FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH (Studi Kasus di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)
CAUSATIVE FACTORS OF DROPPED OUT STUDENT (Case Study of Fourth Orchard in Tanjung Ratu Ilir Village Way
Pengubuan Subdistrict Central Lampung District)
By
THERESIA SUPARMI
This research aims for knowing about effect of intelligence factor to dropped out student, effect of economic factor to dropped out student, effect of intelligence factor and economic factor to dropped out student. Type of this research used quantitative descriptive research by collected primary data from 43 dropped out students in 2011 until 2015. Data analysis technique used validity and reliability test, classic assumption test, multiple linear regression, determination test and hypothesis testing. Based this research, the result is intelligence factor take strong effect than economic factor, namely the value calculate at 4,060 while the t-acount value of economic factors is 2,067, but both of them take effect for dropped out student. Student’s intelligence still relative low, it’s seen from some indicators, like cleverness, intelligence, ability, and dilligent. Student said they never got champion in the class, they often skip the class, cheating, and so difficult to understand lesson. Economic factor take effect in dropped out student, because condition of parent as farm worker and as house wife had the low income so they can’t fulfillment school needs.
(2)
FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH
(Studi Kasus di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh
THERESIA SUPARMI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor intelegensi terhadap anak putus sekolah, pengaruh faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah, pengaruh faktor intelegensi dan faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah. Tipe penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Responden dalam penelitian ini berjumlah 43 orang yang mengalami putus sekolah antara tahun 2011 hingga tahun 2015. Teknik analisis data menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, regresi linear berganda, uji determinasi dan pengujian hipotesis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa faktor intelegensi berpengaruh lebih kuat daripada faktor ekonomi yaitu dengan nilai t-hitung sebesar 4,060 sedangkan nilai t-hitung faktor ekonomi sebesar 2,067, namun keduanya sama-sama berpengaruh terhadap anak putus sekolah. Intelegensi anak masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari indikator yang ada yaitu pada kepintaran, kecerdasan, kemampuan, dan kerajinan. Anak mengaku tidak pernah mendapatkan juara kelas, sering membolos, mencontek, serta sulit untuk memahami materi yang telah diberikan. Faktor ekonomi berpengaruh terhadap terjadinya anak putus sekolah, karena keadaan orang tua yang berprofesi sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga menyebabkan pendapatan keluarga tergolong rendah, sehingga pemenuhan kebutuhan sekolah tidak terpenuhi.
(3)
Oleh
THERESIA SUPARMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI
Pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(4)
Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah) (Skripsi)
THERESIA SUPARMI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2016
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ...28
Gambar 2. Peta Kabupaten Lampung Tengah ...46
Gambar 3. Grafik Normal Probability Plot ...75
(6)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
DAFTAR ISI ...ii
DAFTAR TABEL ...iv
DAFTAR GAMBAR ...vi
I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...9
C. Tujuan Penelitian...9
D. Kegunaan Penelitian...10
II TINJAUAN PUSTAKA ...11
A. Anak Putus Sekolah ...11
B. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ...15
C. Pengaruh Faktor Intelegensi Terhadap Anak Putus Sekolah ...25
D. Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Anak Putus Sekolah ...25
E. Kerangka Pikiran...26
F. Hipotesis...29
III METODOLOGI PENELITIAN ...30
A. Tipe Penelitian ...30
B. Lokasi Penelitian ...30
C. Definisi Konseptual...31
D. Definisi Operasional Dan Indikator Variabel...33
(7)
F. Teknik Pengumpulan Data ...36
G. Teknik Pengolahan Data ...38
H. Teknik Analisis Data ...39
I. Pengujian Hipotesis...44
IV GAMBARAN UMUM...45
A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir...45
B. Keadaan Penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir ...47
V HASIL DAN PEMBAHASAN ...54
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...54
B. Karakteristik Responden Berdasarkan Identitas Responden...54
C. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Putus Sekolah...59
D. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Intelegensi...63
E. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Ekonomi...66
F. Analisis Tabel Silang ...69
G. Pengujian Asumsi Klasik ...74
H. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda ...77
I. Koefisien Determinasi (R²) ...79
J. Uji Hipotesis ...80
K. Pembahasan...82
VI KESIMPULAN DAN SARAN ...86
A. Kesimpulan ...86
B. Saran...88
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Anak Yang Putus Sekolah Di Dusun IV ...35
Tabel 2. Distribusi Sampel Penelitian ...36
Tabel 3. Batas Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir...46
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...47
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ...48
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur ...49
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku...50
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian...51
Tabel 9. Jumlah Sarana Dan Prasarana ...52
Tabel 10.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis...55
Tabel 11.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...55
Tabel 12.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden..56
Tabel 13.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orangn Tua...57
Tabel 14.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua...58
Tabel 15.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Putus Sekolah...59
Tabel 16.Karakteristik Responden Berdasarkan Intensitas Tinggal Kelas...60
Tabel 17.Karakteristik Responden Berdasarkan Tahun Putus Sekolah...61
Tabel 18.Faktor Yang Mempengaruhi Putus Sekolah...62
Tabel 19.Pihak Yang Mempengaruhi Untuk Putus Sekolah...62
Tabel 20. Intensitas Mendapatkan Juara Kelas ...63
Tabel 21. Kegiatan Belajar...64
Tabel 22. Intensitas Mencontek ...64
Tabel 23. Kedisiplinan Responden ...65
Tabel 24. Jumlah Pendapatan Orang Tua ...66
(9)
Tabel 26. Kebutuhan Yang Sudah Terpenuhi ...67
Tabel 27. Kebutuhan Sekolah ...68
Tabel 28.Cara Pergi Ke Sekolah...69
Tabel 29. Tabel Silang Pengaruh Intelegensi Terhadap Anak Putus Sekolah ...70
Tabel 30. Tabel Silang Pengaruh Pekerjaan Dan Pendapatan Orang Tua ...71
Tabel 31. Tabel Silang Pengaruh Ekonomi Terhadap Anak Putus Sekolah ...73
Tabel 32. Hasil UjiMultikolinieritas...77
Tabel 33.Hasil Uji Regresi Linear Berganda...78
Tabel 34. Model Summary...79
Tabel 35.Perhitungan Uji t...80
(10)
(11)
(12)
(13)
Penulis bernama lengkap Theresia Suparmi. Lahir di Tanjung Ratu, pada tanggal 24 Maret 1994. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara, pasangan Bapak Yohanes Rusdi dan Ibu Maria Magdalena Sulastri. Penulis memiliki empat kakak laki-laki dan dua kakak perempuan.
Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Katholik. Kini penulis beralamat di Dusun IV Tanjung Baru RT/RW 004/004 Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :
1. Sekolah Dasar Negeri 2 Tanjung Ratu Ilir yang diselesaikan pada tahun 2006. 2. SMP Negeri 2 Way Pengubuan yang diselesaikan pada tahun 2009.
3. SMA Negeri 1 Terbanggi Besar yang diselesaikan pada tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi. Pada Januari 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Ramsai, Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan. Pada semester akhir tahun 2016 penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah (Studi kasus di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)”.
(14)
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Bapak dan mamak yang tercinta, terimakasih telah
membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan
limpahan cinta yang tak pernah berujung, terimakasih
atas segala do a yang dipanjatkan untuk kebaikanku,
dan terimakasih telah memenuhi kebutuhanku
Keluarga besarku yang selalu memberi semangat dan
do a, terimakasih kuucapkan kepada kalian
Teman hati dan sahabat-sahabatku tercinta yang selalu
menemaniku dalam suka dan duka
(15)
Syalom.. Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan berkahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah (studi kasus di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si.,selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. sebagai dosen pembimbing utama yang selalu mendukung, membantu, dan sabar memberi masukan hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terimakasih ibu Anita.
4. Ibu Dra. Paraswati Darimilyan sebagai dosen pembahas yang telah mengoreksi, membimbing, memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini. terimakasih banyak ibu Paras tersayang.
5. Dr. Bartoven Vivit Nurdin, S.Sos, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi arahan.
6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Lampung.
(16)
8. Untuk yang selalu hadir dalam doaku dan selalu mendoakanku, Mamak Sulastri dan Bapak Rusdi. Begitu banyak energi, materi, perhatian dan doa yang tak henti-hentinya demi keberhasilanku. Terimakasih atas segala pengorbanan yang kalian berikan. Maaf baru ini yang bisa aku persembahkan untuk Mamak dan Bapak. Doakan anakmu ini agar bisa selalu membahagiakan kalian. Dan mamas serta mbak yang juga mendoakanku, memberikan semangat dan dukungan. Kalian adalah orang yang sangat berarti dalam hidupku.
