The Effect of Economic Structural Change on Employment Absorption in Indonesia, 1980-2019: An Input-Output Approach
BAB l
PENDAHULUAN
lndonesia merupakan salah satu negara di Asia yang berhasil dalam
pernbangunan ekonorni. Kondisi perekonomian yang dicapai sampai dengan
pertengahan tahun 1990an sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi tahun
1960an. Meskipun pada awal tahun 1960an banyak ahli yang pesimis terhadap
perkernbangan pertumbuhan ekonomi di lndonesia (lihat Higgins, 1968; Myrdal,
1969 dan Keyfitz, 1965) karena penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi
negara
ini
berhasil
membangun
ekonomi
dengan
tingkat
percepatan
pertumbuhan yang cukup tinggi. Menurut Hill (1996), pemerintahan order baru
telah berhasil merehabilitasi ekonomi, mengendalikan inflasi dan rnengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk. Hill juga menyebutkan bahwa pada akhir tahun
1980an lndonesia telah berhasil memasuki tahapan industrialisasi lebih lanjut
mengingat struktur output dan ekspor sernakin didominasi oleh produk industri
non-migas. Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan output manufaktur seperti
produk-produk dari kayu, karet, plastik dan kertas, tekstil, elektronik, pestisida,
industri berat dari metal dan besi-baja dalam total output nasional yang juga
merupakan komoditi ekspor. Ekspor manufaktur meningkat dari tiga persen pada
tahun 1980 dan 7 persen pada 1983 menjadi harnpir 50 penen pada tahun 1992
dimana pada tahun ini pula ekspor rnanufaktur telah berhasil mengambil alih
peranan ekspor rninyak dan mineral yang terus menerus turun.
Pergeseran struktur output dan ekspor yang lebih didominasi komoditi
manufaktur mempengaruhi pula pembentukkan Produk Domestik Bruto (PDB)
sektoral. Titik balik ekonomi (the economic tuming point) dari ekonomi agraris
menjadi ekonomi industri yang ditunjukkan dengan kontribusi masing-masing
sektor pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) telah terjadi pada
periode tahun delapan puluhan.
Proses industrialisasi di lndonesia juga terjadi karena dukungan
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Menurut Manning (1995) lndonesia
sebagai negara kaya dengan sumberdaya alam, pengalihan kebijakan industri
dari substitusi impor ke orientasi ekspor dapat sedikit ditunda karena masih
banyak komponen yang diperlukan untuk proses produksi belurn tersedia di
dalam negeri. Kondisi ini mengakibatkan daya serap tenaga kerja diluar sektor
pertanian rendah dan mengakibatkan tertundanya pencapaian titik balik tenaga
kej a (labor turning point).
1.1 Perubahan Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja
Perekonomian lndonesia sejak awal tahun 1960an hingga saat ini
mengalami pasang surut yang beragam terutama apabila dilihat dari peranan
masing-masing sektor pada pembentukan PDB. Kontribusi sektor pertanian
rnenunjukkan penurunan yang cukup berarti dari 53.9 persen pada tahun 1965
rnenjadi 17.6 persen pada tahun 1993. Penurunan kontribusi sektor pertanian ini
cukup diimbangi dengan peningkatan kontribusi sektor industri dan sektor-sektor
lainnya seperti disajikan pada Gambar 1.
Tahun
/ --tPertanan
(A) +ManufaMur
(M) +.la=&
Gambar 1 : Struktur Ekonomi Indonesia, 1965-1993
Tampilan data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Indonesia telah
mencapai kondisi titik balik dalam ekonomi pada tahun 1980 dimana kontribusi
-
sektor pertanian dan sektor manufaktur termasuk pertambangan, industri, listrik
gas dan air, dan konstruksi mencapai kurang lebih 30 persen. Meskipun pada
periode 1960-1967 terjadi stagnasi dalam perekonomian lndonesia yang ditandai
dengan rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 2 persen, tetapi
rekonstruksi ekonomi pada periode selanjutnya (1967-1973) yang mengikut
sertakan komitmen pada pembangunan dan peningkatan infrastruktur, telah
menunjukkan laju pertumbuhan sektor pertambangan, industri dan konstruksi
yang
cukup
berarti
dibandingkan dengan
pertumbuhan pada
periode
sebelumnya. Program pembangunan pedesaan yang dilaksanakan pada rnasa
itu dirancang untuk membangun infrastruktur. Menurut Booth (1992) hasil
pernbangunan infrastruktur tersebut rnenunjukkan adanya perbaikan dan
perkernbangan dalarn sektor konstruksi, pengangkutan dan perdagangan.
Kondisi ini rnerupakan salah satu sasaran yang ditargetkan untuk dapat dicapai
pernerintah pada saat itu untuk rnendukung proses industrialisasi selanjutnya.
Booth (1992) juga
rnenyebutkan bahwa percepatan pertumbuhan
ekonomi pada periode setelah 1965 selain didukung oleh hasil pertarnbangan
rninyak burni juga berkaitan erat dengan kemampuan untuk rnenarik bantuanbantuan,
dana
dan
investasi asing
kedalarn negeri yang
selanjutnya
menyebabkan terjadinya pergeseran struktur. Perubahan ini dipengaruhi juga
oleh tingginya tingkat penerimaan devisa dari ekspor rninyak yang secara
langsung akan mengakumulasikan surnber-surnber dana lain untuk kegiatan
proyek-proyek
pernbangunan.
Tetapi
haws
diingat
bahwa
dengan
mernasukkannya rninyak dalarn pernbentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
kondisinya sangat dipengaruhi oleh harga jual di luar negeri. Jadi meskipun
minyak rnenyurnbangkan hasil besar pada pergeseran struktur, perlu dilihat pula
secara terpisah pernbentukan PDB tanpa sektor pertambangan rninyak seperti
disajikan pada Garnbar 2. Dari Gambar tersebut tampak bahwa pergeseran
struktur ekonorni di lndonesia rnencapai titik balik pada tahun 1986, yaitu pada
saat kontribusi sektor pertartian dan sektor manufaktur rnencapai kurang lebih 27
persen dalarn pernbentukan PDB. Hill (1994) berpendapat bahwa keberhasilan
transformasi ekonorni tersebut diatas didukung dengan berbagai rnacam
i n t e ~ e n spernerintah,
i
yang antara lain sejak tahun delapan puluhan lndonesia
mulai rnenitik beratkan pernbangunan dengan rnenggunakan kegiatan yang
berorientasi pada ekspor sektor manufaktur yang bersifat padat karya, dan
berhasil rnenjadi bagian dari kelompok "negara-negara industri baru".
- - /+pertmian
Tahun
(A) +ManufaMur
(M) +Jasa-jam
(S)
I
Garnbar 2 : Struktur Ekonorni Indonesia tanpa Sektor Pertambangan, 1965-1993
Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja merupakan penjelasan lebih
lanjut dari eksistensi perubahan struktural dalam
ekonomi.
Hill (1996)
berpendapat bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral
biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output
secara sektoral, rnengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat
terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor dengan produktivitas rendah
seperti sektor pertanian. Data ketenagakerjaan di Indonesia yang bersumber dari
tiga periode Sensus Penduduk (untuk 1971, 1980 dan 1990) dan dua Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS 1985 dan 1995) yang disajikan pada Gambar 3
rnenunjukkan bahwa peranan sektor pertanian dalam menyediakan lapangan
keja menurun terus menerus, dari hampir 67 persen bagi seluruh penduduk yang
1971
1980
I t.Pertanian
1985
1990
1995
Tahun
(A) +Manufactur
(M) *Jam
(S)
I
Gambar 3 : St~kturPenyerapan Tenaga Keja Indonesia, 1971-1995
bekerja pada tahun 1971, dan dalam perkembangannya selama 25 tahun
menjadi kurang lebih hanya 44 persen pada tahun 1995. Sementara itu, peranan
sektor manufaktur sebagai penyedia lapangan keja menunjukkan peningkatan
lebih dari dua kali lipat pada periode yang sama, yaitu dari kurang lebih 9 persen
pada tahun 1971 menjadi sekitar 18 persen pada tahun 1995; dan peranan
sektor jasa menunjukkan peningkatan yaitu dari 25 persen pada tahun 1971
menjadi 38 persen pada tahun 1995.
Perubahan struktur ekonomi dan pola penyerapan tenaga kerja tersebut
diatas berkaitan dengan perkembangan atau perubahan jenis okupasi dan
tingkat pendidikan tenaga kerja. Swasono dan Boediono (1990) pada studinya
menemukan bahwa penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan Sekolah Dasar
untuk mendukung proses pembangunan di Indonesia, diperkirakan menurun dan
diikuti dengan peningkatan kuantitas tenaga kerja berpendidikan menengah dan
tinggi. Pada saat sektor peltanian masih mendorninasi aktivitas masyarakat, tentu
saja jenis okupasi yang dibutuhkan pada saat itu adalah sebagai petani dan
okupasi lain yang berkaitan secara langsung rnaupun tidak langsung dengan
kegiatan di sektor pertanian. Dengan dernikian tingkat pendidikan tenaga kerja
pada okupasi tersebut relatif rendah mengingat pekerjaan di sektor pertanian
umumnya memerlukan ketrampilan yang relatif rendah.
Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat bahwa terjadi perubahan struktur
yang ditunjukkan dengan (1) perubahan peranan sektor dalam pembentukan
PDB; (2) perubahan konsentrasi perdagangan dari ekspor minyak burni kepada
ekspor produk non-rninyak; (3) perubahan (meskipun kecil) penyerapan tenaga
kerja sektoral menurut okupasi.
1.2 Perumusan Masalah
Seperti diuraikan terdahulu, perkembangan ekonomi Indonesia yang
ditunjukkan dengan peningkatan PDB dan yang telah berhasil menyebabkan
pergeseran stuktur ekonomi sektoral, belum sepenuhnya diimbangi dengan
pergeseran struktur penyerapan tenaga kerja. Dalarn ha[ ini laju pergeseran
ekonomi sektoral relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju pergeseran
penyerapan tenaga kerja, sehingga titik balik ekonomi tercapai lebih dulu
dibandingkan dengan titik balik penyerapan tenaga kerja.
Selanjutnya, dalam perubahan struktur ekonomi belum semua sektor yang
mengalami transfonnasi dapat menyerap tenaga kerja. Akibatnya rnasih terjadi
pengangguran yang relatif tinggi. Selain itu, ada ketidak sesuaian okupasi dan
pendidikan tenaga kerja tersedia (stock) dengan pernlintaannya dalam ekonorni
secara keseluruhan. Disatu pihak, kondisi ini mengakibatkan pengangguran
tenaga kerja dengan pendidikan tertentu, tetapi dilain pihak juga menyebabkan
terjadinya kekurangan tenaga kerja dengan pendidikan yang lain untuk okupasi
tertentu.
