Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih (studi kasus: kota Manggar Kabupaten Belitung Timur)

(1)

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

(Studi Kasus : Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Studi Strata I Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : Feredy 1.06.05.002

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih” ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi Strata I dan persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana pada Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Teknik Dan Ilmu Komputer, Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota.

Kelancaran penyusunan skripsi serta selesainya laporan ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, hanya karena-Nya penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi sampai selesai.

2. Romeiza Syafriharti, Ir.,MT sebagai ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

3. Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si sebagai pembimbing I, yang selalu memberikan arahan, saran-saran dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak.

4. Tatang Suheri., ST sebagai dosen pembimbing II, selalu memberikan masukan yang memperlancar penyusunan skripsi ini.

5. PDAM Kota Manggar, selaku instansi yang diteliti, terima kasih atas izinnya dapat melakukan penelitian.

6. Pak Agung, selaku kepala PDAM Kota Manggar, terima kasih bapak sudah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam memberikan informasi mengenai PDAM Kota Manggar.

7. Ayah dan Ibu, yang senantiasa memberikan support doa agar skripsi yang penulis kerjakan berhasil.

8. Citra Pratama, Eka Pratania, Yudistira Widada, dan keponakan Abby Alvianda, terima kasih atas dukungan saudara-saudaraku.


(3)

9. Yuliana, terima kasih ya adek, selalu mengingatkan abang untuk menyelesaikan laporan skripsi.

10.Rekan-rekan angkatan 2005 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, terimakasih telah menjadi teman yang baik bagi penulis.

11.Rekan-rekan anak kostan Sukamantri, Abrar Febriansyah, Gunnawan, Sumarni, Yusiarti dan rekan lainnya yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sampai berhasil.

Masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan skripsi ini, untuk itu penulis mengundang masukan berupa kritik dan saran yang tentu saja akan menjadi referensi untuk karya tulis ilmiah penulis di kemudian hari.

Akhir kata, penulis dengan segala kerendahan hati berharap laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Wassalamualaikum Wr,Wb

Bandung, Agustus 2009 Penulis;


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.3.1 Tujuan ... 4

1.3.2 Sasaran ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup ... 5

1.5.1 Lingkup Wilayah ... 5

1.5.2 Lingkup Materi ... 5

1.6 Metodologi ... 7

1.6.1 Metode Penelitian... 7

1.6.2 Metode Pendekatan Studi ... 7

1.6.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 12

1.6.4 Metode Sampling ... 15

1.7 Kerangka Pemikiran ... 16

1.8 Sistematika Pembahasan ... 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2.1 Perencanaan dan Pengembangan Prasarana Perkotaan ... 19

2.2 Kinerja Organisasi ... 20

2.3 Pelayanan Publlik (Pelayanan Umum) ... 23


(5)

2.4.1 Aspek Sediaan Air Bersih ... 27

2.4.2 Kebutuhan Air Bersih ... 30

2.4.3 Kriteria dan Indikator Penyediaan Air Bersih ... 36

2.5 Kajian Teoritik Teknik Evaluasi ... 39

2.6 Kajian Teoritik Persepsi Masyarakat ... 40

BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR ... 42

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42

3.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Belitung Timur ... 42

3.1.2 Kondisi Umum Kota Manggar ... 45

3.2 Identifikasi Pelayanan PDAM Kota Manggar ... 55

3.2.1 Gambaran Umum Water Induk PDAM Kota Manggar ... 56

3.2.2 Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Kota Manggar ... 55

A. Aspek Operasional ... 56

B. Aspek Tarif ... 63

C. Aspek Administrasi ... 66

3.2.4 Karakteristik Pelanggan PDAM Kota Manggar ... 68

3.2.3 Identifikasi Kinerja Pelayanan PDAM Kota Manggar ... 69

BAB 4 EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR ... 73

4.1 Aspek Operasional ... 73

4.1.1 Cakupan Pelayanan ... 73

4.1.2 Sumber Air Baku ... 78

4.1.3 Kuantitas Air ... 71

4.1.4 Kualitas Air ... 85

4.1.5 Kontinuitas Air ... 91

4.1.6 Tingkat Kehilangan Air ... 93

4.1.7 Kecepatan Pemasangan Instalasi Sambungan Langganan ... 96

4.1.8 Pengaduan Pelayanan ... 97

4.2 Aspek Tarif ... 99

4.2.1 Sistem Penetapan Tarif ... 99

4.2.2 Dasar Penetapan Tarif ... 100


(6)

4.3.1 Kelengkapan Dokumen Dasar ... 107

4.3.2 Aspek Kelembagaan dan Peraturan ... 108

4.4 Kesimpulan Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Ditinjau Dari Keseluruhan Indikator Pelayanan PDAM... 111

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM DALAM RANGKA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH ... 115

5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Rekomendasi ... 116

5.3 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119


(7)

ABSTRAK

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi manusia diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Kebutuhan akan air terutama air bersih merupakan salah satu elemen publik yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, terutama masyarakat perkotaan. Air bersih diperkotaan sangat penting, karena semangkin meningkatnya kebutuhan air, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun untuk kegiatan lainnya.

Penelitian yang dilakukan dengan judul “Evaluasi Kinerja Pelayanan

PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih” dengan studi kasus

Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur, mempunyai tujuan utama adalah untuk mengevaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Manggar. Sasaran untuk mencapai tujuannya yaitu mengidentifikasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar berdasarkan Kriteria dan Indikator Kinerja Penyediaan Air Bersih, Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap pelayanan air bersih PDAM, sebagai unsur pendukung evaluasi kinerja pelayanan PDAM, dan pada akhirnya dilakukan evaluasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan teknik evaluasinya yaitu evaluasi formal. Sehingga setelah dilakukannya evaluasi, hasil identifikasi kinerja pelayanan PDAM terbagi dalam

dua katergori, yaitu “sudah memenuhi tolok ukur yang ditetapkan” dan “belum memenuhi tolok ukur yang ditetaqpkan”.

Dari hasil evaluasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar, diketahui bahwa PDAM Kota Manggar hanya mampu memenuhi lima indikator. Pada aspek operasional, PDAM memberikan kinerja yang baik pada kriteria sumber air baku, kecepatan pemasangan instalasi sambungan langganan, dan pengaduan pelayanan. Pada aspek tarif, PDAM mampu memberikan kinerja yang baik pada kedua kriteria yang ditentukan yaitu sistem penetapan tarif dan dasar penetapan tarif. Pada aspek adminstrasi, PDAM belum mampu memenuhi persyaratan kelengkapan dokumen dasar yang harus ada.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I pendahuluan akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup yang terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup materi, serta metodologi. Metodologi terdiri dari metode penelitian, metode pendekatan studi, teknik pengumpulan dan analisis data, serta metode sampling. Pada akhir bab ini akan di bahas mengenai kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Sudah umum diketahui bahwa dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan yan kurang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi penduduk dan kegiatannya dinamakan kota (Tarigan, 2005). Terdapat berbagai kriteria yang digunakan dalam menentukan suatu wilayah dikatakan sebagai kota. Salah satu kriteria yang umum digunakan dalam klasifikasi kota adalah jumlah dan kepadatan penduduk serta penyediaan kelengkapan fasilitas di daerah tersebut. Kelengkapan fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan kebutuhan dasar (basic need) untuk penunjang kegiatan perkotaan. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kegiatan masyarakat akan berdampak pada penyediaan kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan prasaranan perkotaan seperti air bersih. Konsekuensi dari hal itu adalah meningkatnya kebutuhan air, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok maupun untuk kegiatan lainnya. Di satu sisi meningkatnya kebutuhan air dihadapkan pada kendala makin terbatasnya sumber air yang ada. Di sisi lain akan dapat mengganggu pemenuhan kualitas pelayanan akan kebutuhan terhadap air.

Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan akan air bersih di perkotaan, perlu adanya sediaan air yang mampu mencukupi kebutuhan air seluruh penduduk kota. Dengan demikian maka sumber daya air, baik air tanah maupun air permukaan harus dijaga kelestariannya dan penggunaannya seoptimal mungkin untuk kesejahteraan penduduk (Chapin, 1979). Sediaan air bersih sangat besar


(9)

pengaruhnya terhadap pembangunan perkotaan. Pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development adalah proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (Emil Salim, 1992). Karena apabila di tela’ah lebih jauh lagi bahwa sumber alam seperti udara, air dan tanah memiliki ambang batas dalam pemanfaatan, jika ambang batas terlampaui maka akan mengurangi kualitas dan kuantitas dari sumber alam tersebut.