9. Untuk camiku Sinforianus Hardian Agus Prasetyo yang menemani hidup saya dari SMA hingga saat ini, antar jemput dari rumah kekosan, nemenin turlap, bimbingan, seminar serta kompre, selalu menghiburku dengan berbagai candaan dan ejekannya. Memberikan semangat buat revisi dan selalu mengerti aku. Terimakasih atas doa, dukungan dan segala bantuannya sehingga semua proses perkuliahan penulis dapat terselesaikan. iloveyou.
10. Untuk camerku, bapak Surendro dan mamak Suharti yang selalu mendukung. Terimakasih doa dan semangatnya selama ini sehingga proses perkuliahan penulis dapat terselesaikan.
11.Untuk sahabat d’jb. Wayan mbrong, Ayu belog, Ela mblosek, Mega mblondek, Opil alay, dan Lia listrik. Semua julukan itu akan selalu mengingatkan kita. terimakasih atas doa dan bantuan serta kebersamaannya selama ini, tertawa bareng, nangis bareng, belanja bareng, masak bareng, tidur bareng, bimbingan bareng, serta kekocakan kalian tidak akan terlupakan. Semoga kita tetap bersama dan sukses buat kita kedepannya. Salam D’JB.
(17)
Dinda, Viola, Safitri, Sinta, Suci, Suhe, Arif, Andri, Laela, Anisa, Silvia, Wayan Surya, Eci, Saeno, Pika, Nita, Anggi, Tini, Holis, Siska, Intan, Novita, Hana, Okta, Menk, Ika, serta kakak tingkat mbak Partini, mbak Eva dan Bang Sulis. Terimakasih semuanya.
13. Untuk teman-teman sosiologi angkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih pernah hadir mengisi banyak kenangan dan kerjasama dalam tugas-tugas semasa kuliah, Semoga sukses menghampiri kita semua.
14. Untuk teman-teman KKN Ramsai, Kristin, Bimbi, Pi, Fajar, Husen, Doni dan Fidel. Terimakasih untuk 40 hari, untuk pelajaran berharganya. Sukses buat kita semua. 15. Untuk teman-teman kost’an May Darwin. Agnes, Yuni, Lina, Renda, Suci, Mbak Uli,
Mbak Neti, Mbak Ranis, Mbak Minarti, Sonia, Okta. Terimakasi atas doa dan dukungannya serta segala macam ceramah sehingga memotivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
16. Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih. Semoga kita bisa sukses bersama-sama dan senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
Penulis hanya bisa berdoa Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2016 Penulis
(18)
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia memerlukan pendidikan untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan bangsa serta kehidupan yang layak dan bermutu dapat dicapai. Langkah awal untuk bisa menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan benar. Pendidikan pertama kali yang didapatkan yaitu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Hasbullah (2005: 1) memberikan pengertian bahwa pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Menurut Ahmadi dan Uhbayati (2003: 70) pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh anggota dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung secara menerus.
(19)
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tap. MPR No IV/MPR/1973 (dalam Ahmadi dan Uhbiyati, 2003: 75) dirumuskan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan menurut Ihsan (2003: 5), pendidikan dapat diartikan sebagai:
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan;
2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya;
3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi anak untuk meningkatkan kualitas hidupnya serta menentukan diri anak dalam perkembangannya menuju ke arah yang lebih baik. Apalagi di zaman modern ini yang segala sesuatu dapat berubah dengan serba cepat adalah akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga dapat menciptakan bermacam-macam alat yang canggih. Oleh sebab itu pendidikan sangat penting untuk anak dalam perkembangan zaman ini.
Di Indonesia sudah ada program dari pemerintah untuk mengurangi angka putus sekolah, yaitu program wajib belajar sembilan tahun. Konsep tentang program pendidikan wajib belajar sembilan tahun ini dinyatakan dalam pasal 31 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) menegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) menetapkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
(20)
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Wajib belajar sembilan tahun diwajibkan untuk semua anak Indonesia tanpa membedakan ras, agama, suku, jenis kelamin, serta asal usul keturunan, agardapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh mereka sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di masyarakat. Dan wajib belajar ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM).
Dengan dibuatnya Undang-Undang yang mengatur program wajib belajar sembilan tahun, pemerintah mengeluarkan kebijakan program bantuan dana sekolah yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), yang tujuannya sebagai bentuk implementasi dari program wajib belajar sembilan tahun, dimana anak-anak wajib belajar selama sembilan tahun dalam tingkat SD, SMP, hingga SMA, dan dibebaskan dari biaya sekolah. Namun biaya untuk menuju ke sekolah serta untuk proses belajar mengajar di sekolah tidaklah gratis. Orang tua harus menyiapkan sejumlah uang untuk biaya transportasi jika rumah mereka jauh dari sekolah, untuk uang saku anak ketika di sekolah, belum lagi untuk perlengkapan sekolah mereka seperti alat tulis, seragam, dan lain-lain.
Pendidikan dari sekolah akan membantu seorang anak bukan hanya mengerti teori dari mata pelajaran yang diajarkan, namun juga mengajarkan sikap dan perilaku yang baik. Pendidikan yang baik, membentuk masa depan anak terencana dan terjamin, mengembangkan bakat dan potensi anak ke nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Melalui sekolah anak juga dapat mewujudkan cita-citanya.
(21)
Seperti yang dikatakan oleh Dalyono (2012: 49-50) belajar bertujuan mengadakan perubahan didalam diri, antara lain tingkah laku, kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, sikap dari yang negatif menjadi positif, dan ketrampilan seperti olahraga, seni, tehnik, pertanian dan sebagainya, serta belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Peranan orang tua sangat penting bagi anak dalam pemenuhan kebutuhan belajar anak. Peranan tersebut berbeda antara orang tua yang satu dengan orang tua lainnya. Ada orang tua yang menjalankan perannya dengan berupaya keras untuk dapat memenuhi kebutuhan anak mengikuti pendidikan hingga pada jenjang yang tertinggi dan berhasil dalam menyukseskan pendidikan anak, tapi tidak sedikit pula yang belum bahkan gagal menjalankan peranannya dengan baik. Padahal tertulis jelas dalam Pasal 45 Undang-Undang No. 1 tahun 1974, mewajibkan orang tua (ayah dan ibunya) untuk memelihara dan mendidik anak-anak mereka dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya seperti dijelaskan oleh Ahmadi (1991: 108) fungsi keluarga antara lain; fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan dan penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, dan fungsi agama.
Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, baik cerdas dalam pemikiran dan cerdas dalam bertingkah laku. Cerdas dalam pemikiran berarti seorang anak memiliki wawasan luas dan dapat menyelesaikan sekolahnya. Sedangkan cerdas dalam bertingkah laku berarti seorang anak mampu menyesuaikan dirinya di dalam masyarakat dan memiliki nilai-nilai sopan santun. Lebih dari itu semua orang tua menginginkan anaknya kelak memiliki nasib yang
(22)
lebih bari dari mereka, mengenyam pendidikan lebih tinggi dibanding orang tuanya dan memiliki pekerjaan yang lebih layak.
Oleh karena itu setiap orang tua bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya supaya menjadi yang lebih baik lagi baik dari segi pemikiran, tingkah laku maupun segi ekonomi. Dari segi pemikiran diharapkan anak jauh lebih bisa berkembang pemikirannya, lebih modern, dan bisa mencari solusi atas setiap masalah yang dialaminya. Dari segi tingkah laku diharapkan tingkah laku anak bisa menjadi lebih baik lagi. Bisa memilih hal-hal yang positif untuk dilakukan, dan lebih sopan santun karena di sekolah tidak hanya diajarkan cara menghintung saja namun juga diajarkan tata krama dalam bertingkah laku, seperti sopan santun dan lain sebagainya. Dari segi ekonomi, diharapkan anak dapat memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh selama belajar di sekolah dan bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya serta mendapatkan uang dari pekerjaannya tersebut. Dengan kata lain, para orang tua berharap melalui pendidikan anak-anaknya dapat menjadi lebih sukses daripada orang tuanya.
Namun, tak sedikit orang tua yang tidak bisa mewujudkan cita-cita untuk mensukseskan anak-anak mereka, sehingga anak-anaknya tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan atau mereka harus terpaksa berhenti sekolah atau putus sekolah. Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat belajar, dimana anak tidak dapat menyelesaikan sekolah sampai lulus atau selesai. Putus sekolah akan berdampak besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Anak yang putus sekolah akan membawa keresahan sosial.
