13 = [ {⃗⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ − ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ + ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ cos ∆∅
}] 2.13
Nilai axial ratio yang ideal adalah ≤ dB. Nilai 3 dB merupakan beda
atau selisih antara medan E dan medan H dari gelombang yang dipancarkan oleh antena. Ini berarti antena tersebut memiliki polarisasi yang melingkar [1].
2.3.6 Gain Antena
Gain antena atau penguatan adalah perbandingan antara intensitas radiasi dari suatu antena pada suatu arah utama dengan intensitas radiasi dari antena
isotropik yang menggunakan sumber daya masukan yang sama Satuan yang digunakan untuk gain, adalah besar suatu gain antena yang merupakan besaran
relatif terhadap acuan gain antena yang mudah dihitung. Dimana gain dapat dirumuskan seperti persamaan 2.14 [2] berikut :
G = D . η 2.14
D adalah direktivitas dan adalah efisiensi antena. Gain memiliki 2 jenis parameter, yaitu absolute gain dan relative gain. Absolute gain adalah
perbandingan antara intensitas pada arah tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena P
in
teradiasi secara isotropik. Gain juga dapat dicari seperti persamaan 2.15 sebagai berikut [2]:
� = �
� �
� � ℎ
� �
� � � �
2.15
Sedangkan relatif gain adalah sebagai perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi pada arah yang
direferensikan juga. Daya masukan harus sama diantara kedua antena tersebut yang dirumuskan seperti persamaan 2.16 berikut [2] :
� = �
�,�
2.16 Untuk menentukan dimensi elemen peradiasi, maka terlebih dahulu harus
ditentukan frekuensi kerja yang digunakan, untuk mencari panjang gelombang diruang bebas
� dirumuskan seperti persaman 2.17 [2] :
Universitas Sumatera Utara
14 � = 2.17
Setelah nilai � diperoleh, maka � dapat dihitung. Dimana � merupakan
panjang gelombang pada bahan dielektrik yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan 2.18 [2] :
� =
� √�
2.18 Gain dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan 2.19 [1] :
� =
� �
∙ 2.19
dimana : G
= gain antena �
= panjang gelombang bahan dielektrik ∙
= Luas patch segiempat
2.3.7 Return Loss
Return loss merupakan perbandingan antara amplitude dari gelombang yang direfleksikan terhadap amplitude gelombang yang dikirim. Return loss
digambarkan sebagai peningkatan amplitude dari gelombang yang direflesikan V
0-
sebanding dengan gelombang yang dikirim V
0+
. Return loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan
beban. Pada rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas mismatched, besarnya return loss bervariasi tergantung pada frekuensi dengan
menggunakan persamaan 2.20 [8] : =
log|Γ| 2.20 Nilai return loss yang baik adalah dibawah -9.54 dB, sehingga dapat
dikatakan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain saluran transmisi sudah
matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan apakah antena sudah bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak. Besaran nilai return loss diukur dari nilai
Universitas Sumatera Utara
15 S
11
pada saat melakukan simulasi. Hal ini dikarenakan pada saat melakukan simulasi terhadap return loss yang digunakan hanya 1 port saja pada antena array.
2.3.8 Polarisasi Lingkaran