Perkembangan Kabupaten Belitung Timur, yang merupakan bagian dari provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan ibu kota kabupatennya adalah Manggar, merupakan wilayah yang mempunyai potensi alam yang berlimpah, yang sebagian besar wilayah Kabupaten Belitung Timur memiliki kekayaan akan barang galian C yang terkenal yaitu timah. Barang tambang ini menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Kabupaten Belitung Timur.

Adanya perkembangan Kota Manggar sebagai ibukota dari Kabupaten Belitung Timur yang di ikuti dengan pertambahan penduduk menyebabkan terjadi penambahan permintaan pelayanan, terutama permintaan terhadap pelayanan air bersih. Di lain pihak perusahaan air minum daerah (PDAM) Kota Manggar selaku intansi penyediaan air bersih belum mampu menambah pelayanan air bersih, baik secara jangkauan pelayanan maupun debit air. Untuk suplay air bersih Kota Manggar harus mencukupi pelayanan total jumlah penduduk Kota Manggar sebanyak 23.991 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.326 Kepala Keluarga pada tahun 2007. Sehingga belum semua rumah tangga di Kota Manggar yang tercakup oleh pelayanan PDAM.

Selain masalah jangkauan pelayanan/suplay air bersih oleh PDAM Kota Manggar selaku intansi pemerintah, terdapat juga masalah kualitas air bersih yang sangat erat kaitannya dengan potensi alam pertambangan timah, seperti dalam air tanah atau air permukaan masih banyaknya mengandung bahan kimia, terutama kandungan timah yang cukup besar serta pencemaran lingkungan oleh limbah pertambangan timah dan sampah-sampah yang menggenangi air permukaan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan air yang baik sesuai standar-standar tertentu, saat ini sudah menjadi barang mahal, atau susah ditemukan.


(10)

Jika ditinjau dari standar yang ada terkait dengan kebutuhan air bersih, adapun kebutuhan air bersih untuk daerah perkotaan/kawasan tertentu harus mempertimbangkan kebutuhan domestik (permukiman) dan non domestik (kawasan fungsional non permukiman), seperti sosial, komersial, industri, dan sektor lain serta kehilangan air. Untuk kebutuhan dasar (basic need approach) bagi masyarakat di bidang air bersih ditetapkan dengan konsumsi air per kapita per hari agar layak dari aspek kesehatan. Untuk kebutuhan dasar (kebutuhan domestik seperti mandi, masak/minum, dan mencuci) sebesar 60 liter/orang/hari (Soedarso, 2003).

Dengan melihat permasalahan yang pelik pada penyedia pelayanan air bersih (PDAM) dan melihat standar kebutuhan air bersih yang sudah ditetapkan, maka akan dilakukan penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih”. Dengan tujuan melihat seberapa besar kinerja pelayanan PDAM di Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur, dan persepsi masyarakat terutama pelanggan PDAM dalam pemenuhan kebutuhan air bersih oleh PDAM di Kota Manggar jika dikaitkan dengan standar kebutuhan air bersih yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Air bersih merupakan prasarana yang sangat dibutuhkan di semua kota seperti Kota Manggar, baik dikonsumsi/dipergunakan oleh pihak domestik (rumah tangga) ataupun untuk kegiatan industri, tetapi bila ditinjau pada potensi/ketersediaan pada sumber air bersih yang merupakan sumber alam yang pemanfaatanya terbatas akan dapat memunculkan persoalan di dalam penyediaan dan konsumsi air bersih di Kota Manggar.

Terdapat beberapa persoalan kompleks bagi penyediaan air bersih di Kota Manggar, di antaranya:

o Masih terdapatnya campuran bahan kimia dalam kandungan air bersih atau

air alami baik air tanah dan air permukaan seperti bahan kimia yang berasal dari timah, batu besi,dan kaolin yang menjadikan air di Kota Manggar tidak higienis. Sehingga kualitas air yang ada di Kota Manggar masih terbilang pada derajat kualitas yang masih rendah.


(11)

o Terdapat permasalahan, sebagian besar masyarakat di Kota Manggar,

memperoleh air bersih dengan cara mengambil menggunakan derijen ( botol-botol penampungan air) yang di ambil dari sumur tetangga atau dari air permukaan (air sungai), dikarenakan kurangnya cakupan pelayanan PDAM di Kota Manggar. Oleh karena itu distribusi pelayanan air bersih di Kota Manggar masih bermasalah.

Dengan melihat beberapa persoalan diatas, muncul pertanyaan besar, bagaimana penyediaan (suplay) air bersih yang di kelolah pemerintah untuk masyarakat Kota Manggar (pelayanan/penyediaan air bersih PDAM Kota Manggar) dan bagaimana persepsi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan (demand) air bersih oleh PDAM di Kota Manggar jika dikaitkan dengan standar kebutuhan air bersih yang telah ditetapkan .

1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Manggar.

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang ditetapkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan studi yang diharapkan, yaitu :

1. Mengidentifikasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar berdasarkan Kriteria dan Indikator Kinerja Penyediaan Air Bersih.

2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap pelayanan air bersih PDAM, sebagai unsur pendukung evaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Manggar. 3. Mengevaluasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar berdasarkan

Kriteria dan Indikator Kinerja Penyediaan Air Bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis dan praktis yaitu :


(12)

1. Sebagai salah satu sumbangan ilmu perencanaan wilayah dan kota khususnya di bidang prasarana wilayah dan kota.

2. Sebagai salah satu sumbangan saran bagi penyedia pelayanan air bersih (PDAM) perkotaan khususnya PDAM Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur dalam meningkatkan kinerja pelayanan kepada masyarakat.

3. Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa mengenai pentingnya peningkatan mutu pelayanan PDAM bagi masyarakat, khususnya masyarakat di perkotaan.

1.5 Ruang lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih” meliputi : 1.5.1 Lingkup Wilayah

Adapun lingkup wilayah Kabupaten Belitung Timur terdiri dari : Kecamatan Manggar, Kecamatan Kelapa Kampit, Kecamatan Gantung, Kecamatan Dendang, dan Kota Manggar sebagai ibu kota Kabupaten Belitung Timur, yang akan dijadikan wilayah penelitian adalah Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur, yang terdiri dari lima desa yaitu Desa Baru, Desa Kurnia Jaya, Desa Lalang, Desa Lalang Jaya, dan Desa Padang.

1.5.2 Lingkup Materi

Kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, oleh karena itu air bersih adalah salah satu prasarana yang harus lebih diutamakan penyediaannya terutama untuk kebutuhan domestik (rumah tangga). Penelitian yang dilakukan dengan studi kasus Kota Manggar mempunyai batasan penelitian, yaitu hanya mengevaluasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar dengan cara membandingkan eksisiting pelayanan PDAM dengan tolok ukur (standar) yang telah ditetapkan.

Adapun variabel pembahasan yang akan diangkat dalam penelitian mengenai evaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih adalah:


(13)

1. Kinerja Pelayanan PDAM

Kinerja Pelayanan PDAM adalah menilai seberapa besar kinerja PDAM agar pelayanan air bersih dapat lebih ditingkatkan.

Maka kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini standar yang digunakan yaitu standar penilaian kinerja Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) dan beberapa standar terkait dengan peningkatan pelayanan PDAM. Proses penyediaan yang diteliti meliputi aspek operasional, tarif dan administrasi. Aspek operasional berhubungan dengan kualitas pelayanan air bersih yang diterima oleh pelanggan. Sedangkan aspek tarif berhubungan dengan kemampuan pihak penyedia air bersih mengakomodasi kemampuan ekonomi masyarakat dan prinsip efisiensi penggunaan air. Adapun aspek administrasi berhubungan dengan kelengkapan dasar yang menjadi pedoman dan alat kontrol dalam kegiatan tersebut.

2. Persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat di bahas dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana pendapat masyarakat terutama masyarakat yang terlayani PDAM terhadap sediaan air bersih yang di kelolah oleh PDAM Kota Manggar dan mengetahui penilaian masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan PDAM Kota Manggar terutama di lingkup domestik (rumah tangga). Adapun batasan-batasan konkrit persepsi masyarakat mengenai air bersih di tinjau dari 2 (dua) aspek penting kebutuhan yaitu aspek pelayanan teknis dan aspek pelayanan non teknis.

1.6 Metodologi

1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara utama untuk mencapai sebuah tujuan (Surakhman,1980:131). Adapun metode yang digunakan adalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskiptif adalah metode yang menuturkan, menganalisis dan mengklarifikasi dengan menggunakan teknik survey, wawancara, observasi atau dengan teknik tes, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi


(14)

kooperatif atau operasional. Metode ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut.