(23)
Dampak keresahan sosial ialah semakin banyaknya jumlah penggangguran sehingga dapat memicu keadaan menjadi penyakit masyarakat yang menimbulkan tindakan kriminal dikarenakan banyaknya pengangguran yang menimbulkan kelompok-kelompok pemuda liar. Anak-anak nakal dengan kegiatannya yang bersifat negatif, seperti mencuri, memakai narkoba, mabuk, menodong dan lain sebagainya. Akibat lainnya juga adalah anak sulit mendapatkan pekerjaan karena anak yang tidak mempuyai ijazah maupun tidak adanya pembekalan kemampuan bagi mereka yang putus sekolah. Akan tetapi anak putus sekolah tak selamanya akan berdampak demikian tetapi ada juga yang dapat membantu orang tua bekerja sehingga dapat menggurangi beban orang tua dari segi ekonomi.
Ada banyak faktor penyebab anak putus sekolah yang dapat digolongkan menjadi dua aspek, yaitu yang pertama adalah faktor internal (dalam diri) anak, meliputi minat motivasi, kemampuan, nilai dan sikap ekspektasi (harapan) serta persepsi siswa tentang sekolah. Kedua, faktor eksternal (luar diri) anak, meliputi persepsi orang tua tentang pendidikan, latar belakang ekonomi orang tua, guru-murid, jarak sekolah dari rumah, usaha yang dilakukan pemerintah meliputi bantuan dan pengadaan sarana dan prasarana. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor tersebut:
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak. Anak yang memiliki kemampuan rendah biasanya akan merasa malu atau minder dengan anak yang memiliki kemampuan tinggi. Kemampuan ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menerima dan memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Anak yang selama sekolah tidak bisa menerima materi akan sulit ketika menghadapi ulangan, hal ini akan berdampak pada nilai dan anak bisa tinggal
(24)
kelas atau tidak naik kelas. Akibatnya anak akan merasa malu sehingga anak tidak mau sekolah lagi. Anak yang tidak memiliki minat dan motivasi untuk sekolah tentu anak akan merasa malas untuk pergi sekolah dan akan sering membolos sehingga lambat laun anak akan berhenti sekolah. Anak juga terkadang sering salah mengartikan pendidikan. Persepsi anak tentang pendidikan kurang atau bahkan keliru dapat menyebabkan anak putus sekolah.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri anak. Latar belakang ekonomi dapat menjadi faktor yang menyebabkan anak putus sekolah, anak yang keadaan ekonomi orang tuanya kurang mampu akan memilih untuk berhenti sekolah dan membantu orang tua mereka dengan cara bekerja. Banyak juga orang tua yang dari segi ekonominya mampu namun mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak penting sehingga mereka tidak menyekolahkan anaknya hingga tamat. Jarak juga dapat berpengaruh terhadap anak putus sekolah. Anak yang rumahnya jauh dari sekolah dan susah dalam mendapatkan transportasi akan merasa malas karena susah untuk bisa sampai di sekolah dan akhirnya anak memilih untuk berhenti sekolah. Namun ada juga anak yang rumahnya dekat dengan sekolah tapi hubungan anak dengan guru tidaklah baik, mungkin anak tidak menyukai guru tersebut sehingga memilih untuk putus. Selain bantuan dari pemerintah juga dapat menyebabkan anak putus sekolah, karena banyak bantuan dari pemerintah yang hanya membebaskan untuk biaya sekolahnya saja, tidak untuk transportasi dan kebutuhan lainnya guna untuk pendidikan.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, rata-rata nasional angka putus sekolah jenjang SD mencapai 0,67 % atau sebanyak 182.773 anak; untuk usia 13-15 tahun
(25)
(jenjang SMP) sebanyak 2,21 % atau sebanyak 209.976 anak; dan untuk usia 16-18 tahun (jenjang SMA) semakin tinggi hingga 3,14 % atau sebanyak 223.676 anak. Jika digabungkan maka jumlahnya mencapai 6,02 %. Dengan kata lain jumlah anak yang putus sekolah mencapai 616.425 anak. Sedangkan berdasarkan data UNICEF (dalam kabar24.bisnis.com) tahun 2015 pada akhir Mei tercatat sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jumlah tersebut belum termasuk anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA). Berdasarkan data tersebut diatas, angka anak putus sekolah dari tahun 2013 sampai 2015 mengalami kenaikan atau semakin bertambah, yaitu dari 616.425 anak bertambah menjadi 2.500.000 anak.
Menurut Pahun (2012) Provinsi Lampung menduduki peringkat ke-10 pada tahun 2012 dengan kasus putus sekolah tertinggi yaitu sekitar 79.435 anak tidak bersekolah dan tidak melanjutkan pendidikan dasar mereka. Sedangkan untuk peringkat pertama diduduki oleh provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 553.115 anak.
Kelurahan Tanjung Ratu Ilir, Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kelurahan yang tingkat putus sekolahnya cukup tinggi, hal ini terbukti dari hasil observasi sementara dilapangan yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2015 diketahui jumlah anak yang putus sekolah di dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir sebanyak 43 anak dari tingkat SD sampai SMA. Kecenderungan yang diketahui peneliti ternyata faktor ekonomi dan intelegensi adalah faktor penyebab anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu
(26)
Ilir. Hal ini dapat dibuktikan dengan pekerjaan yang dijalani oleh mayoritas masyarakat Dusun IV kelurahan Tanjung Ratu Ilir, yaitu sebagai buruh tani. Hal itu juga mungkin yang menyebabkan banyaknya angka anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir. Karena keadaan ekonomi yang terbatas pula mungkin yang membuat untuk pemenuhan gizi meraka kurang sehingga berpengaruh pada inteligensi anak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor penyebab anak putus sekolah di dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh faktor intelegensi anak terhadap anak putus sekolah? 2. Apakah ada pengaruh faktor ekonomi orang tua terhadap anak putus sekolah? 3. Apakah ada pengaruh faktor intelegensi dan faktor ekonomi secara simultan
dengan anak putus sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(27)
2. Mengetahui pengaruh faktor ekonomi orang tua terhadap anak putus sekolah. 3. Mengetahui pengaruh faktor intelegensi dan faktor ekonomi secara simultan
dengan anak putus sekolah?
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu sosial pada khususnya sosiologi yang berkaitan dengan masalah sosial dan dapat dijadikan bahan masukan untuk proses penelitian yang akan datang berhubungan dengan masalah sosial khususnya masalah anak putus sekolah.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif kepada orang tua, yang berperan dalam meningkatkan mutu SDM yang berdaya guna bukan hanya dari penampilan tapi juga wawasan yang luas.
(28)
A. Anak Putus Sekolah 1. Pengertian Anak
Menurut WJS. Poerdarminta (1992: 38-39), pengertian anak secara umum dipahami masyarakat adalah keturunan kedua setelah ayah dan ibu. Sekalipun dari hubungan yang tidak sah dalam kaca mata hukum. Ia tetap dinamakan anak, sehingga pada definisi ini tidak dibatasi dengan usia. Anak menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.
Menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pengertian Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan anak menurut undang-undang nomor tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Selanjutnya hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.
Sedangkan menurut Lesmana (2012) pengertian anak dari sudut pandang agama, anak merupakan makhluk yang mulia, yang keberadaannya adalah kewenangan dari kehendak Tuhan dengan melalui proses penciptaan. Oleh karena anak mempunyai kehidupan yang mulia dalam pandangan agama, maka anak harus
(29)
diperlakukan secara manusiawi, sehingga kelak anak tersebut tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia seperti dapat berttanggung jawab. Secara sosiologis anak diartikan sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang senantiasa berinteraksi dalam lingkungan masyarakat bangsa dan negara. Dalam hal ini anak diposisikan sebagai kelompok sosial yang mempunyai status sosial yang lebih rendah dari masyarakat dilingkungan tempat berinteraksi.
Dalam perkembangan, anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Anak sah, yaitu anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah
atau hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut.
2. Anak terlantar, yaitu anak yang tidak memenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
3. Anak yang menyandang cacat, yaitu anak yang mengalami hambatan secara fisik dan atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan secara wajar.
4. Anak yang memiliki keunggulan, yaitu anak yang mempunyai kecerdasan luar biasa, atau memiliki potensi dan atau bakat luar istimewa.
5. Anak angkat, yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atas penetapan pengadilan.
6. Anak asuh, yaitu anak yang di asuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan
(30)
karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembangnya anak secara wajar. (Pasal 1, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak)
Menurut Abdussalam (1990: 47), semua anak memiliki empat hak dasar, yaitu: a. Hak atas kelangsungan hidup
Termasuk didalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak memperoleh gizi yang baik, tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila jatuh sakit. b. Hak untuk berkembang
Termasuk didalamnya hak untuk memperoleh pendidikan, informasi, waktu luang, berekreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus. c. Hak partisipasi
Termasuk didalamnya adalah hak kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul, serta ikut serta dalam pengambilan keputusan, yang menyangkut dirinya.
d. Hak perlindungan
Termasuk didalamnya perlindungan dalam bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lain.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa anak adalah seseorang yang dilahirkan oleh seorang wanita baik melalui pernikahan yang sah ataupun tidak sah, anak asuh maupun anak angkat. Anak yang dimaksud
(31)
dalam penelitian ini adalah seseorang yang masih dalam usia sekolah yaitu antara 6-18 tahun.
