Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR

KOTA MEDAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas

SumateraUtara

DisusunOleh:

HONGI JATENRA MANIK 110902028

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR

KOTA MEDAN

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 95 halaman, 9 Tabel, dan 5 Lampiran

Pendidikan merupakan bagian dari hak dasar anak yang wajib dipenuhi. Putus sekolah merupakan suatu permasalahan sosial dimana tidak terpenuhinya hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak putus sekolah telah terjadi dimana-mana baik itu dikota-kota kecil maupun kota besar seperti yang terjadi Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk memutuskan untuk putus sekolah.

Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah anak umur 11 sampai 18 tahun yang telah putus sekolah yaitu sebanyak 4 orang dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak putus sekolah yaitu sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan, kemudian dianalisi oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat anak sekolah/keinginan sendiri dan bukan hanya itu yang menyebabkan anak putus sekolah seperti faktor ekonomi keluarga, faktor sosial keluarga, perhatian orangtua, pengaruh teman sekolah, pengaruh teman sebaya dan ketersediaan sumber lokal.


(3)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE

Name : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028

ABSTRACT

THE FACTORS THAT CAUSE THE CHILDREN DROPPING OUT OF SCHOOL

IN KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR CITY

OF MEDAN

(This thesis it consists of chapter 6 , 95 a page , 9 table , and 5 appendix)

Education is part of the basic rights of children that must be filled.Dropping out of school is a social problems when there fulfill the rights of children to get good quality education.Children dropping out of school has happened everywhere whether it is dikota-kota small and a big city like occurring urban village kwala bekala kecamatan medan johor of the city of medan.The children dropping out of school caused by various factors who leave their to decide to dropping out of school.

This research do. in kelurahan kwala bekala sub-district medan johor of the city of medan .The research is research descriptive , where informants in this research was six- 11 and 18 years who dropped out of school with four people and informants additional in this research was parents from children dropping out of school with 2 people .Technique data collection to the study literature , field studies , then dianalisi by researchers described qualitatively , so in the end a conclusion can be drawn from the research .

The research results show that that becomes the causes of high school dropouts in kelurahan kwala bekala kecmatan medan johor of the city of medan caused by a lack of interest of the school kids / own wishes and not only that which causes high school dropouts as economic factors the family , social factors the family , of parental attention , the influence of school friends , the influence of their peers and the availability of a source of local .


(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapakan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah, kasih setia, kekuatan, semangat dan kesempatan yang selalu diberikanNya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uneversitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “ Faktor-Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar,S.Sos,M.Sp selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Husni Thamrin S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan waktu, kepercayaan, kebahagiaan dan ilmu kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Doesn Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu yang


(5)

iv

5. Seluruh Staff dan Pegawai di Keluruhan Kwala Bekala Kecamtan Medan

Johor Kota medan yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini

6. Seluruh adik-adik dan masyarakat Kelurahan Kwala Bekala yang telah

bersedia membantu dan bekerjasama dengan menjadi informan dalam penelitian ini

7. Terimaksih buat lembaga PKBM HANUBA yang telah menginspirasi saya

untuk membuat judul penelitian ini selama pkl di Hanuba. Buat teman-teman PKL dan seluruh staff hanuba ( Jontar Sinanga, eki, Odelia, Hohas )

8. Terimakasih yang luar biasa dan paling istimewa buat orangtua penulis.

Skripsi persembahkan buat orangtua saya H.Manik dan A.Sidabutar, yang telah mendukung dan mendidik serta mendoakan saya selama masa perkuliahan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

9. Terimaksih buat keluarga besar saya, Tulang , Nantulang, Nanguda dan Uda

Oppung dan juga adik-adik yang telah mendukung dan mendidik saya selama ini. Semua kebaikan dari kalian akan saya ingat selalu.

10.Terimakasih buat teman-teman satu kontrakan KONPEN, Dimas, Danel,

Wandro, Jole, Ukap, Mariondan kontrakan Konsis, Topanoven, Gabriel atas dukungan dan motivasinya semoga yang telah tamat cepat dapat kerja dan yang belum tamat secepatnya menyusul dan semoga main remi nya tetap lanjut. Teman-teman sepermainan Herawati, Dewi ,Denisa dan teman lainnya.

11.Buat seluruh angkatan Kessos 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu per


(6)

v

12.Buat teman SMA MARIA GORETTI Pematang Siantar ( sinda, fatima, mario

dan teman lainnya) terimaksih atas dukungannya dan motivasinya.

Akhir kata penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis. Maka dengan segala kerendahatan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang konstruktif guna perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga bermanfaat bagi kita semua pihak.

Medan, 2015

Penulis


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... . iii

DAFTAR ISI... . iv

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR lAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Anak Putus Sekolah Sebelumnya ... 10

2.2 Pendidikan ... .... 14

2.2.1 Pengertian pendidikan ... 14

2.2.2 Tujuan pendidikan ... 15

2.3 Konsep anak ... 16

2.3.1 Pengertian Anak ... 16

2.3.2 Hak-hak Anak ... 17

2.4 Anak Putus Sekolah ... 19


(8)

vii

2.4.2 Fakotor penyebab anak putus sekolah .... ………... … 20

2.4.3 Resiko Anak Putus Sekolah……….. .... 29

2.5 Pendekatan penyelesaian anak putus sekolah……… . ... 30

2.6 Kerangka pemikiran……… ... 32

2.7 Definisi konsep dan ruang lingkup……… .. 35

2.7.1 Defenisi konsep……….. 35

2.7.1 Ruang lingkup Penelitian……… .. 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 37

3.3.1 Unit Analisis ... 37

3.3.2 Informan ... 38

3.3.2.1 Informan Utama……….. .... 38

3.3.2.2 Informan Tambahan……….... 38

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 lokasi dan luas Kelurahan... 41

4.2 Tata Ruang Kelurahan... 41

4.3 Cara Mencapai Kelurahan... 42

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi ... 43

4.4.1 Penduduk ... 43


(9)

viii

4.4.3 Menurut Mata Pencaharian ... 45

4.4.4 Menurut Pendidikan ... 46

4.5 Fasilitas Umum ... 47

4.5.1 Fasilitas Pendidikan ... 47

4.5.2 Fasilitas Kesehatan ... 48

4.5.3 Fasilitas Beribadah ... 49

4.5.4 Kelurahan Kwala Bekala ... 49

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Hasil Penelitian ... 52

5.1.1 Informan I ... 53

5.1.2 Informan II ... 56

5.1.3 Informan III ... 61

5.1.4 Informan IV ... 66

5.1.5 Informan Tambahan I ... 70

5.1.6 Informan Tambahan II ... 73

5.2 Analisis Data... 76

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 90

6.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 46

2. Tabel 4.2 Persentase Penduduk berdasarkan Agama 46

3. Tabel 4.3 Presentase penduduk menurut Mata Pencaharian 47

4. Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang

ditamatkan 48

5. Tabel 4.5 Fasilitas Pendidikan Kelurahan Kwala Bekala 49

6. Tabel 4.6 Jumlah fasilitas Kesehatan di Kelurahan Kwala Bekala 50

7. Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Tempat Perhibadatan di Kelurahan

Kwala Bekala 51

8. Tabel 4.8 Struktural Pemerintahan Kwala Bekala 52


(11)

x LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Foto dokumentasi

3. Berita acara seminar proposal penelitian

4. Surat keputusan pembimbing penulisan proposal/penelitian skripsi


(12)

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR

KOTA MEDAN

Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 95 halaman, 9 Tabel, dan 5 Lampiran

Pendidikan merupakan bagian dari hak dasar anak yang wajib dipenuhi. Putus sekolah merupakan suatu permasalahan sosial dimana tidak terpenuhinya hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak putus sekolah telah terjadi dimana-mana baik itu dikota-kota kecil maupun kota besar seperti yang terjadi Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Terjadinya anak putus sekolah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk memutuskan untuk putus sekolah.

Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah anak umur 11 sampai 18 tahun yang telah putus sekolah yaitu sebanyak 4 orang dan informan tambahan dalam penelitian ini adalah orangtua dari anak putus sekolah yaitu sebanyak 2 orang. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan, studi lapangan, kemudian dianalisi oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan disebabkan oleh kurangnya minat anak sekolah/keinginan sendiri dan bukan hanya itu yang menyebabkan anak putus sekolah seperti faktor ekonomi keluarga, faktor sosial keluarga, perhatian orangtua, pengaruh teman sekolah, pengaruh teman sebaya dan ketersediaan sumber lokal.