1.6.2 Metode Pendekatan Studi a. Metode Pendekatan

Adapun tahapan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar. Dilakukan dengan cara menemukan segala informasi yang berkaitan dengan kinerja pelayanan PDAM di Kota Manggar dengan menggunakan kriteria dan indikator yang telah ditentukan, yaitu menggunakan standar penilaian kinerja Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang meliputi aspek operasional, tarif dan administrasi. Aspek operasional berhubungan dengan kualitas pelayanan air bersih yang diterima oleh pelanggan. Sedangkan aspek tarif berhubungan dengan kemampuan pihak penyedia air bersih mengakomodasi kemampuan ekonomi masyarakat dan prinsip efisiensi penggunaan air. Adapun aspek administrasi berhubungan dengan kelengkapan dasar yang menjadi pedoman dan alat kontrol dalam kegiatan tersebut.

2. Persepsi masyarakat dilakukan dengan cara survey primer langsung kepada penduduk untuk mengetahui secara langsung seperti apa persepsi mereka tentang sediaan air dari PDAM serta bagaimana mereka memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.

3. Menentukan rekomendasi. Dengan cara mengumpulkan hasil pembahasan yang ditemukan dilapangan dengan hasil analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan kajian sediaan air bersih dan kebutuhan air bersih untuk pengembangan Kabupaten Belitung Timur.

b. Variabel Penelitian

Dalam proses pengumpulan data dilakukan tahap pengelompokan variabel-variabel yang digunakan untuk menjadi acuan dan mempermudah melakukan analisis seperti apa yang akan dilakukan.


(15)

1. Variabel Persepsi Masyarakat

Variabel persepsi masyarakat akan dilihat dalam tiga aspek, yaitu karakteristik responden, aspek operasional teknis, dan aspek operasional non teknis.

Tabel 1.1

Variabel Persepsi Masyarakat

No Aspek Variable pembahasan Keterangan

1 Karakteristik responden

- Jenis pelanggan dan tidak pelanggan - Pekerjaan

- Tingkat pendidikan - Jumlah hunian rumah

- Luas bangunan rumah

- Tingkat pendapatan - Tingkat pengeluaran

- Menentukan responden sebagai pelanggan PDAM atau bukan

- Responden berdasarkan jenis pekerjaan - Pendidikan terakhir dari responden - Jumlah penghuni rata-rata per KK - Luasan keseluruhan bangunan rumah - Jumlah pendapatan responden pada setiap

bulannya

- Jumlah pengeluaran responden pada setiap bulannya

2 Aspek Operasional: Aspek pelayanan teknis

- Kualitas air - Kuantitas air - Kontinuitas - Sumber air lain - Tingkat kehilangan air - Pemasangan Instalasi

Sambungan Langganan

- Prosedur Pemasangan Instalasi Sambungan Langganan

- Rekening tagihan air minum

- Kualitas air di musim kemarau - Kualitas air di musim hujan - Kuantitas air di musim kemarau - Kuantitas air di musim hujan

- Dalam pelayanan air bersih rumah tangga terdapat penggiliran penyaluran air/tidak - Sumber air lain yang digunakan selain

sumber perpipaan PDAM - Kehilangan air yang dialami oleh

pelanggan

- Kecepatan waktu pemasangan sambungan

oleh petugas

- Tingkat kesulitan saat melakukan prosedur sambungan langganan baru

- Waktu penyerahan rekening tagiahan air 3 Aspek

Operasional: Aspek pelayanan non teknis

- Gangguan pelayanan

- Media kontak - Tarif yang berlaku - Pembayaran tagihan

air bersih - Perubahan tarif

- Melaporkan gangguan terhadap aspek pelayanan teknis PDAM

- Komunikasi antara pelanggan dengan petugas PDAM

- Penilaian terhadap tarip yang berlaku - Pembayaran tagihan pada setiap bulannya - Perubahan tarif selama menjadi pelanggan

PDAM


(16)

2. Variabel Kinerja Pelayanan PDAM

Kriteria dan indikator kinerja PDAM dilihat dari beberapa sumber, yaitu bersumber dari Kepmendagri No. 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, sebagai acuan utama dalam evaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Manggar. Selain itu terdapat penambahan kriteria dan indikator dari beberapa sumber lainnya seperti Panduan Pengembangan Air Minum, Kepmenkes RI No. 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, penyelenggaraan PDAM Kota, Kepmendagri No. 23 Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum.

Tabel 1.2

Kriteria Dan Indikator Kinerja Penyedia Air Bersih

Kriteria Sub Kriteria Tolok Ukur Indikator Sumber

Aspek Operasaional Cakupan

Pelayanan

Tingkat pelayanan Total 60% Jumlah pelanggan PDAM

keseluruhan di wilayah administrasi

1

Sumber air baku

1 Sumber air baku yang digunakan/termanfaatkan

Kapasitas, kualitas, kontinuitas, unit air

baku, cara pengambilan

Kondisi umum sumber air 2

2 Sumber air yang belum digunakan/termanfaatkan

Kapasitas, kualitas, kontinuitas

Kondisi umum

perencanaan sumber air baru

2

Kuantitas air 1 Kapasitas 60 L/Orang/hari Kapasitas Pengaliran 1 2 Jumlah pemakai/

sambungan

5 Orang/rumah tangga Jumlah orang dalam satu pelanggan rumah tangga

2

Kualitas Air 1 Kualitas Memiliki surat

kelayakan air bersih dari dinas kesehatan

Standar kualitas air bersih 1

2 Syarat Fisik Tidak berasa, tidak

berbau, suhu 3oC, jernih

Standar kualitas air bersih 3

3 Pemantauan Kualitas Air 6 bulan sekali Jenjang waktu

pemantauan

4 Kontinuitas

Air

Akses air Mengalir 24 jam/hari Akses terhadap

ketersediaan air bersih


(17)

Kriteria Sub Kriteria Tolok Ukur Indikator Sumber Tingkat

kehilangan air

Kehilangan air <20% Jumlah M3 air yang

terjual kepada konsumen per jumlah M3 air yang diproduksi oleh produsen air 1 Kecepatan pemasangan instalasi SL (Sambungan Langganan)

1 Pemasangan ≤ 6 hari kerja Lamanya waktu yang

dibutuhkan calon pelanggan s/d penyambungan

1

2 Prosedur pemasangan Memiliki prosedur

sambungan langganan dan prosedur pembuatan rekening air Administrasi sambungan langganan 5 Pengaduan pelayanan

1 Pengaduan tertangani ≥ 80% Jumlah pengaduan yang

berhasil ditangani

1 2 Prosedur pengaduan

pelanggan

Memiliki prosedur pengaduan

Cara 5

Aspek Tarif Sistem Penetapan

Tarif

Penetapan Tarif progresif Sistem yang diterapkan

dalam penetapan tarif dan biaya pemasangan

6

Dasar Penetapan

tarif

1 Prinsip penetapan tarif air

Biaya tarif ≤ 4% UMR Provinsi

Hal-hal yang

dipertimbangkan dalam penentuan tarif

6

2 Aspek Keuangan

2

- Memiliki data keuangan Data penagihan

rekening, penjualan air, laporan keuangan,

kemampuan masyarakat, Pendanaan daerah Rekapitulasi keuangan Aspek Administrasi Dokumen Dasar

1 Kelengkapan dokumen administrasi

Memiliki: Kelengkapan dokumen

dasar PDAM

1 1. Rencana jangka

panjang

2. Rencana organisasi dan uraian tugas 3. Prosedur operasi standar

4. Gambar nyata laksana

5. Pedoman penilaian kerja Karyawan 6. Rencana kerja dan anggaran


(18)

Kriteria Sub Kriteria Tolok Ukur Indikator Sumber - Kelembagaan

Kuantitas

penyelenggaraan dan struktur organisasi

Kuantitas yang harus tersedia sebanyak 14

pegawai tetap

Penyelengaraan pelayanan PDAM - Perundang-undangan

Berpedoman pada: UU No. 7 Tahun 2004,

UU No. 32 Tahun 2004, PP No. 16 Tahun

2005, RPJM Nasional, dan Rencana induk

SPAM

Penyelengaraan pelayanan PDAM

Keterangan Sumber:

1. Kepmendagri No.47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.

2. Panduan Pengembangan Air Minum (Departemen Pekerjaan Umum). 3. Kepmenkes RI No. 907 tahun 2002 Tentang Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.

4. PP No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5. Penyelenggaraan PDAM Kota.

6. Permendagri No. 23 tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. c. Data Sekunder Dinas Pekerjaan Umum Bidang Air Bersih 1. Wewenang dan Tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air b. Pola pengelolaan Sumber Daya Air

c. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air

d. Izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah 2. Perencanaan pengelolaan Sumber daya air

Perencanaan pengelolaan sumber daya air disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air.

