ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISIS HASIL PENELITIAN

IV.A. Analisa dan Evaluasi Pengakuan Pendapatan Pada Perusahaan Perbankan

Dalam memberikan kreditur kepada si debitur, bahwa dalam hal ini perbankan dituntut untuk dapat mengambil suatu kebijakan. Adapun kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong meningkatnya pendapatan bunga, serta bank tidak terjebak pada banyaknya jumlah kredit yang tidak tertagih. Setiap pengambilan suatu kebijakan kredit, bank hendaknya memperhatikan siapa yang patut mendapatkan kredit, berapa jumlah kredit serta metode pembayaran kredit.

Perbankan menjalankan kebijakan tersebut, hal ini dapat dilihat bahwa bank dalam memberikan kredit harus meneliti terlebih dahulu siapa orang yang akan memperoleh kredit, apa jenis usahanya, berapa jumlah kredit serta bagaimana metode pembayaran tersebut. Selain itu perbankan juga menilai jumlah jaminan yang disediakan oleh debitur. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi agar jumlah kredit yang diberikan tidak lebih besar dari jumlah agunan yang diterima oleh bank.

Selain melakukan penilaian terhadap debitur untuk memperoleh fasilitas kredit bank juga harus membedakan kredit yang akan diberikan. Dalam membedakan kredit tersebut, perbankan harus menggolongkan kredit tersebut berdasarkan kolektibilitasnya.

dengan melihat dan mempertimbangkan batas waktu. Penggolongan kredit tersebut adalah kredit lancar,

Penggolongan

ini

dilakukan dilakukan

Untuk kredit yang digolongkan diragukan, apabila nasabah / debitur yang bersangkutan tidak melunasi pinjaman serta bunga telah 3 bulan dan belum melampau 6 bulan. Kredit yang digolongkan macet dilakukan apabila nasabah yang bersangkutan tidak melunasi pinjamannya lebih dari 6 bulan atau tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga atau pokok pinjaman.

Menurut Surat edaran Bank Indonesia No. 23/12/BPPP Tanggal 28 Februari 1991, kredit berdasarkan kolektibilitasnya dapat di bedakan menjadi “kredir lancar, kurang lancar, diragukan dan kredit macet”. Kredit lancar yaitu (1) suatu kredit yang tidak memiliki tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau cerukan karena penarikan bunga. (2) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga tersebut belum melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan dan belum melampaui 3 bulan bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dan belum melampaui 6 bulan yang masa angsurannya 4 bulan.

Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang telah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 1 bulan dan melampaui 2 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan, dan melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dan Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang telah mengalami tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 1 bulan dan melampaui 2 bulan bagi kredit yang masa angsurannya kurang dari satu bulan, dan melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dan

Kredit diragukan, yaitu (1) kredit yang tidak memenuhi kredit lancar dan kurang lancar, (2) Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang- kurangnya 75% dari utang debitur, atau (3) kredit masih bisa diselamatkan namum agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari utang debitur.

Kredit macet, yaitu (1) Kredit yang tidak memenuhi kredit lancar, kurang lancar dan diragukan, (2) Dalam jangka 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit. (3) Kredit tersebut telah diserahkan ke pengadilan negeri atau Badan Usaha Piutang Negara (BPUN) atau telah diajukan permohonan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit.

Penggolongan kredit yang dibuat oleh perbankan memiliki batas waktu yang terlalu menurun. Hal ini nampak jelas dalam kredit lancar dimana perbankan hanya mengakui kredit lancar untuk debitur yang pembayarannya lancar setiap bulannya dan apabila sudah terjadi tunggakan baik satu sampai dua bulan, oleh perbankan langsung mengakuinya sebagai kredit kurang lancar. Batas waktu yang terlalu menurun ini mengakibatkan banyaknya debitur dari perbankan diakui sebagai kredit yang kurang lancar. Semakin menurunnya kolektibilitas perkreditan maka semakin besar persentase debitur yang kurang lancar atau diragukan yang diperhitungkan. Sedangkan menurut surat edaran bank indonesia, seharusnya tunggakan selama 1 dan

2 bulan yang dilakukan oleh kelima debitur tersebut masih diklasifikasikan dalam kredit lancar karena tunggakannya belum melampaui batas waktu untuk

diklasifikasikan dalam kredit lancar yaitu selama 3 bulan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa pada dasarnya pendapatan bunga kredit dari kolektibilitas lancar (performing) diakui secara accrual basis, sedangkan pendapatan bunga kredit dari dari kredit yang kurang lancar, diragukan dan macet (non performing) diakui pada saat kas diterima/penyelesaian (cash basis). Hal ini mengidentifikasi bahwa pendapatan yang terjadi dan yang diterima oleh perbankan seharusnya masih diakui secara accrual basis bukan secara cash basis. Sehingga pada saat jatuh tempo perbankan harus melakukan pencatatan dengan mendebetkan piutang bunga dan mengkreditkan pendapatan bunga sebesar jumlah bunga yang tertunggak. Dan pada saat pembayaran, piutang tersebut akan dinihilkan dengan mendebetkan kas dan mengkreditkan piutang bunga.

Seharusnya perbankan harus mencatatkan tunggakan tersebut dengan mendebetkan Rekening Administratif-Tunggakan Bunga sebesar jumlah bunga yang menunggak. Sedangkan pencatatan pada akhir periode, pencatatan yang dilakukan oleh perbankan salah, karena mengakui adanya piutang dan pendapatan bunga. Sementara tunggakan yang terjadi telah diklasifikasikan dalam kredit dengan kolektibilitas kurang lancar dan seharusnya dicatatkan secara cash basis bukan accrual basis , yakni dengan mendebetkan Rekening Administratif-Tunggakan bunga sebesar jumlah yang menunggkak.

Sedangkan untuk transaksi pada saat pembayaran pencatatan yang dilakukan oleh perbankan dilakukan dengan konsep accrual basis. Sementara sebelumnya sudah dinyatakan bahwa kredit tersebut adalah kredit dengan kolektibilitas kurang Sedangkan untuk transaksi pada saat pembayaran pencatatan yang dilakukan oleh perbankan dilakukan dengan konsep accrual basis. Sementara sebelumnya sudah dinyatakan bahwa kredit tersebut adalah kredit dengan kolektibilitas kurang

Perlakuan bunga kredit akan dilihat dari kualitas kredit yang memberikan bunga. Bila kredit tergolong lancar, maka bank bisa menerapkan accrual basis. Dengan demikian bunga yang belum jatuh tempo bisa dicatatkan sebagai piutang bunga pada saat pelaporan keuangan dilakukan. Namun bagi kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan dan macet) maka bank akan memperlakukan pendapatan bunga berdasarkan cash basis. Maka untuk mencatatkan pengakuan bunga yang belum dibayar debitur, bank akan mencatatkan dalam rekening administratif.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengakuan pendapatan bunga perbankan tidak konsisten, dimana sebelumnya dinyatakan bahwa pendapatan bunga dari kolektibilitas performing dan non performing diakui secara cash basis . Namun pada saat pencatatan akhir periode perbankan mengakui adanya piutang dan pendapatan bunga yang seharusnya itu dapat dicatatkan apabila bank mengakui pendapatannya secara accrual basis.