Keberhasilan ekonomi lndonesia yang diukur dengan perubahan struktur
menuju negara industrialisasi juga didukung dengan perubahan komposisi
ekspor. Pertanyaan mendasar adalah apakah aktivitas perdagangan international
menentukan perubahan struktur ekonomi dan tenaga kerja?.
Dengan memacu peningkatan ekpor komoditi rnanufaktur yang sifatnya
menyerap banyak tenaga kerja akan menghasilkan peningkatan output nasional
yang disertai dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Jadi, dalam era
industrialisasi ini, sektor-sektor ekonomi mana yang menghasilkan pertumbuhan
dan penyerapan tenaga kerja tinggi?.
Pergeseran penggunaan teknologi dalam ekonomi akan menentukan
tingkat output dan permintaan akhir yang selanjutnya mernpengaruhi tingkat
penyerapan tenaga kerja di masing-masing sektor. Jadi, sampai seberapa jauh
dampak perubahan teknologi terhadap total output, permintaan akhir, dan
penyerapan tenaga kerja menurut okupasi?.
Perubahan struktur ekonomi lndonesia memiliki irnplikasi luas pada
penyerapan tenaga kerja, meskipun penyerapan tenaga kerja di sektor nonpertanian yang mengalami transformasi relatif tinggi, belum dapat menyerap
pencari kerja secara keseluruhan. Jadi, percepatan pertumbuhan sektor tidak
dibarengi dengan percepatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.
Pada studi yang dilaksanakan peneliti lain belum pernah dipertimbangkan
memasukkan okupasi tenaga kerja dalam analisis mendalam, sehingga perlu
diadakan suatu analisis khusus mengenai perubahan struktur ekonomi dan
dampaknya pada struktur tenaga keja. Dengan demikian, melalui analisis khusus
tersebut, diharapkan kualitas sektor ketenagakejaan dapat dilihat dan dianalisis
dari sisi perubahan perspektif ekonomi dan arah pertumbuhan produktivitas serta
pola penintaan tenaga kejanya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas tampak bahwa keadaan ekonomi
lndonesia masih diwamai dengan kepincangan perubahan struktur dan lemahnya
daya serap tenaga keja di luar sektor pertanian meskipun mengalami
pertumbuhan yang tinggi. Sebagaimana diketahui biasanya perubahan struktur
ekonomi dan tenaga keja tejadi secara serentak dan seimbang, namun
kenyataan yang dialami ekonomi lndonesia tidak demikian. Ketidak sesuaian ini
menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah membangun model inter-industri
ekonomi dan dekomposisinya, serta model tenaga keja yang digunakan untuk
menganalisis dampak perubahan s t ~ k t u ekonomi
r
terhadap struktur penyerapan
tenaga keja di lndonesia periode 1980 sampai 1993. Selain itu, membangun
model proyeksi ekonomi dan tenaga keja untuk menganalisis dampak altematif
kebijakan terhadap struktur ekonomi dan struktur penyerapan tenaga keja
sampai tahun 2019 dengan menggunakan pendekatan Input-Output.
Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah :
1. Membangun model analisis perubahan struktur ekonomi dan dekomposisinya.
Model yang dibangun merupakan model inter-industri yang dapat digunakan
untuk menganalisis perubahan total output dan permintaan akhir sebagai
dampak pertumbuhan, perubahan teknologi, dan perubahan industry-mix.
2. Membangun
model
tenaga
kerja yang
digunakan
untuk
mengukur
penyerapan tenaga kerja menurut sektor, okupasi dan pendidikan sebagai
akibat perubahan struktur ekonomi periode 1980 sampai 1993.
3. Membangun model proyeksi ekonomi dan tenaga kerja untuk mengukur
kondisi ekonomi dan tenaga kerja dimasa yang akan datang.
4. Menganalisis dampak perubahan struktur ekonomi (industry-mix) terhadap
perubahan struktur output sektoral, struktur permintaan akhir, struktur input.
output
multiplier
dan
peranan
sektor
penyedia
input-antara;
dan
dekornposisinya serta menganalisis sumber-sumber pertumbuhan sektoral.
5. Menganalisis dampak perubahan struktur
ekonomi
terhadap struktur
penyerapan tenaga kerja sebagai akibat perubahan struktur produksi.
perubahan daya serap sektoral dan produktivitas tenaga kerja; dan
menganalisis faktor-faktor penyebab kelambatan pergeseran struktur tenaga
kerja periode 1980-1993.
6. Menganalisis dampak alternatif kebijakan terhadap perubahan struktur
ekonomi dan struktur penyerapan tenaga kerja sampai tahun 2019.
1.4 Struktur Disertasi
Penelitian untuk disertasi ini disajikan dalam tujuh Bab. Setelah
pendahuluan yang dimuat pada Bab I, disajikan tinjauan pustaka pada Bab II,
yang terdiri dari tinjauan pustaka untuk perubahan struktur ekonomi, sumber-
sumber pertumbuhan dan dekomposisi struktural. Pada Bab II disajikan tiga
model analisis dekomposisi dengan Input-Output, asumsi yang digunakan,
kebaikan dan kelemahan model. Kemudian disajikan konsep penciptaan
kesempatan kerja sektoral berdasarkan pendekatan Input-Output; dan Bab ini
diakhiri dengan uraian singkat struktur penyerapan tenaga kerja.
Pada Bab Ill mengenai metodologi, disajikan kerangka pemikiran
penelitian yang menggambarkan secara komprehensif pendekatan penelitian.
Pada bagian kedua dimuat model analisis ekonomi yang mencakup pengukuran
sumber-sumber pertumbuhan dan dekomposisi struktural yang merupakan
pengembangan dari model yang digunakan Chenery. Kemudian disajikan model
pengukuran penyerapan tenaga kerja menurut sektor, okupasi dan pendidikan;
model proyeksi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (terrnasuk model proyeksi
penediaan tenaga kerja). Pada Bab Ill disajikan pula data dan klasifikasi yang
digunakan untuk pelaksanaan empiris penelitian.
Bab IV merupakan analisis ekonomi dengan model Input-Output yang
dibangun untuk penelitian ini. Pada Bab ini disajikan bagaimana struktur ekonomi
Indonesia berubah pada tahun 1980-1993. Perubahan ini mencakup perubahan
industry-mix komponen permintaan akhir, perubahan industry-mix total output,
perubahan peranan permintaan akhir dan input antara dalam total output, dan
perubahan struktur biaya produksi sektoral. Perubahan struktur ekonomi ini
dianalisis pula dari sisi keterkaitan kebelakang dan kedepan berdasarkan output multiplier. Selanjutnya, disajikan analisis dekomposisi keterkaitan diantara
perubahan-perubahan struktur permintaan akhir dalam struktur biaya input
antara, dan perubahan struktur totat output, yang berkaitan dengan analisis 14
dampak. Dianalisis, dekomposisi dampak total perubahan struktur ekonomi
terhadap permintaan akhir dan total output.
Bab V mengenai perubahan struktur penyerapan tenaga kerja yang
mencakup perubahan struktur sektoral tenaga kerja, keterkaitan tenaga keja,
penciptaan kesernpatan kerja langsung dan tak langsung, dan struktur
penyerapan tenaga kerja menurut okupasi dan pendidikan.
Bab VI mengenai proyeksi struktur ekonomi dan tenaga kerja sampai
tahun 2019 yang mencakup proyeksi : struktur total output, struktur permintaan
akhir, struktur okupasi - sektoral tenaga keja, struktur persediaan tenaga keja,
dan proyeksi kesenjangan kebutuhan dan persediaan tenaga kerja yang
disajikan berdasarkan simulasi tiga skenario.
Disertasi ini diakhiri dengan Bab VII yang menyajikan kesimpulan untuk
pergeseran struktur ekonomi dan tenaga kerja; dan analisis faktor-faktor
penyebab lambatnya pergeseran struktur tenaga kerja; dan saran dan implikasi
kebijakan. Sebelum saran untuk penelitian lanjutan, pada Bab ini disajikan pula
keterbatasan penelitian.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Studi pustaka ini ditujukan untuk mengkaji ulang: (1) perubahan struktur
ekonomi; (2) sumber pertumbuhan; (3) tradisi pengukuran perubahan struktur
ekonomi, dan (4) kaitan struktur ekonomi dengan tenaga kerja.
2.1 Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi
modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi
dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan
pendapatan
masyarakat
dan
kesejahteraan sosial
melalui
peningkatan
pendapatan perkapita. Definisi tersebut dinyatakan oleh Chenery (1960 & 1964),
Chenery, Robinson dan Syrquin (1986). Chenery dan Syrquin (1975), Chenery
dan Tailor (1968), dan Chenery dan Wanatabe (1958).
Ada dua pengukuran dasar dalam struktur ekonomi. Pertama, penyebaran
atau distribusi Produk Nasional Bruto (PNB) sektoral; dan kedua, penyebaran
atau distribusi total output menurut sektor-sektor ekonomi. Dari sisi permintaan,
kedua pengukuran ini mempunyai hubungan satu dengan lainnya yaitu bahwa
perubahan dalam struktur PNB akan menyebabkan perubahan dalam struktur
total output, tetapi perubahan struktur total output juga dapat disebabkan karena
adanya perubahan teknologi produksi. Tujuan penyusunan model perubahan
struktural dalam perekonomian adalah untuk dapat menjelaskan sampai
seberapa jauh perubahan struktur PNB menyebabkan peningkatan pendapatan
perkapita,
dan bagaimana perubahan struktur total output karena pengaruh
perubahan struktur PNB dan perubahan teknologi produksi.
Kajian para ahli ekonomi terhadap perubahan struktur mengungkapkan
tahap-tahap penting dari perubahan tersebut. Para ahli ekonomi berulang kali
menekankan arti pentingnya peranan sektor-sektor. Pengukuran pertumbuhan
ekonomi oleh Kuznets (1966) misalnya, memberikan sumbangan yang sama
besar terhadap pemahaman akan perubahan-perubahan tersebut. Pandangan
Kuznets menunjukkan bahwa untuk mengukur kegiatan ekonomi dapat
dilaksanakan dengan menggunakan kerangka perhitungan nasional (national
accounts) dengan penjabaran masing-masing komponen pendapatan nasional.