2. Putus Sekolah
Gunawan (2010: 71), menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya. Misalnya seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas lima, disebut sebagai putus sekolah SD.
Menurut Djumhur dan Surya (1975: 179) jenis putus sekolah dapat dikelompokkan atas tiga, yaitu :
1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang
Putus sekolah dalam jenjang ini yaitu seorang murid atau siswa yang berhenti sekolah tapi masih dalam jenjang tertentu. Contohnya seorang siswa yang putus sekolah sebelum menamatkan sekolahnya pada tingkat SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
2. Putus sekolah di ujung jenjang
Putus sekolah di ujung jenjang artinya mereka yang tidak sempat menamatkan pelajaran sekolah tertentu. Dengan kata lain mereka berhenti pada tingkatan akhir dalam dalam tingkatan sekolah tertentu. Contohnya, mereka yang sudah duduk di bangku kelas VI SD, kelas III SLTP, kelas III SLTA dan sebagainya tanpa memperoleh ijazah.
(32)
3. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang
Putus sekolah yang dimaksud dengan berhenti antara jenjang yaitu tidak melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi. Contohnya, seorang yang telah menamatkan pendidikannya di tingkatan SD tetapi tidak bisa melanjutkan pelajaran ketingkat yang lebih tinggi.
Putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berhentinya anak atau anak yang keluar dari suatu lembaga pendidikan sebelum mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti, baik SD, SMP, maupun SMA.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak putus sekolah adalah keadaan dimana seseorang yang usianya seharusnya masih dalam usia sekolah namun harus keluar atau berhenti dari lembaga pendidikan yang diikuti.
B. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Ada banyak faktor penyebab anak putus sekolah. Ada faktor yang berasal dari dalam diri (internal) anak didik sendiri, seperti faktor kemalasan dan ketidakmampuan diri. Ada juga faktor yang berasal dari luar (eksternal) anak didik, seperti ketidakadaan biaya dan sarana pendidikan. Sebagaimana menurut Baharuddin (1982), faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah adalah :
1. Faktor kependudukan 2. Faktor ledakan usia sekolah 3. Faktor biaya (ekonomi)
(33)
4. Faktor kemiskinan 5. Faktor sarana 6. Faktor sekolah
7. Faktor I.Q (Intelegensi) 8. Faktor mentalitet anak didik
Faktor kependudukan merupakan faktor yang berasal dari keadaan lingkungan yang ada dalam suatu penduduk tertentu, seperti angka kelahiran dan kematian. Hal ini juga berkaitan dengan faktor ledakan usia sekolah yang dapat mempengaruhi anak putus sekolah ketika angka kelahiran meningkat, menyebabkan anak usia sekolah juga meningkat, persaingan untuk meraih hidup yang layakpun semakin meningkat namun tidak dibarengi dengan pertambahan gedung-gedung sekolah dan kebutuhan lainnya sehingga tak sedikit anak yang harus berhenti bahkan tidak mengenyam pendidikan sama sekali.
Faktor biaya atau ekonomi berkaitan dengan faktor kemiskinan, ketika berbicara mengenai faktor kemiskinan maka faktor ekonomi yang sangat terlihat, ketika kebutuhan sekolah semakin banyak dengan keadaan ekonomi yang rendah maka akan berakibat pada putus sekolah. Faktor sarana adalah faktor mengenai alat-alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Alat ini dapat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi dapat juga berupa alat yang digunakan oleh siswa. Banyak siswa yang malu karena peralatan yang ia gunakan tidak pernah ganti yang baru karena orang tua tidak mampu membelikannya yang baru sehingga anak merasa minder dan memilih untuk berhenti sekolah.
(34)
Faktor sekolah ialah faktor tentang keadaan suatu sekolah, dapat berupa keadaan fisik sekolah seperti fasilitas dalam sekolah dapat juga berupa hubungan antara siswa dengan gurunya disekolah. Ketika hubungan siswa dengan guru tidak berjalan dengan baik, hal ini dapar berpengaruh terhadap anak untuk membolos dan melanggar peraturan sekolah yang dapat berakibat terjadinya putus sekolah. Faktor intelegensi merupakan faktor tentang kemampuan, kecerdasan, kepintaran dan kedisiplinan siswa dalam sekolah. ketika intelegensinya rendah akan berpengaruh pada terjadinya anak putus sekolah. Sedangkan faktor mentalitet anak didik terhadap anak putus sekolah adalah keadaan dimana mental anak rendah atau ketika dalam sekolah anak tidak berani untuk mengemukaan pikirannya dan merasa takut ketika sedang mengikuti pelajaran disekolah serta tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya.
Berbagai penelitian seperti: A.A. Ketut Oka (2000) di Bali serta Sugeng Arianto (2001) (dalam eprints.ung.ac.id) di Jambi menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah, yaitu: status ekonomi, jenis pendidikan siswa (umum atau kejuruan), kehamilan, kemiskinan, ketidaknyamanan, kenakalan siswa, penyakit, minat, tradisi atau adat istiadat, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, usia orang tua, jumlah tanggungan keluarga, kondisi tempat tinggal serta perhatian orang tua.
Dari faktor-faktor penyebab anak putus sekolah yang dikemukakan diatas, maka bisa dilihat faktor penyebab putus sekolah tidaklah sederhana dan bersifat tunggal saja, melainkan banyak faktor yang menyebabkannya. Adapun faktor-faktor anak
(35)
putus sekolah yang peneliti gunakan adalah faktor internal yaitu faktor intelegensi dan faktor eksternal yaitu faktor ekonomi.
1. Faktor Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa inggris intelligence, yang juga berasal dari bahasa latinintellectusdanintelligentia. Menurut Dalyono (2004: 124) inteligensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap sesuatu situasi atau masalah, yang meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya. Thorndike (dalam Suryabrata, 2008: 125) memberi definisi intelegensi sebagai hal yang dapat dinilai dengan taraf ketidaklengkapan daripada kemungkinan-kemungkinan dalam perjuangan hidup individu. Sedangkan Terman (dalam Syuryabrata, 2008: 125) mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berfikir abstrak.
Intelegensi juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu (Purwanto, 2004: 52). Menurut Morgan, dkk (dalam Walgito, 2010: 211) ada dua pendekatan yang pokok dalam memberikan definisi mengenai intelegensi itu, yaitu (1) pendekatan yang mellihat faktor-faktor yang membentuk intelegensi itu, yang sering disebut sebagai pendekatan faktor atau teori faktor, dan (2) pendekatan yang melihat sifat proses intelektual itu sendiri, yang sering dipandang sebagai teori orientasi-proses (process-oriented theories).
Purwanto (2004: 55-56) menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi yang mengakibatkan terjadinya perbedaan antara
(36)
intelegensi seseorang dengan yang lain. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi seseorang, di antaranya:
1. Pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir batas kesanggupan kita, yakni dapat tindaknya seseorang memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. 2. Kematangan: Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, Tiap organ (fisik dan psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. 3. Pembentukan: pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi.
4. Minat dan pembawaan yang khas: minat mengarahkan pembuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dan dorongan bagi pembawaan itu. Dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5. Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalahmasalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Masyarakat umum mengenal intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, kemampuan berfikir seseorang atau kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Gambaran seseorang yang memiliki inteligensi tinggi biasanya merupakan cerminan anak yang pintar, anak yang pandai dalam studinya.
(37)
Seperti yang dikatakan oleh Ahmadi (2009:89) orang dianggap inteligen, bila responnya merupakan respon yang baik terhadap stimulus yang diterimanya. Jadi, individu itu dikatakan inteligen kalau respons yang diberikan itu sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Untuk memberikan respon yang tepat, organisme harus memiliki lebih banyak hubungan stimulus dan respons, dan hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pengalaman yang diperolehnya dari hasil pengalaman yang diperolehnya dan hasil respons yang telah lalu.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan atau kecerdasan seseorang yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Intelegensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemanpuan atau kecerdasan anak selama belajar di sekolah yang dapat dilihat dari kepintaran, kecerdasan, kemampuan, dan kerajinan anak.
a. Kepintaran
Menurut Sisyanto (2010), Kepintaran adalah kemampuan anak dalam menyerap informasi berupa ilmu pengetahuan; informasi itu bisa dari mana saja. Baik itu informasi dari buku bacaan, dari internet, majalah, guru yang mengajar di kelas, bisik-bisik; atau dari mana saja. Seberapa banyak akumulasi dari informasi ilmu pengetahuan yang terserap ini menunjukkan seberapa pintarnya anak. Akan tetapi, kepintaran berhenti di situ saja.
