Nilai Ekonomi Dan Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (Tnks)

NILAI EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN
HUTAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT (TNKS)

GERIHANO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Nilai Ekonomi dan
Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, Agustus 2015

Gerihano
NRP H351114021

RINGKASAN
GERIHANO. Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA
PUTRI dan SAHAT M.H. SIMANJUNTAK
Hutan merupakan sumberdaya yang memiliki fungsi sebagai penunjang
ekosistem di sekitarnya yang meliputi hewan, tumbuhan, termasuk juga manusia.
Seiring dengan perkembangan pertumbuhan negara – negara di dunia peningkatan
akan permintaan kayu juga semakin mengalami kenaikan. Semakin meningkatnya
permintaan kayu tersebut dapat menyebabkan deforestasi di kawasan hutan. Oleh
karena itu untuk mengatasi semakin meningkatnya permintaan kayu diperlukan
manajemen pengelolaan kawasan hutan yang baik untuk menjaga keberlanjutan
kawasan hutan.
Tanaman di hutan terutama pohon juga merupakan penyerap karbon yang
menjadi sumber utama permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat internasional
yaitu pemanasan global. Pemerintah juga telah berkomitmen untuk menurunkan

emisi gas rumah kaca melalui aksi nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
yang termasuk didalamnya adalah sektor kehutanan. Tercatat kontribusi emisi
sektor kehutanan di Indonesia masih cukup besar yaitu 47,12% yang salah
satunya disebabkan oleh masih tingginya tingkat deforestasi.
Statistik kehutanan mencatat masih tingginya deforestasi di Indonesia
yang terjadi khususnya di wilayah Sumatra. Deforestasi di wilayah Sumatra
sendiri paling besar terjadi di Provinsi Riau dan selanjutnya adalah Provinsi
Jambi. Selanjutnya diketahui bahwa Sumatra telah kehilangan hampir 50%
kawasan hutannya hanya dalam periode 25 tahun. Provinsi Jambi merupakan
provinsi yang memiliki kawasan hutan yang luas, dari keseluruhan kawasan hutan
yang ada di Provinsi Jambi sekitar 38% terdapat di kawasan taman nasional
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) merupakan salah satu taman
nasional yang memliki luas hampir 1,4 juta hektar dan terdapat di wilayah
administrasi 4 provinsi di Sumatra, termasuk Provinsi Jambi. Pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kehutanan telah mengatur pemanfaatan kawasan hutan yang
tidak diperbolehkan menebang hutan. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa
masih terjadi penebangan liar yang dilakukan oleh oknum masyarakat di kawasan
taman nasional dengan tujuan pembukaan lahan. Perlunya pengelolaan yang baik
untuk mengatasi masalah deforestasi yang terjadi dikawasan taman nasional ini
agar dapat menguntungkan pemerintah dan masyarakat. Valuasi ekonomi

kawasan hutan dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa besar nilai ekonomi
dari kawasan hutan yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengambil kebijakan
pengelolaan kawasan hutan secara berkelanjutan.
Secara umum tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
nilai ekonomi dan strategi pengelolaan kawasan hutan TNKS di Provinsi Jambi.
Adapun secara khusus memiliki tujuan yaitu (1) mengidentifikasi kekayaan
sumber daya alam yang terdapat di kawasan TNKS, (2) menghitung nilai ekonomi
total sumber daya alam yang terdapat dikawasan TNKS, (3) mengidentifikasi cara
pemanfaatan hutan oleh masyarakat dikawasan TNKS, dan yang terakhir (4)
memformulasikan strategi pengelolaan TNKS dalam jangka panjang yang

memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat dengan tetap
melestarikan lingkungan.
Penelitian ini dilaksanan pada kawasan TNKS yang terletak di Kecamatan
Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Lokasi penelitian dipilih
berdasarkan desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNKS yaitu Desa
Pelompek Pasar Baru dan Desa Sungai Jernih. Data yang diperlukan dalam
penelitian berupa data primer yang diperoleh dengan wawancara secara langsung
kepada masyarakat dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang
terkait dengan penelitian. Nilai ekonomi total dalam penelitian ini terdiri dari nilai

guna langsung yang menggunakan productivity method dan water residual value
untuk nilai air, nilai guna tidak langsung yaitu nilai serapan karbon, serta nilai
keberadaan (existence) dan warisan (bequest) yang menggunakan Contingent
Valuation Method (CVM), yang terakhir kebijakan pengelolaan kawasan TNKS
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat banyak kekayaan sumber
daya alam yang terdapat di kawasan TNKS berupa flora, fauna terdapat beberapa
yang bersifat endemik serta kekayaan lain seperti sumber air panas, danau, dan air
terjun. Nilai ekonomi total kawasan TNKS adalah sebesar Rp. 56.177.159.761 /th
. Komponen nilai paling besar ditunjukkan oleh nilai serapan karbon. Sedangkan
dari sisi ekonomi, pemanfaatan masyarakat yang paling besar adalah pemanfaatan
kayu. Selanjutnya pengelolaan kawasan TNKS lebih di prioritaskan di bidang
ekonomi dengan tetap memperhatikan sanksi sesuai undang – undang yang
diikuti dengan pertanian tumpang sari dikawasan hutan.
Kata kunci : TNKS, nilai ekonomi total, strategi pengelolaan hutan berkelanjutan

SUMMARY
GERIHANO. Economic Value and Strategic Forest Sustainable Management of
TNKS National Park. Guided by EKA INTAN KUMALA PUTRI and SAHAT
M.H. SIMANJUNTAK.