(13)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SCIENCE SOCIAL WELFARE

Name : Hongi Jatenra Manik Nim : 110902028

ABSTRACT

THE FACTORS THAT CAUSE THE CHILDREN DROPPING OUT OF SCHOOL

IN KELURAHAN KWALA BEKALA KECAMATAN MEDAN JOHOR CITY

OF MEDAN

(This thesis it consists of chapter 6 , 95 a page , 9 table , and 5 appendix)

Education is part of the basic rights of children that must be filled.Dropping out of school is a social problems when there fulfill the rights of children to get good quality education.Children dropping out of school has happened everywhere whether it is dikota-kota small and a big city like occurring urban village kwala bekala kecamatan medan johor of the city of medan.The children dropping out of school caused by various factors who leave their to decide to dropping out of school.

This research do. in kelurahan kwala bekala sub-district medan johor of the city of medan .The research is research descriptive , where informants in this research was six- 11 and 18 years who dropped out of school with four people and informants additional in this research was parents from children dropping out of school with 2 people .Technique data collection to the study literature , field studies , then dianalisi by researchers described qualitatively , so in the end a conclusion can be drawn from the research .

The research results show that that becomes the causes of high school dropouts in kelurahan kwala bekala kecmatan medan johor of the city of medan caused by a lack of interest of the school kids / own wishes and not only that which causes high school dropouts as economic factors the family , social factors the family , of parental attention , the influence of school friends , the influence of their peers and the availability of a source of local .


(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah

Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur sudah mencari nafkah, misalnya saja menjadi pengamen, pengemis, pemulung, gelandangan dan masih banyak lagi. Tentu saja hal itu membuat prihatin bagi setiap orang yang melihatnya, terlebih pada usia-usia seperti mereka seharusnya sedang asyik menikmati masa anak-anaknya, bermain bersama teman sebayanya dan merasakan bangku sekolah. Di tengah masyarakat lain sedang berlomba untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, namun di sisi lain ada masyarakat yang tidak dapat bersekolah, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi saja sulit. Sungguh kenyataan yang ironis ditengah usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan di negeri ini.

pendidikan merupakan peran yang sangat penting untuk membangun suatu Negara. Pemberian pendidikan formal, non formal maupun informal dari usia dini bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada masa yang akan datang dan diharapkan dapat member kontribusi positif dalam berbagai aspek kehidupan untuk kemajuan Negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun nonformal, sehingga pada gilirinanya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tuga, kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat.


(15)

2

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan meneruskan atau entranmisi kebudayaan, dianataranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam fungsi ini sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi kestabilan politik, kesatuan dan kesatuan bangsa.disamping itu sekolah jugu turut mendidik generasi muda agar hidup an menyusaikan diri dengan perubahan-perubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi dan ilmu ( Nasution : 2010)

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluran hal ini juga tertulis pada undang- undang dasar Negara republik Indonesia pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan dan kebudayaan “ setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang..

Dalam menindak lanjuti undang-undang tersebut, kementrian pendidikan nasional melakukan upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yakni dengan wajib pendidikan Dasar Enam Tahun yang dimulai pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1993. Pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program wajib belajar Sembilan tahun yakni program ini diwajibkan bagi setiap warga Negara Indonesia untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari SD atau MI hingga kelas Sembilan SMP atau MI.melalui program tersebut diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga Negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak dimasyarakat dan dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi


(16)

3

baik kelembaga pendidikan maupun luar sekolah. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa program tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapakan. Hal ini ditunjukkan masih banyaknya angka anak putus sekolah di Indonesia yang disebabkan berbagai faktor.

Banyaknya kasus anak putus sekolah dapat mengakibatkan rendahnya pendidikan suatu bangsa dan akan berpengaruh terhadap peningkatan Human Development Indek ( HDI) atau indeks pembangunan manusia, padahal peringkat HDI mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Indeks Pmbangunan Manusia (IPM) / human development index (HDI) adalah pengukuran perbandingan ari harapan baik, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara adalah Negara maju, Negara berkembang, atau Negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Menurut gunawan (2010 :71), menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat mampu melanjutkan studinya kejenjang pendidkan berikutnya. Misalanya, seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas 5, disebut sebagai anak putus sekolah SD.demikian juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas 2 saja disebut putus sekolah SMP, dan seterusnya.

Hal ini terjadi disebabkan karena beberapa faktor seperti permasalahan ekonomi yang sangat dominan menjadi penyebab anak tidak sekolah, mayoritas anak berumur 7-17 tahun belum pernah bersekolah atau tidak sekolah lagi dengan


(17)

4

alasan tidak ada biaya yaitu sebesar 49,51 %.faktor ekonomi juga bisa menyebabkan seorang anak harus bekerja dan mencari nafkah sehingga mendorong untuk tidak sekolah.ada 9,20 % anak yang tidak sekolah dengan alasan bekerja mencari nafkah. Selain itu terdapat anak yang tidak bersekolah karena alasan sekolah jauh 3,87 %, merasa pendidikan cukup 3,76 %, cacat 3,71 %, menikah/ mengurus rumah tangga 3,05 %, malu karena ekonomi 1,25 %, menunggu pengumuman 0,61 %, tidak diterima 0,42 %, dan sisanya adalah alasan lainnya 24,62 %, (kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak 2012 : 49).

Biro pusat statistic menyebutkan angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2003 terdapat angka putus sekolah sebesar 616.416 anak. Untuk 7-12 tahun sebanyak 182.773 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 209.976 anak, dan usia 16-18 tahun sebanyak 223.676 anak. Sedangkan United Nations Educatinal and Cultural prganization (UNESCO) data terbaru menunjukkan bahwa 260.000 anak Indonesia putus sekolah tahun 2011,hal ini mengalami peningkatan yang tajam dibandingkan tahun 2010 hanya 160.000 anak

Berdasarkan sumber dari Koran tribun Medan menyebutkan daerah Provinsi Sumatera Utara sepanjang 2011 jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah termasuk tinggi, yaitu mencapai sekitar 22.803 jiwa anak. Dari jumlah 22.803 siswa putus sekolah, 4.879 siswa berasal dari bangku Sekolah Dasar, 7.569 dari tingkat SMP, dan 10.355 siswa dari tingkat SMA. Persentase jumlah anak sekolah yang berkisar 5,08 % dari 448.893 jiwa penduduk Medan yang berada pada usia


(18)

5

Sekolah 7-18 tahun atau sekitar 22.2803 jiwa. Dari persentase tersebut dketahui jumlah siswa yang putus sekolah tertinggi/terbesar di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Menurut data statistic kota Medan bahawa persentase jumlah anak putus sekolah pada tahun ini yang putus sekolah memasuki SMA berkisar 23,9% dari 109.898 remaja kelompk usia 16-18 tahun. Jumlah ini terlalu jauh dari siswa putus sekolah saat memasuki SMP berkisar 6,25% dari 112.636 remaja kelompok usia 13-15 tahun dan berkisar 1,42% anak putus sekolah pada tingkat SD (kelompok umur 7-12 tahun) 223.356 anak. ( tribun news, 2012 )

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar ke 3 di Indonesia. Kota Medan memiliki 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan . Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning. Kelurahan Kwala Bekala merupakan salah satu Kelurahan Medan johor dengan jumlah penduduk 34.316 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 7.693 kepala Keluarga. Mayoritas pendidikan masyarakat di kelurahan ini adalah mayoritas jenjang pendidikan tingkat SMA dan sebagiannya Sarjana. Walaupun demikian namun didaerah tersebut memiliki jumlah anak putus sekolah yang tinggi dibandingkan kelurahan lainnya.

Menurut data lembaga PKBM HANUBA anak putus sekolah dikelurahan kwala bekala tergolong tinggi dibanding kelurahan lainnya dikecamatan Medan Johor. Terdapat anak putus sekolah sebanyak 33 jiwa, setara SD sebanyak 13 orang setara SMP sebanyak 12 orang dan setara SMA sebanyak 9 orang.


(19)

6

Sedangkan Kelurahan lain yang ada di Kecamatan hanya memiliki beberapa orang anak yang putus sekolah..

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, Revandro (11) dan Eben (12) bersaudara ini merupakan anak dari ibu Rasmin (37) yang merupakan anak putus sekolah yang kesehariannya mengamen di lampu merah simpang pos kelurahan kwala bekala kecamatan Medan johor tepatnya di bawah fly over. Mereka putus sekolah sejak SD kelas 3 disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang rendah sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya dan mereka mengamen untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ibu Rasmin merupakan pedagang asongan yang kesehariannya berjualan disekitar lampu merah simpang pos. penghasilan ibu rasmin yang rendah hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari yaitu berkisar untung 30 ribu perhari. Dengan kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan anak-anaknya ikut membantu ibunya dalam mencari nafkah dengan cara mengamen pada saat lampu merah.