Pintar belum berarti cerdas. Orang pintar memiliki banyak pengetahuan, akan tetapi kadang menghambatnya dalam pengambilan keputusan, karena pengetahuan yang banyak itu memberikan banyak informasi. Kepintaran dalam
(38)
penelitian ini dapat dilihat dari nilai-nilai raport yang baik dan pernah mendapatkan rangking (juara kelas) atau tidak.
b. Kecerdasan
Menurut Dewasastra (2012) Kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Kecerdasan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai kemampuan anak dalam mengelola kepintaran yang dimiliki, yang dapat dilihat dari bagaimana anak mengerjakan soal ulangan atau darimana anak memperoleh jawaban ketika mengerjakan soal ulangan. Apakah dari kepintarannya sendiri atau dari temannya (mencontek).
c. Kemampuan
Menurut Yusdi (2011) Kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Kemampuan dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menerima dan memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Apakah anak bisa menerima dan memahami materi yang diberikan oleh guru atau tidak.
d. Kerajinan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Setiawan: 2012) Rajin berarti suka bekerja (belajar dsb); getol; sungguh-sungguh; selalu berusaha giat: kerapkali; terus-menerus. Kerajinan yang dimaksud dalam penelitian ini dapat
(39)
dilihat dari kedisiplinan anak, baik dalam belajar, mengenakan seragam atau tidak, maupun dalam kerajinan anak datang kesekolah, terlambat atau tidak terlambat.
2. Faktor Ekonomi
a. Pekerjaan Orang Tua
Secara umum menurut Deliarnov (1997 : 7) pengertian ekonomi keluarga dapat diambil dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga (House, Hald), sedangkan nomos berarti aturan, kaidah atau pengelolaan. Dengan demikian secara sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan atau cara pengelolaan suatu rumah tangga.
Sebagai makhluk hidup, setiap manusia membutuhkan makan dan minum. Tanpa makan dan minum manusia akan mati, jadi kebutuhan manusia akan makan dan minum merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan psikologi ini dapat dipenuhi jika kita bekerja dan menghasilkan uang, karena untuk mendapatkan bahan-bahan makanan kita harus membeli dengan menggunakan uang.
Kewajiban orang tua adalah memberi nafkah kepada anak-anaknya semenjak mereka lahir. Memberi nafkah dalam arti memenuhi kebutuhan baik bersifat material maupun mental spiritual. Untuk bisa memberikan nafkah membutuhkan suatu tindakan-tindakan yaitu dengan jalan bekerja, dengan bekerja orang tua akan memperoleh apa yang dinamakan nafkah lahir yang bersifat jasmaniah, seperti : sandang, pangan, papan dan sebagainya. Disamping kebutuhan jasmaniah, anak
(40)
juga membutuhkan kebutuhan rohani atau mental spiritual, seperti : (Darajat, 2000:35) kesejahteraan, agama, pendidikan dan sebagainya. Situasi pendidikan itu terwujud karena adanya hubungan timbal balik antara orang tua dengan anak.
Apapun pekerjaan dan berapapun penghasilan orang tua, tetap berkewajiban untuk memberi nafkah kepada anak. WJS. Poerwadarminta (1999:493) mengatakan pekerjaan adalah hal mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini pekerjaan dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dari beberapa definisi diatas, maka pekerjaan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan guna menghasilkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Tingkat Pendapatan
Pendapatan atau pengahasilan sangat berkaitan erat dengan jenis pekerjaan, karena pendapatan merupakan imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan oleh seseorang. Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang dikorbankan termasuk didalamnya upah, gaji, sewa tanah, bunga modal, honorarium, laba dan pensiunan. Sumardi dan Hans (1982: 9) menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh suatu keluarga bersumber dari pekerjaan pokok termasuk juga pekerjaan tambahan.
Sedangkan Ahmadi (1999: 256) menyatakan keadaan sosial ekonomi keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan anak-anak, misalnya anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup (sosial ekonominya cukup), maka anak-anak
(41)
tersebut lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk memperkembangkan bermacam-macam kecakapan. Begitu juga sebaliknya bagi orang tua yang berpenghasilan rendah, maka anak-anaknya akan berkurang mendapatkan kesempatan untuk memperkembangkan kecakapannya.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima seseorang sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan. Imbalan tersebut dapat berasal dari gaji, honorarium, laba, dan lain-lain sebagai pendapatan keluarga.
Dalam penelitian ini tingkat pendapatan diukur dari yang Upah Minimum Regional (UMR) Lampung Tengah tahun 2015, yaitu sebesar 1.650.000. Dengan kata lain dapat digolongkan menjadi: pendapatan kurang dari Rp1.650.000 masuk dalam golongan rendah, pendapatan antara 1.650.000 – 2000.000 masuk dalam golongan sedang, dan pendapatan antara Rp2000.000–Rp3000.000 masuk dalam golongan tinggi, dan terakhir pendapatan diatas Rp3000.000 masuk dalam golongan sangat tinggi.
C. Pengaruh Faktor Intelegensi Terhadap Anak Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan masalah pendidikan yang sulit untuk dipecahkan, sebab ketika bicara tentang putus sekolah akan ada banyak faktor yang menyebabkaan anak putus sekolah. Intelegensi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak putus sekolah. Meskipun orang tua akan berusaha untuk menyekolahkan anaknya, namun jika anak merasa kemampuannya kurang maka anak memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya tersebut.
(42)
Tingkat intelegensi antara anak satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Ketika anak mulai mendapatkan pendidikan disekolah anak akan beradaptasi dengan keadaan barunya. Ada anak yang dapat dengan mudah menjalani proses tersebut dan ada juga anak yang sulit untuk menjalani proses tersebut. Hal tersebut tergantung dengan kepintaran, kecerdasan, kemampuan dan kerajian anak dalam mengikuti proses pendidikan. Jika anak tidak memiliki kepintaran, kecerdasan, kemampuan dan kerajian, maka semua itu akan berdampak pada nilai raport anak. Akibatnya anak bisa tinggal kelas atau tidak naik kelas. Anak yang mengalami tinggal kelas dan harus mengulang dikelas yang sama dengan teman yang berbeda akan merasa sendirian dan tidak memiliki teman, hal ini cenderung akan menyebabkan anak memilih untuk putus sekolah.
D. Pengaruh faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah
Lemahnya keadaan ekonomi atau pendapatan orang tua yang rendah adalah faktor lain penyebab terjadinya anak putus sekolah. apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak dapat terpenuhi dengan baik. Rata-rata hasil pendapatan orang tua hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dilihat dari pekerjaannya yang umumnya adalah sebagai buruh tani yang bekerja jika ada yang membutuhkan saja. Sebaliknya, apabila keadaan ekonomi atau pendapatan orang tua tinggi akan dengan mudahnya bagi orang tua untuk memenuhi segala keperluan anak terutama dalam bidang pendidikan.
(43)
E. Kerangka Pikir
Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa atau anak didik dari suatu lembaga pendidikan tempat dia belajar. Anak yang putus sekolah tentu memiliki alasan mengapa mereka harus berhenti sekolah. Faktor inteligensi dan faktor ekonomi merupakan sebagian faktor yang dapat menjadi penyebab anak putus sekolah.
Faktor intelegensi adalah faktor kecerdasan atau kemampuan seseorang yang melibatkan proses berpikir. Faktor intelegensi yang berkaitan dengan anak putus sekolah dalam penelitian ini dapat dilihat dari kepintaran, kecerdasan, kemampuan, dan kerajinan anak.
Kepintaran anak dapat dilihat dari nilai raport anak dan peringkat atau rangking anak di sekolah. Apakah raport anak tergolong baik atau tidak dan apakah anak pernah mendapatkan rangking atau tidak. Kecerdasan anak dapat dilihat dari bagaimana anak mengerjakan soal ulangan atau darimana anak memperoleh jawaban ketika mengerjakan soal ulangan. Apakah dari kepintarannya atau dari temannya (mencontek). Kemampuan dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menerima dan memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Apakah anak bisa menerima dan memahami atau tidak. Sedangkan kerajinan dapat dilihat dari kerajinan siswa dalam belajar dan kerajinan siswa datang kesekolah.