Forest has important function to support the other ecosystem including
animals, plants, and also human. The demand of the wood increase as well as the
growth of the countries in the world. Increasing demand of the wood can caused
deforestation in forest ecosystem. Therefore to solve the increasing demand of the
wood required a good forest management to maintain the sustainable forest
ecosystem.
Plants in the forest especially trees is functionate to absorb carbon that
become a major problem in international that is global warming. Indonesian
government has committed to reduce the emission of greenhouse gas including
the forestry sector. Indonesia government recorded that the emission of forestry
sector in Indonesia is about 47,12% one of the problem is caused by deforestation.
Indonesia forestry statistic report that deforestation in Indonesia is quite
large especially condition in Sumatra. Deforestation in Sumatra the largest
happens in Riau Province and next is Jambi Province. Also known that Sumatra
had lost almost 50% forestry region in just about 25 years. Jambi Province is one
of the region that have a large forest area, about 38% forest of Jambi Province is
located in national park.
Kerinci Seblat National Park (TNKS) is very vast that cover 1,4 million
hectare and located in 4 province including Jambi Province. Indonesian
government has been organize the utilization of the forest through forestry

ministerial regulation and mentioned that the trees in the forest can’t be cutted.
The conditional fact there is still a people who cut the trees in national park
intended to do land clearing. Good forest management is needed to solve this
problem so the forest can be useful for both of side government and people itself.
Economic valuation of forestry resource research is needed to give an information
about the economic value of forest ecosystem that eventually can be useful to
create a decision of sustainable forest management.
Generally the purpose of this research is to discover the total economic
value of TNKS National Park in Jambi Province. Specifically to (1) identified the
natural resources in TNKS, (2) estimate the total economic value of TNKS, (3)
identified the useful of forest ecosystem to local people, (4) to formulate the
strategy of sustainable forest management in TNKS.
This research is located in TNKS area of Jambi Province spesifically
Gunung Tujuh sub district. Location of the research is chosen based on the village
that have a border directly with national park which is Pelompek Pasar Baru
village and Sungai Jernih village. Data that required in this research include
primary and secondary data. Primary data is collected from local people in
research area and secondary data is collected from the agency that related with
this research. Total economic value in this research is consist of direct use value,
indirect use value, and non use values (existence and bequest value). Finally to

formulate the strategic of forest sustainable management using Analytical
Hierarchy Process (AHP).

The research show that TNKS national park have a lot of natural
resource wealth which is plants, animals, some kind of it is endemic. The other
natural wealth of TNKS national park is hot springs, lake, an also waterfall. Total
economic value of TNKS national park is 56.177.159.761 rp/th. The largest value
is recorded the function of the forest as a carbon storage. The research also show
that there are still some of the local people that cut the trees in national park which
is forbidden. Finally the sustainable forest management is more concern about the
economic of the local people but still with strict regulation.
Keyword : TNKS, total economic value, sustainable forest management

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

NILAI EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
(TNKS)

GERIHANO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Bahruni MS

PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas segala ilmu, rahmat, nikmat dan hidayah – Nya sehingga saya bisa
menyelesaikan penyusunan tesis ini yang berjudul : Nilai Ekonomi dan Strategi
Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Penulis menyadari bahwa dapat diselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari
bantuan dan arahan dosen pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.Si selaku Ketua
Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sahat M.H. Simanjuntak, M.Sc selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang selama ini telah memberikan masukan dan
arahan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis mengetahui bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dalam usaha
untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam penulisan tesis ini. Penulis
mengharapkan semoga rencana penelitian ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan penelitian dan dapat memberikan informasi kepada pengambil
keputusan dalam pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan, serta kepada
masyarakat dapat memberikan informasi tentang nilai dan manfaat kawasan hutan


Bogor, Agustus 2015

Gerihano

i

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 4
Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
Manfaat Penelitian ............................................................................................... 8
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 9
2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 9
Definisi Hutan ..................................................................................................... 9
Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Taman Nasional ............................ 10

Permenhut Republik Indonesia No. P.31/Menhut-II/2012 ............................ 10
Permenhut P.56/MENHUT-II/2006 Tentang ................................................ 11
Pedoman Zonasi Taman Nasional ................................................................. 11
Konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value / TEV) ............................ 12
Metode Perhitungan Valuasi Ekonomi .............................................................. 13
Penilaian Kawasan Menggunakan Metode Penilaian Kontingensi ................... 14
Contingent Valuation Method (CVM) ........................................................... 14
Willingness to Pay (WTP) .............................................................................. 16
Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................................................ 16
Benefit Tranfser ............................................................................................. 18
Penelitian Sebelumnya ...................................................................................... 18
3 METODE PENELITIAN ................................................................................... 20
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 20
Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 21
Penentuan Sampel Penelitian ............................................................................ 21
Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 23
Metode Analisis Data ........................................................................................ 23
Analisis Deskriptif ............................................................................................. 23
Konsep Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value / TEV) ........................... 24
Nilai Guna Langsung (Direct Use Values) ........................................................ 24
Productivity Method ...................................................................................... 24
Water Residual Value .................................................................................... 25
Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Values) ............................................ 25
Nilai Hutan Sebagai Penyimpan Karbon ........................................................... 25
Nilai Non Guna (Non Use Values) .................................................................... 26
Contingent Valuation Method (CVM) ........................................................... 27

