Gambar 2.18 Bangunan AD Classics Sumber: Archdaily

Sebuah bangunan cerah dan menyenangkan dan menonjol, Michael Graves dihormati untuk desain nya yang membawa harapan bagi keluarga anak-anak penyandang cacat di Washington DC dan sekitarnya.

Gambar 2.19 Tampak Bangunan Sumber: Archdaily

St Coletta didirikan pada tahun 1959 dengan seorang anak didiagnosis dengan Down Syndrome. Ketika mereka telah berurusan dengan sejarah perjuangan untuk menemukan sistem pendidikan yang bekerja untuk anak mereka, mereka memutuskan untuk mendirikan sekolah sebagai piagam pendidikan khusus yang dilayani anak dan berpendidikan dengan tuna ganda yang serius. Warna-warna cerah dan bentuk-bentuk yang sederhana membuatnya sangat pas untuk


(65)

orang-orang bahwa bangunan berfungsi karena menyenangkan, lucu dan mengundang untuk didatangi.

Gambar 2.20 Tampak bangunan Sumber: Archdaily

Desain bermain-main pada cahaya di atrium pusat dengan langit-langit melengkung dan skylight menambah pengalaman, seperti kamar yang cerah dan warna yang ditingkatkan oleh aliran cahaya alami.

Gambar 2.21 Denah bangunan Sumber: Archdaily


(66)

Gambar 2.22 Denah bangunan Lt.2 Sumber: Archdaily

Gambar 2.23 Denah bangunan Lt.3 Sumber: Archdaily


(67)

2.7 STUDI BANDING TERAPI TAMAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

2.7.1 Rusk Play Garden, New York

Salah satu contoh taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang terkenal adalah The Rusk Institute of Rehabilitation Medicine yang bertempat di New York University Medical Center. Tim terapis dari Rusk bekerjasama dengan firma Johansson & Walcavage yang sekarang disebut Johansson Design Collaborative untuk mendesain ruang luar bagi anak-anak yang dapat memperkaya kemampuan mereka untuk belajar, tumbuh, dan berkembang, serta memiliki kesenangan seperti anak-anak lainnya.

Taman ini menyediakan perawatan komprehensif bagi orang dewasa atau anak-anak dengan berbagai keterbatasan fisik. Tujuan dari perawatan yang dilakukan di taman ini adalah membantu pasien untuk mandiri secara fisik, sosial, emosional, dan vokasional.

Gambar 2.24 Taman Rusk Play Sumber: www.johanssondesign.com

Anak-anak yang melakukan terapi di tempat ini terdiri dari berbagai macam keterbatasan meliputi cerebral palsy, limb deficience, amputasi, spinal cord injury, spina bifida, muscular dystrophy, tumor otak, dan trauma. Desain yang ada pada taman terapi tersebut akan memotivasi anak-anak dan menyediakan peluang bagi mereka untuk mengeksplor dan melakukan aktifitas yang akan menstimulasi rasa ingin tahu, membangkitkan kemandirian, spontanitas dan kreatifitas secara fisik, kognitif, sosial, dan sensori. Desain Rusk Play Gardenmengintegrasikan elemen sensori alami seperti daun, rumput, bunga, air, batuan, pohon, matahari, bayangan,


(1)

(2)

Musholla


(3)

Tampak belakang massa 2


(4)

Taman terapi


(5)

Area small zoo


(6)