Selain itu, lemahnya keadaan ekonomi suatu keluarga juga dapat menyebabkan terjadinya anak putus sekolah. Keluarga yang orang tuanya memiliki pendapatan yang tinggi tentu dapat memenuhi kebutuhan anaknya terutama pendidikan. Sebaliknya apabila keadaan ekonomi/pendapatan orang tua rendah atau kurang
(44)
mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Kerangka pikir bertujuan memberikan gambaran secara garis besar mengenai alur penelitian atau dengan kata lain menggambarkan tentang hubungan dari variabel-variabel yang diamati. Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat ditarik kerangka pikir sebagai berikut:
(45)
Skema Kerangka Pikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
(Y)
Anak Putus Sekolah 1. Putus sekolah atau berhenti
dalam jenjang
2. Putus sekolah di ujung jenjang 3. Putus sekolah atau berhenti antar
jenjang
(X)
Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah
(X1)
Faktor Inteligensi 1. Kepintaran
2. Kecerdasan 3. Kemampuan 4. Kerajian
(X2) Faktor Ekonomi 1. Pekerjaan orang tua 2. Pendapatan orang tua
(46)
F. Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pikir diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis penelitian di tetapkan sebagai berikut :
1. Ha: Ada pengaruh faktor intelegensi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Ho : Tidak ada pengaruh faktor inteligensi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
2. Ha: Ada pengaruh faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten
Lampung Tengah.
Ho : Tidak ada pengaruh faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
3. Ha: Ada pengaruh faktor intelegensi dan faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way
Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
Ho : Tidak ada pengaruh faktor inteligensi dan faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
(47)
A. Tipe Penelitian
Menurut Sumardjono (1997:27), yang dimaksud dengan penelitian merupakan proses penemuan kebenaran yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan yang sistematis dan terencana yang dilandasi metode ilmiah. Pada penelitian kali ini menggunakan metode deskriptif dengan tipe penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu dilakukan dengan teknik menghimpun fakta dengan kuesioner (Singarimbun dan Effendi, 1989: 4)
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk meneliti dan menggambarkan fakta dan data dengan sistematis secara faktual dan akurat. Penggambaran tersebut dilakukan berdasarkan analisis dari fenomena yang disusun dengan data kuantitatif mengenai faktor penyebab anak putus sekolah (studi kasus di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada 43 anak yang putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah. Dipilihnya lokasi ini dikarenakan dirasa dapat mewakili atas kelompok
(48)
serupa lainnya yang ada di Lampung Tengah dikarenakan di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu masih banyak anak yang putus sekolah yaitu berjumlah 43 anak.
C. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah gambaran tentang fenomena yang akan diteliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah. Definisi konseptual ini diharapkan dapat menyederhanakan seluruh pemikiran dalam penelitian ini. Dengan adanya definisi konseptual ini, diharapkan dapat memudahkan dalam memahami dan menafsirkan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Faktor Intelegensi (X1)
Intelegensi merupakan kecerdasan, kemampuan, ataupun kepintaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Intelegensi sering dikaitkan dengan anak yang masih sekolah, anak yang memiliki nilai bagus ataupun sering mendapat juara di sekolahannya dianggap anak yang cerdas yang memiliki inteligensi tinggi. Begitupun sebaliknya, anak yang semasa sekolahnya mendapatkan nilai yang tidak bagus ataupun tidak pernah mendapatkan juara di sekolahnya dianggap anak yang memiliki inteligensi atau kecerdasan yang rendah.
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan atau kecerdasan seseorang yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Intelegensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemanpuan atau kecerdasan anak selama belajar di sekolah yang dapat dilihat dari kepintaran,
(49)
kecerdasan, kemampuan, dan kerajinan anak. Kepintaran anak dapat dilihat dari nilai raport anak dan peringkat atau rangking anak di sekolah. Apakah raport anak tergolong baik atau tidak dan apakah anak pernah mendapatkan rangking atau tidak. Kecerdasan anak dapat dilihat dari bagaimana anak mengerjakan soal ulangan atau darimana anak memperoleh jawaban ketika mengerjakan soal ulangan. Apakah dari kepintarannya atau dari temannya (mencontek). Kemampuan dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menerima dan memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Apakah anak bisa menerima dan memahami atau tidak. Sedangkan kerajinan dapat dilihat dari kerajinan siswa dalam belajar dan kerajinan siswa datang ke sekolah.
2. Faktor Ekonomi (X2)
Ekonomi adalah aturan-aturan atau cara pengelolaan suatu rumah tangga. Ekonomi sering diukur dengan “uang”. Keluarga yang memiliki tingkat ekonomi
tinggi akan dengan mudah mengaturnya untuk kebutuhan keluarganya, sedangkan keluarga yang memiliki ekonomi rendah akan kesulitan untuk mengaturnya. Keadaan ekonomi keluarga dapat diukur dari: pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua.
3. Anak Putus Sekolah (Y)
Selain keluarga, sekolah juga merupakan tempat yang memiliki peran penting dalam mendidik anak-anak. Diharapkan dengan sekolah, anak-anak dapat mempersiapkan mentalnya agar mampu hidup di dalam masyarakat.
(50)
Putus sekolah merupakan proses berhentinya siswa dari suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Anak putus sekolah ialah seorang anak usia sekolah tidak dapat menyelesaikan sekolahnya sampai lulus. Banyak faktor yang dapat menyebabkan anak putus sekolah, namun dalam penelitian ini hanya akan diteliti tentang faktor intelegensi dan faktor ekonomi.
D. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Untuk melihat operasionalisasi suatu variabel, maka variabel tersebut harus diukur dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat memperjelas variabel yang dimaksud, dengan kata lain definisi operasional semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun dan Effendi 1989: 46). Dengan adanya definisi operasional maka pembahasan tidak akan meluas. Setiap penelitian harus memiliki definisi operasional agar penelitian tersebut dapat diukur. Ukuran dalam konsep penelitian inilah yang akan menentukan nilai dalam suatu penelitian.
Definisi operasional dan indikator variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor Intelegensi (X1)
Indikator yang digunakan adalah: 1. Kepintaran
2. Kecerdasan 3. Kemampuan 4. Kerajinan
(51)
b. Faktor Ekonomi (X2)
Indikator yang digunakan adalah:
1. Pekerjaan orang tua 2. Pendapatan orang tua
c. Anak Putus Sekolah (Y)
Indikator yang digunakan adalah:
1. Putus sekolah atau berhenti dalam jenjang (tidak sampai kelas terakhir atau tidak sampai kelas 6 SD, 3 SMP atau 3 SMA)
2. Putus sekolah di ujung jenjang (sudah mencapai kelas 6 SD, 3 SMP, atau 3 SMA namun tidak sampai memperoleh ijasah)
3. Putus sekolah atau berhenti antara jenjang (sudah lulus dan memperoleh ijasah namun tidak melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi)
E. Populasi dan Sample
1. Populasi
Sugiyono (2008: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah para anak yang mengalami putus sekolah. Berikut adalah jumlah anak yang mengalami putus sekolah:
(52)
Tabel 1: Data Anak yang Putus Sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah
No Nama Kelompok Warga
Jumlah Penduduk
Jumlah Anak Putus Sekolah
1 RT 01 68 12
2 RT 02 67 10
3 RT 03 30 7
4 RT 04 39 9
5 RT 05 29 5
Jumlah 253 43
Sumber : Hasil Observasi di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir tahun 2015
2. Sampel
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel dari suatu populasi. Menurut Ali (1987: 62) sampel merupakan sebagian besar yang diambil dari keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili populasi dan pengambilannya menggunakan teknik tertentu.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel yang mencerminkan populasi. Menentukan besarnya sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Arikunto (2006: 144) yaitu sebagai berikut:
Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
(53)
Selanjutnya bila subyeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
1. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.
2. Sempitnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena menyangkut hal banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Berdasarkan pendapat diatas, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam penenlitian ini adalah sebesar jumlah populasi penelitian karena jumlah populasinya kurang dari 100 yaitu 43 anak. Berikut adalah tabel distribusi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 2. Distribusi Sampel Penelitian di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah
No Nama Kelompok
Warga
Populasi Sampel
1 RT 01 12 12 x 100% = 12
2 RT 02 10 10 x 100% = 10
3 RT 03 7 7 x 100% = 7
4 RT 04 9 9 x 100% = 9
5 RT 05 5 5 x 100% = 5
Jumlah 43 43
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah populasi sebesar 43 anak, sehingga peneliti mengambil sampel 100% dari 43 anak adalah 43, jadi sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 43 anak yang putus sekolah.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat di pertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :
(54)
1. Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan tertulis yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden tinggal mengisi dan menandainya dengan cepat.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan tertentu dengan menggunakan format Tanya jawab yang terencana, untuk mengmpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi.
3. Observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat non-verbal. Observasi dapat menggunakan indera visual, pendengaran, rabaan dan penciuman. Dalam penelitian ini metode observasi atau pengamatan digunakan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai wilayah penelitian dengan jelas.
4. Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data yang berasal dari data atau sumber yang bersumber dari buku dan literatur perpustakaan yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini.
(55)
G. Teknik Pengolahan Data
1. TahapEditing
Pada tahap ini data yang dapat diperiksa kembali apakah ada kesalahan dalam melakukan pengisian yang tidak lengkap atau tidak jelas. Dalam tahap ini penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner yang telah diisi oleh para responden untuk menyeleksi apakah kuesioner tersebut diisi dengan benar atau tidak oleh responden secara asal-asalan, sehingga kuesioner yang tidak sesuai tersebut tidak digunakan dalam hasil penelitian.
2. TahapKoding
Tahap mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden menurut jenis pertanyaan kuesioner dengan memberikan kode tertentu pada setiap jawaban. Setelah penulis melakukan pengecekan terhadap kuesioner kemudian penulis memberikan kode buat masing-masing pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut.
3. TahapTabulating
Pada tahap ini hasil kuesioner dimasukkan kedalam table dan kemudian diinterpretasikan. Dalam tahap ini setelah kuesioner selesai diberikan kode maka kuesioner tersebut disajikan didalam bentuk table dengan menggunakan kode-kode yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian isi dari table tersebut diinterpretasikan atau dijelaskan dalam bentuk kalimat agar lebih mudah untuk dipahami oleh para pembaca.
(56)
4. Tahap Interpretasi
Tahap ini dari penelitian yang berupa data yang diinterpretasikan agar lebih mudah dipahami dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam tahap ini, setelah data-data tersebut selesai dijadikan table dan dihitung menggunakan SPSS kemudian penulis menginterpretasikan hasil tabel dan perhitungan tersebut dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis kuantitatif. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:
a. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas instrument penelitian digunakan untuk mengetahui tingkat kesahihan atau keavalidan kuesioner penelitian. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah perhitungan per item pertanyaan dengan menggunakan rumus korelasi Product moment diperoleh (r-hitung) maka angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik table korelasi nilai r (r-table). Jika nilai hitung product moment lebih kecil atau di bawah angka kritik table korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut tidak valid. Sebaliknya jika nilai hitung product moment lebih besar atau diatas angka kritik table korelasi nilai r maka pertanyaan tersebut valid (Singarimbun dan Efendi, 1989: 137).
(57)
Penguji validitas instrument penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment, pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana alat pengukuran itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Jadi untuk dikatakan valid, suatu kuisioner tersebut harus mampu mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur (Singarimbun, 1991: 124). Rumus yang digunakan yaitu:
= ( )
( )( )
Keterangan:
ryx : Koefisien Korelasi. x : Skor pernyataan ke-n. y : Skor total.
2. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas menunjuk pada suatu pngertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengmpulan data karena instrument sudah baik. Instrumen yang sudah baik tidak bersifat tendensus mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila data yang terkumpul memang benar atau sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (instrumen). Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 1998: 154).
(58)
Untuk mencari realibilitas keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya dalam rumus Koefisien Alfa (Croncbach). Instrumen penelitian dikatakan memenuhi syarat jika koefisien alfa. r-table, lalu diinterpretasikan pada table interpretasi nilai r.
Untuk menguji reliabilitas peneliti menggunakan koefisien relibilitas alpha dengan rumusalpha cronbachsebagai berikut:
=
1 1 1
Keterangan:
: nilai realibilitas
k : jumlah item pertanyaan
: Nilai Variasi masing–masing item 1 : Varians total
Langkah untuk menguji validitas dan reliabilitas yaitu:
1. Jikacorrecteditem totalcorrelation> r table, maka variable tersebut valid. 2. Jika alpha > 0,7 maka alat ukur dinyatakan reliable, dan sebaliknya apabila
(59)
b. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik harus dilakukan untuk menguji asumsi-asumsi atau hipotesis yang ada dalam permodelan regresi linear berganda.
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel dalam model regresi (Priyatno, 2010: 81). Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya multikolinieritas. Pada penelitian ini akan dilakukan uji multikolinieritas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpilkan tidak terjadi multikolinearitas (Santoso, 2002: 206).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variansdari residual dari pengamatan ke pengamatan lain yang tetap. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Indikasi adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot untuk melihat pola tertentu pada grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
(60)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode regresi yang baik adalah yang normal. Cara menganalisisnya yaitu dengan melihat pola pada histogram, dan melihat grafik dengan pola yang penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis berarti model regresi dikatakan memenuhi asumsi normal.
c. Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antar lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Rumus persamaan regresi linier berganda tersebut yaitu sebagai berikut:
Y = a + b1X 1 + b2X2 +…+bnXn Di mana :
Y : variabel dependen X : variabel independen a : konstanta
b : Koefisien Regresi d. Uji Determinasi (R²)
R² (Koefisien Determinasi) ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisiensi determinasi (R² ) antara 0 (nol) dan 1(satu). Koefisiensi determinasi (R²) nol variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel
(61)
dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
I. Pengujian Hipotesis 1. Uji Parsial
Pengujian regresi dilakukan dengan melihat t-hitung pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005), sebagai berikut:
a. Dapat melihat dari nilai derajat kepercayaan atau signifikan. Jika derajat kepercayaan < 5% maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, namun jika derajat kepercayaan > 5% maka hipotesis ditolak.
b. Kemudian dapat juga dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel, jika t-hitung > t-tabel maka hipotesis yang diajukan diterima.
2. Uji Simultan
Uji simultan pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005), sebagai berikut:
a. Dapat melihat dari nilai derajat kepercayaan atau signifikan. Jika derajat kepercayaan < 5% maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, namun jika derajat kepercayaan > 5% maka hipotesis ditolak.
b. Kemudian dapat juga dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka hipotesis yang diajukan diterima.
(62)
A. Keadaan Umum Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir 1. Lokasi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir
Kelurahan Tanjung Ratu Ilir merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Way Pengubuan, kabupaten Lampung Tengah. Kelurahan Tanjung Ratu Ilir terdiri dari 7 (tujuh) dusun. Ketujuh dusun tersebut ialah :
- Dusun I disebut dengan Induk Satu - Dusun II disebut dengan Induk Dua - Dusun III disebut dengan Tanjung Agung - Dusun IV disebut dengan Tanjung Baru - Dusun V disebut dengan Sritanjung - Dusun VI disebut dengan Tanjung Mulya - Dusun VII disebut dengan Mulya Indah
2. Luas dan Batas Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir
Dalam monografi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir tahun 2013, luas tanah kelurahan Tanjung Ratu Ilir adalah 13.492.500 Ha/m², dengan ketinggian 200 M dari permukiman sungai. Adapun batas wilayah dan peta Kelurahan Tanjung Ratu Ilir dapat di lihat pada tabel berikut ini:
(63)
Tabel 3. Batas Wilayah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir
No Batas Wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan
1 Sebelah utara Lempuyang Bandar Way Pengubuan 2 Sebelah selatan Purnama Tunggal Way Pengubuan 3 Sebelah timur Way Kekah Terbanggi Besar 4 Sebelah barat Candi Rejo Way Pengubuan Sumber: Monografi kelurahan Tanjung Ratu Ilir tahun 2013
Gambar 2. Peta Kabupaten Lampung Tengah
Sumber: http://www.pemetaanttg.com/?op=peta&mode=desa&idDesa=15 (akses tanggal 28/10/2015 pukul 22:00 WIB)
3. Orbitrasi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir
Jarak tempuh dari kelurahan Tanjung Ratu Ilir ke pusat pemerintahan, adalah sebagai berikut:
- Jarak pemerintah Kelurahan Tanjung Ratu Ilir dengan Kecamatan Way Pengubuan 1 km.
(64)
- Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor 1 jam. - Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan berjalan kaki atau
kendaraan non bermotor 5 jam.
- Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor 2 jam - Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki atau kendaraan
non bermotor 12 jam
- Jarak ke ibu kota provinsi 70 km.