Pengukuran yang dilakukan oleh Chenery eta1 (1986) menyajikan beberapa pola
pertumbuhan dan pembangunan yang lebih sistematis. Syrquin (1988) dalam
tulisannya menyebutkan bahwa perubahan komposisi struktur produksi sektoral.
jurnlah dan ragam sektor yang membentuk ekonomi nasional merupakan indikasi
paling tepat untuk menunjukkan adanya transformasi struktural. Berkaitan
dengan
pertumbuhan pendapatan nasional,
permintaan,
perdagangan dan
perubahan positif
penggunaan faktor-faktor
kekuatan
produksi
akan
mempengaruhi struktur produksi sektoral. lnteraksi faktor-faktor tersebut akan
rnempengaruhi produktivitas ekonomi.
Chenery (1986) mernbedakan pertumbuhan dalam tiga tahap transformasi
yaitu : ( 1 ) tahap produksi primer; (2) tahap industrialisasi; dan (3) tahap ekonomi
berkembang. Pada tahap pertarna, produksi primer, pendapatan per kapita suatu
negara berkisar antara US $200
-
US $600 (nilai tahun 1976). Transformasi
struktural yang terjadi pada tahap ini ditandai dengan keunggulan kegiatan primer
(pertanian) sebagai sumber utama peningkatan output. Produksi primer biasanya
tumbuh dengan lambat karena sangat tergantung siklus rnusirn dan hanya
memberikan kontribusi kecil pada pendapatan perkapita. Dari segi penawaran,
tahap pertama ini ditandai oleh suatu tingkat akumulasi kapital yang rendah,
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat, dan pertumbuhan produktivitas total
yang sangat rendah.
Pada tahap kedua, tahap industrialisasi, pendapatan per kapita bergerak
antara US $600
- US $3 000 (nilai tahun 1976). Tahap transformasi ini ditandai
dengan pergeseran konsentrasi ekonomi dari produksi primer dan menuju
industri. Jadi, peranan sektor industri sangat penting pada pertumbuhan
ekonomi. Dari segi penawaran, peranan akumulasi kapital sangat tinggi karena
tingkat investasi untuk menghasilkan produksi sektoral rneningkat dengan pesat.
Tahap ketiga, ekonomi berkernbang, terjadi pada tingkat pendapatan
perkapita bergerak diatas US $2 100 (nilai tahun 1976). Dari sisi permintaan,
elastisitas
pendapatan terhadap
barang-barang
industri
rnenurun yang
rnengakibatkan perrnintaan domestik juga menurun. Meskipun kecenderungan ini
diimbangi dengan perturnbuhan ekspor yang terus menerus rneningkat, tetapi
sumbangan industri pada pernbentukan GDP dan penyerapan tenaga kerja relatif
menurun. Dari segi penawaran. perbedaan utama tahap kedua dan ketiga
ditandai
dengan
penurunan kombinasi
peranan faktor
input
(terutarna
sumberdaya manusia) karena lambatnya perturnbuhan penduduk dan angkatan
kerja.
Meminjam pengalaman negara lain sebagaimana dirangkum oleh
Chenery. Robinson dan Syrquin (1986), menunjukkan bahwa "titik balik dimana
peranan (shait?) sektor pertanian menurun dan sektor industri meningkat
umumnya terjadi pada saat pendapatan per kapita rnencapai rata-rata US $500 $600 pertahun (nilai tahun 1976). Dengan rnengacu pada studi Chenery (1979),
diperkirakan bahwa penurunan jurnlah tenaga kerja yang berpendidikan sekolah
dasar yang diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan
menengah dan tinggi akan terjadi pada tahap kedua. Saat tersebut dinamakan
"titik balik (turning poinf) dalarn pengembangan tenaga keja. Peralihan dan realokasi tenaga keja dari sektor pertanian ke sektor industri dapat berjalan
dengan baik dan tidak menganggu proses pernbangunan yang sedang berjalan
apabila kebijaksanaan ekonorni rnarnpu mengantisipasinya lebih dini. Menurut
Timmer (19881, periode ini disebut sebagai Johnson Environment karena
Johnson menganggap pada periode tersebut terjadi arus pergeseran investasi
dari tabungan pedesaan ke investasi dikota sejalan dengan proses transfer
pendapatan.
Pada penelitian ini kondisi titik balik ekonorni terjadi apabila sektor
pertanian dan sektor manufaktur rnencapai peranan yang seimbang (atau
peranan sektor rnanufaktur lebih besar dibandingkan dengan peranan sektor
pertanian) pada pembentukan PDB; sedangkan kondisi titik balik tenaga kerja
terjadi apabila sektor pertanian dan rnanufaktur rnencapai peranan yang
seimbang (atau peranan sektor manufaktur lebih besar dibandingkan dengan
peranan sektor pertanian) dalam penyerapan tenaga kerja.
2.2 Sumber-sumber Pertumbuhan dan
Dekomposisi Struktural
2.2.1
Sumber-Sumber Perturnbuhan
Dalam menganalisis pembahan struktur ekonomi faktor-faktor yang
menjadi sumber pertumbuhan juga hams diketahui karena mempengaruhi kondisi
transforrnasi. Dalam tulisannya "The Take-off into Self-sustained Growth", Rostow
(1956) mengemukakan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian dapat dibagi
menjadi 3 kategori : (i) primary growth sectors (ii)supplementary growth sectors;
dan (iii)
derived growth sectors. Eksistensi the primary growth sectors
menunjukkan pembahan dari sisi supply karena adanya inovasi tertentu.
peningkatan kompetisi dalam pasar ekspor atau pengembangan sumberdaya
alam. Supplementary growth sectors adalah sektor yang berkembang karena
berperan sebagai sektor sumber input dari primary growth sectors atau karen,a
adanya
ekternal
ekonomis
seperti
berkurangnya biaya
produksi
atau
meningkatnya kualitas produksi. Sedangkan derived growth sectors terjadi
karena peningkatan total pendapatan.
Kerangka pemikiran Rostow ini telah digunakan oleh Chenery et.al (1962)
untuk menganalisis pola pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 1914-1954.
Studi Chenery ini pada dasarnya mengacu pada pendapat Rostow dimana
perubahan autonomous sektor primer dapat didorong oleh tiga kekuatan sumber
pertumbuhan yaitu (a) peningkatan ekspor, (b) substitusi impor, dan (c)
perubahan teknologi termasuk seluruh substitusi untuk produk domestik.
Dalam ha1 ini, Chenery eta1 telah menyumbangkan suatu pemikiran yang
sangat penting untuk analisis ekonomi yaitu
bahwa ia telah berhasil
mengaplikasikan teori pertumbuhan Rostow. Meskipun demikian ada perbedaan
mendasar antara teori Rostow dan pendapat Chenery. Rostow berupaya
mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan sebagai perubahan absolut tiaptiap sektor, sedangkan Chenery mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi sebagai nilai deviasi pertumbuhan proporsional setiap sektor.
Selain itu, berkaitan dengan tenaga kerja, Wolff dan Howell (1989)
menyebutkan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi selain dipengaruhi oleh tiga
aspek penting yaitu : (t) perubahan teknologi disetiap sektor, (2) perubahan
matriks kebalikan Leontief, dan (3) perubahan komposisi sektoral pada
perrnintaan akhir; juga dipengaruhi oleh aspek ke (4) yaitu perubahan komposisi
ketrampilan atau kualitas tenaga kerja dalam produksi.
Pada penelitian ini digunakan pemikiran yang telah dikembangkan
Chenery untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada periode studi. Sedangkan untuk analisis tenaga kerja dikernbangkan
pernikiran Wolff dan Howell dengan modifikasi untuk implementasi empiris.
2.2.2 Dekom~osisiStruktural
Ada dua model dasar yang biasanya digunakan untuk menyusun model
perubahan struktur ekonomi. Pertama, menggunakan pendekatan Input-Output
dari Leontief (1951), dan lainnya adalah aplikasi pendekatan keseimbangan
umum (general equilibrium) yang dikemukakan pertama kali oleh Johansen
(1960). Perbedaan utama diantara kedua pendekatan itu adalah bahwa secara
ekplisit dalam pendekatan keseimbangan urnurn telah memasukkan unsur harga.
Sistem Input-Output yang dikemukakan Leontief menjabarkan hubungan antar
sektor ekonomi, sedangkan pendekatan keseimbangan umum menambahkan
unsur permintaan dan fungsi produksi yang tergantung pada harga relatif.
Meskipun
dengan
mengikut
sertakan
faktor
harga
pada
pendekatan
keseimbangan umum, yang secara langsung mencerminkan bahwa pendekatan
ini lebih disukai dan lebih bermanfaat apabila digunakan sebagai analisis
kebijakan, tetapi pendekatan ini lebih mensyaratkan tersedianya data dengan
lengkap,
dimana dalam
implementasi penggunaannya tentu
saja akan
menimbulkan banyak kesulitan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
penyusunan model berdasarkan time series dengan pendekatan keseimbangan
umurn akan mengalami kesulitan karena biasanya data harga dan stok kapital
sangat sufit diperoleh atau bahkan tidak tersedia.
Seperti telah dikemukakan terdahulu, sistem Input-Output pertarna kali
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi Amerika oleh Leontief
et.al (1953). Permasalahan utama yang ditemukan dalam studi tersebut adalah
bahwa dampak perubahan koefisien input dalam struktur produksi, penggunaan
tenaga keja dengan perdagangan eksternal dan permintaan domestik antara
tahun 1919 dan 1939 dianggap konstan. Sejak saat itu, metode dasar sistem
Input-Output ini dikembangkan lebih lanjut lagi dengan menggunakan beberapa
cara. Dengan melaksanakan modifikasi dari model Input-Output Leontief.
Chenery et a1 (1962) membangun suatu kerangka dasar dimana perubahan total
output pada setiap sektor ditunjukkan dengan model inter-industri yang
merupakan fungsi dari empat faktor yaitu: (1) perubahan komposisi permintaan
domestik; (2) perubahan volume ekspor; (3) perubahan volume impor; dan (4)
perubahan teknologi. Model Input-Output yang dimodifikasi ini kemudian
digunakan Chenery eta1 (1962) untuk menganalisis proses industrialisasi di
Jepang tahun 1914-1954. Pada periode tersebut perekonomian Jepang telah
mengalami transformasi dari ekonomi negara terbelakang menjadi ekonomi
negara maju. Kesimpulan penting dari studi tersebut menunjukkan bahwa hampir
25 persen dari peningkatan kemampuan sektor memproduksi output disebabkan
karena peningkatan ekspor dan perubahan permintaan domestik. Sementara itu
tiga perempat sisanya, ternyata dipengaruhi oleh perubahan supply, termasuk
aktivitas manufaktur domestik untuk substitusi impor dan produk-produk primer.
