Penyebaran Sarang, Teknik Pemanenan, dan Sistem Pengelolaan Walet Sarang Hitam (Collocalia maxima) di Taman Nasional Kerinci Seblat Rayon Bengkulu Utara

RINGKASAN
Priyanto. D01496047.2001. Penyebaran Sarang, Teknik Pemanenan, dan Sistem
Pengelolaan Walet Sarang Hitam (Collocalia mainla) di Taman Nasional
Kerinci Seblat Rayon Bengkulu Utara. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Prof. Dr. D. J Sarnosir
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Ani Mardiastuti MSc
Wdet sarang hitam (Collocalia maxima) mempakan spesies walet yang bernilai
tinggi. Karena mahalnya sarang yang dihasilkan yang terbuat dari air liur yang
bercarnpur dengan bulu-bulu tubuhnya. Masyarakat memanen sarang burung walet
dari gua-gua kapur atau rumah walet yang dimodifikasi lingkungannya seperti di
dalarn gua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran sarang dan habitatnya;
teknik pemanenan meliputi manajemen waktu panen, alat-alat yang digunakan, hasil
panen, manajemen tenaga kerja, dampak pemanenan dan cara pemanenan sarang
burung walet serta sistem manajemen walet alam saat ini dibandingkan dengan
pengelolaan sebelumnya. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi tentang sistem pengelolaan walet dam. Informasi ini penting untuk
melestarikan populasi dan produksi sarang sehingga eksploitasi spesies ini dapat
dilakukan secara berkelanjutan.

Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan April sampai Juni 2000.
Lokasi penelitian di gua Baru I, Tarnan Nasional Kerinci Seblat Rayon Bengkulu
Utara. Gua Baru I adalah gua vertikal dan horizontal, termasuk gua kars yang dihuni
oleh walet sarang hitam. Gua tersebut mempunyai tiga mangan dimana walet
meletakkan sarangnya (populasi total adalah 7672 individu di ruang Lapangan, 2394
individu di mang Parak Mesin, dan 670 individu di mang Bawah) semua walet
menempati mintakat Gelap Suhu Konstan (GSK) dengan permukaan dinding yang
kering untuk meletakkan sarang.
Alat-alat yang digunakan untuk pemanenan adalah tambang, jaring, tangga kayu,
karung, lampu petromaks, lampu senter dan alat penjulok sarang (scraper). Masingmasing tenaga kerja telah mempunyai pembagian tugas sendiri-sendii. Interval
panen adalah setiap tiga bulan dengan alasan untuk regenerasi. Namun demikian
masih terdapat telur walet yang pecah dan matinya anakan walet yang belum dapat
terbang.
Pengelolaan walet alam di gua Baru I dilakukan oleh seorang investor. Seluru.
pihak pengelola dan investor menyatakan bahwa sistem pengelolaan yang diterapkan
sekarang adalah yang terbaik. Pendapat yang sama diperoleh dari penjaga gua (75%)
dan pekerja (66,67%). Namun 25% penjaga gua clan 33,33% pekeja mengusdkan
untuk merubah sistem pengelolaan. Semua responden berpendapat bahwa sistem
pengelolaan yang diterapkan tidak mengganggu populasi walet. Pengelolaan yang
dilakukan seharusnya mengikutsertakan berbagai pihak seperti Departemen

Kehutanan, taman nasional dan pemerintah daerah dalam satu sistem pengelolaan
dengan tetap memegang prinsip-prinsip pengelolaan yang lestari.