Permasalahan yang dilihat peneliti adalah apa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah faktor ekonomi keluaraga yang rendah. Sehubungan dengan tersebut maka untuk dapat mengetahui apa yang menyebabkan anak putus sekolah perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Berdasarkan pemaparan-pemaparan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah ini dalam bentuk Skripsi dengan judul “ faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Keluraha Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan.


(20)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1.faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak putus sekolah di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan anak putus

sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan.

1.3.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam rangka : 1. Secara teoritis

Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman yang berkenaan dengan anak putus sekolah serta mengetahui fakto-faktor penyebab anak putus sekolah, sehingga dapat menghasilkan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah anak putus sekolah khususnya di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan.

2. Secara praktis

Dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan konsep-konsep, teori-teori tentang anak putus sekolah bagi penulis sendiri, dan masyarakat luas.


(21)

8

3. Secara akademis

Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap peneleitian yang berkaitan dengan penanganan anak putus sekolah

1.4 sistematika penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.


(22)

9

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan hasil penelitian.


(23)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian-penelitian anak putus sekolah sebelumnya

Beberapa penelitian tentang permasalahan faktor anak putus sekolah diberbagai daerah Indonesia serta metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pemetaan anak putus sekolah dan tidak putus sekolah diaerah

tertinggal kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan yang dilakukakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU. Penelitian ini dilakukan melalui tahapan strategis, yaitu (1) pengumpulan data; (2) analisi data ; (3) penyajian hasil analisis data (pelaporan). Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik pada data primer dan sekunder. Fenomena anak tidak putus sekolah didaerah tertinggal Kabupaten Banjar dengan jumlah 598 jiwa (9,89%) di enam wilayah Kecamatan merupakan permasalahan yang harus segera ditemukenali berbagai faktor penyebabnya.

Kondisi geografis wilayah kecamatan daerah tertinggal Kabupaten Banjar secara umum merupakan daerah terisolasi yang bersentuhan secara langsung dengan keterbatasan akses dan informasi. Terdapat tujuh faktor penyebab anak tidak sekolah, meliputi: (1) tingkat pendapatan orang tua, (2) jumlah beban tanggungan keluarga, (3) perhatian orang tua, (4) anak bekerja, (5) anak tidak minta sekolah, (6) keberadaan orang tua (yatim piatu), dan (7) akses terhadap pendidikan.


(24)

11

Faktor anak putus sekolah didominasi empat faktor, yakni anak bekerja (29,48%), anak malas (17,93%), dan anak berhenti sendiri (13,94%). Terdapat ditiga kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Empat (30,68%), Sungai Pinang (25,50%), dan Aluh-Aluh (20,32%). Dibanding dengan wilayah lainnya, ketiga wilayah kecamatan tersebut merupakan wilayah yang secara geografid terisolir dan bersentuhan langsung dengan pegunungan meratus. Tiga Kecamatan tersebut memiliki akses terbatas meskipun mempunyai potensi sumberdaya alam seperti batubara hingga saat ini terus dieksploitasi (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU, 2012).

2. Elisabet Sidabutar dalam penelitiannya tentang permaslahan anak putus

sekolah yang ada di kelurahan sipolha horisan kecamatan sidamanik kabupaten simalungun ditemukan ada sebanyak 265 jiwa anak putus sekolah. SD sebanyak 288 jiwa anak, lulusan SD sebanyak 133 jiwa, lulusan SMP sebanyak 265 jiwa dan lulusan SMA 588 jiwa. Tipe penelitian tergolong penelitian deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam faktor penyebab putus sekolah di lokasi penelitian peneliti. Teknik pengumpulan data yang dibuat adalah studi kepustakaan, studi lapangan (observasi, wawancara mendalam).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat faktor yang menyebabkan anak putus sekolah pada masyarakat kelurhan sipolha horisan berdasarkan wawancara dengan informan adalah (1) karena keadaan ekonomi keluarga yang rendah, (2)faktor lingkungan sosial anak, dimana adanya pengaruh dari teman sebaya anak yang dapat menyebabkan


(25)

12

anak bersikap negatif menjadikan anak meninggalkan bangku sekolah (3) faktor anak berkeinginan untuk bekerja akibat ketersediaan sumber pekerjaan sehingga anak lebih memilih bekerja dibandingkan dengan melanjut sekolah.

Adapun faktor dominan yang menyebabkan anak putus sekolah dikelurahan sipolha horisan yaitu faktor dari dalam diri anak diman kurangnya minat anak bersekolah.

3. Merry elike evelyin titaley dalam penelitiannya tentang permasalahan anak

putus sekolah pada sekolah menengah pertamadi SMPN 4 dan SMP TAMAN SISWA di JAKARTA. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan positivism. Pendekatan ini melihat ilmu sosial sebagai sesuatu metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan pengamatan empiris. Teknik pengumpulan data yang dibuat adalah data primer dan data sekunder.Adapun faktor penyebab sekolah berdasarkan hsil penelitian yang dilakukan adalah faktor internal yaitu intelegensi, motivasi, tingkat kesadaran, tidak menyukai sekolah. Di SMP N 4 faktor utama penyebab putusnya anak sekolah disebabkan karena tidak menyukai sekolah, sama hal nya juga di sekolah SMP TAMAN SISWA.

Sedangkan faktor eksternal yaitu ekonomi, sosial budaya, sekolah. SMP N 4, hal yang paling dominan peneyebab putus sekolah sedangkan di SMP TAMAN SISWA yaitu faktor ekonomi dan sosial budaya.

4. Resih Anggun Sutiasnah dalam penelitiannya tentang faktor-faktor peneyebab putus sekolah di Madrasah ibtidayah (MI) dab Madrasah Tsnawiyah (MTs) nurul wathan pusaran 8 kecamatan enok kabupaten Indragiri hilir. Data anak


(26)

13

putus sekolah di madarasah ibtidakyah (MI) berjumlah 21 jiwa. 9 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Sedangkan data anak putus sekolah di Madarasah Tsanawiyah (MTs) berjumlah 16 orang yang terdiri dari 7 orang orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Metode penelitian yang dibuat adalah pendekatan kualitatif dimana dilakukan wawancara secara mendalam. Teknik pemgumpulan data yang dibuat adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun faktor penyebab putus sekolah berdasarkan hasil peneleitian yang dilakukan oleh peneliti adalah faktor putus sekolah disebabkan karena faktor ekonomi, rendahnya motivasi orang tua dan anak putus sekolah di madrasah ibtidayah dan madarasah tsanawiyah nurul wathan pusaran 8 kecamatan enok kabupaten Indragiri hilir dianataranya dikarenakan karena faktor ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan kemauan sendiri,

5. Lusiana eva.R.P dalam penelitiannya yaituPenelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana Efektivitas YAPENSU dalam menangani anak putus sekolah. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun program yang diberikan YAPENSU untuk anak-anak putus sekolah yang tidak mendapatkan haknya dalam pendidikan adalah Pendidikan Paket A(setara dengan SD,), Pendidikan Paket B (setara dengan SLTP), Pendidikan Paket C (setara dengan SLTA), dan keterampilan/life skill yaitu kerampilan komputer. Metode analisa yang digunakan untuk mengetahui efektivitas program-program di atas adalah metode analisis deskriptif kualitatif, dimana pengolahan data dilakukan secara manual, data dikumpulkan dari kuesioner dan wawancara, dan kemudian ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan tujan untuk memperinci


(27)

14

data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diperoleh jawaban yang palin dominan dan dianalisis melihat kecenderungan data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program pendidikan di YAPENSU bagi anak putus sekolah secara umum dapat dikatakan sudah efektif, karena dari pencapaian tujuan dan waktu dalam mencapai tujuan telah sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan, program pendidikan juga dapat memberikan manfaat bagi anak-anak putus sekolah serta kemampuan lembaga/pekerja sosial yang dapat memberikan kepuasan dalam pelayanan/ bimbingan kepada anak-anak putus sekolah.

2.2 Pendidikan

2.2.1 Pengertiam pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk memersiapakan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang (fuad, 2013:11). Pendidikan juga dapat diartikan sebagai :

1. Suatu proses pertumbuhan yang menyusaikan dengan lingkungan

2. Suatau pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam

pertumbuhannya

3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi


(28)

15

4. Suatu pembentuk kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju

kedewasaan (mudyahardjo, 2014:9)

Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter ), pikiran (intelek), dan tubuh anak ;dalam taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya ki hajar dewantara (dalam mudyahrdjo 2014 : 9)

2.2.2 Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan Indonesia tertulis pada undang-undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pendidikan. Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar untuk meletakkan dasar

1. Kecerdasan

2. Pengetahuan

3. Kepribadian

4. Akhlak mulia

5. Keterampilan hidup mandiri

6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut (Pidarto, 2014:12)

2.3 Konsep Anak 2.3.1 Pengertian Anak


(29)

16

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Berdasarkan UU Peradilan Anak Undang-Undang no.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Sedangkan dalam pasal 1 Undang-Undang no.24 tahun 2002 mengenai perlindungan anak, telah dijelaskan pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.