ii

Regresi Linier Berganda ............................................................................... 29
Analytical Hierarchy Process (AHP) ........................................................... 31
4 HASIL dan PEMBAHASAN ............................................................................. 33
Gambaran Umum Kawasan TNKS .................................................................... 33
Gambaran Umum Pengelola TNKS................................................................... 35
Gambaran Umum Kecamatan Gunung Tujuh ................................................... 38
Gambaran Umum Desa Penelitian ..................................................................... 41
Desa Pelompek Pasar Baru ............................................................................ 41
Desa Sungai Jernih ......................................................................................... 42
Karakteristik Responden Penelitian ................................................................... 44
5 PENILAIAN EKONOMI SUMBERDAYA KAWASAN TNKS ..................... 48
Identifikasi Sumber daya Alam Kawasan TNKS ............................................... 48
Menghitung Nilai Ekonomi Total Kawasan TNKS ........................................... 49
Menghitung Nilai Guna Langsung Kawasan TNKS ...................................... 49
Productivity Method ....................................................................................... 49
Nilai Air (Water Residual Value) ................................................................... 50
Menghitung Nilai Guna Tidak Langsung Kawasan TNKS ............................... 52
Nilai Simpanan Karbon .................................................................................. 52
Menghitung Nilai Non Guna Kawasan TNKS .................................................. 53
Nilai Keberadaan (Existence) Kawasan TNKS.............................................. 53
Nilai Warisan (Bequest) Kawasan TNKS ...................................................... 55
Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) Kawasan TNKS ......................... 57
Cara Pemanfaatan TNKS Oleh Masyarakat ...................................................... 58
Konflik yang Terjadi di Kawasan TNKS ........................................................... 61
Peraturan Pemerintah dan Pengelolaan TNKS .................................................. 62
6 STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN TNKS .............................. 64
Elemen Aktor Terhadap Goal ............................................................................. 64
Elemen Kriteria terhadap Aktor ......................................................................... 65
Elemen Alternatif Terhadap Kriteria .................................................................. 66
Elemen Strategi Terhadap Elemen Alternatif..................................................... 67
Implikasi Hasil Penelitian .................................................................................. 70
7 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 72
Simpulan ............................................................................................................ 72
Saran .................................................................................................................. 72
8 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77
RIWAYAT HIDUP

94

iii

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................................ 6
2 Total Economic Value (TEV)............................................................................. 13
3 Peta Lokasi Kawasan Penelitian ........................................................................ 20
4 Model Perumusan AHP ..................................................................................... 32
5 Peta Zonasi Kawasan TNKS .............................................................................. 34
6 Struktur Organisasi Pengelolaan TNKS ............................................................ 37
7 Topografi Kecamatan Gunung Tujuh ................................................................ 38
8 Penduduk Kecamatan Gunung Tujuh Menurut Desa ........................................ 39
9 Penduduk Gunung Tujuh Menurut Jenis Kelamin ............................................. 39
10 Sarana Pendidikan Kecamatan Gunung Tujuh ................................................ 40
11 Sarana Kesehatan Kecamatan Gunung Tujuh .................................................. 40
12 Kelompok Tani Kecamatan Gunung Tujuh ..................................................... 41
13 Jumlah Penduduk Desa Sungai Jernih ............................................................. 43
14 Penduduk Sungai Jernih Berdasarkan Pendidikan ........................................... 43
15 Penduduk Sungai Jernih Berdasarkan Pekerjaan ............................................. 44
16 Lama Tinggal, Usia, dan Jarak Rumah Responden ......................................... 45
17 Pendidikan, Pekerjaan, dan Pendapatan Responden ........................................ 47
18 Persentase Pemanfaatan Hutan Berdasarkan Komoditi ................................... 59
19 Persentase Pemanfaatan Komoditi Berdasarkan Jumlah Masyarakat .............. 60
20 Aktor Pengelolaan Kawasan TNKS ................................................................. 64
21 Bobot Hasil Analisis AHP ............................................................................... 69

iv

DAFTAR TABEL
1 Produksi dan konsumsi kayu dunia 2008 - 2010 .................................................. 1
2 Tingkat deforestasi Indonesia 2010 ...................................................................... 2
3 Luas wilayah dan laju deforestasi TNKS 2009 - 2012 ......................................... 3
4 Skala penomoran AHP ....................................................................................... 17
5 Keunggulan dan kelemahan metode benefit transfer ......................................... 18
6 Matriks tujuan penelitian .................................................................................... 22
7 Kategori Pendapatan Responden ........................................................................ 30
8 Pemanfaatan komoditas hutan ............................................................................ 31
9 Luas TNKS menurut kabupaten / kota ............................................................... 33
10 Data penduduk Desa Pelompek Pasar Baru ..................................................... 42
11 Jumlah dan nilai pemanfaatan TNKS ............................................................... 50
12 Jumlah dan nilai pemanfaatan air ..................................................................... 51
13 Tipe Tutupan hutan dan daya serap karbon ...................................................... 52
14 Hasil analisis regresi nilai WTP existence........................................................ 54
15 Hasil analisis regresi WTP Bequest .................................................................. 56
16 Nilai ekonomi total kawasan TNKS ................................................................. 58
17 Kebijakan pemerintah tentang taman nasional ................................................ 63
18 Perbandingan elemen kriteria terhadap aktor ................................................... 65
19 Perbandingan elemen alternatif terhadap kriteria
66
20 Perbandingan elemen strategi terhadap alternatif ............................................. 67

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Hasil regresi nilai WTP bequest
Uji normalitas variabel WTP existence
Uji heteroskedastisitas variabel WTP existence
Hasil regresi nilai WTP bequest
Uji normalitas variabel WTP bequest
Uji heteroskedastisitas variabel WTP bequest
Uji multikolinieritas menggunakan uji VIF
Uji autokorelasi
Hasil analisis AHP
Pemanfaatan responden berdasarkan komoditi
Pemanfaatan air responden

