membangun bangsa ini. Hal inilah yang menjadi akar dari semua permasalahan, sikap apatis yang tidak dapat dihilangkan dari masyarakat Indonesia.
Munculnya sikap apatis ini akhirnya menimbulkan keegoisan diri yang menyebabkan semua masyarakat selalu mementingkan dirinya atau golongannya
untuk mencapai suatu tujuan. Inilah yang saat ini kita lihat dalam sistem pemerintahan kita. Bahwa banyak pemerintah dan pejabat yang mementingkan
dirinya sendiri dan mengeksploitasi segala sumber daya yang ada. Inilah penyebab korupsi yang sudah mengakar dari jiwa masyarakat Indonesia. Akibatnya,
pembangunan bersama bangsa ini akan terhambat karena setiap orang akan mementingkan dirinya terlebih dahulu. Korupsi yang memakan dana
pembangunan akan menghentikan pembangunan itu sendiri dan hal ini tentu harus dihentikan oleh kita sebagai generasi muda. Cara yang paling dasar untuk
menghentikan korupsi adalah dengan mengubah pemahaman generasi muda tentang sistem bernegara dan itu harus dilakukan mulai dari sekarang.
1.1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dikemukakan
penulis adalah pengetahuan dasar mengenai korupsi dan cara pencegahan tindak korupsi.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk mencerdaskan pembaca agar mengerti mengenai korupsi
dan mengetahui bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya korupsi.
1.3. Ruang Lingkup Kajian
Agar permasalahan yang diangkat penulis tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
masalah yang akan diangkat hanya pada korupsi secara umum dan terjadi di Indonesia.
1.4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1. Metode Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data dari literatur yang
kemudian dianalisis. Sehubungan dengan itu, metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode deskriptif analitis.
5
1.4.2. Teknik Pengumpulan Data Pada makalah ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi
pustaka.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Bab I meliputi latar
belakang dan rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup kajian, metode dan teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II meliputi teori dasar mengenai
korupsi. Bab III meliputi pembahasan korupsi di Indonesia. Bab IV meliputi simpulan dan saran.
2. BAB II
TEORI DASAR KORUPSI
2.1. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi menurut Huntington 1968 adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh
masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
6
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri
Ahimsha-Putra 2002 menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Seorang sosiolog Malaysia Syed Hussein Alatas secara implisit menyebutkan tiga bentuk korupsi yaitu sogokan bribery, pemerasan extortion, dan nepotisme. Alatas
mendefinisikan nepotisme sebagai pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilikinya dan
dampaknya bagi kemaslahatan umum Alatas 1999:6. Inti ketiga bentuk korupsi menurut kategori Alatas ini adalah subordinasi kepentingan
umum dibawah tujuan-tujuan pribadi yang mencakup pelanggaran-pelanggaran norma- norma, tugas, dan kesejahteraan umum, yang dibarengi dengan kerahasiaan,
pengkhianatan, penipuan, dan sikap masa bodoh terhadap akibat yang ditimbulkannya terhadap masyarakat.
Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi. Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan
tetapi menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor
domestik maupun asing, memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannnya yang resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan
melakukan tindak korupsi. Mengutip Robert Redfield, korupsi dilihat dari pusat budaya, pusat budaya dibagi
menjadi dua, yakni budaya kraton great culture dan budaya wong cilik little culture. Dikotomi budaya selalu ada, dan dikotomi tersebut lebih banyak dengan subyektifitas
pada budaya besar yang berpusat di kraton. Kraton dianggap sebagai pusat budaya. Bila terdapat pusat budaya lain di luar kraton, tentu dianggap lebih rendah dari pada budaya
7
kraton. Meski pada hakikatnya dua budaya tersebut berdiri sendiri-sendiri namun tetap ada bocoran budaya.
2.2. Jenis - Jenis Korupsi