Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis

unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi lebih terperinci.

3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

a. Penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan. b. Pola-pola pelajaran ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak. c. Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah ujaran membantu suatu pelajaran menjadi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka. d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andaikan muncul kata-kata baru dalam buku bacaanbuku pegangan murid, guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis

a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan kosa kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya. b. Seorang anak yang sudah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta tepat tanpa diskusi lisan dahulu, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian, menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah yang secara pribadi belum pernah dialaminya, dia mengambil pelajaran dari diskusi kelompok pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan-kekosongan, memperbaiki inspirasi atau kesan-kesan yang salah, serta mengatur ide-idenya sebelum dia mulai menulis sesuatu. c. Ekspresi lisan cenderung kearah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap, tetapi biasanya lebih kacau serta membingungkan daripada komunikasi tulis. Kebanyakan pidato atau pembicaraan bersifat informal dan acapkali kalimat-kalimat seorang yang berpidato atau berbicara itu tidak ada hubungaanya satu sama lain. Si pembicara memikirkan ide-idenya sambil berbicara dan acapkali dia lupa bagaimana terjadinya suatu kalimat lama sebelum dia menyelesaikannya. Karena adanya masalah-masalah seperti ini dalam ekspresi lisan, pengajaran mengenai keterampilan berbicara dan menyimak perlu mendapat perhatian, Pengalaman telah menunjukan bahwa meningkatkan ekspresi lisan para individu berarti turut pula meningkatkan daya 201 4 7 Bahasa Indonesia Modul 2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning Supriyadi, S.Pd., M.Pd. http:www.mercubuana.ac.id pikir mereka. Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul, baik dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. d. Membuat catatan serta membuat bagan atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan atau monolog murid untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Biasanya, bagan atau rangka yang dipakai sebagai pedoman dalam berbicara sudahlah cukup memadai, kecuali dalam kasus laporan formal dan terperinci yang memerlukan penulisan naskah yang lengkap sebelumnya. Menyimak dan membaca erat hubungannya karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaanya, keempat keterampilan tersebut sering berhubungan satu sama lain.

5. Macam-macam Aspek Keterampilan Berbahasa a. Keterampilan Membaca