Aplikasi penting lainnya dari sistem Input-Output untuk menganalisis
perubahan struktural adalah dari Carter (1970) dengan judul "Stmctural Change
in American Economy". Dasar pemikiran Carter dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi adalah memperhatikan faktor input antara dan faktor-faktor
primer yang digunakan dalam proses produksi. Carter rnenganalisis perubahan
struktur ekonomi Amerika tahun 1939-1961 dengan menggunakan metode
perbandingan yang dirancang rnenggunakan dasar matriks kebalikan ~eontief
dan pengukuran lain, seperti multiplier output, multiplier tenaga kerja dan
kontribusi input antara dalam pembentukkan total output. Kesimpulan penting
dalam studi Carter ini bahwa pada periode 1939-1961 penggunaan tenaga kerja
dan kapital dalam sistem ekonomi untuk memproduksi permintaan akhir dalam
jurnlah yang cenderung menurun. Tetapi, tentu saja kondisi tersebut didukung
dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja, kapital, dan total output antara
yang dibutuhkan untuk memproduksi permintaan akhir dalam jurnlah relatif tetap kurang lebih stabil atau hanya mengalami peningkatan sedikit. Penemuan ini
menunjukkan bahwa faktor spesialisasi menjadi penting yang dapat tejadi
karena perubahan teknologi produksi. Dalam studinya. Carter memberikan dua
kontribusi penting pada kerangka analisis perubahan struktural dengan
menggunakan sistem Input-Output. Pertama, bahwa dengan menggunakan
matriks Input-Output sektoral dapat dilaksanakan pengamatan dan analisis untuk
melihat perubahan struktur yang terjadi diberbagai sektor. Dalam ha1 ini
eksistensi struktur baru suatu sektor tergantung pada pembaruan yang
diperkenalkan oleh sektor lain. Kebaikan atau keburukan struktur baru suatu
sektor
tergantung
pada jumlah
tenaga
kerja
dibutuhkan
oleh
sektor
bersangkutan.
Kontribusi kedua yang penting dari studi Carter ini adalah bahwa dia
secara tidak langsung telah memperkenalkan elemen dinamis dari peranan
investasi untuk mendukung perubahan teknologi yang digunakan. Pada model
Input-Output yang dibangun Carter, tingkat perubahan struktural masing-masing
sektor dijelaskan dengan mengidentifikasi perubahan relatif teknologi lama dan
baru. Struktur setiap sektor dijabarkan dalam dua strata yaitu: (1) strata baru
atau "best practice" dimana ditunjukkan dengan koefisien-koefisien jenis
teknologi baru yang digunakan dalam kapasitas baru; (2) strata lama yang
merupakan bagian dari teknologi lama yang masih digunakan sejalan dengan
teknologi baru tadi. Keseluruhan perubahan struktural ini diasumsikan sebagai
"faktor penambah", artinya suatu sektor dapat meningkatkan peranan atau
aktivitas suatu teknologi baru atau lama
hanya dengan menginvestasikan
barang-barang kapital baru, yaitu tambahan kapital pada kapasitas terpasang.
Hanya setelah kapasitas yang diperlukan untuk meningkatkan permintaan akhir
terpenuhi, investasi tadi kemudian dialokasikan sebagai pengganti kapasitaskapasitas yang ada, tentu saja faktor keunggulan penggunaan teknologi baru
tersebut betul-betul telah diakui. Total penggunaan investasi baru untuk seluruh
aktivitas ekonomi suatu negara di spesifikasikan untuk suatu periode tertentu,
dan penggunaannya secara optimal dengan teknologi baru atau lama di setiap
sektor ditentukan dengan menggunakan tehnik linearprograrnming.
Akhir-akhir ini, metode yang dibangun Chenery, menjadi terkenal untuk
analisis Input-Output dekomposisi struktural. Metode Chenery ini secara berturutturut digunakan oleh Jiri Skolka (1989). Osrno Forssell (1990) dan Shujiro Urata
(1990) untuk rnenganalisis perubahan struktur ekonomi di Austria, Finish
(Finlandia), dan Uni-Soviet. Meskipun banyak indikasi dari perubahan struktural
yang diciptakan oleh para ahli dan peneliti, tetapi secara umurn tidak ada
perubahan yang berarti pada kerangka dasar metode analisis Input-Output.
Dalam implementasi empiris, dekomposisi struktural ini biasanya digunakan untuk
menganalisis ekonorni nasional atau daerah tertentu.
Metode yang dibangun oleh Chenery, juga banyak digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi di lndonesia antara lain oleh Dasril
(1993), Fujita dan James (1995), Stavenuiter (1987), dan Van Der Heide (1982,
1989). Ada dua studi : Anwar (1992) dan Paauw (1992), yang juga menganalisis
perubahan struktur ekonorni dan tenaga kerja di Indonesia, tetapi studi-studi ini
tidak menggunakan pendekatan model Input-Output.
Perhatian utama Dasril (1993) dalarn studinya adalah pada analisis
proses perturnbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalarn
industrialisasi di
lndonesia
pada
1971-1990.
Untuk
analisisnya,
Dasril
menggunakan pendekatan Input-Output dengan konsentrasi pada sektor
pertanian (kode sektor Input-Output pada 01 sampai 23). Data yang digunakan
adalah dari tabel Input-Output lndonesia 1971-1985 dan estirnasi untuk 1990.
Dasril menganalisis perubahan struktur produksi pertanian pada dua periode
kebijakan yaitu (1) tahun 1971-80 pada saat periode kebijakan substitusi impor
dimana perturnbuhan ekonomi Indonesia adalah tinggi; dan (2) tahun 1985-90
pada saat aktivitas ekspor dikembangkan, perturnbuhan ekonomi adalah rendah,
tetapi disertai dengan perturnbuhan sektor pertanian yang relatif stabil.
Studi
konsentrasi bidang
ketenagakerjaan dengan
menggunakan
pendekatan Input-Output di Indonesia, pertama kali dilaksanakan oleh Van Der
Heide (1982) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Stavenuiter (1987). Dalarn
studinya, Van Der Heide hanya rnenganalisis efektivitas penciptaan kesempatan
kerja karena pengeluaran pernerintah (government expenditure). Van Der Heide
rnenggunakan data Input-Output 1971 dan 1975, dan memproyeksikannya untuk
tahun 1982-1985 untuk melihat pola penyerapan tenaga kerja. Menurut Van Der
Heide peningkatan penciptaan kesempatan kerja pada sektor-sektor kunci diluar
sektor pertanian pada periode studi relatif kecil dibandingkan dengan total
seluruh kesempatan kerja di Indonesia.
Studi Stavenuiter (1987) rnerupakan pengembangan lebih lanjut dari
model yang digunakan oleh Van Der Heide untuk menganalisis dampak
pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja baik secara
langsung maupun tidak langsung. Data yang digunakan Stavenuiter adalah data
Input-Output tahun 1980 - 1985. Stavenuiter mengungkapkan bahwa telah tejadi
penurunan
penciptaan
kesempatan
kerja
sebagai
akibat
menurunnya
pengeluaran pemerintah pada tahun fiskal 1986187 dan 1987188 untuk anggaran
pembangunan dan anggaran rutin. Pada kesernpatan lain, Van Der Heide (1989)
memperbaiki hasil studinya dengan menggunakan data Tabel Input-Output 1980
dan 1985.
Studi paling akhir dalam bidang ketenagakerjaan dengan menggunakan
pendekatan
Input-Output dilaksanakan
oleh
Fujita dan
James
(1995).
Konsentrasi studi mereka adalah pada analisis perubahan struktur tenaga kerja
antara tahun 1980-1990 dengan fokus pada peranan ekpor sektor manufaktur
terhadap penciptaan kesempatan kerja secara umum. Data yang digunakan
bersumber dari tabel Input-Output tahun 1980 - 1990.
Studi Anwar (1992) menggunakan data Sensus Penduduk 1980
-
1990
dan SUPAS 1985 untuk analisis tenaga kerja, dan data PDB tahunan dari Biro
Pusat Statistik. Anwar mengemukakan bahwa terjadi transformasi tenaga kerja
menurut lapangan usaha. jenis dan status pekerjaan di Indonesia. Analisis yang
dilakukan Anwar didasarkan pada kecenderungan seri data tenaga kerja dan
PDB periode 1980-1990.
Studi Paauw (1992) juga menggunakan data Sensus Penduduk tahun
1971-1990 dan SVPAS 1985 untuk analisis tenaga kerja dan data PDB sebagai
"proxy output dari ekonomi untuk periode tahun yang sama. Paauw
mengemukakan terjadi realokaksi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
non-pertanian
selama
periode
1971-1990.
Dalam
analisisnya
Paauw
menggunakan model perpindahan tenaga kerja dari Fei dan Ranis (1964). Model
tersebut menganalisis bahwa pada tahap
pertama transformasi terjadi
perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan dengan produktivitas rendah di sektor
pertanian ke sektor dengan pekerjaan yang sifatnya marginal (seperti tukang
becak dan pengelola warung) di luar sektor pertanian, dan pada tahap
selanjutnya apabila ada kesempatan akan pindah lagi ke jenis pekerjaan yang
lebih baik dengan penghasilan yang lebih besar.
Meskipun telah banyak peneliti melaksanakan studi perubahan struktur
ekonomi dan tenaga keja dengan menggunakan model Input-Output, tetapi studi
tersebut tidak secara spesifik mengembangkan metode sebagai dasar analisis
dekomposisi perubahan struktur ekonomi. Selain itu, untuk implementasi di
Indonesia, studi perubahan struktur ekonomi dilaksanakan secara parsial dan
terpisah dengan studi ketenagakejaan. Analisis studi ketenagakejaan yang
telah dilaksanakan tidak membahas tenaga keja menurut okupasi dan
pendidikannya. Jadi, sepanjang pengetahuan penulis, untuk implementasi di
Indonesia, hingga saat ini belum ada studi komprehensif mengenai perubahan
struktur ekonomi dengan pendekatan Input-Output yang dikaitkan dengan
perubahan struktur tenaga kerja menurut okupasi dan pendidikan. Penelitian ini
berupaya menyatukan analisis ekonomi dan tenaga kerja dalam kerangka
pemikiran menyeluruh dan menjabarkan struktur penyerapan tenaga keja
menurut okupasi dan pendidikan.