3. Sistem Informasi Sumber Daya Air

Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrome-teorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber


(19)

daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air.

1.6.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data dilakukan beberapa tahap untuk membantu dalam proses analisis guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang terdiri dari:

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak atau instansi terkait berupa aspek kependudukan dan perekonomian masyarakat.

Data olahan terdiri dari: Data Kependudukan

RTRW Kabupaten Belitung Timur RDTR Kecamatan Manggar RUTR Kota Manggar

Kebijakan pengelolaan Sumber Daya Air Pola pengelolaan Sumber Daya Air

Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air

Izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah Sistem informasi Sumber Daya Air

b. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Dalam proses perencanaan, kegiatan pengumpulan data merupakan suatu tahapan awal yang penting. Tahapan ini dapat dikatakan sebagai bagian proses atau kegiatan tersendiri, yang akan sangat menentukan bagi tahapan dalam proses perencanaan selanjutnya. Kegiatan ini secara garis besar mencakup:

Mengidentifikasi informasi/data yang dibutuhkan

Pada dasarnya lingkup penelitian ditinjau dari skala pengamatan lingkup internal wilayah studi.


(20)

Kegiatan persiapan survei lapangan

Kegiatan persiapan survei lapangan terdiri atas pembuatan daftar pertanyaan untuk kuesioner, pembuatan daftar pertanyaan untuk wawancara, dan menetapkan instansi-instansi yang akan dikunjungi. Kegiatan pelaksanaan survei lapangan

Biasanya terbagi atas dua kegiatan, yaitu survei ke instansi dengan sasaran utamanya adalah untuk mendapatkan data sekunder, yang kedua yaitu penyebaran kuesioner dengan sasaran utama adalah untuk mendapatkan data primer.

Observasi langsung ke lapangan

Pada umumnya meliputi dua kegiatan utama, yaitu observasi pengenalan pendahuluan dan observasi karakteristik tata ruang kawasan.

2. Metode Pengolahan Data

Analisis data dimulai dari perekaman data (entri data), pemeriksaan konsistensi antara isian dalam kuesioner sampai dengan tahap tabulasi, sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan komputer. Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan cek awal atas kelengkapan isian daftar pertanyaan, penyuntingan (editing) terhadap isian yang tidak wajar termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antara satu jawaban dengan jawaban lainnya. Data-data yang sudah didapat dari hasil penelitian mengenai “Evaluasi Kinerja Pelayanan PDAM Dalam Rangka Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih” diolah dan kemudian diinterpretasikan. Adapun tahapan dalam pengolahan data terdiri dari:

a. Kajian Literatur

Diperoleh dari hasil kebijakan, peraturan-peraturan pemerintah dan standardisasi yang sudah di tetapkan sebelumnya.

b. Pengolahan Data Primer

Data primer disini merupakan data yang didapat dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang dianggap terkait yaitu instansi yang terkait dan masyarakat sebagai peran utama dalam pembangunan Kabupaten Belitung Timur khususnya Kota Manggar, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi dan sejauh mana keterlibatan


(21)

para pihak untuk mengembangkan Kota Manggar dalam hal penyediaan infrastruktur air bersih.

c. Pengolahan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah ada di instansi, yaitu : RTRW Kabupaten Belitung Timur dan RDTR Kecamatan Manggar, Kebijakan pengelolaan sumber daya air, pola pengelolaan sumber daya air, perencanaan pengelolaan sumber daya air, izin penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah, sistem informasi sumber daya air untuk membandingkan antara rencana yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah setempat dengan kenyataan di lapangan. 3. Metode Analisis

Dalam studi ini digunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Metode analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan tidak berdasarkan hubungan matematika, akan tetapi berdasarkan logika mengenai suatu keadaan yang diungkapkan secara deskriptif dan didasari oleh suatu penguraian sebab akibat. Analisis ini digunakan untuk menjelaskan analisis yang tidak dikuantitatifkan sehingga dihasilkan suatu kesimpulan dan rekomendasi.

Pendekatan analisis dalam penelitian bekaitan dengan evaluasi kinerja pelayanan PDAM di Kota Manggar dilakukan dengan mengunakan teknik ”evaluasi formal” karena proses evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program kinerja pelayanan penyedia air bersih. Dalam penelitian evaluasi, yang menjadi pertanyaan pokok adalah sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai.

Dalam analisis ini, sajian data mengacu pada indikator kinerja yang telah dirumuskan sebagai alat analisis, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan menjawab kinerja dari setiap kriteria dalam pelayanan penyediaan air bersih. Data berupa hasil wawancara, data sekunder, dan data hasil kuesioner direduksi sehingga dapat menjawab indikator-indikator yang telah ditetapkan, kemudian dikompilasi. Pada akhirnya unit data tersebut dievaluasi terhadap tolok ukur indikator.


(22)

Setelah dievaluasi, hasil identifikasi kinerja pelayanan air bersih ini dibagi menjadi dua kategori. Apa bila hasil identifikasi terhadap data unit kinerja pelayanan PDAM dan persepsi masyarakat terhadap pelayanan air bersih sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan, maka kinerja pelayanan air bersih pada kriteria tersebut termasuk dalam kategori ”sudah memenuhi tolok ukur yang ditetapkan”. Sedangkan hasil identifikasi yang diperoleh tidak sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan, maka diklasifikasikan dalam kategori ”belum memenuhi tolok ukur yang ditetapkan”. Sehingga pada akhirnya apa bila disinkronisasikan antara evaluasi kinerja pelayanan PDAM dengan Persepsi masyarakat, akan dapat disimpulkan evaluasi kinerja PDAM Kota Manggar.

1.6.4 Metode Sampling

Dilakukan dengan melibatkan kelompok pelanggan suplay air bersih. Penelitian menggunakan teknik penarikan sample berdasarkan rumus slovin, yaitu:

n =

dimana:

n = jumlah sample N = jumlah populasi 1 = konstanta

E = error (kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang masih dapat di tolerir atau diinginkan, misalnya 0,1)

Sehingga dari perhitungan menggunakan rumus slovin, didapatkan jumlah sampel responden yang akan disebarkan sebanyak 100 sampel. Dari jumlah rumah tangga yang terlayani PDAM hanya terdiri dari empat desa yang terlayani di Kota Manggar yaitu Desa Baru, Desa Kurnia Jaya, Desa Lalang Jaya, dan Desa Padang. Maka 100 responden akan disebarkan ke empat desa yang terlayani, yang masing-masing desa mempunyai proporsi yang disesuaikan dengan jumlah pelanggan PDAM.

N 1 + (N(e)2)


(23)

Tabel 1.3

Jumlah Sampel Kuesioner Pelanggan PDAM

No DESA RUMAH TANGGA SAMPEL

1 LALANG JAYA 378 35

2 KURNIA JAYA 123 20

3 PADANG 295 35

4 BARU 97 10

TOTAL 893 100

Sumber: PDAM Kota Manggar, 2008

1.7 Kerangka Pemikiran

1.8 Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi laporan ini, maka sub bab ini berisikan sistematika pembahasan laporan sebagai berikut:

Jaringan pelayanan PDAM belum mampu melayani semua wilayah di Kota Manggar

Perkembangan Kota Manggar

Kinerja Pelayanan PDAM Persepsi Masyarakat

Evaluasi - Apek Pelayanan

Teknis PDAM - Aspek Pelayanan

Non teknis PDAM

Aspek Operasional

Aspek Tarif Aspek

Administrasi

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran


(24)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini merupakan landasan pemahaman terhadap latar belakang dilakukannya penelitian ini. Pembahasan dimulai dari uraian latar belakang penelitian, dilanjutkan dengan uraian rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, lingkup wilayah dan materi, metode penelitian, pendekatan studi, teknik pengumpulan data dan analisis data, sampling, kerangka pemikiran dan pada bagian akhir bab, diuraikan sistematika laporan pembahasan sebagai bagian dari sistem pelaporan penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan pemahaman dasar mengenai perencanaan dan pengembangan prasarana kota, kinerja organisasi, pelayanan publik, sumber daya air, kajian teoritik teknik evaluasi, dan kajian teoritik persepsi masyarakat.

BAB 3 GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN SERTA

KARAKTERISTIK PDAM DI KOTA MANGGAR

Bab ini menguraikan data-data awal yang menjelaskan mengenai pengenalan dan gambaran awal wilayah studi dan identifikasi penyedia pelayanan air bersih Kota Manggar, yang menjadi dasar penyusunan laporan evaluasi kinerja pelayanan PDAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan air bersih.

