Bank Victoria Syariah dikonversi menjadi Bank Umum Syariah dengan
izin operasional dari Bank Indonesia BI dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No128KEP.GBIDpG2010 tanggal 10 Februari 2010 dan efektif sejak
tanggal 1 April 2010. Selaras dengan Visi dan Misi, PT Bank Victoria Syariah fokus pada pembiayaan dan pelayanan perbankan syariah untuk usaha mikro,
kecil dan menengah UMKM. Strategi Bank dalam memasuki bisnis mikro, antara lain:
1. Melakukan pengembangan organisasi bank, di tingkat Kantor Pusat
membentuk Divisi Pembiayaan Mikro dan di tingkat Kantor Cabang Capem membentuk Unit Kerja Mikro.
2. Menyusun Kebijakan dan Prosedur Bank terkait dengan bisnis pembiayaan
Mikro. 3.
Melakukan rekrutmen SDI yang berkompeten. 4.
Melakukan training pelatihan yang memadai. Pemegang Saham PT. Bank Victoria Syariah:
1. PT. Bank Victoria International, Tbk : 99,98 2. Masyarakat Lain : 0,02
4.1.2 Profil Bank of India Indonesia
Bank of India Indonesia dulunya Bank Pasar Swadesi Bank Swadesi adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Sahamnya tercatat
di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2002. Sebagai wujud komitmennya untuk menawarkan produk dan layanan terbaik bagi masyarakat dan pembangunan
ekonomi Indonesia, bank ini juga telah mengembangkan jaringan operasional di dua kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta dan Surabaya, yang terdiri dari 4
cabang, 5 sub cabang, 5 payment point, dan 1 unit kas mobil.
Pada awal berdirinya, Bank Swadesi dikenal sebagai BPR Bank Pasar Swadesi di Surabaya. Pada tahun 1984 kepemilikan penuh bank ini diambil alih oleh keluarga
Chugani yang mengarahkan bisnis perbankan menjadi bank umum pada tanggal 2 September 1989, dengan nama PT Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi
telah melakukan merger dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang beroperasi di Surakarta, yang memungkinkannya untuk membuka
Cabang di Jakarta. Setelah menerima persetujuan dari Bank Indonesia, pada tahun 1992 Bank Swadesi diizinkan untuk melakukan bisnis penukaran uang.
Pada tanggal 22 Juni 2007, untuk memperkuat posisinya di antara masyarakat perbankan nasional, Bank Swadesi memutuskan untuk terikat dengan aliansi
strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya ini berhasil dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham antara pemegang saham utama dan
Bank of India yang menginginkan untuk mengakuisisi saham mayoritas Bank Swadesi yaitu 235.600.000 saham yang merupakan 76 dari total modal Bank
Swadesi. Sejak saat itulah Bank of India resmi menjadi pemegang saham pengendali pemegang saham mayoritas Bank Swadesi.
4.1.3 Profil Bank OCBC NISP
Bank OCBC NISP sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP merupakan bank tertua keempat di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 4 April
1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP kemudian berkembang menjadi bank yang solid dan
handal, terutama melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah UKM. Bank
OCBC NISP resmi menjadi bank komersial pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di BEI pada tahun 1994.
Pada akhir tahun 1990-an, Bank OCBC NISP berhasil melewati krisis keuangan Asia dan jatuhnya sektor perbankan di Indonesia tanpa dukungan
obligasi rekapitalisasi pemerintah. Bank OCBC NISP saat itu menjadi salah satu bank di Indonesia yang melanjutkan penyaluran kreditnya segera setelah krisis
selesai. Inisiatif ini memungkinkan Bank mencatat pertumbuhan yang tinggi. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik serta pertumbuhannya yang
menjanjikan telah menarik perhatian International Finance Corporation IFC, bagian dari Grup Bank Dunia, yang kemudian menjadi pemegang saham pada
tahun 2001 - 2010 dan dari OCBC Bank-Singapura yang kemudian menjadi pemegang saham Bank OCBC NISP. OCBC Bank-Singapura akhirnya menjadi
pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi dan penawaran tender sejak tahun 2004. OCBC Bank-Singapura saat ini memiliki saham sebesar 85,06
di Bank OCBC NISP. Dengan dukungan dari OCBC Bank-Singapura, Bank OCBC NISP telah
menetapkan program yang agresif untuk memperkuat infrastruktur, termasuk sumber daya manusia, teknologi informasi dan jaringan kantor. Program ini yang
kemudian memicu kepindahan kantor pusat ke OCBC NISP Tower di pusat Jakarta yang memungkinkan Bank OCBC NISP memiliki akses langsung ke pusat
bisnis Indonesia.
4.1.4 Profil Bank UOB Indonesia