2.3 Kerangka Dasar dan
Tiga Model Analisis Struktur Input-Output
Kerangka Input-Output adalah alat analisis yang secara lengkap dapat
mengukur perubahan struktur ekonomi termasuk struktur total output dari sistem
produksi yang dapat dijabarkan secara rinci menurut sektor. Disamping itu
dinamika pertumbuhan sektor dapat dikaitkan dengan aktivitas sumber
pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perdagangan (ekspor-impor). Faktorfaktor yang digunakan dalam produksi juga dapat diketahui. Ahli ekonomi seperti
Chenery dan Clark (1959); Miernyk (1965): Miller dan Blair (1985); Miller,
Polenske dan Rose (1989); dan juga Leontief (1951) yang menggunakan InputOutput memberikan suatu ulasan komprehensif. Berikut ini disajikan kerangka
kerja Input-Output dan perancangan model analisis perubahan struktur ekonomi.
2.3.1 Keranaka Dasar In~ut-Output
Konsep dasar model Input-Output, yang dirnuat dalam Miller dan Blair
(1985), pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom Perancis bemama
Francois Quesnay pada tahun 1758. Quesnay memperkenalkan Tableau
Economique yang menggambarkan pendekatan pengeluaran dalam suatu
perekonomian dengan cara sistematis. Seabad kemudian Leon Walras (1874)
rnemperkenalkan pendekatan general equilibrium dalam ekonorni. Walras
menggunakan koefisien produksi untuk rnenjefaskan kuantitas faktor produksi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit komoditi tertentu. Dalam karya
selanjutnya, Quesnay mengganti observasi aktivitas perputaran produksi dalam
bentuk tabel, yang dalarn perkembangan selanjutnya disebut sebagi "transaction
table". Model Leontief (1951) merupakan pengembangan dari tabel transaksi
Quesnay dan model Walrasian yang digunakan untuk mendiskripsikan struktur
ekonorni Amerika tahun 1939. Dalam perkernbangannya tabel transaksi tersebut
merupakan dasar analisis Input-Output ekonomi yang dikenal sampai saat ini.
Menurut Bulmer-Thomas (1982), model Input-Output pada dasarnya
menggarnbarkan suatu keseimbangan umum secara ernpiris pada sisi produksi.
Penekanan pada sisi produksi ini penting karena model Input-Output
menggarnbarkan perrnintaan akhir barang dan jasa (konsurnsi rumah tangga,
investasi swasta, sektor pemerintah, ekspor dan impor') sebagai variabel
eksogen.
Ada tiga asumsi pokok yang menjadi dasar model Input-Output, yaitu :
1) Keseragaman (homogenity). Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis
barang atau jasa yang homogen dengan struktur input tunggal. Artinya, tidak
ada produksi ganda yang menunjukkan adanya substitusi output antar sektor.
2) Kesebandingan (proportionality/linearity). Setiap kenaikan penggunaan input
selalu berbanding lurus (proporsional) dengan kenaikan outputnya. Asumsi ini
menggambarkan fungsi produksi Leontief, yang mencerminkan tidak adanya
substitusi antar faktor produksi (elastisitas substitusi u adalah "nol" , sehingga
koefisien input ai, selalu tetap).
3) Penjumlahan (additivity), yaitu efek total dari kegiatan produksi di berbagai
sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.
Miller dan Blair (1985) menyebutkan bahwa model Input-Output yang
dikembangkan oleh Leontief yang dikenal saat ini memiliki tiga struktur dasar,
yaitu tabel transaksi antar sektor (kuadran I), sejumlah kolom tarnbahah
permintaan akhir (kuadran II) dan sejumlah baris tambahan untuk nilai tambah
(kuadran Ill). Tabel transaksi antar sektor menggambarkan distribusi output yang
diproduksi pada sisi baris dan menggambarkan distribusi input bagi tiap sektor
produksi pada sisi kolom. Dengan demikian tabel transaksi antar industri hanya
menggambarkan sektor-sektor yang saling berhubungan dalam masalah produksi
untuk
suatu
kurun waktu
tertentu.
Dilain
pihak,
barang-barang yang
--
i
Pada model Input-Output dengan impor kompetitif, maka sektor impor berada
pada sisi permintaan akhir.
Koefisien input a, = x , A ; (iJ, merupakan sektor baris, kolom 1, 2, ..... n), x,
merupakan matriks transaksi antara; dan X, rnerupakan input sektor kolom j.
dikelompokkan kedalam permintaan akhir merupakan barang-barang yang lebih
bersifat eksogen bagi sektor industri. Mereka merupakan barang-barang yang
diminta oleh konsumen akhir dalam ekonomi yaitu: rumah tangga, pemerintah
dan pihak luar negeri. Permintaan atas barang ini tidak ditentukan oleh jumlah
barang yang diproduksi ekonomi dan bukan pula input dalam proses industri.
Bagian baris tambahan dalam model Input-Output yang dikenal sebagai nilai
tambah (value added) rnerupakan input yang tidak diproduksi oleh sektor-sektor
ekonomi. Yang termasuk nilai tambah adalah jasa faktor produksi yaitu upah,
sewa, bunga dan keuntungan pemilik modal.
Seluruh data Input-Output dicatat berdasarkan satuan moneter dan
merupakan nilai tambah pada masing-masing sektor produksi. Menurut BulmerThomas (1982), formulasi Leontief yang asli menggarnbarkan s e l u ~ h
keterkaitan
produksi dalam model Input-Output dalam besaran fisik, akan tetapi ukuran fisik
ini sulit untuk digunakan sebagai perbandingan antar sektor, oleh sebab itu
digunakan satuan moneter. Tabel 1 menyajikan kerangka Tabel Input-Output
sederhana. Pada Tabel 1, XI* rnerupakan output sektor 1 yang digunakan
sebagai input antara oleh sektor 2, dan F, adalah output sektor 1 yang rnenjadi
bagian dari permintaan akhir untuk sektor rumah tangga (H), pemerintah (G) dan
ekspor (E). Jadi baris 1 menggarnbarkan distribusi total output sektor 1 sebesar
X, ke sektor-sektor produksi dan permintaan akhir sebesar
F,. Angka-angka
sepanjang kolom rnenunjukkan susunan input masing-masing sektor produksi.
Susunan input j terdiri dari Xfi (i = 1,2,3) dan input primer V I .
Secara umum persamaan yang menyatakan distribusi output adalah :
dan persarnaan yang rnenyatakan susunan input untuk sektor adalah
Tabel 1 : Kerangka Tabel Input-Output Sederhana
Catatan :
Input sektor j yang berasal dari produksi sektor i
Nilai produksi sektor j = Xi
Nilai tambah sektorj
Permintaan akhir produksi sektor i untuk sektor i(H, G & X )
lmpor produksi i
Household (sektor rumah tanggalswasta)
Government (sektor pemerintah)
Expor
lmpor
Berdasarkan Tabel input-Output dapat diturunkan persamaan yang
menunjukkan hubungan transaksi atau alokasi penggunaan output setiap
sektor :
di rnana :
X,
=
xi
=
=
Mi
=
input antara sektor j yang berasal dari output sektor i
perrnintaan akhir terhadap output sektor i
jurnlah output sektor i
irnpor sektor i
Bagian kiri dari persarnaan diatas menunjukkan banyaknya permintaan
dan pada sisi kanan rnenunjukkan banyaknya persediaan. Apabila angka-angka
dibaca rnenurut kolom, khususnya pada transaksi antara, rnaka angka pada
kolom (sektor) tertentu rnenunjukkan berbagai input yang diperlukan dalarn
proses produksi pada sektor tersebut.
Jika setiap transaksi x,, masing-masing dibagi outputnya diperoleh koefisien
input antara (notasi a, ) diperoleh dengan rumus :
a,.
= x../ X.
I
I
I
atau
x..I = a..X.
g I
dimana,
ai
xi
=
=
input koefisien produk sektor i yang digunakan oleh sektor j.
jurnlah output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor
J.
I
f
=
=
sektor yang rnenghasilkan output; i = 7, 2, ...., n
sektor yang rnernerlukan input; j = 7, 2, ....., n
Koefisien ai. ini juga menunjukkan tingkat teknologi yang digunakan proses
produksi pada suatu saat tertentu. Dengan rnensubstitusi xi pada persamaan
alokasi output diperoleh persamaan baru sebagai berikut :
untuk i = j, persamaan diatas dapat diubah kedalam bentuk persamaan
matriks :
AX
A
+ F = X + M, dimana :
=
a a . a
. a,,
a2, aZ2... aa ... aZn
:
aira, ... a, ... a,
X =
a n l a ,? . . . a,.... a,
AX
+F
= X
+M
X1
X2
:
Xi
fI
f2
F
=
:
X,
6
Fa
MI
M2
M = :
M;
nlS,
dapat diubah lebih lanjut menjadi :
F - M = X-AX.
F - M = It-AIX;
/ = Identity Matrix, matriks identitas yaitu matriks dengan diagonal
utamanya bernilai 1 dan elemen-elemen lainnya bernilai 0.
X = (I
- AI" I F - M )
Dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa output merupakan fungsi
permintaan akhir dengan matriks kebalikan (/-A/-'sebagai koefisien arahnya.
2.3.2 Tiaa Model Analisis Struktur Inout-Output
ldentitas persamaan (1) berikut ini rnenggambarkan keseimbangan
ekonomi dalam struktur Input-Output:
dimana,
Xi = banyaknya output yang dihasilkan sektor i,
xil = banyaknya output yang dihasilkan sektor iyang digunakan sebagai
input sektor j (rnerupakan input antara sektor iyang digunakan oleh
sektor j),
4 = banyaknya perrnintaan akhir domestik dari output sektor i,
Ei = banyaknya perrnintaan ekspor dari output sektor i,
M, = banyaknya irnpor komoditi yang dikelompokkan pada sektor i.
Persamaan (1) menunjukkan permintaan output dari suatu sektor tertentu
dapat dipenuhi melalui dua sumber pertumbuhan yaitu sumber produksi domestik
dan sumber impor. Selain itu, tingkat produksi (output dornestik) hams sama
dengan banyaknya output sektor bersangkutan yang digunakan sebagai input
oleh semua sektor (termasuk sektor itu sendiri), ditambah dengan yang
digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dan ekspor.