Secara umum dikatakan anak adalah seseorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerrus cita-cita perjuangan bangsa daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah asset bangsa dimana, masa depan banga dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.

2.3.2 Hak-Hak Anak

Hak anak adalah segala hak yang seharusnya dimiliki oleh semua anak tanpa adanya perampasan hak oleh orang lain. Hak ini juga diakui pemerintah,


(30)

17

terealisasi ketika diambilnya keputusan presiden nomor 36 tahun 1990, yaitu tentang disahkannya Convention of the Right of The Child (Konvensi Hak Anak) yang disetujui oleh PBB.Pada peraturan dalam negeri, hak anak diatur dalam peraturan-peraturan yang terpisah dari peraturan-peraturan hak asasi manusia. Walaupun demikian keadaannya, tetapi dua peraturan ini memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan esensinya masing-masing.

Hak-hak yang didapat anak tertulis sangat jelas dalam Undang-Undang Perlindungan Anak no.23 tahun 2002, Tentang perlindungan anak. Berikut hak-hak anak tersebut diantaranya adalah:

1. Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan

berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua

2. Anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Tetapi jika karena suatu sebab tertentu orang tua didak dapat menjamin tumbuh kembang anak atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial

4. Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya


(31)

18

menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa,

sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak

mendapatkan pendidikan khusus.

5. Berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

6. Anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan

berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat

kecerdasannya demi pengembangan diri.

7. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.

8. Berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual, penelantaran,

kekejaman, kekerasan dan penganiayaan, ketidak adilan, dan

perlakuan salah lainnya.

9. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan pelibatan dalam peperangan.


(32)

19

10. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.

Dalam Undang-Undang NO.4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan Anak BAB II pasal 2-9 mengatur tentang hak-hak atas kesejahteraan meliputi : hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan; hak atas pelayanan;hak atas pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup ;hak mendapatkan pertolongan pertama;hak memperoleh asuhan;hak memperoleh bantuan;hak diberi pelayanan dan asuhan;hak memperoleh pelayan khusus;mendapat bantuan dan pelayanan.

2.4 Anak Putus Sekolah

2.4.1 Pengertian Anak Putus Sekolah

Putus sekolah merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh Negara berkembang atau Negara miskin. Semakin tinggi angka anak putus sekolah mengindikasikan semakin rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Negara yang bersangkutan, sebaliknya semakin rendah angka anak putus sekolah menunjukkan tingginya kualitas pendidikan disuatu Negara. Dalam hal ini dimaksdud adalah bahwa pendidikan sangat berpangaruh dalam pembangunan dalam suatu Negara.

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidika yang layak. Undang-undang nomor $ tahun 1979, anak terlantar dirtikan sebagai anak yang orangtuanya karena suatu sebab,tidak


(33)

20

mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak terlantar.Putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaiakan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya kejenjang pendidikan berikutnya (Ary H. Gunawan 2010: 18).

2.4.2 Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Seseorang siswa dikatakan putus sekolah apabila ia tidak dapat menyelesaikan program suatu secara utuh yang berlaku sebagai suatu sistem. Bagi anak SD, seseorang dikatakan putus sekolah apabila tidak menyelesaikan programnya sampai enam tahun, bagi siswa SLTP jika dikatakan putus sekolah apabila tidak dapat menyelesaikan programnya sampai dengan kelas tiga, begitu juga dengan jenjang berikutnya (Suyanto, 2002:197). Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Faktor ekonomi menjadi alasan penting terjadinya putus sekolah. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana mening-katkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat (Gunawan A. H, 2000: 27).

Kebijakan pemerintah tentang Program wajib belajar 9 tahun didasari konsep“ pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), yang pada hakekatnya berarti penyediaan akses terhadap pendidikan yang sama untuk semua


(34)

21

anak. Program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari tingkat kelas 1 Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga kelas 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak di

Masyarakat.

Pemerintah telah berusaha menanggulangi masalah putus sekolah dengan memberikan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tujuan program ini untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun. Meskipun usaha telah dilakukan pemerintah namun kasus anak putus sekolah tetap masih ada karena adanya beberapa kendala yang dihadapi pemerintah dalam menjalankan program ini. Seperti ; Buku pelajaran untuk mengikuti pendidikan masih diberatkan ; kondisi geografis, dimana anak yang berada didaerah perpencil kurang bisa mengenyam pendidikan karena sulitnya daerah yang dicapai. Hal tersebut merupakan tugas Pemerintah selanjutnya bagaimana agar semua masyarakat Indonesia dapat mengenyam Pendidikan.

Menurut Sukamdinata (dalam suyanto, 2010:342) menyatakan penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Disamping itu tidak jarang orang tua meminta anaknya untuk membantu mencari nafkah seperti observasi pra


(35)

22

penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dimana seorang anak disuruh untuk mengamen untuk mendapat uang. Kemiskinan menyebabkan ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan pokok.

Faktor ekonomi merupakan yang paling dominan dalam terjadinya anak putus sekolah. Disamping hal itu juga masih terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. Sobur, alex (dalam ending 2011) menyatakan terdapat dua faktor permasalahan pendidikan yang terjadi pada anak usia sekolah, yaitu:

a. Faktor Dalam Diri Anak

Faktor yang berasal dari dalam diri anak, yaitu berasal dari dalam diri anak itu sendiri yaitu kurangnya minat anak belajar. Faktor ini merupakan yang berasal dari dalam diri anak yang menyebabkan anak putus sekolah. Anak usia wajib belajar semestinyabersemangat untuk menuntut ilmu pengetahuan.

tinggi rendahnya minat anak untuk meneruskan sekolahnya juga dipengaruhi prestasi belajar anak itu sendiri. Anak dengan prestasi yang rendah tentunya tidak akan naik kelas. Namun hal tersebut bertujuan agar anak semakin giat belajar untuk melanjut ketahap selanjutnya. Tentunya hal tersebut akan dapat menggangu psikologi anak yaitu sianak malu pada teman-temanya sehingga si anak memutuskan untuk tidak bersekolah atau sianak akan lebih giat belajar. Namun yang cenderung terjadi adalah si anak akan memutuskan untuk tidak bersekolah karena rasa malu pada teman-temanya sendiri.


(36)

23 b. Faktor Dari Luar Diri Anak

Faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu dapat berasal dari lingkungan dimana anak berada, lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat bermain. Faktor yang berasal dari luar diri anak seperti ketersediaan sumber lokal dapt mempengaruhi anak putus sekolah.

1. Faktor Keluarga

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1979 , keluarga adalah Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan atau ibu dan anak.Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam hubungan dengan belajar, keluarga mempunyai peran penting. Keadaan keluarga akan sangat menentukan keberhasilan seorang anak dalam proses belajarnya. Oleh sebab itu faktor keluarga yang mempengaruhi anak putus sekolah yaitu:

a. Kondisi sosial orang tua

Kondisi sosial orang tua yang menyebabkan anak putus sekolah meliputi tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Latar pendidikan orang tua seperti observasi pra peneliti yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar orang tua dari anak yang mengalami putus sekolah disebabkan karena latar pendidikan yang rendah. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan


(37)

24

kurangnya bimbingan yang orang tua kepada anaknya, sehingga akan berpengaruh pada kualitas anak itu sendiri.

b. Kondisi Ekonomi keluarga

Sejumlah studi telah menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan faktor yang mendominasi terhambatnya siswa untuk mendapatkan pendidikan secara utuh. Hal ini dikarenakan orang tua siswa tidak mampu memberikan fasilitas lengkap kepada anaknya untuk bersekolah. Siswa dari keluarga miskin terpaksa membantu orang tuanya mencari nafkah untuk mencukupi biaya kehidupan mereka. Bahkan terkadang orang tua meminta mereka untuk berhenti sekolah agar bisa membantu secara penuh dalam mencari nafkah. Mereka pun kebanyakan menjadi buruh upahan atau menjadi pedangan asongan di jalanan. Anak pun merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal tersebut bisa mengkibatkan berhentinya anak dari sekolah.