BAB 4 EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM KOTA MANGGAR Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan kriteria dan indikator kinerja PDAM, mulai dari aspek operasional, aspek tarif, dan aspek administrasi, pemenuhan tolok ukur indikator kinerja PDAM Kota Manggar, serta kesimpulan evaluasi kinerja pelayanan PDAM Kota Manggar ditinjau dari keseluruhan indikator kinerja PDAM.

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM DALAM RANGKA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH Uraian pada bab ini meliputi uraian kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi dan saran studi lanjutan, sebagai pedoman penyusunan yang lebih baik di masa mendatang.


(25)

Gambar 1.2


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai perencanaan dan pengembangan prasarana kota, kinerja organisasi, pelayanan umum, sumber daya air, kajian teoritik teknik evaluasi, dan kajian teoritik persepsi masyarakat. Dari keseluruhan teoritik ini, nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam menganalisis hasil laporan.

2.1. Perencanaan dan Pengembangan Prasarana Kota

Pengertian perencanaan secara umum, dapat diketahui dari berbagai definisi. Diantaranya definisi perencanaan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yaitu perencanaan adalah suatu proses untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Terdapat tiga proses mendasar perencanaan, yang terdiri dari:

1. Perumusan dan penentuan tujuan.

2. Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia. 3. Pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

Selain definisi yang ada diatas, pendapat lain tentang perencanaan dikemukakan oleh Friedmen dalam glasson (1974). Friedmen berpendapat bahwa perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat.

Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proses merencanakan tidak terlepas dari proses penataan ruang, baik penataan ruang wilayah maupun penataan ruang perkotaan. Penataan ruang perkotaan berdasarkan peraturan diatas berkaitan dengan penataan ruang kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan


(27)

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusataan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Dengan melihat fungsi dan pemanfaatan kawasan perkotaan sebagai tempat permukiman dan jasa pelayanan. Maka pengembangan prasarana wilayah dan kota perlu diutamakan, untuk kesejahteraan masyarakat. Menurut Soedarso (2003) prasarana mempunyai definisi secara umum disebut infrastruktur. Infrastruktur adalah sistem bangunan yang diperlukan terlebih dahulu agar sistem transportasi, teknik penyehatan, pengairan, telekomunikasi dan sebagainya dapat berfungsi.

Prasaranan dalam kegiatan wilayah dan kota terdiri dari jalan (raya) dan bangunan yang menyediakan jasa-jasa dasar untuk kehidupan masyarakat dengan cara yang seharusnya dapat diandalkan dalam hal keteraturan, kontinuitas (dapat diperoleh setiap saat), kualitas, dan dengan kemampuan yang sesuai dengan volume yang diperlukan. Dengan adanya prasarana yang lengkap, maka akan mempercepat perkembangan spasial wilayah dan kota, memberikan atau mengubah arah perkembangan, dan dapat mempercepat terbentuknya pola struktur ruang kota. Tetapi untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kinerja yang maksimal dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana wilayah dan kota. Pada pembahasan selanjutkan, akan dibahas mengenai kinerja yang menjadi pengaruh utama dalam penyediaan dan pengelolaan prasaranan wilayah dan kota.

2.2 Kinerja Organisasi

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai pendapat mengenai kinerja, diantaranya adalah kinerja yang dikemukakan oleh Jennerjen (1993), kinerja adalah tingkat yang menunjukkan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai. Secara garis besar, kinerja seseorang atau organisasi dapat dinilai.


(28)

Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Penilaian terhadap kinerja dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu. Penilaian tersebut dapat juga dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Dalam institusi pemerintah khususnya, penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai kuantitas, kualitas, dan efisiensi pelayanan, memotivasi para birokrat pelaksana, melakukan penyesuaian anggaran, mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani dan menuntun perbaikan dalam pelayanan publik.

Lenvine (1996) mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yakni :

1. Responsivitas (responsiveness) : menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian responsivitas bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi dipakai untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.

2. Responsibilitas (responsibility): pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan dengan mencocokan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi dengan prosedur administrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.

3. Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh


(29)

rakyat. Data akuntabilitas dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penilaian dari wakil rakyat, para pejabat politis, dan oleh masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Menpan No. 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, terdapat 14 indikator kriteria pengukuran kinerja organisasi sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.


(30)

11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Kinerja sutau pelayanan yang diberikan, merupakan gambaran (image) dari suatu organisai/perusahaan. Di dalam kehidupan masyarakt, kinerja pelayanan yang paling diutamakan adalah kinerja pelayanan publik, bagaimana pemerintah dan privat sector (swasta) memeberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Untuk lebih jelasnya penjelasan terhadap pelayanan publik, dapat dilihat pada bahasan selanjutnya.

2.3 Pelayana Publik (Pelayanan Umum) 1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Wikipedia, 2008).

2. Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan


(31)

oleh swasta, seperti rumah sakit swasta, PTS, perusahaan pengangkutan milik swasta.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat dibedakan lagi menjadi :

1. Yang bersifat primer, adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.

2. Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

3. Karakteristik Pelayanan Publik

Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:

1. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna.

2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien, maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.

3. Tipe pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada dan hubungannya dengan pengguna/klien.

4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan. 5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau

penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.

Pelayanan publik pemerintahan merupakan pelayanan yang sangat peka dimata masyarakat dan dirasakan masyarakat, baik dalam hal pelayanan bidang ekonomi seperti perhubungan dan transportasi, energi, irigasi, dan sebagainya. Bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan, bidang utilitas perkotaan sepeti


(32)

pelayanan air bersih, air kotor, persampahan, dan lain-lain. Masing- masing penyelenggara pelayanan mempunyai badan intansi, seperti pelayanan air bersih (air minum) merupakan pengelolaannya berada di pihak PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), dan kebutuhan air minum merupakan salah satu kebutuhan pokok yang wajib dikonsumsi oleh setiap manusia. Untuk lebih jelasnya penjelasan mengenai pelayanan air bersih (air minum) dapat dilihat pada penjelasan selanjutnya.

2.4 Sumber Daya Air Bersih

Air merupakan unsur utama bagi kehidupan kita di bumi ini. Kita mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern kita, air juga merupakan hal utama untuk budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi.

Dalam Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dibahas mengenai pengertian air secara umum, air permukaan, air tanah, dan sebagainya.

1. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. 4. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di

bawah permukaan tanah.

5. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.

6. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya.


(33)

7. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. 8. Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

Prasarana air bersih merupakan prasarana yang tidak dapat dilupakan kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari, prasarana lain seperti prasarana listrik, jaringan telepon dan sebagianya tidak semua orang menggunakannya setip hari. Terdapat beberapa keperluan air yang digunakan sehari-hari:

1. Keperluan rumah tangga (domestic use): meliputi keperluan minum dan masak, mandi dan membersihkan diri, keperluan cuci mencuci, fasilitas sanitasi dalam rumah dan keperluan rumah tangga.

2. Keperluan industri (industrial use): meliputi penggunaan sebagai bahan pokok dan bahan pembantu khususnya untuk industri.

3. Keperluan umum (public use): penggunaan air untuk membersihkan jalan, menyiram taman-taman, penggelontoran saluran-saluran air, persediaan air untuk pemadam kebakaran, untuk keperluan sekolah dan perkantoran, gedung pertemuan, untuk kepentingan sosial (masjid, langgar, rumah sakit), untuk keperluan komersial, pelabuhan dan fasilitas rekreasi.

Khusus untuk keperluan air rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mengurangi penggunaan air yang mempunyai resiko penyakit tinggi. Banyak masyarakat yang menderita penyakit di sebabkan oleh kuman yang terkandung didalam air, terutama dikawasan kumuh perkotaan dan di pedesaan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1405/MENKES/SK/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri. Dijelaskan mengenai persyaratan air serta tata cara, yang isinya sebagai berikut:


(34)

a. Persyaratan

Kualitas air bersih memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

b. Tata Cara 1. Pengertian

Air bersih adalah air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

2. Tata cara pelaksanaan

a) Air bersih untuk keperluan perkantoran dapat diperoleh dari Perusahaan Air Minum, sumber air tanah atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

b) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan kesehatan.

c) Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistim perpipaan.

d) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan bakteriologis.

e) Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun, yaitu musim kemarau dan musim hujan.

2.4.1 Aspek Sediaan Air Bersih

Air merupakan elemen yang paling melimpah di atas Bumi, yang meliputi 70% permukaannya dan berjumlah kira-kira 1,4 ribu juta kilometer kubik. Apabila dituang merata di seluruh permukaan bumi akan terbentuk lapisan dengan kedalaman rata-rata 3 kilometer. Namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air, kira-kira 97%, ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi untuk kebanyakan keperluan. Dari 3% sisanya yang ada, hampir semuanya,


(35)

kira-kira 87 persennya tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.