79
80
81
82
83
84
85
86
87
89
90

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu kekayaan sumber daya alam yang memberikan
banyak manfaat penting sebagai penopang kelanjutan kehidupan manusia.
Berbagai jenis kekayaan alam terdapat dalam suatu ekosistem hutan baik flora,
fauna, sumber mata air, sungai, hasil tambang, yang masing – masing berinteraksi
satu sama lain dalam suatu biodiversitas yang manfaatnya dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung oleh manusia. Ketergantungan manusia terhadap
hutan dapat diamati misalnya dengan mengetahui semakin meningkatnya
permintaan kayu negara – negara di dunia. Menurut FAO (2010), tingginya
permintaan produk dari kayu merupakan salah satu alasan perlunya investasi
dalam manajemen pengelolaan hutan. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi semakin meningkatnya permintaan kayu di dunia antara lain ; (1)
semakin meningkatnya populasi penduduk dunia, (2) semakin meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dunia, (3) peningkatan kawasan pada umumnya di Negara
berkembang seperti Asia, (4) regulasi di bidang lingkungan : lebih banyak hutan
yang ditetapkan untuk memproduksi kayu, (5) kebijakan energi : penggunaan
biomass termasuk kayu. Perkembangan produksi dan konsumsi kayu dunia dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1 Produksi dan konsumsi kayu dunia 2008 - 2010
Wilayah
Asia
Oceania
Afrika
Eropa
Amerika
Dunia

2008
1045723
64554
676287
651577
380509
3431370

Sumber : FAO (2010)

Produksi
2009
1029512
60889
682032
585325
332528
3291210

2010
1033039
64063
690835
653704
340655
3405193

2008
1090140
52930
672607
629254
371640
3426824

Konsumsi
2009
2010
1070451
1080875
47840
47462
679104
688068
565898
636787
324848
330266
3286610
3400564

Penjelasan tabel 1 memberikan informasi bahwa permintaan kayu di
wilayah Asia semakin meningkat pada tahun 2009 - 2010 walaupun sempat
mengalami penurunan pada tahun 2008 - 2009 akan tetapi kembali meningkat
pada tahun berikutnya sama halnya dengan produksi. Peningkatan permintaan
kayu pada akhirnya akan berbanding lurus dengan harga kayu di pasaran. Hutan
merupakan sumberdaya yang tidak hanya menghasilkan kayu, akan tetapi hutan
sebenarnya memiliki fungsi sebagai penunjang kehidupan ekosistem di sekitarnya
termasuk manusia. Semakin dirasakannya akibat negatif dari pembangunan di
negara – negara maju menyebabkan penduduk dunia lebih memperhatikan
lingkungan. Oleh karena itu negara di dunia sepakat untuk lebih memperhatikan
lingkungan dalam skala global. Berdasarkan hal tersebut menurut Soemarwoto
(2008) bulan Juni 1992 diadakan konferensi PBB Tentang Lingkungan dan
Pembangunan atau dikenal juga dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi.
Perhatian dunia yang semakin besar terhadap lingkungan juga
mempengaruhi metode penghitungan nilai ekonomi hutan sebagai suatu ekosistem
yang memiliki berbagai keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun

2

fauna. Beberapa metode telah digunakan untuk mengkuantifikasikan nilai
kekayaan alam yang terdapat di hutan dan fungsi ekologi hutan yang sebelumnya
tidak dapat diketahui nilai ekonominya saat ini telah dapat dihitung. Metode dan
penilaian sumberdaya alam (termasuk hutan) tidak hanya dihitung sebatas nilai
ekonomi langsung (direct use) tetapi juga nilai ekonomi tidak langsung (indirect
use). Selain metode penghitungan telah ditetapkan mekanisme untuk dapat
mentransaksikan beberapa nilai tidak langsung ini kedalam nilai langsung yang
dapat memberikan insentif ekonomi langsung kepada masyarakat. Salah satunya
adalah mekanisme perdagangan karbon (carbon trade).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (2012) metode perhitungan
nilai ekonomi kawasan hutan (valuasi ekonomi ekosistem hutan) perlu dilakukan
karena sangat bermanfaat untuk menentukan apakah ekosistem hutan di suatu
lokasi dapat dimanfaatkan atau dipertahankan sesuai kondisi alaminya. Apabila
perlu dimanfaatkan dengan mengetahui nilai ekonomi dari kawasan hutan juga
dapat memberikan arahan sejauh mana pemanfaatan tersebut dapat dilaksanakan,
sehingga tidak mengurangi fungsi ekologis hutan agar dapat memberikan manfaat
secara berkelanjutan.
Tanaman – tanaman yang terdapat di hutan terutama pohon merupakan
tumbuhan penyerap karbon yang merupakan sumber masalah pemanasan global
dan telah menjadi perhatian sebagian besar negara – negara di dunia termasuk
Indonesia. Pemerintah Indonesia berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca
sebesar 26% dengan usaha sendiri dan diharapkan dapat mencapai 41% dengan
bantuan internasional pada tahun 2020. Untuk mencapai hal tersebut, Presiden
Indonesia menetapkan Perpres No. 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Kegiatan RAN-GRK terdiri dari
beberapa kegiatan di beberapa bidang, salah satunya adalah kehutanan (Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2012).
Lebih lanjut Kementerian Lingkungan Hidup (2009) mencatat bahwa
kontribusi sektor kehutanan dalam emisi GRK masih cukup besar yaitu sekitar
47,12% yang disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya disebabkan
karena adanya deforestasi. Besarnya tingkat deforestasi di Sumatra dan Indonesia
pada tahun 2009 – 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 Tingkat deforestasi Indonesia 2010
Provinsi
Aceh
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Jambi
Sumatra Selatan
Bengkulu
Lampung
Total Keseluruhan Sumatra
Indonesia

Sumber : Statistik Kehutanan (2011)

Luas Deforestasi (ha/Th)
32.156,4
44.099,6
37.391,5
191,336,8
76.522,7
18.875,5
3.337,8
1.205,6
404.925,9
832.126,9