Anak putus sekolah kebanyakan berasal dari keluarga ekonomi lemah. Akibat dari kemiskinan banyak anak yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah ataupun tidak mampu menduduki bangku sekolah. Sehingga tidak jarang kita jumpai anak ikut berperan membantu orang tua dalam menari nafkah.Rendahnya pendapatan keluarga menyebabkan orang


(38)

25

tua dituntut untuk bekerja keras dalam rangka pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

Tingginya biaya pendidikan membuat tidak mampunya keluarga miskin membiayai pendidikan sekolah anaknya. Sehingga secara terpaksa mereka harus meninggalkan bangku sekolah. Rendahnya tingkat pendapatan dalam keluarga akan sangat menentukan nasib pendidikan anak.

c. Perhatian orang tua

Perhatian orang tua sangat berguna untuk meningkatkan motivasi anak. Komunakasi antara orang tua dengan anak harus dibangun dengan baik guna untuk memenuhi kebutuhan pskiologis anak. Kurangnya perhatian orang tua seperti acuh tak acuh terhadap belajarnya anak, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan anak dalam belajrnya, kesulitan yang dialami belajar dan lain-lain (Slameto 2010:61)

Kurangnya perhatian orang tua akan mengakibatkan hilangnya motivasi anak sehingga menjadikan anak rentan terpengaruh terhadap pergaulan yang tidak baik karena mereka cenderung merasa lebih nyaman dengan pergaulan itu sendiri.


(39)

26

Hal tersebut akan mengubah perilaku anak baik dan bisa memicunya anak berhentinya bersekolah.

2. Faktor Lingkungan Sekolah

Faktor utama siswa mengulang atau tidak naik kelas

bermacam-macam.Namun demikian, faktor ekonomi pun

mempengaruhi siswa dalam perkembangan kognitifnya di kelas. Mereka telah kehilangan kesempatan dalam mendapatkan waktu untuk belajar dan mengerjakan PR serta fasilitas belajar yang memadai di rumah karena kesibukan bekerja membantu orang tua. Selain itu juga hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial, mental serta spiritual anak (Pardoen dalam Suyanto, 2010:342). Selain itu ada beberapa faktor lingkungan sekolah yang mengakibatkan anak putus sekolah yaitu ;

a. Ketentuan dan pelaksanaan kenaikan kelas yang berbeda-beda

antara sekolah satu dan yang lain

Salah satu faktor terjadinya drop out siswa di sekolah karena diterapkannya system tidak naik kelas, dan bukannya system maju berkelanjutan (continous progress) atau naik secara otomatis (authomatic promotion). Hal ini tentunya akan sangat menggangu psikologis anak seperti malu terhadap teman-temannya atau mendapat ejekan dari teman-teman-temannya sehingga hal tersebut dapat memicu anak untuk berhenti bersekolah.


(40)

27

b. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam belajar. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi belajar anak didik. Metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efesien dan seeektif mungkin. Cara belajar yang membosankan mampu mengakibatkan anak didik tidak bersemangat dalam belajar. Hal tersebut bisa mengakibatkan anak didik malas bersekolah sehingga dapat memicu berhentinya anak bersekolah.

c. Kemampuan dan usaha belajar dari siswa itu sendiri

Motivasi siswa yang kurang dalam belajar menjadi salah satu faktor penyebab drop out. Kemalasan serta ketidakmauan untuk bersekolah juga dipengaruhi faktor bekerja dan lingkungan yang tidak kondusif dalam mendukung siswa untuk belajar (Slameto 2010:65-66)

3. Faktor Teman Sebaya

Faktor teman sebaya bisa mempengaruhi perilaku anak, karena teman sebaya merupakan teman bermain anak dilingkungan pergaulan sehari-hari. Jika anak bergaul dengan teman yang berperilaku baik tentunya akan mempengaruhi perilaku anak menjadi anak yang baik, namun sebaliknya jika anak bergaul


(41)

28

dengan orang yang tidak baik akan mempengaruhi perilaku anak menjadi anak yang tidak baik. Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Hal disebabkan karena terbatsnya pemikiran anak untuk membedakan perbuatan yang baik dan buruk.

4. Faktor Ketersediaan Sumber lokal

Tersedianya sumber lokal yang dapat menjadi lahan pekerjaan bagi anak, dengan pola rekrutmen yang mudah. Dari ketersediaan sumber lokal bisa menyebabkan anak meninggalkan bangku sekolah. Ditinjau dari sisi penawaran faktor utama anak bekerja karena bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup. Kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan orang tua meletakkan anaknya kedalam dunia pekerjaan, serta keinginan anak untuk mendapatkan penghasilan sendiri untuk keperluannya sendiri. Anak usia wajib belajar saat ini sudah mengenal bahkan mampu untuk mencari uang terutama untuk keperluannya sendiri seperti jajan atau membeli sesuatu yang mereka inginkan. Hal ini tentu akan mempengaruhi terhadap cara dan sikap anak dalam bertindak dan berbuat (endang, listyowati, 2011)

2.4.3 Resiko Anak Putus Sekolah

Sekolah sebagai satuan pendidikan berperan maksimal dalam kehidupan

masyarakat,maka masyarakat dapat tercerdaskan dan terangkat harkat dan pendidikannya. Semakin tinnginya sekolah seseorang juga mampu mengangkat


(42)

29

status sosial di masyarakat. Anak yang bersekolah sangat berperan penting dalam meningkatkan pembangunan di dalam suatu Negara, karena anak merupakan generasi penerus bangsa. Namun bagaiman dengan anak yang tidak bersekolah, tentunya hal tersebut menjadi suatu masalah yang sangat serius dan menjadi penghambat pembangunan dalam suatu Negara. Meningkatnya angka penganguran menjadikan banyak masyarakat miskin dan tentunya hal tersebut merupakan masalah yang diakibatkan karena pengetahuan yang minim Dan tentunya mempunyai resiko tersendiri bagi anak. Berikut merupakan akibat yang ditimbulkan bagi anak putus sekolah :

1. Akibat dalam putus sekolah mengakibatkan banyaknya jumlah

pengangguran dan merupakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Dalam sebuah Negara seperti Indonesia hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar sehingga harus ditangani dengan serius. Adanya kekurang cocokan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, dimana friksi profil lulusan merupakan akibat langsung dari perencanaan pendidikan yang tidak berorientasi pada realitas yang terjadi dalam masyarakat. Pendidikan dilaksanakan sebagai bagian parsial, terpisah dari konstelasi masyarakat yang terus berubah.

2. Anak putus sekolah dapat pula mengganggu keamanan masyarakat.

Tidak adanya kegiatan yang menentu menjadikan anak dapat menimbulkan kelompok liar dimana kegiatan kelompok tersebut bersifat negative seperti, mencuri, memakai narkoba, mabuk-mabukan, menipu, menodong dan sebagainya.


(43)

30

3. Menjadi subjek dan objek kriminalitas seperti ; kenakalan remaja,

tawuran, kebut-kebutan dijalan raya, perkelahian. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pembekalan skill bagi mereka yang putus sekolah.

2.5 pendekatan penyelesaian anak putus sekolah

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi anak putus sekolah dengan melibat semua unsure yang terkait baik instansi pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan. Hal tersebut sebagai perwujudan dari UUD 1945 yang mewajibkan sekolah semua masyarakat dengan tujuan :

1. Pendidikan yang murah dapat membuat masyarakat dari semua

golongan mampu menikmati sekolah. Sehingga dengan adanya pendidikan yang murah tidak akan memberatkan masyarakat yang tidak mampu dalam memperoleh pendidikan.

2. Menggalang kepedulian masyarakat pada permaslahan pendidikan.

Masyarakat tidak akan memiliki kepedulian dengan pendidikan yang murah, tetapi kepedulian dipicu oleh keikut sertaan banyak pihak dalam lembaga pendidikan. Dengan pendidkan yang murah maka kualitas masyarakat dapat ditingkatkan.

Selanjutnya, menurut suyanto (2010: 348-349) menyatakan untuk mencegah anak putus sekolah dapat dilakukan dua hal berikut yaitu :

1. Intervensi dini mencegah anak putus sekolah


(44)

31

Penelitian membuktikan bahwa anak yang melalui jenjang pendidikan TK rata-rata memiliki kemmpuan beradaptasi dan prestasi belajar yang lebih baik disbanding anak yang tidak melalui jenjang pendidikan TK

b. Penangan anak yang bermasalah, khususnya anak yang memiliki

prestasi belajar relatif buruk disekolah. Anak yang tinggal kelas lama-kelamaan akan sering membolos, semakin jauhnya jarak dengan guru dan akhirnya anak putus sekolah

c. Memanfaatkan dukungan dari lembaga-lembaga lokal yang

sekiranya dapat dimanfaatkan untuk membantu kegiatan belajar anak yang rawan putus sekolah

2. Otonomi dan fleksibilitas sekolah

Depertamen Pendidikan Nasional menyediakan pendidikan alternative untuk anak yang tidak putus sekolah. Adapun program yang dilakukan saat ini untuk mengatsi anak putus sekolah ayaitu dengan mengikuti Program Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang terdiri dari paket A bagi anak yang tidak tamat SD, paket B bagi yang tidak tamat SMP dan paket C untuk yang tidak tamat SMA.