Asumsi dasar dalam analisis Input-Output adalah bahwa dalam arus antar
sektor dari sektor i sampai j tergantung pada jumlah output sektor j. Dengan kata
lain, input antara (infermediate inpuf) yang dibutuhkan adalah dalam jumlah atau
proporsi tertentu dari output di setiap sektor, yang dapat dihitung dengan
menggunakan rasio persamaan (2) berikut :
au =
Xi,
-
x,
(2)
Rasio ini dikenal sebagai koefisien tehnis, yang menunjukkan adanya
hubungan tetap antara output sektor tertentu dengan setiap inputnya. Secara
implisit, dalam rasio ini pengaruh skala ekonomi (economies of scale) dalam
suatu proses produksi dianggap tidak ada. Dengan mengacu pada rasio
persamaan (2),dan jika dikehendaki perhitungan jumlah input yang dibutuhkan
untuk produksi maka dapat dihitung dengan mengalikan koefisien teknis dengan
total output. Dengan demikian persamaan keseimbangan (1) diatas dapat
dituliskan kembali dengan mengikut sertakan koefisien teknis sebagai persamaan
(3) berikut :
Asumsi lain yang digunakan pada persamaan (3) adalah bahwa impor
dianggap kompetitif, artinya bahwa impor tersebut dapat disubstitusi secara
sempurna dengan produksi domestik. Selanjutnya, dalam suatu perekonomian
dengan jumlah sektor sebanyak N,akan ada sejumlah persamaan keseimbangan
yang sifatnya linear. Apabila koefisien a# adalah untuk sektor idan j, maka untuk
seluruh sektor N , koefisien teknis al, menjadi A. Sehingga persamaan (3) untuk
seluruh sektor dalam ekonomi dapat dituliskan kembali sebagai persamaan (4)
berikut :
X=AX+D+E-M
dimana.
A
X
D
E
M
=
=
=
=
matrik koefisien tehnis dari struktur ekonomi,
vektor total output dari struktur ekonomi.
vektor permintaan akhir domestik,
vektor ekspor,
= vektor impor.
Persamaan keseimbangan (4) ini dapat diselesaikan lebih lanjut lagi untuk
mengetahui produksi domestik yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
domestik dan permintaan ekspor pada tingkat teknologi tertentu A, dan impor M;
dan dengan menggunakan matriks kebalikan (inverse matrix) Leontief (I-A).'
dapat dirumuskan persamaan solusi (5) berikut :
dimana.
I= matrik identitas,
(I - A)" = matrik kebalikan Leontief
Persamaan (5) dapat disederhanakan dengan membuat asumsi bahwa :
R = (I - A)-' dan
f =D+E-M
dengan demikian persamaan solusi (5) dapat disederhanakan menjadi :
X = Rf
(6)
Persamaan solusi (seperti persamaan 5) dalam sistem Input-Output
merupakan persamaan yang penting untuk analisis perubahan stwktural. Apabila
dijumpai spesifikasi yang berbeda dari persamaan, maka kondisi tersebut timbul
karena ada perbedaan elemen atau pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
dalam analisis. Perhatian utama dari Chenery et. a1 (1962) dalam analisis "The
Pattern of Japanese Growth, 1914-1954' adalah menganalisis dampak elemen
perdagangan
terhadap
struktur
produksi
ekonomi
di
Jepang
dengan
menggunakan persamaan yang telah dimodifikasi dari persamaan solusi (6)
diatas. Persamaan (7) dibawah ini merupakan persamaan solusi yang digunakan
Chenery.
X = (I - A).' (D + E - M)
3
Catatan : untuk menghindari kerancuan definisi, maka simbol dalam persamaan
Chenery disajikan secara konsisten
PENDAHULUAN
lndonesia merupakan salah satu negara di Asia yang berhasil dalam
pernbangunan ekonorni. Kondisi perekonomian yang dicapai sampai dengan
pertengahan tahun 1990an sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi tahun
1960an. Meskipun pada awal tahun 1960an banyak ahli yang pesimis terhadap
perkernbangan pertumbuhan ekonomi di lndonesia (lihat Higgins, 1968; Myrdal,
1969 dan Keyfitz, 1965) karena penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi
negara
ini
berhasil
membangun
ekonomi
dengan
tingkat
percepatan
pertumbuhan yang cukup tinggi. Menurut Hill (1996), pemerintahan order baru
telah berhasil merehabilitasi ekonomi, mengendalikan inflasi dan rnengurangi
tingkat pertumbuhan penduduk. Hill juga menyebutkan bahwa pada akhir tahun
1980an lndonesia telah berhasil memasuki tahapan industrialisasi lebih lanjut
mengingat struktur output dan ekspor sernakin didominasi oleh produk industri
non-migas. Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan output manufaktur seperti
produk-produk dari kayu, karet, plastik dan kertas, tekstil, elektronik, pestisida,
industri berat dari metal dan besi-baja dalam total output nasional yang juga
merupakan komoditi ekspor. Ekspor manufaktur meningkat dari tiga persen pada
tahun 1980 dan 7 persen pada 1983 menjadi harnpir 50 penen pada tahun 1992
dimana pada tahun ini pula ekspor rnanufaktur telah berhasil mengambil alih
peranan ekspor rninyak dan mineral yang terus menerus turun.
Pergeseran struktur output dan ekspor yang lebih didominasi komoditi
manufaktur mempengaruhi pula pembentukkan Produk Domestik Bruto (PDB)
sektoral. Titik balik ekonomi (the economic tuming point) dari ekonomi agraris
menjadi ekonomi industri yang ditunjukkan dengan kontribusi masing-masing
sektor pada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) telah terjadi pada
periode tahun delapan puluhan.
Proses industrialisasi di lndonesia juga terjadi karena dukungan
sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Menurut Manning (1995) lndonesia
sebagai negara kaya dengan sumberdaya alam, pengalihan kebijakan industri
dari substitusi impor ke orientasi ekspor dapat sedikit ditunda karena masih
banyak komponen yang diperlukan untuk proses produksi belurn tersedia di
dalam negeri. Kondisi ini mengakibatkan daya serap tenaga kerja diluar sektor
pertanian rendah dan mengakibatkan tertundanya pencapaian titik balik tenaga
kej a (labor turning point).
1.1 Perubahan Struktur Ekonomi dan Tenaga Kerja
Perekonomian lndonesia sejak awal tahun 1960an hingga saat ini
mengalami pasang surut yang beragam terutama apabila dilihat dari peranan
masing-masing sektor pada pembentukan PDB. Kontribusi sektor pertanian
rnenunjukkan penurunan yang cukup berarti dari 53.9 persen pada tahun 1965
rnenjadi 17.6 persen pada tahun 1993. Penurunan kontribusi sektor pertanian ini
cukup diimbangi dengan peningkatan kontribusi sektor industri dan sektor-sektor
lainnya seperti disajikan pada Gambar 1.
Tahun
/ --tPertanan
(A) +ManufaMur
(M) +.la=&
Gambar 1 : Struktur Ekonomi Indonesia, 1965-1993
Tampilan data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa Indonesia telah
mencapai kondisi titik balik dalam ekonomi pada tahun 1980 dimana kontribusi
-
sektor pertanian dan sektor manufaktur termasuk pertambangan, industri, listrik
gas dan air, dan konstruksi mencapai kurang lebih 30 persen. Meskipun pada
periode 1960-1967 terjadi stagnasi dalam perekonomian lndonesia yang ditandai
dengan rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu sebesar 2 persen, tetapi
rekonstruksi ekonomi pada periode selanjutnya (1967-1973) yang mengikut
sertakan komitmen pada pembangunan dan peningkatan infrastruktur, telah
menunjukkan laju pertumbuhan sektor pertambangan, industri dan konstruksi
yang
cukup
berarti
dibandingkan dengan
pertumbuhan pada
periode
sebelumnya. Program pembangunan pedesaan yang dilaksanakan pada rnasa
itu dirancang untuk membangun infrastruktur. Menurut Booth (1992) hasil
pernbangunan infrastruktur tersebut rnenunjukkan adanya perbaikan dan
perkernbangan dalarn sektor konstruksi, pengangkutan dan perdagangan.
Kondisi ini rnerupakan salah satu sasaran yang ditargetkan untuk dapat dicapai
pernerintah pada saat itu untuk rnendukung proses industrialisasi selanjutnya.
Booth (1992) juga
rnenyebutkan bahwa percepatan pertumbuhan
ekonomi pada periode setelah 1965 selain didukung oleh hasil pertarnbangan
rninyak burni juga berkaitan erat dengan kemampuan untuk rnenarik bantuanbantuan,
dana
dan
investasi asing
kedalarn negeri yang
selanjutnya
menyebabkan terjadinya pergeseran struktur. Perubahan ini dipengaruhi juga
oleh tingginya tingkat penerimaan devisa dari ekspor rninyak yang secara
langsung akan mengakumulasikan surnber-surnber dana lain untuk kegiatan
proyek-proyek
pernbangunan.
Tetapi
haws
diingat
bahwa
dengan
mernasukkannya rninyak dalarn pernbentukan Produk Domestik Bruto (PDB),
kondisinya sangat dipengaruhi oleh harga jual di luar negeri. Jadi meskipun
minyak rnenyurnbangkan hasil besar pada pergeseran struktur, perlu dilihat pula
secara terpisah pernbentukan PDB tanpa sektor pertambangan rninyak seperti
disajikan pada Garnbar 2. Dari Gambar tersebut tampak bahwa pergeseran
struktur ekonorni di lndonesia rnencapai titik balik pada tahun 1986, yaitu pada
saat kontribusi sektor pertartian dan sektor manufaktur rnencapai kurang lebih 27
persen dalarn pernbentukan PDB. Hill (1994) berpendapat bahwa keberhasilan
transformasi ekonorni tersebut diatas didukung dengan berbagai rnacam
i n t e ~ e n spernerintah,
i
yang antara lain sejak tahun delapan puluhan lndonesia
mulai rnenitik beratkan pernbangunan dengan rnenggunakan kegiatan yang
berorientasi pada ekspor sektor manufaktur yang bersifat padat karya, dan
berhasil rnenjadi bagian dari kelompok "negara-negara industri baru".
- - /+pertmian
Tahun
(A) +ManufaMur
(M) +Jasa-jam
(S)
I
Garnbar 2 : Struktur Ekonorni Indonesia tanpa Sektor Pertambangan, 1965-1993
Perubahan struktur penyerapan tenaga kerja merupakan penjelasan lebih
lanjut dari eksistensi perubahan struktural dalam
ekonomi.