Semakin berkembangnya kota, maka peningkatan pemakaian air di wilayah perkotaan akan semangkin meningkat, akan makin tidak terkontrolnya jumlah konsumsi air bagi masyarakat, selain itu banyaknya sumber sumber air yang tercemar, akan mengakibatkan penyediaan air oleh pemerintah, swasta dan masyarakat akan sangat terganggu. Sebagai contoh yaitu sumber-sumber air semakin dicemari oleh limbah industri yang tidak diolah atau tercemar karena penggunaanya yang melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau kita tidak mengadakan perubahan radikal dalam cara kita memanfaatkan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya ekonomi bagi kebanyakan negara. a. Faktor Berpengaruh Terhadap Penyediaan Air Bersih.

Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan kegiatan perkotaan, yaitu (Nace, 1976:29):

a. Air hujan, hasil dari kondensasi uap air yang jatuh ke tanah.

b. Air tanah, yaitu yang mengalir dari mata air, sumur artesis atau diambil melalu sumber buatan.

c. Air permukaan, yaitu air sungai dan danau. d. Desalinasia air laut, atau air sungai dan danau. e. Hasil pengolahan air buangan.

Dari kelima sumber tersebut, air tanah dan air permukaan merupakan pilihan sumber air yang utama untuk dimanfaatkan. Hal ini disebabkan sumber tersebut mudah didapat, jumlahnya besar, dan secara kualitas relatif lebih baik. Air tanah dan air permukaan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produktivitas sangat berpengaruh terdapat beberapa faktor dibawah ini, diantaranya:

1. Kondisi meteorology (suhu, tekanan atmosfir, angin dan lain-lain) 2. Kondisi topogarfi

3. Intensitas curah hujan 4. Kondisi geologi (batuan) 5. Medan (fisiografi)


(36)

Nomor 1 dan 2 mempengaruhi secara keseluruhan, sedangkan nomor 3,4, dan 5 mempengaruhi sumber air permukaan dan air tanah.

b. Sistem Penyediaan Air Bersih

Terdapat tiga komponen utama dalam sistem penyediaan air bersih. Komposisi dari suatu penyediaan air bersih dapat terdiri dari berbagai atau keseluruhan dari komponen tersebut. Adapun komponen-komponen tersebut adalah (Chatib (1996) dalam Awicaksana (2004:22)):

1. Sumber (dengan atau tanpa bangunan pengolahan air bersih)

Sumber dapat terdiri dari sumber dan sistem pengambilan/pengumpulan (collection works) saja ataupun dapat pula dilengkapi dengan suatu sistem pengolahan air (purification/treatmen works).

2. Transmisi

Sistem transmisi dimulai dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengelolaan air bersih atau dimulai dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas atau dari bangunan pengelolaan air bersih sampai reservoir (tempat penampungan).

3. Distribusi

Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran air bersih dari reservoir sampai ke daerah-daerah pelayanannya. Pendistribusian dapat berbentuk sistem perpipaan, yaitu berupa sambungan langsung rumah (house connection) dan sambungan melalui kran-kran umum (public tap) ataupun dalam bentuk sistem non perpipaan, yaitu berupa terminal air/tangki air.

Jika di lihat dari sudut bentuk dan teknik, sistem penyediaan air bersih dapat dibedakan atas dua macam sistem, yaitu (Chatib (1996) dalam Awicaksana (2004:25)):

1. Sistem penyediaan air bersih individual (individual water supply system) Sistem penyediaan individual adalah sistem penyediaan air bersih untuk penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sumber air yang digunakan dalam sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebakan air tanah memiliki kualitas air yang relatif lebih baik dari sumber lainnya. Sistem


(37)

penyediaan ini biasanya tidak memiliki komponen transmisi dan distribusi kecuali pada penyediaan air bersih yang dibangun oleh pengembang untuk melayani lingkungan perumahan yang dibangunnya (contoh: pembangunan sumur artesis). Berdasarkan uraian tersebut, yang termasuk dalam sistem ini adalah sumur gali, pompa tangan, dan sumur bor (untuk pelayanan suatu lingkungan perumahan tertentu).

2. Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan (community/municipality water supplay sistem)

Sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan adalah suatu sistem penyediaan untuk komunitas atau kota dan untuk pelayanan yang menyeluruh, termasuk untuk keperluan domestik, perkotaan, maupun industri. Pada umumnya sistem ini merupakan sistem yang mempunyai kelengkapan komponen yang menyeluruh dan kadang-kadang sangat kompleks, baik dilihat dari sudut teknis maupun sifat pelayanannya. Sumber air yang digunakan sistem ini umumnya berasal dari air permukaaan (contoh: air sungai). Hal ini disebabkan air sungai memiliki kuantitas air yang lebih banyak jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Oleh karena itu sistem ini dilengkapi dengan sistem transmisi dan distribusi agar kualitas air yang dihasilkan baik dan dapat menjangkau daerah-daerah pelayanannya (konsumennya).

Sistem ini dapat mempergunakan satu atau lebih sumber untuk melayani satu atau lebih komunitas dan dengan pelayanan yang berbeda-beda pula. Untuk wilayah Kota Manggar yang dimaksud dengan penyelenggara city water system adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kota Manggar. Berdasarkan uraian tersebut, yang termasuk dalam sistem ini adalah sambungan langsung rumah, kran umum, dan terminal/tangki air.

2.4.2 Kebutuhan Air Bersih

Secara garis besar,kebutuhan akan suplay air bersih terbagi dua yaitu untuk kebutuhan rumah tangga (domestik) dan untuk kebutuhan fasilitas kota (non domestik) dimana masing-masing berbeda kebutuhan akan air bersih.


(38)

1. Kebutuhan Air Untuk Rumah Tangga.

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan secara wajar untuk keperluan pokok manusia dan kegiatan lainnya yang memerlukan air. Sedangkan pemakaian air adalah jumlah air yang terpakai dari sistem yang ada bagaimana pun keadaannya. Kebutuhan dan pemakaian air berkaitan dengan kuantitas air munum. Kebutuhan air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pemakaian air.

Pola pemakaian air bersih untuk keperluan rumah tangga (domestik) memberikan hasil yang beraneka ragam. Salah satunya adalah standar yang digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum.

Tabel 2.1

Keperluan Air Per Orang Per hari (Standar Departemen Pekerjaan Umum)

Keperluan Konsumsi (liter)

Mandi, cuci, kakus 12,0

Minum 2,0

Cuci pakaian 10,7

Kebersihan rumah 31,4

Taman 11,8

Cuci kendaraan 21,1

Wudhu 16,2

Dll 21,7

Jumlah 126,9

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum dalam Proborini (2007)

2. Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perkotaan

Selain untuk kebutuhan rumah tangga, kebutuhan air bersih juga diperlukan untuk fasilitas perkotaan. kebutuhan air bersih untuk fasilitas umum meliputi: taman-taman, kebersihan kota, pemadam kebakaran, kolam renang, perkantoran, pasar, rumah sakit, tempat peribadatan, sekolah, dan lain-lain. Pada kota-kota besar, fasilitas perkotaan yang tumbuh dan berkembang makin beragam, seperti pusat perbelanjaan, perkotaan, pusat hiburan, convention hall, hotel dan apartemen, yang berarti kebutuhan air makin meningkat pula. Dalam


(39)

memperkirakan kebutuhan air untuk fasilitas perkotaan ini sulit sekali, karena setiap jenis fasilitas berbeda dalam ragam kegiatan serta ukuran/besar fasilitas dan skala pelayanan dari fasilitas tersebut.