3

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa deforestasi paling besar pada periode tahun
2009 – 2010 setelah Provinsi Riau terjadi pada hutan di wilayah Provinsi Jambi,
yaitu sekitar 76.522,7 (18,89%) dari keseluruhan deforestasi di Sumatra. Menurut
Pemerintah Provinsi Jambi (2011) Sumatra sendiri telah kehilangan hampir 50
persen hutannya dalam waktu ± 25 tahun, hingga pada tahun 2008 hanya tersisa
29% (12,8 juta ha) kawasan tutupan hutan, sedangkan 83% kawasan eco-floristik
dan lahan gambut yang tersisa merupakan lahan kritis atau terancam punah akibat
terdapat tumpang tindih lahan.
Provinsi Jambi merupakan salah satu provinsi di Sumatera yang memiliki
kawasan hutan yang cukup luas. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No.18
Tahun 1999, luas kawasan hutan di Provinsi Jambi adalah 2.179.440 ha (sekitar
42,73% dari luas Provinsi Jambi). Terdiri dari kawasan lindung 870.250 ha (17%)
dan kawasan hutan produksi 1.309.190 ha (25,67%). Dari sekitar 17% kawasan
hutan lindung di Provinsi Jambi, hampir separuhnya 338.000 ha (35,72%) berada
di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
TNKS merupakan gabungan dari beberapa kawasan cagar alam yang
memiliki hutan lindung yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari
beberapa provinsi yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan air bagi
masyarakat sekitar. Lebih lanjut menurut Ernaldi (2004) TNKS merupakan salah
satu dari 41 taman nasional yang ada di Indonesia dan merupakan yang terluas di
Asia Tenggara. Penetapan TNKS tercantum dalam SK Menteri Kehutanan No.
192/KPTS-II/1996 tanggal 1 Mei 1996. TNKS memiliki luas keseluruhan
1.368.000 ha yang termasuk kedalam wilayah empat Provinsi yaitu Provinsi
Jambi (30.86%), Provinsi Sumatra Barat (25,86%), Provinsi Bengkulu (22,73%),
serta Provinsi Sumatera Selatan (20,55%).
Tindakan penebangan hutan taman nasional oleh masyarakat sebenarnya
tidak dibenarkan secara hukum. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kehutanan
sebetulnya telah mengeluarkan Peraturan Undang – Undang Nomor P. 56 /
Menhut – II/ 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Pasal 3 pada
peraturan ini dengan jelas menyebutkan pada bagian keempat Pasal 7 yang
mengatur tentang rehabilitasi serta pemanfaatan dan pendataan juga penelitian,
pengembangan pendidikan dan pariwisata alam dan tidak boleh melakukan
penebangan hutan. Kondisi yang terjadi faktanya sejak tahun 1990 menurut Balai
Besar TNKS, telah terjadi deforestasi. Perkembangan perubahan tutupan hutan
TNKS dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3 Luas wilayah dan laju deforestasi TNKS 2009 - 2012
Tahun
2009
2010
2011
2012

Luas Wilayah Hutan (Ha)
338.000
328.569
287.266
259.011
Total Deforestasi
Rata - Rata Deforestasi / th

*
: Belum tersedia data
Sumber : Antara (2013)

Deforestasi (Ha)
9.431
41.303
28.255
*
78.989
26.330

4

Deforestasi dapat terjadi karena berbagai faktor, namun secara umum
deforestasi terjadi karena terdapat perbedaan kepentingan antara dua pihak dalam
hal ini adalah pemerintah dan masyarakat. Pemerintah merupakan pihak yang
bertanggung jawab untuk melestarikan hutan, sedangkan dilain pihak masyarakat
masih bergantung kepada hutan sebagai sumber mata pencaharian. Pemanfaatan
masyarakat sekitar hutan sebagian besar berupa pemanfaatan langsung yang
apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik akan dapat merugikan
masyarakat sendiri. Hal tersebut terjadi karena pengetahuan masyarakat yang
masih rendah terhadap nilai ekonomi sesungguhnya dari kawasan hutan dan
kebijakan pengelolaan hutan yang kurang melibatkan masyarakat.
Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji dampak jangka panjang
pengelolaan TNKS secara berkelanjutan. Jika dibiarkan secara terus menerus
maka penebangan hutan serta pemanfaatan lahan hutan sebagai perkebunan yang
diusahakan masyarakat disekitar kawasan akan semakin meluas dan dapat
merusak ekosistem yang ada sehingga diperlukan upaya pengelolaan TNKS
bersama masyarakat yang saling menguntungkan dan dapat memberikan manfaat
secara ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah dengan tetap mempertahankan
kondisi TNKS sebagai zona penyangga dan tempat rehabilitasi serta kawasan
cagar alam yang bernilai tinggi bagi keberlanjutan hidup masyarakat. Nilai
ekonomi kawasan TNKS perlu diketahui sebagai dasar penetapan kebijakan
pengelolaan yang berkelanjutan, selanjutnya setelah diketahui nilai tersebut
diharapkan nantinya dapat memformulasikan kebijakan pengelolaan TNKS yang
memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah dengan tetap
mempertahankan kondisi alaminya sebagai taman nasional.
Kerangka Pemikiran
Saat ini, negara – negara di dunia tengah menghadapi berbagai masalah
yang di akibatkan karena telah rusaknya atau terjadinya pencemaran lingkungan
termasuk di Indonesia. Kita dapat mengetahui dari berbagai media dan penelitian
tentang peningkatan pencemaran, alih fungsi lahan, maupun penebangan hutan
secara liar. Pada kehidupan sehari – hari, manusia biasanya mengabaikan fungsi
dan pentingnya manfaat lingkungan bagi penunjang kehidupan masyarakat yang
manfaatnya sulit untuk dirasakan dari sisi ekonomi namun dapat merugikan
manusia bila keseimbangan ekosistem dalam lingkungan terganggu. Masyarakat
lebih cenderung lebih memperhatikan sisi ekonomi yang dapat langsung
dimanfaatkan dari hutan dalam hal ini adalah kayu dan ketersediaan lahan bagi
perekonomian masyarakat.
Mengetahui nilai ekonomi dari kawasan hutan TNKS, diharapkan dapat
memberi informasi dan pengenalan lebih jauh kepada masyarakat tentang
besarnya manfaat TNKS baik manfaat yang langsung dirasakan masyarakat
(manfaat ekonomi)
maupun manfaat lingkungan sebagai penunjang
keberlangsungan kehidupan manusia. Pengetahuan akan manfaat hutan bagi
masyarakat dan kerugian yang terjadi apabila hutan mengalami kerusakan
diharapkan dapat mempengaruhi perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam
memanfaatkan hutan menjadi lebih baik, karena kehidupan masyarakat
bergantung terhadap hutan dan kelestarian hutan juga tergantung dari peran serta
masyarakat. Interaksi antara masyarakat di sekitar TNKS dengan ekosistem