B. Keadaan Penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir 1. Keadaan Umum Penduduk
Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir pada tahun 2013 adalah 4.707 jiwa, yang terdiri dari 2.302 jiwa laki-laki dan 2.405 jiwa perempuan. Secara terperinci jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase
1 Laki-laki 2.302 48,90
2 Perempuan 2.405 51,10
Jumlah Penduduk 4.707 100
Sumber: Monografi kelurahan Tanjung Ratu Ilir tahun 2013
Berdasarkan tabel 4 di atas, jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir masih dalam keadaan seimbang terbukti jumlah penduduk laki-laki adalah 48,90% sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 51,10%. Dengan demikian selisih antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan adalah
(65)
2,2%. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah seluruh penduduk di Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kabupaten Lampung Tengah seimbang tetapi jumlah penduduk perempuannya yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki di Kelurahan Tanjung Ratu Ilir.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama
Dilihat dari agama yang dianut oleh masyarakat Kelurahan Tanjung Ratu Ilir terdiri dari 4 agama yaitu agama Islam, Kristen, Katholik, dan Hindu. Mengenai jumlah penduduk Tanjung Ratu Ilir berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 4.372 92,88
2 Kristen 276 5,87
3 Katholik 57 1,21
4 Hindu 2 0,04
Jumlah Keseluruhan 4.707 100
Sumber: Monografi kelurahan Tanjung Ratu Ilir tahun 2013
Dari keterangan tabel 5, menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Tanjung Ratu Ilir menganut agama Islam dengan persentase 92,88%, selain menganut agama Islam masyarakat di Kelurahan Tanjung Ratu Ilir juga menganut agama Kristen dengan persentase 5,87%, agama katholik 1,21% dan agama Hindu 0,04%. Untuk yang menganut agama Budha di Kelurahan Tanjung Ratu Ilir tidak ada.
(66)
3. Keadaan Penduduk Menurut Golongan Umur
Keadaan penduduk Kelurahan Tanjung Ratu Ilir berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur
Sumber: Monografi Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Tahun 2013
Dari tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa penduduk sebagian besar berusia produktif yaitu usia antara 25-54 tahun sebanyak 1.844 jiwa, untuk usia belum produktif yaitu usia antar 5-24 tahun berjumlah 1.494 jiwa dari jumlah penduduk. Sedangkan usia sudah produktif 55 tahun keatas berjumlah 1.077 jiwa.
No Golongan Umur Jumlah (Jiwa) Persentase
1 0-4 tahun 292 6,20
2 5-6 tahun 116 2,46
3 7-13 tahun 561 11,92
4 14-16 tahun 201 4,27
5 17-24 tahun 616 13,09
6 25-54 tahun 1.844 39,18
7 55 tahun ke atas 1.077 22,88
(1)
87
Rp2.000.000, yang berarti ketika keadaan ekonomi rendah maka angka putus sekolah akan semakin tinggi. Dengan kata lain faktor ekonomi berpengaruh terhadap anak putus sekolah. Sedangkan melalui perhitungan SPSS diketahui nilai uji t sebesar 2,067 yang berarti faktor ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap anak putus sekolah di dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
3. Dari hasil perhitungan, diketahui nilai uji F sebesar 11,560 yang berarti faktor intelegensi dan faktor ekonomi secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap anak putus sekolah, dengan pengaruh faktor intelegensi lebih kuat dibandingkan dengan faktor ekonomi. Namun keduanya sama-sama berpengaruh terhadap anak putus sekolah di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Ilir Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
4. Dari hasil perhitungan, untuk nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,366 yang berarti 36,6% faktor penyebab anak putus sekolah dapat dijelaskan oleh variabel intelegensi dan ekonomi. Didapatkan pula nilai R sebesar 0,605, angka ini menunjukan bahwa korelasi atau hubungan antara faktor intelegensi dan faktor ekonomi dengan anak putus sekolah adalah kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa faktor intelegensi dan faktor ekonomi memiliki pengaruh yang kuat terhadap anak putus sekolah yang terjadi di Dusun IV Kelurahan Tanjung Ratu Kecamatan Way Pengubuan.
(2)
88
B. Saran
Setelah mengetahui bagaimana pengaruh faktor intelegensi dan faktor ekonomi terhadap anak putus sekolah, maka saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi para siswa agar lebih bersungguh-sungguh dalam belajar, rajin mengerjakan tugas, tidak mencontek, tidak membolos, dan rajin berangkat ke sekolah serta disiplin dan mematuhi peraturan yang ada.
2. Bagi para orang tua agar dapat mendukung pendidikan anaknya, memantau kegiatan belajar anak serta memfasilitasi kebutuhan sekolah anak.
3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan menggunakan variabel lain diluar variabel intelegensi dan ekonomi agar lebih bervariasi.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam R. 1990.Hukum Perlindungan Anak.Jakarta. Grafindo Persada. Ahmadi. 1999.Sumber Pekerjaan. Bina Aksara. Jakarta.
Ahmadi, Abu. 1991.Kelompok Masyarakat.Gunung Agung. Jakarta ___________. 2009.Psikologi Umum. Rineka Cipta. Jakarta.
___________ & Uhbiyati, Nur. 2003.Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Pendidikan Suatu Prosedur dan Strategi.
Angkasa. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka. Cipta. Jakarta.
_________________. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta.
Baharuddin M. 1982. Putus Sekolah dan Masalah Penanggulangannya. Yayasan Kesejahteraan Keluarga Pemuda’66. Jakarta.
Darajat. 2000.Pekerjaan dan Tanggung Jawab Orang Tua.Jakarta. Gramedia. Dalyono. 2004.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
_______. 2012.Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Deliarnovr. 1997.Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Djumhur, I dan Surya, Muhammad. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Sekolah. CV Ilmu. Bandung.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.
Gunawan, Ary H. 2010. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan.Rineka Cipta. Jakarta.
(4)
Hadi, Sutrisno. 2000.Metodologi Research. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ihsan, Fuad. 2003.Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Kriyantono, Rachmat. 2008.Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Purwanto, M.Ngalim. 2004.Psikologi Pendidikan. Rosda Karya. Bandung.
Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data. Penelitian Dengan SPSS.Gava Media. Yogyakarta.
Rianto. 2013.Profil Desa.Tanjung Ratu Ilir. tidak diterbitkan.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta
Saroni, Muhammad. 2011. Orang miskin bukan orang bodoh. Bahtera Buku. Yogyakarta
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai.LP3ES. Jakarta.
________________________________. 1991. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.
Sugiyono.2002. Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta. Bandung. ________. 2008.Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sumardi, Mulyanto. dan Hans Dreter Evers. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Rajawali. Jakarta.
Sumardjono dan Maria S.W. 1997.Pedoman Pembuatan Usulan penelitian Sebuah Panduan Dasa.,PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Syuryabrata, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
WJS Poerwadarminta. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
__________________. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
(5)
Wijaya, Tony. 2011.Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yokyakarta Zubaidi, Ahmad. 2009.Tes Inteligensi. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Internet
Dewasastra. 2012. Konsep Dasar Kecerdasan.“https://dewasastra.wordpress.com /2012/03/21/konsep-dasar-kecerdasan” (Diakses pada 05 Oktober 2015 pukul 12:30 WIB)
http://eprints.ung.ac.id/94/3/2013-2-86205-121409014-bab2 10012014033442.pdf (Diakses pada tanggal 10 September 2015 pukul: 20:00 WIB)
http://www.pemetaanttg.com/?op=peta&mode=desa&idDesa=15 (Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul: 22:00 WIB)
Lesmana, Andi. 2012. Definisi Anak. “https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/” (Diakses pada tanggal04 Mei 2015 pukul: 20:35 WIB)
Pahun, Chelluz. 2012. 10 Besar Daerah Dengan Kasus Putus Sekolah Tertinggi. “https://chelluzpahun.wordpress.com/2012/06/04/10-besar-daerah-dengan-kasus putus-sekolah-tertinggi/” (Diakses pada tanggal 08 September 2015 pukul: 22:30 WIB)
Setiawan. Ebta. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). “http://kbbi.web.id/rajin” (Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015 pukul: 13:30 WIB)
Sisyanto, Rudi. 2010. Antara Kecerdasan Dan Kepintaran; Manakah Kita.
“http://sepenggal.wordpress.com/2010/01/24/antara-kecerdasan-dan-kepintaran-yang-manakah-kita/.” (Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015 pukul: 11:30 WIB)
Yusdi. Milman. 2011. Pengertian Kemampuan. “http://Milmanyusdi.blogspot. co.id /2011/07/pengertian-kemampuan.html” (Diakses pada tanggal 05 Oktober 2015 pukul: 13:00 WIB)
Sulistyoningrum, Yulianisa. 2015. UNICEF: 2,5 Juta Anak Indonesia Putus Sekolah.“http://kabar24.bisnis.com/read/20150623/255/446327/unicef-25juta anakindonesia-putus-sekolah-“ (Diakses pada tanggal 08 September pukul: 2015;22:15 WIB)
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Tentang Hak dan Kewajiban dalam Pendidikan dan Kebudayaan.
(6)
Undang-Undang Republik Indonesia No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
Undang Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hary Jaya Prwesido. Jakarta.
Undang Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2002. Tentang Perlindungan Anak.
Sumber Tesis
Merry Elike Evelyn Titaley (2012). Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 dan SMP Taman Siswa Jakarta Pusat.Tesis pada FISIP UI Jakarta: tidak diterbitkan.