Tabel 2.2

Standar Kebutuhan Air Fasilitas Non Domestik

No Fasilitas Umum Dan Sosial Standar Pengguaan Air Bersih

Jumlah Satuan

1 Pendidikan 16 Liter/org/hari

2. Peribadatan Mesjid kecamatan Mesjid lingkungan Langgar/surau Gereja Vihara Pura 5-10 3 2 0,5 0,5 0,5 0,5 Liter/org/hr M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari 3 Kesehatan

Rumah sakit BKIA

Balai pengobatan Puskesmas pembantu Puskesmas tipe B Apotik 455 2 2 2 3 60 Liter/org/hr M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari M3/unit/hari Liter/org/hr 4 Rekreasi/OR

Hotel Berbintang Hotel Melati Bioskop

Lapangan olah raga

2-5 150 135 15 60 Liter/org/hr Liter/tpt tidur/hr Liter/tpt tidur/hr Liter/kursi/hr Liter/unit/hr 5. Niaga

Pertokoan Pusat perbelanjaan Pasar 3-5 65 7 5 Liter/org/hr Liter/unit/hr Liter/hektar/hr Liter/m2/hr


(40)

No Fasilitas Umum Dan Sosial Standar Pengguaan Air Bersih

Jumlah Satuan

Kecil 15 Liter/kursi/hr

7 Perkantoran 25 Liter/org/hr

8 Industri 120 Liter/org/hr

9 Transportasi Terminal regional Stasiun bus Stasiun kereta api Pelabuhan

3 100

3 60-80

Liter/org/hr Liter/bis/hr Liter/org/hr Liter/org/hr

10 Kebudayaan 1-4

0,5

Liter/org/hr m3/unit/hari Sumber: Departemen Pekerjaan Umum 1989 dalam Proborini (2007)

3. Kuantitas Air Bersih

Implikasi dari pernyataan air bersih sebagai hak manusia tidak memberikan pengertian bahwa akses terhadap air tidak terbatas. Sebagai hak dasar, akses terhadap air dibatasi oleh hal-hal tertentu seperti keterbatasan kuantitas sumber daya air, batasan ekologi, hambatan-hambatan dalam bidang ekonomi dan politik. Oleh karena itu hak dasar terhadap air bersih mempunyai batasan. Kuantitas air bersih yang layak sebagi hak dasar ditentukan oleh kebutuhan dasar (basic need) untuk konsumsi tubuh minum, masak, dan penggunaan sektor domestik lainnya yang penting.

Berdasarkan Gleick (1996), standar air bersih yang dibutuhkan untuk minum adalah 5 liter/org/hari. Sedangkan untuk sanitasi dan kehigienisan dibutuhkan 20 liter/org/hari. Sehingga kebutuhan paling dasar air yang direkomendasikan adalah sebesar 25 liter/org/hari dengan tambahan 15 liter/org/hari untuk mandi dan 10 liter/org/hari untuk kegiatan memasak.


(41)

Tabel 2.3 Table Rekomendasi

Sumber: : Gleick (1996) dalam Proborini (2007)

Adapun kuantitas kebutuhan air bersih berdasakan departemen pekerjaan umum (PU) dan departemen kesehatan masing-masing sebesar 126,9 liter/orang/hari dan 150 liter/orang/hari.

Tabel 2.4

Perbandingan Kuantitas Air Berdasarkan Standar Departemen Pekerjaan Umum dan Standar Departemen Kesehatan

Keperluan Konsumsi (liter) Standar PU

Standar dep. Kesehatan

Minum 2.0 2.0

Masak - 14.5

Mck 12 20

Wudhu 16.2 15

Cuci Pakaian 10.7 13.0

Kebersihan Rumah 31.4 32

Taman 11.8 11

Cuci Kendaraan 21.1 22.5

Lain-Lain 21.7 20

Sumber: Wardhana (1995) dan Slamet (1994) dalam Aswicaksana (2004)

Diluar standar yang telah ditetapkan, Deriktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut:

- Pedesaan dengan kebutuhan 60 L/kapita/hari.

- Kota kecil (20.000-100.000) dengan kebutuhan 90 L/kapita/hari Tujuan Penggunaan Jumlah Yang Disarankan

Liter/orang/hari

Minum 5

Sanitasi 20

Mandi 15


(42)

- Kota sedang (100.000-500.000) dengan kebutuhan 110 L/kapita/hari - Kota besar (500.000-1.000.000) dengan kebutuhan 130 L/kapita/hari - Kota metropolitan (diatas 1.000.000) dengan kebutuhan 150 L/kapita/hari Sumber: Jumlah Penduduk Berdasarkan PP No.47 Tahun 1997

4. Kualitas Air Bersih

Standar kualitas air bersih di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 yang menetapkan kualitas air menjadi 4 (empat) golongan:

1. Kualitas air golongan A sebagai baku mutu air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Kualitas air golongan B sebagai baku mutu air untuk air baku.

3. Kualitas air golongan C sebagai baku mutu air untuk perikanan dan peternakan.

4. Kualitas golongan D sebagai baku mutu air untuk keperluan pertaniandan dapat dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

Kualitas air yang merupakan konsumsi kegiatan manusia merupakan kualitas air golongan A dan B. Dari daftar kualitas air golongan B, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu: parameter fisik, kimia, mikrobiologi, dan zat radioaktif. Parameter fisik seperti kekeruhan, rasa, bau, dan warna pada umumnya mempengaruhi sifat estetika dari air. Perimeter kimia dan mikrobiologi akan berbahaya bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dihilangkan/dikurangi pada proses pengolahan air minum.

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Terdapat persyaratan kualitas fisik terhadap suplay air bersih yang seharusnya ada.


(43)

Tabel 2.5

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan

Keterangan

1 2 3 4

Parameter Fisik

Warna TCU 15

Rasa dan bau - - Tidak berbau

dan berasa

Temperatur 0C Suhu udara + 30C

Kekeruhan NTU 5

Sumber: Kepmenkes No. 907/MENKES/SK/VII/2002

2.4.3 Kriteria Dan Indikator Penyediaan Air Bersih

Penetapan kriteria dan indikator kinerja penyediaan pelayanan air bersih sebagian besar ditarik dari Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum. Alasan menggunakan Kepmendagri No. 47 tahun 1999 adalah karena peraturan tersebut selama ini digunakan sebagai alat utama yang digunakan untuk mengukur kinerja PDAM diseluruh Indonesia setiap tahun melalui Laporan Hasil Evaluasi Kinerja Perusahan Daerah Air Minum oleh Badan Pengawas Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) propinsi. Dengan demikian validitas indikatornya telah diakui secara Nasional.

Selain Kepmendagri No. 47 tahun 1999, peraturan lainnya yang digunakan sebagai acuan indikator kinerja yaitu Permendagri No.23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Peraturan ini turut digunakan dalam penentuan indikator kinerja karena keberlanjutan penyediaan air bersih juga harus memperhatikan penetapan tarif yang terjangkau oleh masyarakat pelanggan. Selain Kepmendagri No. 23 tahun 2006, terdapat juga Panduan Pengembangan Air Minum, Kepmenkes RI No. 907 tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, penyelenggaraan PDAM Kota.


(44)

Tabel 2.6

Penetapan Kriteria Dan Tolok Ukur Kinerja Penyedia Air Bersih PDAM

Kriteria Sub Kriteria Tolok Ukur Indikator Sumber

Aspek Operasaional Cakupan

Pelayanan

Tingkat pelayanan Total 60% Jumlah pelanggan PDAM

keseluruhan di wilayah administrasi

1

Sumber air baku

1 Sumber air baku yang digunakan/termanfaatkan

Kapasitas, kualitas, kontinuitas, unit air

baku, cara pengambilan

Kondisi umum sumber air 2

2 Sumber air yang belum digunakan/termanfaatkan

Kapasitas, kualitas, kontinuitas

Kondisi umum

perencanaan sumber air baru

2

Kuantitas air 1 Kapasitas 60 L/Orang/hari Kapasitas Pengaliran 1 2 Jumlah pemakai/

sambungan

5 Orang/rumah tangga Jumlah orang dalam satu pelanggan rumah tangga

2

Kualitas Air 1 Kualitas Memiliki surat

kelayakan air bersih dari dinas kesehatan

Standar kualitas air bersih 1

2 Syarat Fisik Tidak berasa, tidak

berbau, suhu 3oC, jernih

Standar kualitas air bersih 3

3 Pemantauan Kualitas Air 6 bulan sekali Jenjang waktu

pemantauan

4 Kontinuitas

Air

Akses air Mengalir 24 jam/hari Akses terhadap

ketersediaan air bersih

1 Tingkat

kehilangan air

Kehilangan air <20% Jumlah M3 air yang

terjual kepada konsumen per jumlah M3 air yang diproduksi oleh produsen air 1 Kecepatan pemasangan instalasi SL (Sambungan Langganan)

1 Pemasangan ≤ 6 hari kerja Lamanya waktu yang

dibutuhkan calon pelanggan s/d penyambungan

1

2 Prosedur pemasangan Memiliki prosedur

sambungan langganan dan prosedur pembuatan rekening air Administrasi sambungan langganan 5 Pengaduan pelayanan

1 Pengaduan tertangani ≥ 80% Jumlah pengaduan yang

berhasil ditangani

1 2 Prosedur pengaduan

pelanggan

Memiliki prosedur pengaduan

Cara 5


(45)

Kriteria Sub Kriteria Tolok Ukur Indikator Sumber Sistem

Penetapan Tarif

Penetapan Tarif progresif Sistem yang diterapkan

dalam penetapan tarif dan biaya pemasangan

6

Dasar Penetapan

tarif

1 Prinsip penetapan tarif air

Biaya tarif ≤ 4% UMR Provinsi

Hal-hal yang

dipertimbangkan dalam penentuan tarif

6

2 Aspek Keuangan

2

- Memiliki data keuangan Data penagihan

rekening, penjualan air, laporan keuangan,

kemampuan masyarakat, Pendanaan daerah Rekapitulasi keuangan Aspek Administrasi Dokumen Dasar