Pendidikan kesetaraan ini ditujukan untuk menunjang penuntasan wajib Sembilan Tahun serta memperluas akses pendidikan menengah yang menekankan kepada keterampilan fungsional dan kepribadian professional. Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu program pada jalur pendidikan non formal.


(45)

32 2.6 Kerangka Pemikiran

Putus sekolah adalah proses berhentinya siswa secara terpaksa dari suatu lembaga pendidikan tempat anak belajar. Putus sekolah menjadi suatu masalah yang harus segera dituntaskan dan dibenahi, terutama di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Berbagai program telah diupayakan pemerintah untuk menangani anak putus sekolah. namun, usaha tersebut tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan karena peneyebab putus sekolah bukan hanya disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang rendah melainkan ada beberapa faktor lain yang menyebabkan anak putus sekolah.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak tentunya akan berdampak negartif terhadap psikologis anak. Hal tersebut akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga hilangnya motivasi dalam diri anak yang bisa mengakibatkan putusnya anak dari sekolah.

Berdasarkan observasi pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdapat beberapa faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan Johor, antara lain yaitu :

1. Faktor dari dalam diri anak, seperti kurangnya minat anak bersekolah sehingga anak tidak merasa tertarik untuk bersekolah.

2. Faktor keluarga, rendahnya ekonomi dalam keluarga mengakibatakan

tidak mampunya orang tua memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak dan akhirnya orang tua memutuskan anak putus sekolah. kesibukan orang tua dalam pekerjaannya juga menagkibatkan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak sehingga mengakibatkan anak tidak terkontrol dan akhirnya anak berhenti bersekolah.


(46)

33

3. Faktor lingkungan sekolah, cara pengajaran guru yang membosankan

atau tidak menarik bisa mengakibatkan siswa malas belajar dan tentunya hal ini memicu anak akan bolos sekolah dan tentunya akan memicu terjadinya putus sekolah. Sistem tinggal kelas juga tentunya dapat memicu siswa berhentinya dari sekolah dikarenakan mereka malu atau mendapat ejekan dari teman-temannya.

4. Faktor lingkungan masyarakat dan teman bermain, lingkungan yang

tidak baik dan teman yang tidak baik dapat mempengaruhi sikap, pola pikir dan tingkah laku anak yang dapat mempengaruhi anak putus sekolah.

5. Faktor ketersediaan sumber lokal, pada dasarnya ketersediaan lokal

dapat mempengaruhi anak putus sekolah. Hal ini desebabkan terdapatnya sumber penghasilan uang seperti mengamen di lampu merah, sebagai pengantar air minum galon. Sebenarnya hal tersebut dikarenakan suatu kondisi ekonomi keluarga yang memaksa mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.


(47)

34

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, dapat dilihat bagan alur pikir berikut ini :

Bagan Alur Pikir

Anak Putus sekolah

Faktor dari dalam diri anak: 1.Faktor keluarga

a.Kondisi sosial orang tua b.Kondisi ekonomi keluarga c.Perhatian orang tua

2.Faktor lingkungan sekolah 3.Faktor teman sebaya

4.Faktor ketersediaan sumber lokal

Faktor dari dalam diri anak yaitu kurangnya minat anak


(48)

35

2.7 Definisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian

2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli untuk menggambarakan secara cermat fenomena sosial yang dikaji, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan oleh penelitian. Dimana dalam hal ini peneliti berupaya menggiring para pemvaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatatas dari seuatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138)

Memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Anak putus sekolah yang dimaksud dalam penelitian adalah anak yang

berusia 6-18 tahun yang tidak dapat menyelesaikan program belajarnya sebelum waktunya selesai atau anak yang tidak tamat menyelesaikan program belajarnya dalam jenjang SD, SMP, dan SMA

2. Faktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sesuatu yang

mempengaruhi atas terjadinya hal putus sekolah.

3. Faktor dalam diri anak yang dimaksud dalam peneletian ini adalah

sesuatu hal yang menyebabkan anak putus sekolah yang berasal dari diri anak tersebut seperti kurangnya minat anak belajar atau niat anak dalam melanjutkan sekolahnya.

4. Faktor luar diri anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


(49)

36

yaitu faktor sosial orang tua, ekonomi keluarga, perhatian orang tua yang kurang, pengaruh lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan teman sebaya atau teman sepergaulan anak, faktor ketersediaan sumber lokal berupa lapangan pekerjaan yang dapat menyebabkan anak putus sekolah.

2.7.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dapat diartikan sebagai pembatasan variable yang digunakan, berapa banyak subjek yang akan diteliti, luas lokasi penelitian, materi yang dikaji, dan sebagainya. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian yang penulis rumusan dalam faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan yaitu berusia 10 tahun sampai 18 tahun, dapat diukur melalu pembatasan berikut :

a. Faktor dalam diri anak yaitu rendahnya minat anak. b. Faktor dari luar diri anak:

1. Faktor keluarga

a. Kondisi sosial orang tua

b. Kondisi ekonomi kelurga

c. Perhatian orang tua

2. Pengaruh lingkungan sekolah

3. Pengaruh Teman sebaya


(50)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Permasalahan yang dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu member gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu dengan keadaan dan gejala yang terjadi (koenjaraningrat, 1993 : 89). Metode ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi tersebut adalah Kelurahan tersebut merupakan paling banyak anak putus sekolah diantara Kelurahan lainnya di kecamatan Medan johor dan tentuntunya masalah ini sangat penting untuk diteliti untuk mengetahui faktor penyebab anak putus sekolah

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit analisis

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan johor


(51)

38

Kota Medan, sebanyak 4 orang anak yang putus sekolah serta 2 orang informan tambahan

3.3.2 Informan

Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga tidak terdapat poulasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti informan utama dan informan tambahan

3.3.2.1 Informan Utama

Informan utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi yang diteliti. Pihak yang menjadi informan utama adalah anak yang putus sekolah. adapun jumlah informan utama dalam penelitian ini adalah 4 orang anak yang puts sekolah, anak tersebut berumur 11-18 tahun dimana dianggap mengerti akan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

3.3.2.2 Informan Tambahan

Informan tambahan adalah orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak-anak yag putus sekolah


(52)

39

Adapun teknik pengumpulan data yaitu untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dalam pengumpulan data yang diperlukan, dilakukan melalui penelitian kepustakaan. Data akan diolah dari berbagai sumber kepustakaan, anatara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, dan bahasa tulisan lainnya yang erakt kaitannya dengan subjek peneletian.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung kelokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian yakni :

a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung

untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek dilapanagan yang meliputi anak putus sekolah yang berada di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan.

b. Wawancara mendalam ( in-depth interviews), yaitu mengumpulkan

data dengan mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan informan yang bertujuan untuk melengkapi data dan menganalisa masalah yang ada dan diperlukan dalam penelitian ini. Informan yang diwawancarai adalah anak anak yang putus sekolah sebagai informan utama dan orang tua anak putus sekolah sebagai


(53)

40

informan tambahan. Wawancara ini dilakukan untuk memeroleh data secar detail tentang faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan.

3.5 Teknik Analisi Data

Teknik analisi data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu kesatuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikan dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (moleong, 2007:247)

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistic dengan memakai rumusan-rumusan tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai penelitia deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisi yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.


(54)

41 BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Luas Kelurahan

Kelurahan kwala bekala merupakan salah satu kelurhan dari 6 (enam) kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Medan Johor dengan luas 550 Ha. Kelurahan Kwala Bekala dahulunya termasuk kedalam Wilayah Kecamatan Delitua,Kabupaten Deli Serdang dengan nama Kampung Kwala Bekala. Sesuai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah NO. 22 Tahun 1973 tanggal 9 mei 1973 tentang perluasan Kotamadyaa Dati II. Sejak saat itu. Nama kampung Kwala Bekala berubah menjadi Kelurahan Kwala Bekala.

Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mangga dan Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan.

Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kecamatan Medan Johor

Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Sempakata, Kecamatan Medan Selayang


(55)

42

Kelurahan Kwala Bekala merupan lokasi yang sangat strategis karena berdekatan dengan dua jalan Besar yang merupakan jalan lintas. Sebelah Selatan merupkan jalan lintas menuju terminal Amplas, sedangkan sebelah Selatan merupakan jalan lintas menuju Berastagi.

Kelurahan Kwala Bekala terdiri dari 20 Dusun dimana setiap Dusun mempunyai kepala lingkungan masing-masing. Pemukiman penduduk disetiap lingkungan berbeda, namun secara keseluruhan Kelurahan Kwala Bekala memiliki tingkat kepadatan Penduduk. Pemukiman yang satu dengan yang lain juga sangat rapat bahkan sebagian tidak memiliki jarak sehingga penduduk di Kelurahan tersebut sangatlah padat. Selain itu juga dekat dengan kampus-kampus yang berada di Kelurahan Padang Bulan sehingga menjadikan kelurhan tersebut ramai dihuni orang.