5

TNKS seharusnya terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain.
TNKS berperan penting bagi kelangsungan hidup berbagai jenis hewan,
tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Namun disisi lain masyarakat
menginginkan peningkatan kesejahteraan yang diperoleh dari pemanfaatan hasil
hutan dikawasan TNKS terutama pemanfaatan yang bersifat langsung.
Semakin tingginya kerusakan hutan yang disebabkan kebutuhan masyarakat
akan ekonomi menyebabkan kawasan TNKS saat ini mengalami deforestasi yang
semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk mengatasi deforestasi yang terjadi
diperlukan pengelolaan yang lebih baik, serta pengetahuan masyarakat akan nilai
dan fungsi hutan yang menguntungkan masyarakat secara berkelanjutan. Apabila
kondisi tersebut dapat dicapai, diharapkan nantinya deforestasi yang terjadi di
kawasan TNKS dapat berkurang. Valuasi ekonomi kawasan hutan diharapkan
dapat memberi informasi tentang nilai ekonomi kawasan yang dapat memberi
nilai sesungguhnya kawasan TNKS yang tidak hanya bersifat pemanfaatan
langsung saja. Selain itu nilai ekonomi kawasan hutan juga dapat dijadikan
sebagai informasi penetapan kebijakan pengelolaan TNKS yang berkelanjutan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka pemikiran dibawah ini :

6

Pengelolaan Taman
Nasional Kerinci Seblat
Provinsi Jambi

Masyarakat di Sekitar
Kawasan Hutan TNKS

(Balai Besar TNKS
Provinsi Jambi)

Pengelolaan Kawasan
Hutan TNKS Provinsi
Jambi

Cara Pemanfaatan
Hutan Oleh Masyarakat

Pentingnya valuasi
ekonomi kawasan
hutan

TEV Kawasan
TNKS

Direct Use

Indirect Use

Non Use Values

Analytical
Hierarchy
Process

Kebijakan Pengelolaan TNKS Secara
Berkelanjutan

Keterangan :

Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

7

Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian sebelumnya didukung dengan data yang telah
ditampilkan dapat diketahui bahwa telah terjadi deforestasi atau berkurangnya
luas tutupan hutan pada kawasan TNKS di Provinsi Jambi. Deforestasi tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah pemanfaatan oleh
masyarakat dengan cara yang salah yaitu dengan menebang kayu secara langsung,
yang sebenarnya melanggar Permenhut P.56/Menhut II/tahun 2006 tentang
Pedoman Zonasi Taman Nasional. Permintaan masyarakat akan kualitas
lingkungan yang baik serta program pemerintah dalam upaya untuk menurunkan
emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26% menjadikan kawasan TNKS merupakan
kawasan potensial apabila dilakukan dengan pengelolaan yang baik. Namun
dengan terjadinya deforestasi yang diakibatkan karena cara pemanfaatan
sumberdaya hutan yang salah pada jangka panjang akan menyebabkan kerugian
bagi masyarakat kawasan hutan itu sendiri, karena fungsi hutan sebagai penunjang
ekosistem akan terganggu.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, permasalahan utama
pengelolaan hutan di kawasan Provinsi Jambi saat ini terdiri dari beberapa aspek,
yaitu : (1) aspek pemasaran yang semakin meningkat, (2) kesenjangan antara
kapasitas primer hutan industri, (3) kegiatan illegal logging yang semakin tidak
terkendali, (4) otonomisasi urusan kehutanan yang tergesa – gesa, (5) kinerja
perusahaan di sektor kehutanan yang buruk, dan yang terakhir (6) kualitas hutan
yang semakin menurun. Mengatasi beberapa masalah tersebut pemerintah
meyakini bahwa pembangunan kehutanan yang berkelanjutan harus lebih
mempertimbangkan keseimbangan fungsi hutan pada aspek ekonomi, ekologi dan
sosial masyarakat. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam pengelolaan kawasan hutan diperlukan peran serta
masyarakat dengan fokus pada cara pemanfaatan hutan oleh masyarakat serta
pengetahuan masyarakat akan nilai sesungguhnya kawasan hutan.
Pemerintah telah menetapkan peraturan undang – undang pengelolaan taman
nasional dengan jelas, bahwa setiap penebangan liar yang terjadi di kawasan
taman nasional tidak dibenarkan dan dapat diberikan sanksi, namun di lain pihak
pemerintah juga perlu memikirkan kesejahteraan masyarakat yang hidup disekitar
kawasan taman nasional. Pemerintah melalui departemen kehutanan telah
menetapkan lembaga untuk mengatur cagar alam seperti taman nasional yaitu
Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan sebagai perwakilannya di
TNKS telah dibentuk Balai Besar TNKS yang diharapkan dapat saling bekerja
sama mengatur pengelolaan TNKS, selain itu diperlukan juga pengelolaan dan
kerjasama yang baik antara masyarakat di sekitar TNKS dan Balai Besar TNKS
sebagai pengelola TNKS untuk menjaga kelangsungan ekosistem taman nasional,
sekaligus dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar taman
nasional itu sendiri.
Terjadinya penebangan liar oleh masyarakat disebabkan karena kebutuhan
ekonomi masyarakat. Masyarakat mengambil kayu sebagai bahan untuk membuat
rumah serta dijual kepada orang lain, selain itu faktor lain yang membuat
deforestasi semakin meningkat adalah keterbatasan ekonomi masyarakat untuk
membeli lahan sehingga hutan dianggap sebagai sumberdaya alam yang bebas
dimanfaatkan namun untuk dapat dijadikan lahan perkebunan masyarakat terlebih

