DOA DAN AIR MATA

DOA DAN AIR MATA
Oleh: Muhsin Hariyanto
Doa adalah permohonan ’Sang Hamba’ kepada Khaliqnya (Allah).
Dikabulkan atau tidak, semuanya terserah kepadaNya. Tetapi, Allah (Sang
Klaliq) telah memberi jaminan, bahwa setiap doa yang dipanjatkan oleh
seseorang atau sekelompok orang dari hamba Allah akan dikabulkan olehNya
dengan prasyarat yang jelas.
Fiman Allah SWT yang berkaitan dengannya adalah:

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS al-Baqarah/2: 186).
Prasyaratnya sederhana: “memenuhi segala perintah Allah dan beriman
kepadaNya”. Sederhana, bukan?
Tetapi, sesederhana apa pun, menjadi orang yang bisa memenuhi segala
perintah Allah dan beriman kepadaNya, bukanlah sesuatu yang mudah. Setuju?
Salah seorang sahabat tercinta Rasulullah s.a.w. pernah menceritakan,
bahwa suatu ketika beliau. bersabda:


.
“Ada tujuh komuntas manusia yang senantiasa akan mendapatkan naungan
perlindungan Allah di saat tiada lagi perlindungan dari, oleh dan bagi siapa pun
1

selain perlindungan dari-Nya: (1) pemimpin yang adil; (2) anak muda yang
memiliki antusiasme untuk selalu beribadah kepada Tuhannya (Allah); (3) yang
hatinya selalu tertaut pada masjid-masjid (tempat-tempat sujud); (4) dua anak
manusia yang saling mencintai dalm koridor aturan dan karena Allah, yang
keduanya (senantiasa) bertemu dan berpisah karena-Nya; (5) seorang lali-laki
yang dirayu (untuk berbuat sesuatu yang dilarang oleh Allah) oleh perempuan
yang berkarisma dan cantik-molek, lalu ia pun mengelak, seraya berkata: ”aku
takut kepada Allah” (6) yang bersedekah secara tersembunyi, hingga tangan
kirinya pun tah pernah tahu apa yahg dialkukan oleh tangan kananya (ketika
bersedekah), dan – yang terakhir – (7) yang berdzikir untuk (mengingat) Allah
dalan keadaan menyendiri, dan ketika itu air matanya mengalir deras (karena
doa-doanya) [Hadis Riwayat Al-Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah, dan AtTirmidzi mengutipnya secara khusus dalam, kitab Al-Hub Fillâh [Cinta Kepada
Allah] dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudriy).”
Hadis di atas mengisahkan bahwa ada satu komunitas dari tujuh
komunitas khusus yang selalu akan mendapatkan naungan perlindungan dari

Allah di ketika tiada lagi perlindungan dalam bentuk apa pun dari, oleh dan bagi
siapa pun selain perlindungan dari Allah sendiri kepadanya, yaitu: “komunitas
yang senantiasa berkemauan dan berkemampuan untuk memanjatkan doa-doanya
kepada Allah dengan ‘mata-hatinya”, sehingga di saat ia mmanjatkan doa-doanya
— secara spontan – berlinanglah air matanya karena sikap ihsânnya. Ia ucapkan
doa-doanya dari lubuk hatinya yang terdalam, hingga ia sadar bahwa ia tengah
berhadapan langsung dengan Tuhannya (Allah) yang selalu menyimak dengan
seksama seluruh rangkaian ungkapan kata-hatinya. Ia pun menangis di hadapan
Allah, dengan sikap rajâ’ dan khauf (harap dan cemas).
Saat ini masih banyak orang menyangka bahwa air mata adalah simbol
’ketidak-berdayaan’. Orang yang sering meneteskan air matanya, bahkan
dianggap sebagai makhluk yang ’cengeng’. Kucuran air mata – bahkan —
seringkali diberi stigma ”negatif”, ”lemah, dan ”rapuh”. Namun, bila kita
cermati, ternyata tidaklah sesederhana itu. Air mata bisa saja menandai sikap
“terbaik” sesorang hamba ketika bermunajat kepada Allah.
Anda dipersilakan untuk banyak membaca. dan setelah membaca serta
mengeksperimentasikan sebagian besar hasil bacaan itu, Anda akan semakin
percaya dan bahkan ’haqqul yaqîn’ untuk menyatakan bahwa sebgain kucuran
air mata setiap orang yang berdzikir untuk Alllah dengan ’khusyu’’, merupakan
alarm (sinyal) akurat dari anugerah yang tak ternilai dari Allah. Menangis —

karena Allah — merupakan bukti dari kehadiran Allah pada hati yang ’bersih’
(berjiwa ikhlas).
Kita pun bisa berkata, bahwa setelah kita membaca lembaran hidup kita
sendiri, mencermati apa yang dikatakan oleh siapa pun tentang diri kita, atau
bahkan berempati terhadap penderitaan orang lain, tanpa sadar tiba-tiba air mata
kita pun menetes. Bahkan, dalam pengalaman hidup kita, sebuah kabar yang
2

sangat menyenangkan diri kita pun, terkadang mengakibatkan air mata kita
mengalir deras. Dan, yang paling sering seseorang alami, hal itu terjadi pada saat
seseorang yang tengah ”berdoa” di antara shalat-shalat yang ia lakukan. Hingga
seseorang seolah-olah bisa berteriak di dalam hatinya: ”berbahagialah siapa pun
yang selalu berdzikir dengan tetesan air mata, karena ia ’sadar’ bahwa Allah
tengah bersamanya.
Para pembaca mungkin pernah mengalami seperti apa air mata anda
mengalir. ”Ketika cobaan datang dan menyesakkan dada, anda pun menangis.
Melihat kepedihan orang lain — dan mencoba berempati dengan berandai-andai
bahwa andalah yang menanggung kepedihan itu — air mata anda pun bisa
menetes. Dan, yang sungguh luar biasa, andaikata tetesan air mata itu berlanjut di
ketika mengingat Allah dengan berdoa untuk keselamatan kesejahteraan bagi

orang-orang yang tengah menderita, Anda pun ”menangis”, bisa beramakna anda
adalah orang yang “lembut-hati”.
Dan saatnya kini Anda berdoa: “Ya Allah, Tuhan Yang Maha
Pengampun, maafkan keangkuhan hamba. lembutkan hati hamba untuk bisa
merasakan semua ketentuan-Mu tanpa harus bersedih. Kuatkan sinyal hati hamba
ini agar selalu bisa menangkap dengan cerdas semua sinyal kebesaran-Mu tanpa
harus merasa kecil hati, lemah, dan takut. Jadikanlah air mata kami sebagai tanda
kedekatan kami kepada-Mu. Sapulah mendung kepedihan dalam diri kami.
Ringankan semua penderitaan kami, yang begitu banyak datang silih-berganti di
muka bumi ini. Peliharalah kami — ya Allah – dari segala macam godaan setan,
dan mudahkanlah bagi diri kami untuk menggapai dan mengamalkan petunjukMu. Jadikan – sejak saat ini juga –air mata kami mengalir bersama doa-doa
kami, karena kami selalu mengingat-Mu.
Âmîn.

3