Pendahuluan Desain Soal PISA Menggunakan Konteks Permainan "Timezone" di Sekolah Menengah. Dia Marsella, dkk

Seminar Nasional dan Lokakarya PISA 2016 FKIP Universitas Sriwijaya, 21Oktober 2016 DESAIN SOAL PISA MENGGUNAKAN KONTEKS PERMAINAN “ TIMEZONE” DI SEKOLAH MENENGAH Dia Marsella 1 , Nursa Fatri Nofriati 2 , Sri Widya Permatasari 3 1,2,3 Universitas Sriwijaya Email: dia_marsellayahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan soal PISA dengan konteks permainan “Timezone” di sekolah menengah. Jenis penelitian adalah penelitian desain design research. Sampel penelitian yaitusiswa kelas VII dan VIII SMP Negeri 1 Betungyang terdiri dari 3 siswa kelas VII, 3 siswa kelas VIII. Peneliti merancang 3 soal PISA yang sesuai dengan konten, konteks kompetensi dan level dalam PISA. Data dikumpulkan melalui hasil jawaban siswa, rekaman video, foto dan wawancara. Data dianalisis dengan cara melihat jawaban siswa dan cara siswa menyelesaikan soal PISA tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi jawaban untuk setiap soal PISA yang telah didesain, serta telah menghasilkan soal PISA yang sesuai dengan konten, konteks, kompetensi dan level PISA, sehingga dapat membantu siswa dalam bernalar dan memecahkan masalah serta dapat menyelesaikan masalah dalam soal PISA tersebut. Kata kunci:Penelitian desain, Soal PISA, Konteks “Timezone”

I. Pendahuluan

Kemajuan dunia sekarang sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan daya saing yang tinggi. Salah satu upaya perkembangan dunia dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul tersebut, salah satunya yaitu saat ini terdapat organisasi internasional yang menilai kemampuan literasi matematika siswa, yaitu PISA Programme for International Student Assessment. PISA merupakan salah satu penilaiantingkat internasional yang diselenggarakan tiga tahunan, yang melibatkan siswa berumur 15 tahunatau setara dengan siswa SMP dan SMA kelas X. PISA juga bertujuan untuk mengetahui literasi siswa dalam membaca, matematika, dan sains. Fokus dari PISA adalah menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai situasi OECD, 2010. Oleh karena itu, dengan adanya PISA dapat diketahui kemampuan yang telah siswa dapatkan dari pembelajaran di sekolah. Indonesia mulai mengikuti PISA dari tahun 2000. Siswa Indonesia ikut dalamPISA yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-operation and DevelopmentOECD. Peringkat siswa Indonesia selalu berada lima besar pada kelompokbawah. Hasil PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada 1 Dia MarsellaDesain Soal PISA pada peringkat 64 dari 65peringkat ,dengan nilai rata-rata di bawah nilai rata-rata OECD OECD, 2012. Hal inimerupakan suatu masalah bagi Indonesia. Oleh karena itu, harus adanya upaya dari pemerintah ataupun pendidik sendiri untuk dapat membuat suatu upaya yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam literasi-literasi PISA tersebut. PISA terdiri dari tiga komponen atau aspek yaitu konten, konteks, dan kompetensi OECD, 2013.Konten yaitu berkaitan dengan masalah nyata yang dikelompokkan menjadi empat yaitu 1 Change and relationship, 2 Space and shape, 3 Quantity dan 4 Uncertainty and data. Konteks yaitu yang berkaitan dengan masalah dan penyelesaian dari situasi yang berbeda yaitu 1 Personal, 2 Occupation, 3 Sosial dan 4 Scientific. Kelompok kompetensi yaitu yangberkaitan dengan kompetensi dalam PISA yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1 Reproduksi, 2 Koneksi dan 3 Refleksi. Sedangkan untuk kemampuan matematika dalam PISA dibagi menjadi enam level dan setiap level menunjukkan tingkat kompetensi matematika yang dicapai siswa. Kemampuan dalam PISA berupa kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan Wardhani 2005 mengemukakan bahwa soal-soal PISA sangat menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkannya upaya untuk dapat membuat soal-soal PISA yang baik, sehingga dapat diketahui kemampuan penalaran dan pemecahan masalah siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Edo, dkk 2013 menyimpulkan bahwa siswa berada pada pencapaian sedang dalam menyelesaikan soal PISA level 5 dan level 6 dengan menggunakan cara mereka sendiri yaitu insting, trial and error, dan logika. Selain itu, penelitian yang dilakukan Stacey 2011 menunjukkan bahwa hampir 70 siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal PISA tahun 2009 sampai dengan level 2 untuk semua topik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal PISA pada level 1, level 2 ataupun level 3, sehingga perlunya untuk membuat soal-soal PISA yang juga dapat membantu siswa untuk melatih kemampuannya bernalar dan memecahkan masalah sampai pada level yang tinggi. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menghasilkan soal PISA dengan konteks permainan “Timezone” di sekolah menengah. 2 Seminar Nasional dan Lokakarya PISA 2016 FKIP Universitas Sriwijaya, 21Oktober 2016

II. Metodologi