Hill (1996)
berpendapat bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral
biasanya terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output
secara sektoral, rnengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat
terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor dengan produktivitas rendah
seperti sektor pertanian. Data ketenagakerjaan di Indonesia yang bersumber dari
tiga periode Sensus Penduduk (untuk 1971, 1980 dan 1990) dan dua Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS 1985 dan 1995) yang disajikan pada Gambar 3
rnenunjukkan bahwa peranan sektor pertanian dalam menyediakan lapangan
keja menurun terus menerus, dari hampir 67 persen bagi seluruh penduduk yang
1971
1980
I t.Pertanian
1985
1990
1995
Tahun
(A) +Manufactur
(M) *Jam
(S)
I
Gambar 3 : St~kturPenyerapan Tenaga Keja Indonesia, 1971-1995
bekerja pada tahun 1971, dan dalam perkembangannya selama 25 tahun
menjadi kurang lebih hanya 44 persen pada tahun 1995. Sementara itu, peranan
sektor manufaktur sebagai penyedia lapangan keja menunjukkan peningkatan
lebih dari dua kali lipat pada periode yang sama, yaitu dari kurang lebih 9 persen
pada tahun 1971 menjadi sekitar 18 persen pada tahun 1995; dan peranan
sektor jasa menunjukkan peningkatan yaitu dari 25 persen pada tahun 1971
menjadi 38 persen pada tahun 1995.
Perubahan struktur ekonomi dan pola penyerapan tenaga kerja tersebut
diatas berkaitan dengan perkembangan atau perubahan jenis okupasi dan
tingkat pendidikan tenaga kerja. Swasono dan Boediono (1990) pada studinya
menemukan bahwa penyerapan tenaga kerja yang berpendidikan Sekolah Dasar
untuk mendukung proses pembangunan di Indonesia, diperkirakan menurun dan
diikuti dengan peningkatan kuantitas tenaga kerja berpendidikan menengah dan
tinggi. Pada saat sektor peltanian masih mendorninasi aktivitas masyarakat, tentu
saja jenis okupasi yang dibutuhkan pada saat itu adalah sebagai petani dan
okupasi lain yang berkaitan secara langsung rnaupun tidak langsung dengan
kegiatan di sektor pertanian. Dengan dernikian tingkat pendidikan tenaga kerja
pada okupasi tersebut relatif rendah mengingat pekerjaan di sektor pertanian
umumnya memerlukan ketrampilan yang relatif rendah.
Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat bahwa terjadi perubahan struktur
yang ditunjukkan dengan (1) perubahan peranan sektor dalam pembentukan
PDB; (2) perubahan konsentrasi perdagangan dari ekspor minyak burni kepada
ekspor produk non-rninyak; (3) perubahan (meskipun kecil) penyerapan tenaga
kerja sektoral menurut okupasi.
1.2 Perumusan Masalah
Seperti diuraikan terdahulu, perkembangan ekonomi Indonesia yang
ditunjukkan dengan peningkatan PDB dan yang telah berhasil menyebabkan
pergeseran stuktur ekonomi sektoral, belum sepenuhnya diimbangi dengan
pergeseran struktur penyerapan tenaga kerja. Dalarn ha[ ini laju pergeseran
ekonomi sektoral relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju pergeseran
penyerapan tenaga kerja, sehingga titik balik ekonomi tercapai lebih dulu
dibandingkan dengan titik balik penyerapan tenaga kerja.
Selanjutnya, dalam perubahan struktur ekonomi belum semua sektor yang
mengalami transfonnasi dapat menyerap tenaga kerja. Akibatnya rnasih terjadi
pengangguran yang relatif tinggi. Selain itu, ada ketidak sesuaian okupasi dan
pendidikan tenaga kerja tersedia (stock) dengan pernlintaannya dalam ekonorni
secara keseluruhan. Disatu pihak, kondisi ini mengakibatkan pengangguran
tenaga kerja dengan pendidikan tertentu, tetapi dilain pihak juga menyebabkan
terjadinya kekurangan tenaga kerja dengan pendidikan yang lain untuk okupasi
tertentu.
Keberhasilan ekonomi lndonesia yang diukur dengan perubahan struktur
menuju negara industrialisasi juga didukung dengan perubahan komposisi
ekspor. Pertanyaan mendasar adalah apakah aktivitas perdagangan international
menentukan perubahan struktur ekonomi dan tenaga kerja?.
Dengan memacu peningkatan ekpor komoditi rnanufaktur yang sifatnya
menyerap banyak tenaga kerja akan menghasilkan peningkatan output nasional
yang disertai dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Jadi, dalam era
industrialisasi ini, sektor-sektor ekonomi mana yang menghasilkan pertumbuhan
dan penyerapan tenaga kerja tinggi?.
Pergeseran penggunaan teknologi dalam ekonomi akan menentukan
tingkat output dan permintaan akhir yang selanjutnya mernpengaruhi tingkat
penyerapan tenaga kerja di masing-masing sektor. Jadi, sampai seberapa jauh
dampak perubahan teknologi terhadap total output, permintaan akhir, dan
penyerapan tenaga kerja menurut okupasi?.
Perubahan struktur ekonomi lndonesia memiliki irnplikasi luas pada
penyerapan tenaga kerja, meskipun penyerapan tenaga kerja di sektor nonpertanian yang mengalami transformasi relatif tinggi, belum dapat menyerap
pencari kerja secara keseluruhan. Jadi, percepatan pertumbuhan sektor tidak
dibarengi dengan percepatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.
Pada studi yang dilaksanakan peneliti lain belum pernah dipertimbangkan
memasukkan okupasi tenaga kerja dalam analisis mendalam, sehingga perlu
diadakan suatu analisis khusus mengenai perubahan struktur ekonomi dan
dampaknya pada struktur tenaga keja. Dengan demikian, melalui analisis khusus
tersebut, diharapkan kualitas sektor ketenagakejaan dapat dilihat dan dianalisis
dari sisi perubahan perspektif ekonomi dan arah pertumbuhan produktivitas serta
pola penintaan tenaga kejanya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas tampak bahwa keadaan ekonomi
lndonesia masih diwamai dengan kepincangan perubahan struktur dan lemahnya
daya serap tenaga keja di luar sektor pertanian meskipun mengalami
pertumbuhan yang tinggi. Sebagaimana diketahui biasanya perubahan struktur
ekonomi dan tenaga keja tejadi secara serentak dan seimbang, namun
kenyataan yang dialami ekonomi lndonesia tidak demikian. Ketidak sesuaian ini
menjadi dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah membangun model inter-industri
ekonomi dan dekomposisinya, serta model tenaga keja yang digunakan untuk
menganalisis dampak perubahan s t ~ k t u ekonomi
r
terhadap struktur penyerapan
tenaga keja di lndonesia periode 1980 sampai 1993. Selain itu, membangun
model proyeksi ekonomi dan tenaga keja untuk menganalisis dampak altematif
kebijakan terhadap struktur ekonomi dan struktur penyerapan tenaga keja
sampai tahun 2019 dengan menggunakan pendekatan Input-Output.
Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah :
1. Membangun model analisis perubahan struktur ekonomi dan dekomposisinya.
Model yang dibangun merupakan model inter-industri yang dapat digunakan
untuk menganalisis perubahan total output dan permintaan akhir sebagai
dampak pertumbuhan, perubahan teknologi, dan perubahan industry-mix.
2. Membangun
model
tenaga
kerja yang
digunakan
untuk
mengukur
penyerapan tenaga kerja menurut sektor, okupasi dan pendidikan sebagai
akibat perubahan struktur ekonomi periode 1980 sampai 1993.
3. Membangun model proyeksi ekonomi dan tenaga kerja untuk mengukur
kondisi ekonomi dan tenaga kerja dimasa yang akan datang.
4. Menganalisis dampak perubahan struktur ekonomi (industry-mix) terhadap
perubahan struktur output sektoral, struktur permintaan akhir, struktur input.
output
multiplier
dan
peranan
sektor
penyedia
input-antara;
dan
dekornposisinya serta menganalisis sumber-sumber pertumbuhan sektoral.
5. Menganalisis dampak perubahan struktur
ekonomi
terhadap struktur
penyerapan tenaga kerja sebagai akibat perubahan struktur produksi.
perubahan daya serap sektoral dan produktivitas tenaga kerja; dan
menganalisis faktor-faktor penyebab kelambatan pergeseran struktur tenaga
kerja periode 1980-1993.
6. Menganalisis dampak alternatif kebijakan terhadap perubahan struktur
ekonomi dan struktur penyerapan tenaga kerja sampai tahun 2019.
1.4 Struktur Disertasi
Penelitian untuk disertasi ini disajikan dalam tujuh Bab. Setelah
pendahuluan yang dimuat pada Bab I, disajikan tinjauan pustaka pada Bab II,
yang terdiri dari tinjauan pustaka untuk perubahan struktur ekonomi, sumber-
sumber pertumbuhan dan dekomposisi struktural. Pada Bab II disajikan tiga
model analisis dekomposisi dengan Input-Output, asumsi yang digunakan,
kebaikan dan kelemahan model. Kemudian disajikan konsep penciptaan
kesempatan kerja sektoral berdasarkan pendekatan Input-Output; dan Bab ini
diakhiri dengan uraian singkat struktur penyerapan tenaga kerja.
Pada Bab Ill mengenai metodologi, disajikan kerangka pemikiran
penelitian yang menggambarkan secara komprehensif pendekatan penelitian.
Pada bagian kedua dimuat model analisis ekonomi yang mencakup pengukuran
sumber-sumber pertumbuhan dan dekomposisi struktural yang merupakan
pengembangan dari model yang digunakan Chenery. Kemudian disajikan model
pengukuran penyerapan tenaga kerja menurut sektor, okupasi dan pendidikan;
model proyeksi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (terrnasuk model proyeksi
penediaan tenaga kerja). Pada Bab Ill disajikan pula data dan klasifikasi yang
digunakan untuk pelaksanaan empiris penelitian.
Bab IV merupakan analisis ekonomi dengan model Input-Output yang
dibangun untuk penelitian ini. Pada Bab ini disajikan bagaimana struktur ekonomi
Indonesia berubah pada tahun 1980-1993. Perubahan ini mencakup perubahan
industry-mix komponen permintaan akhir, perubahan industry-mix total output,
perubahan peranan permintaan akhir dan input antara dalam total output, dan
perubahan struktur biaya produksi sektoral. Perubahan struktur ekonomi ini
dianalisis pula dari sisi keterkaitan kebelakang dan kedepan berdasarkan output multiplier. Selanjutnya, disajikan analisis dekomposisi keterkaitan diantara
perubahan-perubahan struktur permintaan akhir dalam struktur biaya input
antara, dan perubahan struktur totat output, yang berkaitan dengan analisis 14
dampak. Dianalisis, dekomposisi dampak total perubahan struktur ekonomi
terhadap permintaan akhir dan total output.
Bab V mengenai perubahan struktur penyerapan tenaga kerja yang
mencakup perubahan struktur sektoral tenaga kerja, keterkaitan tenaga keja,
penciptaan kesernpatan kerja langsung dan tak langsung, dan struktur
penyerapan tenaga kerja menurut okupasi dan pendidikan.