1 Kelengkapan dokumen administrasi

Memiliki: Kelengkapan dokumen

dasar PDAM

1 1. Rencana jangka

panjang

2. Rencana organisasi dan uraian tugas 3. Prosedur operasi standar

4. Gambar nyata laksana

5. Pedoman penilaian kerja Karyawan 6. Rencana kerja dan anggaran

2 Aspek Kelembagaan dan peraturan 2

- Kelembagaan Kuantitas

penyelenggaraan dan struktur organisasi

Kuantitas yang harus tersedia sebanyak 14

pegawai tetap

Penyelengaraan pelayanan PDAM - Perundang-undangan

Berpedoman pada: UU No. 7 Tahun 2004,

UU No. 32 Tahun 2004, PP No. 16 Tahun

2005, RPJM Nasional, dan Rencana induk

SPAM

Penyelengaraan pelayanan PDAM

Keterangan Sumber:

1. Kepmendagri No.47 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum.


(1)

5. Kriteria tingkat kehilangan air

 Mengurangi tingkat kehilangan air, baik kehilangan air secara fisik maupun non fisik dengan cara melakukan perbaikan dan penggantian unit transmisi dan distribusi serta pipa jaringan yang sudah berumur tua dan berkarat, peninjauan rutin dan penggantian meter air pelanggan jika terjadi kerusakan, peningkatan SDM dalam pembacaan meter air, peningkatan kualitas alat ukur (lebih akurat).

 Aspek Tarif

Tarif yang diberlakukan pada dasarnya sudah stabil, sesuai dengan jumlah pemakaian air serta sesuai dengan prinsip keterjangkauan dan keadilan. Tetapi masih terdapat permasalahan aspek keuangan yang dapat menghambat kelancaran administrasi pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu dengan cara meningkatkan pendapatan PDAM, peningkatan efisiensi dan keuntungan PDAM, dan peningkatan kualitas penyelenggaran air minum akan dapat meningkatkan lebih baik lagi mutu kinerja PDAM.

 Aspek Administrasi

Untuk menjamin kinerja pelayanan kepada masyarakat, sebaiknya kontrol terhadap penerapan dokumen-dokumen pedoman seperti rencana jangka panjang, rencana kerja dan anggaran perusahaan, prosedur operasi standar, gambar nyata laksanan, dan tertib laporan eksternal dapat diperketat.

5.3 Kelemahan Studi dan Saran Studi Lanjutan

Dalam melakukan studi ini, terdapat beberapa kelemahan yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut antara lain:

1. Jumlah pelanggan rumah tangga PDAM Kota Manggar sebanyak 893 kepala keluarga yang terbilang sedikit, sehingga aspirasi yang dihasilkan identik serupa.

2. Sebelum tahun 2004, PDAM Kota Manggar merupakan perusahaan daerah yang di koordinasi oleh Dinas Pekerjaan Umum, mengakibatkan data administrasi PDAM sulit untuk didapat.


(2)

3. Tidak adanya rencana jangka panjang penyelenggaran PDAM Kota Manggar, sehingga belum diketahui keberlanjutannya.

Beranjak dari kelemahan studi dan temuan studi dalam penelitian ini, maka dapat dikembangkan penelitian lain yang berkenaan dengan:

1. Mengingat jumlah pelanggan PDAM masih sangat sedikit, maka dapat dilakukan studi mengenai evaluasi kinerja pelayanan PDAM ditinjau dari persepsi pelanggan dan non pelanggan PDAM.

2. Mengingat bahwa penelitian ini hanya didasarkan pada penyedia pelayanan, maka dapat dilakuakn studi mengenai bentuk fasilitas pelayanan PDAM yang paling efektif untuk kota kecil berdasarkan karakteristik masyarakat.

3. Mengingat bahwa penyedia air bersih merupakan bentuk pelayanan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, maka dapat dilakukan studi tentang preferensi prioritas kriteria pelayanan air bersih menurut masyarakat.

4. Mengingat bahwa PDAM merupakan penyedia air bersih yang hampir keseluruhan kinerja pelayanannya belum maksimal, maka dapat dilakukan studi mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersih di suatu kota.

5. Mengingat kebutuhan air yang semakin mendesak dan ketersediaan sumber air yang semakin sulit, maka dapat dilakukan kajian kebutuhan air bersih dan identifikasi ketersediaan sumber daya air.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Skripsi

Nastiti Proborini, Dyah. “Evaluasi Kinerja Penyediaan Pelayanan Air Bersih Sistem Perpipaan di Kota Kecil”. 2007. Departemen Teknik Planologi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung

Aswicaksana. “Kajian Sediaan Dan Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga Yang Belum Terlayani PDAM di Kota Bandung”. 2004. Departemen Teknik Planologi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB, Bandung

Buku

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. “Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Belitung Timur Tahun 2006-2015”. 2006. Kabupaten Belitung Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. “Rencana Umum Tata Ruang Kota

Mangga 2007-2027”. 2007. Kabupaten Belitung Timur

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. “ Memorandum Program dan Proyek Air Minum”.2009. Kabupaten Belitung Timur

Badan Pusat Statistik. “Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka”. 2006. Kabupaten Belitung Timur

Badan Pusat Statistik. “Ukuran Distribusi Pendapatan Belitung Timur 2005-2006”. 2006. Kabupaten Belitung Timur

Dinas Pekerjaan Umum. “Data Pembangunan Sistem Penyedia Prasarana Air Minum 2005-2007”. 2007. Kabupaten Belitung Timur

PDAM. “Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum”. Kabupaten

Belitung Timur

PDAM. “Pedoman Akuntansi PDAM”. Kabupaten Belitung Timur

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. “Panduan Pengembangan Air Minum”. 2007

Ditjen Cipta Karya Depertemen Pekerjaan Umum. “Kamus Tata Ruang” .1997 Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. “Sidang Komite Kebijakan


(4)

Tarigan, R. “Perencanaan Pembangunan Wilayah”. 2005. Bumi Aksara. Jakarta Soedarso, B. “Prasarana Wilayah dan Kota”. 2003. Jakarta

Nugroho, I. “Strategi Pengembangan Sektor Air Bersih di Jawa Timur ”. 2008 Glasson, J. “An Introduction to Regional Planning”.1974. Hutchinson

Educational. London

Emil Salim. “Or Forest, Or Future”. 1992. World Commission on Forests and Sustainable Development

Surakhman, Winarno.1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:Tarsito. Robbins, S.P. “Organizational Behavior – Consept, Controversies, Application”.

New Jersey: Prentise Hall,Inc

Chapin, F.Stuart Jr and Edward J. Kaiser. “Urban Land Use Planning”. 1979. University of Illinois Press, London

Nace, R.L. “Hydrologi, in Handbook of Water Resource and Pollution Control”. 1976 Van Rinhold Company Inc., New York

Dokumen, Peraturan, dan Kebijakan Pemerintah

 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

 Undang-Undang No.7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air  Undang-Undang No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

 Undang- Undang No.5 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Kabupaten Belitung Timur

 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/ Menkes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air  Keputusan Menteri Dalam Negeri No.47 Tahun 1999 Tentang Pedoman

Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907 Tahun 2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum


(5)

 Keputusan Menpan No. 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1405/MENKES/SK/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri

 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Standar Kualitas Air Minum.

 Keputusan Bupati Belitung No. 23/SK/II/2002 Tentang Tarif Dan Klasifikasi/Golongan Langganan Air Minum Pada Perusahaan Daerah Air Munim Kabupaten Belitung

 Peraturan Bupati Belitung Timur No. 38 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Belitung Timur

 Keputusan Bupati Belitung Timur No. 89 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Belitung Timur

 Keputusan Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Belitung Timur No. 002/KPTS/PDAM/BELTIMVIII/2006 tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Wewenang Organisasi/Tata Kerja PDAM Kabupaten Belitung Timur

 PDAM Kota Manggar. 2008  PDAM Kota Balik Papan. 2007


(6)

EVALUASI KINERJA PELAYANAN PDAM DALAM

RANGKA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

(Studi Kasus : Kota Manggar Kabupaten Belitung Timur)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program Studi Strata I Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Menyetujui, Bandung, Agustus 2009

Pembimbing I

Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si

NIP. 4127 70 17 006

Pembimbing II

Tatang Suheri., ST

NIP. 4127 70 17 005

Mengetahui, Ketua Jurusan

Romeiza Syafriharti, Ir., MT