Mayoritas penduduk Kelurahan Kwala Bekala bekerja sebagai buruh, sebagian bekerja sebagai Guru/dosen, ada juga berprofesi sebagai dokter, sopir, montir, kuli bangunan dan lain-lain. Sedangkan luas Kelurahan Kwala Bekala mencapai 550 Ha.

4.3 Cara Mencapai Kelurahan

Kelurahan Kwala Bekala merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Medan johor di Kota Medan. Jarak anatara pusat kota medan dengan Kelurahan Kwala Bekala Kurang Lebih 10 Km dan bisa ditempuh dengan waktu 30 menit apabila menggunakan angkutan kota dan sekitar 20 menit apabila menggunakan kendaraan sendiri seperti sepeda motor.


(56)

43

Berbagai aktifitas dilakukan di Kelurahan Kwala Bekala seperti Pajak baju, buah dan lain-lainnya. Selain lokasi yang sangat strategis karena tepat berada disudut jalan besar yaitu menuju terminal Amplas kota Medan dan menuju tempat wisata Berastagi jika datang dari arah barat. Banyaknya akses menuju Kelurhan ini menjadikan Kelurahn tersebut mnjadi ramai, selain berdekatan dengan kampus USU dan kampus-kampus lainnya yang jaraknya tidak jauh dari kelurahan tersebut menjadikan Kelurahan Kwala Bekala menjadi salah satu pilihan tempat anak-anak kos untuk tempat tinggal.

Mudahnya akses menuju Kelurahan Kwala Bekala karena banyak sarana Pendukung seperti jalan yang mulus dan didukung dengan sarana angkutan kota dari berbagai jurusan karena merupakan lintasan untuk menuju Terminal Amplas medan yang jaraknya sekitar 25 menit jika naik angkot , adanya juga becak bahkan bus menjadikan Kelurahan Kwala Bekala tidak sulit untuk ditempuh.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi

4.4.1 Penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Kwala Bekala yang tersebar dalam 20 lingkungan Sejumlah 7.693 Kepala keluarga (34.316 jiwa) dengan perincian laki-laki 16.821 jiwa dan perempuan 17.495 jiwa.

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin


(57)

44

1 Laki-Laki 16.821

2 Perempuan 17.495

Jumlah 34.820

Sumber data: Kantor kelurahan Kwala Bekala Tahun 2015

Penduduk ini tersebar di 20 dusun, dimana setiap jumlah penduduk dusun berbeda-beda. Jumlah keluarga yang paling banyak berdomisili di lingkungan II,dan Dusun yang paling banyak penduduknya adalah di lingkungan X.

4.4.2 Menurut Agama

Tabel 4.2

Persentase Penduduk berdasarkan Agama

NO Agama Jumlah Persentase(%)

1 Islam 10.708 30,90

2 Kristen 17.300 49,40

3 Khatolik 6.793 19,65

4 Budha 7 0,02

5 Hindu 12 0,03

Jumlah 34.820 100,00

Sumber data: kantor Lurah Kwala Bekala tahun 2015

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurhan kwala Bekala Kecamatan Medan Johor menganut agama Kristen Protestan sekitar 49,40%, dan pemeluk Agama terendah adalah agama budha yaitu 0,02%.


(58)

45 Tabel 4.3

Presentase penduduk menurut Mata Pencaharian

NO Mata pencaharian Jumlah Presentasi

1 Pegawai Negeri Sipil 879 4,17

2 Dosen/Guru 418 1,98

3 TNI/Polri 496 2,36

4 Buruh/Swasta 6.543 31,08

5 Pengusaha 137 0,65

6 Pedagang 4.668 22,17

7 Dokter 64 0,30

8 Supir 496 2,36

9 Peternak 527 2,50

10 Pengrajin 186 0,88

11 Tukang Batu 2.548 12,10

12 Tukang Kayu 2.105 10

13 Pengemudi Becak 589 2,80

14 Montir 98 0,47

15 Petani 1.298 6,17

Jumlah 21.052 100,00

Sumer Data: Kantor Lurah Kwala Bekala tahun 2015

Pada umumnya penduduk Kelurahan Kwala Bekala mayoritas bermata pencaharian sebagai Buruh swasta yaitu mencapai sekitar 6.543 jiwa dan profesi sebagai dosen yaitu hanya 418 jiwa dan Dokter sebanyak 64 jiwa.


(59)

46 4.4.4 Menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sanagat penting dalam mensejahterakan pendduduk. Dengan adanaya sarana pendidikan yang cukup memadai tentu akan mengembangankan dan meningkatkan pola pikir dan mutu masyarakat yang diterima oleh generasi muda. komposisi masyarakat berdasarkan Pendidikan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

NO Tingkat Pendidikan Jumlah Presentasi

1 SD 5.742 17,52

2 SLTP 9.896 30,03

3 SLTA 14.578 44,24

4 Sarjana Muda (D-3) 1.141 3,46

5 Sarjana (S-1) 848 2,57

6 S-2 412 1,19

7 S-3 5 0,01

8 Tidak Tamat SD 350 1,06

JUMLAH 32.952 100,00

Sumber Data: Kantor Lurah Kwala Bekala tahun 2015


(60)

47

Fasilitas umum yang tersedia di Kelurahan Kwala Bekala saat ini anatara lain berupa fasilitasn pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, dan kantor Kelurahan.

4.5.1 Fasilitas Pendidikan

Tabel 4.5

Fasilitas Pendidikan Kelurahan Kwala Bekala

NO Jenis Pendidikan Negeri/swasta Jlh Keterangan

1 TK/ PAUD 9

2 SD 11 Swasta dan Negeri

3 SLTP 6 Swasta

4 SLTA 4 Swasta

5 Akademi/Perguruan Tinggi 4 Swasta

6 Kursus-Kursus 24 Menjahit,Komputer

Dll Sumber Data: Kantor Lurah Kelurahan Kwala Bekala tahun 2105

Sarana pendidikan yag ada di Kelurahan Kwala Bekala sebanyak 58 sekolah yang terdiri swasta maupun negeri dan 24 lainnya merupakan sarana Kursus yang siap untuk memberikan skill terhadap masyarakat.

4.5.2 Fasilitas Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yang tercakup didalamnya masalah pangan/Gizi serta kesehatan jasmani. Fasilitas kesehatan yang ada di Kelurahan Kwala Bekala dapat dilihat pada tabel berikut.


(61)

48 Tabel 4.6

Jumlah fasilitas Kesehatan di Kelurahan Kwala Bekala

NO Jenis Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 Poliklinik/Balai pengobatan 3

3 Apotek 6

4 Posyandu 13

5 Toko obat 5

6 Prakter dokter/bidan 27

Sumber Data: Kantor lurah Kwala Bekala (2015)

4.5.3 Fasilitas Beribadah

Sarana tempat beribadah bagi penduduk di Kelurhan Kwala Bekala sudahlah sangat memadai baik untuk agama Protestan dan Khatolik maupun untuk pemeluk Agama Islam. Namun untuk Agama Hindu dan Budha belum tersedia karena pemeluknya sangat minoritas. Berikut merupakan jumlah tempat ibadah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7

Jumlah Fasilitas Tempat Perhibadatan di Kelurahan Kwala Bekala

Tempat Ibadah Jumlah


(62)

49

Musholla 4 unit

Gereja 16 unit

Vihara -

Pura -

Sumber Data: Kantor Lurah Kwala Bekala (2015)

4.5.4 Kelurahan Kwala Bekala

Potensi pemerintahan adalah potensi aparatur pemerintahan yang bertugas di Kelurhan Kwala Bekala, yang bertugas dan melaksanakan administrasi pemerintahan, implementsi pembangunan dan pelayanan masyarakat. Jumlah PNS yang terdapat dikelurahan Kwala bekala saat ini sebanyak 5 orang, yang terdiri dari Lurah, Sekretaris, kepala seksi, dan staff sesuai dengan Perda No. 7 tahun 2001 dan SK.Walikota Medan No. 64 tahun 2001. Golongan PNS terdiri dari golongan III. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8

Struktural Pemerintahan Kwala Bekala

No Nama Jabatan Pendidikan

1 Ali Sitepu,SE s.sos. M.IP Lurah S-2

2 Hj. Nurhayati Sekretaris SLTA

3 Ellya Manalu Kasi Pemerintahan SLTA

4 Markadim Pane Kasi Pembangunan SLTA

5 Raskita Ginting PH kasi Trantid SLTA


(63)

