Manfaat Penelitian Defenisi Operasional

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik. Hal ini terlihat dari hasil uji ANAVA dimana F hitung 3,347 lebih besar dari F tabel 3,168. Dari hasil tersebut juga dapat diartikan, terdapat pengaruh secara bersama yang diberikan oleh model pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan komunikasi Matematik siswa. 4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil uji ANAVA dimana F hitung 3,354 lebih besar dari F tabel 3,168. Dari hasil tersebut juga dapat diartikan, terdapat pengaruh secara bersama yang diberikan oleh model pembelajaran dan KAM terhadap Motivasi Belajar siswa

5.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada kemampuan komunikasi matematik dan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematik dan motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah PBM dan Pembelajaran Langsung secara signifikan. Ditinjau dari interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat dilihat dari model pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas eksperimen I dan siswa kelas eksperimen II dengan kategori KAM siswa. Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah antara lain : 1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh soal-soal yang langsung dalam bentuk model matematika, sehingga ketika diminta untuk untuk memunculkan ide mereka sendiri siswa masih merasa sulit. Ditinjau ke indikator-indikator komunikasi matematik siswa dalam menarik kesimpulan masih kurang. 2. Model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada kategori KAM Tinggi, Sedang dan Rendah pada kemampuan komunikasi matematik siswa. Adapun model pembelajaran berbasis masalah mendapatkan keuntungan lebih besar terhadap siswa dengan kategori KAM tinggi. 3. Terkait motivasi belajar siswa dalam menyelesaikan masalah pada model pembelajaran berbasis masalah terlihat sudah lebih baik dibanding dengan pembelajaran langsung, hal ini dapat ditemukan dari hasil angket siswa baik yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah maupun yang diajar dengan pembelajaran langsung.

5.3 Saran

Berpijak dari kesimpulan dan implikasi diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik dan motivasi belajar siswa lebih baik diajarkan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Dengan pembelajaran berbasis masalah membuat siswa berani mengemukakan ide-ide, memiliki sikap demokratis, sehingga menimbulkan rasa senang dalam belajar. Guru sebagai teman belajar, mediator, fasilitator untuk lebih memahami kelemahan dan kekuatan dari bahan ajar serta karakteristik kemampuan individual siswa. Jika hal ini dilakukan secara berkesinambungan membawa dampak positif terhadap pengetahuan dimasa yang akan datang, untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi guru matematika a. Pembelajaran berbasis masalah menjadi kendala bagi siswa karena belum mengenal secara utuh cara belajar yang digunakan. Disarankan kepada guru mengenalkan terlebih dahulu mengenai fase-fase pembelajaran kepada siswa. b. Suasana kelas yang agak ribut ketika proses diskusi kelompok membuat terganggunya aktivitas belajar lainnya. Disarankan agar guru lebih aktif berkeliling dalam kelas dan memberikan teguran atau peringatan kepada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran secara antusias. c. Kurang beragamnya soal yang diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran. Disarankan guru untuk memberikan soal yang beragam pada masing-masing kelompok dan mempertasekannya di depan kelas, sehingga kelompok yang lain dapat memahami bentuk soal yang beragam. d. Penelitian ini hanya terbatas pada materi skala dan perbandingan. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk mengembangkannya pada materi yang lain. e. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap pada indikator menyelesaikan masalah perlu adanya suatu usaha yang terencana, agar siswa dapat terbiasa menyelesaikan masalah dengan idenya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Achmad, Nuedin. 2011. Lima Kelemahan Mengajar Guru . Online. http:www.pusatartikel.com , diakses 02 Oktober 2014. Ansari, Bansu l, 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi,Jakarta : Pena. Arends, R. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar Edisi KetujuhBuku Dua . Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. 2008. Yokyakarta: Pustaka Belajar. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rineka Cipta. ---------------. 2009, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta Arikunto, S, dan Cepi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Asmin, Abil M. 2014. Pengukuran Dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik Dan Modern. Medan: Larispa Indonesia. Baroody, A.J, 1993, Problem Solving, Reasoning and Communicating, K-8.helping Children Think Mathematically . New York: Merril an inprint of Macmillan Publishing, Company. BSNP. 2006. tujuan pembelajaran matematika pada tingkat Sekolah Menengah Pertama SMPMadrasah Tsanawiyah MTs Jakarta: Depdiknas Cangara, H. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Dahar. R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga. Depdiknas. 2003a. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas. 140

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMP NEGERI 2 KUALA.

0 2 23

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN MATEMATIK PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

1 3 46

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 3 39

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 2 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 6 38

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 0 41

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK DAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 2 50

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 5 59

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 2 13

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

0 2 16