8

dahulu menebang hutan. Hutan TNKS yang sangat luas merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan pentingnya peran serta masyarakat dalam pengawasan
dan pengelolaan kawasan. Masyarakat perlu mengetahui nilai – nilai ekonomi
yang terdapat dikawasan hutan agar memiliki kesadaran untuk menjaga hutan agar
tetap lestari dan berkelanjutan. Selanjutnya setelah diketahui informasi mengenai
nilai – nilai ekonomi yang terdapat di kawasan TNKS berdasarkan informasi
tersebut dapat diketahui lebih lanjut bagaimana strategi pengelolaan agar TNKS
untuk dapat menjaga kelestarian ekosistem TNKS sebagai taman nasional dengan
tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi sumberdaya alam yang terdapat pada kawasan TNKS
di Provinsi Jambi?
2. Seberapa besar nilai ekonomi total sumberdaya alam yang terdapat di
kawasan TNKS di Provinsi Jambi?
3. Bagaimana cara masyarakat memanfaatkan kawasan hutan TNKS
Provinsi Jambi?
4. Bagaimana strategi dan kebijakan pengelolaan TNKS di Provinsi Jambi
dalam jangka panjang agar dapat memberikan manfaat secara ekonomi
bagi pemerintah dan masyarakat namun tidak merusak lingkungan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan umum adalah untuk mengetahui Nilai
Ekonomi Total dan Strategi Pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional
Kerinci Seblat (TNKS) di Provinsi Jambi. Setelah diketahui nilai TEV,
selanjutnya nilai tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan
pengelolaan TNKS secara berkelanjutan.
Secara spesifik memiliki tujuan :
1. Mengidentifikasi kekayaan sumberdaya alam yang terdapat pada kawasan
TNKS Provinsi Jambi
2. Menghitung nilai ekonomi total sumberdaya alam yang terdapat di
kawasan TNKS Provinsi Jambi.
3. Mengidentifikasi cara pemanfaatan hutan oleh masyarakat pada kawasan
TNKS Provinsi Jambi.
4. Memformulasikan strategi pengelolaan TNKS dalam jangka panjang yang
memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat dengan tetap
melestarikan lingkungan.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi khususnya kepada pemerintah daerah dan
masyarakat tentang besarnya nilai ekonomi total (direct & indirect use
values, bequest & existence values) dari kawasan hutan TNKS di Provinsi
Jambi.

9

2. Menjadi pertimbangan pemerintah dalam upaya untuk mengelola TNKS
yang dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat baik secara
ekonomi maupun lingkungan, namun dengan tetap menjaga kelestarian
kawasan hutan.
3. Perbandingan dari penelitian – penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
dan acuan bagi penelitian yang nantinya akan dilakukan di daerah lain.
Ruang Lingkup Penelitian
Wilayah TNKS yang cukup besar dan terletak di wilayah administrasi 4
provinsi yaitu Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat, karena luas
wilayah tersebut maka penelitian ini hanya memfokuskan untuk mengetahui nilai
total ekonomi kawasan hutan TNKS yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi saja. Jumlah sampel yang nantinya akan
diwawancarai sebagai responden merupakan masyarakat yang bertempat tinggal
berbatasan langsung dengan TNKS dan terletak di wilayah Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi yaitu masyarakat di Kecamatan Gunung Tujuh. Nilai guna
langsung dalam penelitian ini tidak merupakan nilai langsung secara keseluruhan,
namun hanya dibatasi kepada beberapa hasil hutan yang dimanfaatkan langsung
oleh masyarakat yaitu, kayu, tanaman obat, rotan, madu, kayu bakar, dan air.
Sedangkan nilai guna tidak langsung hanya menilai fungsi ekologis dari kawasan
hutan saja, yang dinilai berdasarkan kemampuan simpanan karbon oleh pohon
yang terdapat dikawasan hutan. Berdasarkan teori untuk menghitung nilai
ekonomi total suatu kawasan termasuk juga didalamnya nilai pilihan (option
value), namun untuk menghitung nilai pilihan ini diperlukan metode yang berbeda
dan karena adanya beberapa keterbatasan, maka dalam penelitian ini perhitungan
nilai pilihan tersebut tidak dilakukan.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Hutan
Menurut Undang – Undang No. 41 Tahun 1999 dalam Rahmawaty (2004)
tentang kehutanan pada pasal 1 disebutkan bahwa hutan merupakan suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Lebih lanjut dalam dalam Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No. 70/KPTS-II/2001 tentang Penetapan Kawasan
Hutan dapat disimpulkan bahwa kawasan hutan merupakan wilayah yang
ditentukan dan ditunjuk oleh pemerintah untuk tetap dipertahankan keberadaanya.
Fauzi (2010) menyatakan bahwa hutan merupakan aset multiguna yang
tidak saja menghasilkan produk yang dapat dikonsumsi secara langsung, misalnya
arang, kayu, pulp, madu, tanaman obat dan lain – lain, tetapi juga mempunyai
nilai lain (non – use) seperti pelindung panas, pemecah angin (windbreaks), dan
pelindung tanah dari bahaya erosi. Selain itu, hutan juga menjadi habitat bagi
satwa dan hewan lainnya yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem
dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain, hutan tidak saja memberikan