50

Melihat kondisi jumlah keberadaan aparatur pemerintahan masih sangat kurang mengingat tugas dan Tanggung jawab terhadap pelayanan untuk dapat dilaksanakan secara maksimal. Walaupun dalam kondisi demikian, Kelurahan Kwala Bekala memiliki 20 Kepala Lingkungan. Berikut merupakan nama Kepala lingkungan yang ada di Kelurahan Kwala Bekala yaitu

Tabel 4.9

Kepala Dusun Kelurahan Kwala Bekala

No Lingkungan Nama

1 I Usaha Bangun

2 II Liston Barus

3 III Ridwan Taro

4 IV Minton Sitepu

5 V Ganefo Sinuhaji

6 VI Nasib Sembiring

7 VII Ahmad Yakub

8 VII Asnadi Susanto

9 IX Darma Purba

10 X Drs.L.P Sinaga

11 XI Sani Bako

12 XII Suyut

13 XIII Mendawati


(64)

51

15 XV Alamtah

16 XVI Kasiani

17 XVII Tigor

18 XVIII Mardiah

19 XIX Wasinton

20 XX Sampan

Sumber Data: Kantor Lurah Kwala Bekala (2015)

BAB V

ANALISIS DATA

Dari hasil penelitan yang telah dialakukan, peneliti mencoba untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh sesuai teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data secara kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif dengan melakukan wawancara mendalam denga pertanyaan-pertanyaan yang mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat mendukung kelengkapan data penelitian serta observasi yang dapat mendukung penelitian. Informan dalam penelitian ini sebanyak 4 orang anak putus sekolah dan 2 orangtua anak yang memiliki anak putus sekolah.

5.1 Hasil Penelitian

Informan yang terlibat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan. Keselurahan informan dalam peneliti ini berjumlah 6 orang, yakni 4 orang anak yang putus sekolah yang berumur 11-18 tahun dan 2 orangtua dari anak putus sekolah. Dari penelitian tersebut, diperoleh data umum


(65)

52

mengenai informan melalui nama, umur, tempat/tanggalahir, alamat, jenis kelamin, agama, anak ke, jumlah saudara.

Dalam tahapan analisis ini peneliti akan menjelaskan identitas informan karena identitas informan merupakan faktor yang sangat penting untuk diketahui dalam suatu penelitian, dari data informan ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran awal. Untuk melihat gambaran yang jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.1.1 Informan I

Informan yang pertama bernama Wahyu Rizki seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, lahir di Medan 11 februari 2000, anak kelima dari enam bersaudara dan bertempat tinggal di jalan pintu air gang permai nomor 34 Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor kota Medan. Tinggal dengan Ibu kandungnya dan seorang adiknya. Ayahnya telah meninggal sejak Wahyu Rizki berumur 8 tahun. Ibunya bekerja sebagai sales peralatan-peralatan rumah tangga dan bekerja keluar kota seperti Aceh. Wahyu merupakan seorang anak yang beragama Islam dan bersuku Batak Karo. Pernah mengemban pendidikn di SDN 060929 Kelurahan Kwala Bekala, hingga kelas 6 SD.

Wahyu berhenti sekolah sejak satu tahun yang lalu tepatnya pada semester ganjil kelas 6 SD. Ia memutuskan untuk putus sekolah bukan tanpa alasan melainkan karena ketika bersekolah ia mengalami trauma atas gurunya, ia mengatakan bahwa ketika ia tidak selesai mengerjakan PR yang diberikan oleh


(1)

88 BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan dan Saran

6.1.1 Kesimpulan

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian penulis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. Penulis memperoleh data melalui wawancara langsung dengan empat orang informan utama dan dua orang informn tambahan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti memberikan kesimpulan mengenai Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan dikarenakan faktor keluarga terbukti dari anak informan tambahan dua dan informan pertama yaitu kurangnya perhatian orangtua dan informan II yaitu karena kondisi sosial keluarga sebagai penarik becak sehingga ia mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya. Selain itu faktor dari dalam diri sendiri yaitu informan I yaitu malas belajar, tidak mengerjakan tugas sekolah dan informan III yaitu karena malas belajar, tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah. Faktor lingkungan sekolah juga seperti yang dialami Informan II terbukti karena ia karena ia mendapatkan ejekan dari teman-teman sekolahnya karena tahu bahwa ayahnya bekerja sebagai penarik becak. Faktor pengaruh teman


(2)

89

sebaya yaitu terbukti dialami oleh informan III yaitu adanya adanya ajakan teman-temannya untuk bolos sekolah dan akhirnya menyebabkan putus sekolah. Selain itu faktor ketersediaan sumber lokal juga dialami oleh Informan III yaitu adanya temannya bekerja sebagai sopir angkutan umum menjadikan ia tertarik untuk bekerja karena ingin memperoleh penghasilan sendiri.

2. Masyarakat Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting guna untuk masa depan mereka dengan harapan bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pemikirin masyarakat tentang pendidikan di Kelurahan Kwala Bekala tergolong tinggi, terbukti tingginya niat anak-anak untuk bersekolah kembali walaupun sebagaian dari mereka telah putus sekolah dan mereka menyesali kejadian tersebut.

6.1.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba mengajukan masukan atau beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai kepentingan. Adapun saran dari peneliti antara lain :

1. Bagi para anak yang putus sekolah sebaiknya sebelum memutuskan untuk berhenti dari sekolah harus memikirkan dan mempertimbangan terlebih dahulu dampak atau resiko yang akan diterima sebelum penyesalan terjadi


(3)

90

2. Bagi anak yang telah berhenti dari sekolah atau putus sekolah diharapkan agar berkeinginan untuk sekolah kembali demi menggapai cita-cita dan impian demi masa depan mereka.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisa Faktor-faktor penyebab anak putus sekolah. Sehingga disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai anak putus sekolah


(4)

91

DAFTAR PUSTAKA

Endang,lestyowati.2011.Kecenderungan anak putus sekolah ditinjau dari factor ekonomi dan non ekonomi di Kelurahan Pangkalan Jati kecamatan Cinere Kota Depok ProvinsiJawa Barat. Tesis.Universitas Indonesia

Gunawan,Ary H.2010.Sosiologi pendidikan: suatu analisis sosiologi tentang pelbagai problem pendidikan. Jakarta:Rinekacipta

Ihsan, Fuad, 2013. Dasar-dasar kependidikan.Jakarta :RinekaCipta

Mudyahrdjo, Penja. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta :RajaGrafindo Perkasa

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: RinekaCipta

Pidarto, Made, 2014.Landasan pendidikan.Jakarta :Rinekacipta

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana

Huraerah,abu. 2006. Kekerasan terhadap anak. Bandung: Nuansa

Suyanto, Bagong dan Sri Sanituti Hadiari. 2002. Krisis& Child Abuse. Surabaya: Airlangga University Press.

Siagian, matias.2011. Metode penelitian sosial. Medan :GrasindoMonorotama

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial : Berbagai alternatid pendekatan. Jakarta : Kencana

Sumber lain

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1979 Tentang Peradilan Anak


(5)

92

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979Tentang Kesejahteraan Anak

Sidabutar,Elisabeth.2015. Analis faktor-faktor penyebab Anak Putus Sekolah di Kelurahan Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tesis.Universitas Sumatera Utara

Sumber Online

ResihAnggunSutiasnah , 2011: Kecenderungan anakputus sekolah ditinjau dari factor ekonomi dan non ekonomi diKelurahan Pangkalan Jati kecamatan Cinere Kota Depok Provinsi jawaBarat

http://repository.usu.ac.id,6 april 2015, 21.05 WIB

Lusianaeva.R.P, 2009 : Penanganan Anak Putus Sekolah oleh YAPENSU

Merry elike evelyin titaley , 2012: Faktor penyebabputussekolah spade SekolahMenengahPertama di SMP 4 dan SMP Taman Siswa JakartaPusat http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=skripsi+tentang+anak+putus+ sekolah,6 April 2015 pukul 21.37 WIB.

Kementrian pendidikan dan kebudayaan, UNICEF Indonesia, lembaga penelitian SMERU, 2012:riset kebijakan pendidika nanak di Indonesia

www. Smeru. Or. Id/workshop/pendidikan anak/ pendidikan anak,pdf, 6 april 2015 pukul 10.03 WIB


(6)

93

TribunNews,2012:Anak di Sumatera Putus Sekolah

.http://medan.tribunnews.com/2012/06/11/14.901-anak-di-sumut-putus-sekolah, 8 April 2015 pukul 22.33 WIB

Medan Bisnis, 2013 :TingginyaAnakPutusSekolah.

http://www.medanbisnisdaily.comtingginya-jumlah-anak-putus-sekolah. 8 April 2015, pukul 23.11 WIB