Zat Pengatur Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA

dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif, serta inisiasi pengakaran Wattimena, 1992 dalam Nurjaman, 2015. IBA merupakan jenis auksin yang paling sering digunakan dalam menginduksi akar dibandingkan jenis auksin lainnya. Selain karena kemampuannya dalam merangsang terbentuknya akar pada eksplan, IBA Gambar 1 memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengendalikan inisiasi akar. Disamping itu, IBA juga memiliki kestabilan yang baik dibanding IAA dan tingkat toksisitas yang rendah dibandingkan NAA Wikipedia, 2016. Gambar 1. Rumus Bangun IBA Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haque et al. 1997 jumlah akar terbanyak dihasilkan dari tunas yang dikulturkan pada medium MS ½ konsentrasi dengan penambahan IBA 0,2 mgL. Pada pengakaran, ukuran tunas saat dipindahkan ke dalam medium pengakaran adalah ± 2cm Ndoye et al., 2003. Akar yang terbentuk secara in vitro seringkali tebal atau gemuk memiliki diameter lebih besar dan memiliki rambut-rambut akar. Perlakuan perendaman biji dalam larutan Rooton F 2 gL selama 30 menit cenderung menghasilkan akar jumlah akar terbanyak Rineksane, 2000., dalam Nurjaman, 2015. Selain itu, pada perlakuan tersebut mampu menghasilkan akar primer terpanjang. Hal ini dikarenakan dalam Rooton F terkandung IBA yang berperan dalam meningkatkan jumlah dan panjang akar Poerwanto, 1994 dalam Rineksane, 2000. Penambahan IBA dengan konsentrasi 0,5 mgL memberikan hasil terbaik pada pengakaran tanaman Pelargonium tomentosum Gati dan Mariska dalam Rostiana-Seswita, 2007. Pada penelitian Rostiana dan Seswita 2007, penambahan IBA dengan konsentrasi rendah 0,2 – 0,4 mgL dalam menginduksi tunas Piretrum mampu menghasilkan jumlah akar yang banyak dibandingkan dengan perlakuan pemberian NAA. Sementara itu, pengaplikasian IBA 2 ppm dalam kultur ex vitro pada tunas Sansiviera dapat meningkatkan jumlah akar sekunder, panjang akar dan bobot basah akar. Khawar dan Ozcan 2002 berhasil menginduksi akar tanaman Lens culinaris menggunakan IBA pada konsentrasi 0,25 – 2 mgL pada medium MS dengan hasil terbaik diperoleh pada perlakuan IBA 0,25 mgL dengan persentase perakaran sebesar 25 selama empat minggu Riyadi dan Sumaryono, 2010. Hasil penelitian pada pucuk tanaman Azalea dilaporkan bahwa penggunaan ZPT yang mengandung senyawa auksin seperti IBA dan NAA sangat berperan dalam mempercepat dan merangsang pembentukan akar dalam jumlah cukup serta mempercepat penyembuhan luka akibat pemotongan Sadjadiputra, 1988 dalam Riyadi dan Sumaryono, 2010.

F. Hipotesis

Penggunaan medium MS dengan penambahan arang aktif dan IBA 2 mgL diduga memberikan respon terbaik pada perakaran sarang semut. 17

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dimulai pada bulan April sampai bulan Agustus 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : tunas sarang semut hasil kultur in vitro, medium MS, arang aktif, IBA, alkohol, dan aquades steril. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu : botol kultur, gelas ukur, erlenmayer, alumunium foil, kertas payung, plastik, karet pengikat, pembakar spiritus, petridish, skalpel, LAF Laminar Air Flow dan Autoklaf.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap RAKL dengan rancangan perlakuan faktorial 2 x 4. Faktor 1 adalah konsentrasi arang aktif yaitu 0 gL dan 2 gL arang aktif. Faktor 2 adalah penambahan IBA yaitu: 0 mgL, 2 mgL, 4 mgL, 6 mgL. Setiap perlakuan tersebut diulang 5 kali, sehingga terdapat 40 unit percobaan. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu tahap pertama homogenisasi planlet dan tahap kedua peningkatan kuantitas akar. Tahap homogenisasi dilakukan selama 2 minggu untuk mendapatkan planlet yang seragam. Planlet yang telah dihomogenisasikan kemudian disubkultur pada