Wilayah Kerja Pengamen Kalisari

commit to user pengusaha 124 orang, buruh industri 375 orang, buruh bangunan 355 orang, pedagang 215 orang, pengangkutan 51 orang, pegawai negeri sipilABRI 2104 orang, pensiunan 62 orang, dan lain-lain 300 orang. Data Laporan Bulanan DesaKelurahan Banyudono September 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk berjumlah 3928, terdiri dari 1998 laki-laki dan 1930 perempuan. Terdiri dari 1212 kepala keluarga. Banyudono memiliki panjang jalan aspal sejauh 4.870 km, 0.5 km diantaranya jalan aspal rusak. Panjang jalan tanah sejauh 0.8 km. Sarana transportasi diantaranya bus umum, truk, angkutan pedesaan, ojek, delman, dan becak. Transportasi menuju Dukuh Kalisari bisa ditempuh selama 10 menit dari Kecamatan Banyudono menggunakan kendaraan bermotor dengan kecepatan 30-40 kmjam. Apabila dari Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta menempuh waktu sekitar 60 menit mengikuti jalur Solo-Semarang kecepatan 50-60 kmjam.

4.4. Wilayah Kerja Pengamen Kalisari

Wilayah kerja pengamen Kalisari rata-rata masih berada di wilayah Boyolali. Wilayah kerja mereka meliputi perumahanperkampungan penduduk, toko-toko, warung makan, pasar dan dekat lampu lalu lintas. pemilihan wilayah kerja yang lebih dekat dengan rumah dikarenakan jumlah biaya yang dikeluarkan juga semakin rendah, selain itu pemilihan lokasi dekat dengan rumah memungkinkan mereka untuk bekerja sesuai dengan kemampuan tubuh mereka masing-masing. Meskipun terkadang commit to user mereka saling bertemu di suatu tempat tertentu akan muncul sendiri kesadaran masing-masing untuk tidak saling mengganggu, bahkan saling bertegur sapa. Menjadi pengamen atau peminta-minta di Boyolali relatif lebih aman apabila dibandingkan dengan daerah lain, garukan razia dari aparat pemerintah relatif jarang, hanya dalam kegiatan tertentu seperti Inspeksi mendadak dari pejabat tinggi kegiatan ini dilakukan. Kontrol longgar ini mengakibatkan menjamurnya pengamen di pasar-pasar dan jalanan. Tidak susah untuk menemukan pengamen di Boyolali, selain kontrol yang longgar , Kabupaten Boyolali juga masih banyak memiliki pasar tradisional. Lokasi potensial pengamen pada dasarnya adalah “jalanan”, namun tidak menutup kemungkinan untuk memperoleh hasil maksimal lokasi kerja pengamen menjalar di pasar-pasar, toko pinggiran jalan, perempatan jalan, bus kota, terminal dan pemukiman penduduk. Pengamen Kalisari tidak mengenal istilah persaingan dalam mengamen. Perasaan senasib sepenanggungan menjadi alasan tersendiri bagi mereka untuk saling menghargai. Mereka menghargai keberadaan pengamen yang berasal dari luar wilayah Boyolali yang mencari nafkah di Boyolali, bagi mereka yang terpenting adalah saling menjaga perilaku masing-masing dan tidak berbuat nakal. Nakal yang dimaksud ialah selama ini banyak kasus dimana penduduk kehilangan barang seperti commit to user pakaian dan barang bekas yang lain. Saling pengertian sesama pengamen ini senantiasa menekan munculnya konflik. Kehidupan pengamen mengenal dua istilah ngamen, pengamen bergerombol dan pengamen individual. Masing-masing memiliki cara dalam mencari peluang penghasilan, perbedaannya terletak pada sistem pembagian hasil dan wilayah kerja. Jika pengamen individual tidak tetap lokasi kerjanya, pengamen bergerombol sudah memiliki wilayah tetap sehingga tidak berpindah-pindah. Jam kerja pengamen sering diistilahkan dengan sebutan ngantor. Jam ngantor tergantung dari kemauan individu pengamen Kalisari, dan biasanya disesuaikan dengan kemampuan tubuh. commit to user

BAB V HASIL PENELITIAN