10

manfaat pada saat ditebang (manfaat eksploitasi), namun juga memberikan
manfaat tatkala sumber daya hutan dibiarkan (manfaat konservasi). Beberapa
perbedaan sumberdaya hutan dengan sumberdaya yang dapat diperbaharui lainnya
yaitu :
1. Hutan memiliki pertumbuhan yang sangat panjang, mulai dari saat
ditanam sampai ditebang.
2. Lahan dimana hutan tumbuh memiliki nilai pilihan.
3. Harga per unit kayu yang dihasilkan dari hutan diharapkan meningkat
tergantung umur pohon dan volumenya.
4. Adanya konflik pemanfaatan, misalnya antara pemanfaatan hutan untuk
komersial dan rekreasi.

Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Taman Nasional
Permenhut Republik Indonesia No. P.31/Menhut-II/2012
Peraturan ini menjelaskan tentang tugas dan wewenang lembaga konservasi,
berdasarkan dengan undang – undang yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya
UU No. 5 tahun 1990, UU No. 5 tahun 1994, UU No. 20 tahun 1997, dan UU No.
41 tahun 1999. Pada peraturan ini tercantum definisi konservasi dan jenis – jenis
serta tugas dari lembaga konservasi. Pada dasarnya fungsi lembaga konservasi
yang utama yaitu pengembangbiakan terkontrol dan / atau penyelamatan
tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Selain
fungsi utama tersebut, lembaga konservasi juga mempunyai beberapa fungsi
lainnya, salah satunya adalah berfungsi sebagai tempat pendidikan, peragaan,
penitipan sementara, sumber indukan dan cadangan genetik untuk mendukung
populasi di dalam habitatnya, sebagai sarana rekreasi yang sehat serta penelitian
dan pengembangan pengetahuan.
Peraturan pemerintah ini juga menjelaskan bahwa pengelolaan lembaga
konservasi didasarkan pada prinsip etika dan kesejahteraan satwa. Berdasarkan
pengelolaannya, peraturan pemerintah ini mengelompokkan lembaga konservasi
menjadi 11 bentuk, dan masing – masing memiliki kriteria serta syarat dan
fasilitas tergantung jenisnya. Selanjutnya pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
dalam kawasan konservasi dicantumkan pada pasal 33 ayat 1 dan 2 mengenai
pemanfaatan tumbuhan dan hewan dalam kawasan konservasi hanya boleh
dimanfaatkan untuk :
 Pengembangbiakan yang terkontrol, adalah pengembangbiakan yang
dilakukan oleh lembaga konservasi untuk kepentingan umum sesuai
dengan rencana pengelolaan koleksi.
 Penelitian dan pendidikan dapat dilakukan terhadap satwa hidup dan mati
oleh peneliti dalam maupun luar negeri yang hanya dapat dilakukan oleh
peneliti dari lembaga konservasi atau lembaga pendidikan formal dengan
perizinan sesuai dengan undang – undang.
 Pertukaran hanya dapat dilakukan antar lembaga konservasi baik di dalam
maupun di luar negeri dengan tujuan untuk mempertahankan atau
meningkatkan
populasi,
memperkaya
keanekaragaman
jenis,
penyelamatan jenis atau penelitian dan ilmu pengetahuan. Tumbuhan dan

11

satwa yang boleh dipertukarkan hanya boleh antar jenis yang sama, dan
merupakan koleksi lembaga konservasi tersebut. Pertukaran ini diatur
dengan peraturan menteri tersendiri.
 Peminjaman jenis satwa liar dilindungi untuk kepentingan
pengembangbiakan (breeding loan) yang bersifat non komersial. Apabila
peminjaman oleh pihak luar negeri, jenis satwa yang dipinjamkan wajib
mendapatkan persetujuan dari pemerintah melalui perwakilan diplomatik
dan satwa yang dipinjamkan tersebut masih berstatus milik Pemerintah
Republik Indonesia.
 Peragaan dapat dilakukan oleh lembaga konservasi baik didalam maupun
di luar negeri. Peraturan mengenai peragaan yang dimaksud diatur dengan
Peraturan Menteri Tersendiri.
 Pelepasliaran ke habitat alam dilakukan oleh lembaga konservasi yang
diatur dengan Peraturan Direktur Jendral.
 Bagi satwa yang tidak dapat dilepaskan ke habitat alam, dapat disalurkan
kepada lembaga konservasi untuk kepentingan umum sebagai sumber
induk atau koleksi.
Peraturan Menteri Kehutanan P.31/Menhut II/ Tahun 2012 ini dapat
dijadikan sebagai dasar kebijakan untuk menentukan beberapa strategi
pengelolaan kawasan TNKS, misalnya untuk kebijakan pengembangbiakan satwa
jika terdapat satwa dikawasan taman nasional yang menjadi konsumsi masyarakat,
atau penelitian dan pendidikan jika terdapat spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
dalam bidang kesehatan yang bernilai komersil, serta peragaan apabila taman
nasional akan dijadikan sebagai objek wisata.
Selain permenhut