Bab VI mengenai proyeksi struktur ekonomi dan tenaga kerja sampai
tahun 2019 yang mencakup proyeksi : struktur total output, struktur permintaan
akhir, struktur okupasi - sektoral tenaga keja, struktur persediaan tenaga keja,
dan proyeksi kesenjangan kebutuhan dan persediaan tenaga kerja yang
disajikan berdasarkan simulasi tiga skenario.
Disertasi ini diakhiri dengan Bab VII yang menyajikan kesimpulan untuk
pergeseran struktur ekonomi dan tenaga kerja; dan analisis faktor-faktor
penyebab lambatnya pergeseran struktur tenaga kerja; dan saran dan implikasi
kebijakan. Sebelum saran untuk penelitian lanjutan, pada Bab ini disajikan pula
keterbatasan penelitian.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Studi pustaka ini ditujukan untuk mengkaji ulang: (1) perubahan struktur
ekonomi; (2) sumber pertumbuhan; (3) tradisi pengukuran perubahan struktur
ekonomi, dan (4) kaitan struktur ekonomi dengan tenaga kerja.
2.1 Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi
modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
ekonomi yang berkaitan dengan komposisi permintaan, perdagangan, produksi
dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan
pendapatan
masyarakat
dan
kesejahteraan sosial
melalui
peningkatan
pendapatan perkapita. Definisi tersebut dinyatakan oleh Chenery (1960 & 1964),
Chenery, Robinson dan Syrquin (1986). Chenery dan Syrquin (1975), Chenery
dan Tailor (1968), dan Chenery dan Wanatabe (1958).
Ada dua pengukuran dasar dalam struktur ekonomi. Pertama, penyebaran
atau distribusi Produk Nasional Bruto (PNB) sektoral; dan kedua, penyebaran
atau distribusi total output menurut sektor-sektor ekonomi. Dari sisi permintaan,
kedua pengukuran ini mempunyai hubungan satu dengan lainnya yaitu bahwa
perubahan dalam struktur PNB akan menyebabkan perubahan dalam struktur
total output, tetapi perubahan struktur total output juga dapat disebabkan karena
adanya perubahan teknologi produksi. Tujuan penyusunan model perubahan
struktural dalam perekonomian adalah untuk dapat menjelaskan sampai
seberapa jauh perubahan struktur PNB menyebabkan peningkatan pendapatan
perkapita,
dan bagaimana perubahan struktur total output karena pengaruh
perubahan struktur PNB dan perubahan teknologi produksi.
Kajian para ahli ekonomi terhadap perubahan struktur mengungkapkan
tahap-tahap penting dari perubahan tersebut. Para ahli ekonomi berulang kali
menekankan arti pentingnya peranan sektor-sektor. Pengukuran pertumbuhan
ekonomi oleh Kuznets (1966) misalnya, memberikan sumbangan yang sama
besar terhadap pemahaman akan perubahan-perubahan tersebut. Pandangan
Kuznets menunjukkan bahwa untuk mengukur kegiatan ekonomi dapat
dilaksanakan dengan menggunakan kerangka perhitungan nasional (national
accounts) dengan penjabaran masing-masing komponen pendapatan nasional.
Pengukuran yang dilakukan oleh Chenery eta1 (1986) menyajikan beberapa pola
pertumbuhan dan pembangunan yang lebih sistematis. Syrquin (1988) dalam
tulisannya menyebutkan bahwa perubahan komposisi struktur produksi sektoral.
jurnlah dan ragam sektor yang membentuk ekonomi nasional merupakan indikasi
paling tepat untuk menunjukkan adanya transformasi struktural. Berkaitan
dengan
pertumbuhan pendapatan nasional,
permintaan,
perdagangan dan
perubahan positif
penggunaan faktor-faktor
kekuatan
produksi
akan
mempengaruhi struktur produksi sektoral. lnteraksi faktor-faktor tersebut akan
rnempengaruhi produktivitas ekonomi.
Chenery (1986) mernbedakan pertumbuhan dalam tiga tahap transformasi
yaitu : ( 1 ) tahap produksi primer; (2) tahap industrialisasi; dan (3) tahap ekonomi
berkembang. Pada tahap pertarna, produksi primer, pendapatan per kapita suatu
negara berkisar antara US $200
-
US $600 (nilai tahun 1976). Transformasi
struktural yang terjadi pada tahap ini ditandai dengan keunggulan kegiatan primer
(pertanian) sebagai sumber utama peningkatan output. Produksi primer biasanya
tumbuh dengan lambat karena sangat tergantung siklus rnusirn dan hanya
memberikan kontribusi kecil pada pendapatan perkapita. Dari segi penawaran,
tahap pertama ini ditandai oleh suatu tingkat akumulasi kapital yang rendah,
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat, dan pertumbuhan produktivitas total
yang sangat rendah.
Pada tahap kedua, tahap industrialisasi, pendapatan per kapita bergerak
antara US $600
- US $3 000 (nilai tahun 1976). Tahap transformasi ini ditandai
dengan pergeseran konsentrasi ekonomi dari produksi primer dan menuju
industri. Jadi, peranan sektor industri sangat penting pada pertumbuhan
ekonomi. Dari segi penawaran, peranan akumulasi kapital sangat tinggi karena
tingkat investasi untuk menghasilkan produksi sektoral rneningkat dengan pesat.
Tahap ketiga, ekonomi berkernbang, terjadi pada tingkat pendapatan
perkapita bergerak diatas US $2 100 (nilai tahun 1976). Dari sisi permintaan,
elastisitas
pendapatan terhadap
barang-barang
industri
rnenurun yang
rnengakibatkan perrnintaan domestik juga menurun. Meskipun kecenderungan ini
diimbangi dengan perturnbuhan ekspor yang terus menerus rneningkat, tetapi
sumbangan industri pada pernbentukan GDP dan penyerapan tenaga kerja relatif
menurun. Dari segi penawaran. perbedaan utama tahap kedua dan ketiga
ditandai
dengan
penurunan kombinasi
peranan faktor
input
(terutarna
sumberdaya manusia) karena lambatnya perturnbuhan penduduk dan angkatan
kerja.
Meminjam pengalaman negara lain sebagaimana dirangkum oleh
Chenery. Robinson dan Syrquin (1986), menunjukkan bahwa "titik balik dimana
peranan (shait?) sektor pertanian menurun dan sektor industri meningkat
umumnya terjadi pada saat pendapatan per kapita rnencapai rata-rata US $500 $600 pertahun (nilai tahun 1976). Dengan rnengacu pada studi Chenery (1979),
diperkirakan bahwa penurunan jurnlah tenaga kerja yang berpendidikan sekolah
dasar yang diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja yang berpendidikan
menengah dan tinggi akan terjadi pada tahap kedua. Saat tersebut dinamakan
"titik balik (turning poinf) dalarn pengembangan tenaga keja. Peralihan dan realokasi tenaga keja dari sektor pertanian ke sektor industri dapat berjalan
dengan baik dan tidak menganggu proses pernbangunan yang sedang berjalan
apabila kebijaksanaan ekonorni rnarnpu mengantisipasinya lebih dini. Menurut
Timmer (19881, periode ini disebut sebagai Johnson Environment karena
Johnson menganggap pada periode tersebut terjadi arus pergeseran investasi
dari tabungan pedesaan ke investasi dikota sejalan dengan proses transfer
pendapatan.
Pada penelitian ini kondisi titik balik ekonorni terjadi apabila sektor
pertanian dan sektor manufaktur rnencapai peranan yang seimbang (atau
peranan sektor rnanufaktur lebih besar dibandingkan dengan peranan sektor
pertanian) pada pembentukan PDB; sedangkan kondisi titik balik tenaga kerja
terjadi apabila sektor pertanian dan rnanufaktur rnencapai peranan yang
seimbang (atau peranan sektor manufaktur lebih besar dibandingkan dengan
peranan sektor pertanian) dalam penyerapan tenaga kerja.
2.2 Sumber-sumber Pertumbuhan dan
Dekomposisi Struktural
2.2.1
Sumber-Sumber Perturnbuhan
Dalam menganalisis pembahan struktur ekonomi faktor-faktor yang
menjadi sumber pertumbuhan juga hams diketahui karena mempengaruhi kondisi
transforrnasi. Dalam tulisannya "The Take-off into Self-sustained Growth", Rostow
(1956) mengemukakan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian dapat dibagi
menjadi 3 kategori : (i) primary growth sectors (ii)supplementary growth sectors;
dan (iii)
derived growth sectors. Eksistensi the primary growth sectors
menunjukkan pembahan dari sisi supply karena adanya inovasi tertentu.
peningkatan kompetisi dalam pasar ekspor atau pengembangan sumberdaya
alam. Supplementary growth sectors adalah sektor yang berkembang karena
berperan sebagai sektor sumber input dari primary growth sectors atau karen,a
adanya
ekternal
ekonomis
seperti
berkurangnya biaya
produksi
atau
meningkatnya kualitas produksi. Sedangkan derived growth sectors terjadi
karena peningkatan total pendapatan.
Kerangka pemikiran Rostow ini telah digunakan oleh Chenery et.al (1962)
untuk menganalisis pola pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun 1914-1954.
Studi Chenery ini pada dasarnya mengacu pada pendapat Rostow dimana
perubahan autonomous sektor primer dapat didorong oleh tiga kekuatan sumber
pertumbuhan yaitu (a) peningkatan ekspor, (b) substitusi impor, dan (c)
perubahan teknologi termasuk seluruh substitusi untuk produk domestik.
Dalam ha1 ini, Chenery eta1 telah menyumbangkan suatu pemikiran yang
sangat penting untuk analisis ekonomi yaitu
bahwa ia telah berhasil
mengaplikasikan teori pertumbuhan Rostow. Meskipun demikian ada perbedaan
mendasar antara teori Rostow dan pendapat Chenery. Rostow berupaya
mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan sebagai perubahan absolut tiaptiap sektor, sedangkan Chenery mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi sebagai nilai deviasi pertumbuhan proporsional setiap sektor.
Selain itu, berkaitan dengan tenaga kerja, Wolff dan Howell (1989)
menyebutkan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi selain dipengaruhi oleh tiga
aspek penting yaitu : (t) perubahan teknologi disetiap sektor, (2) perubahan
matriks kebalikan Leontief, dan (3) perubahan komposisi sektoral pada
perrnintaan akhir; juga dipengaruhi oleh aspek ke (4) yaitu perubahan komposisi
ketrampilan atau kualitas tenaga kerja dalam produksi.
Pada penelitian ini digunakan pemikiran yang telah dikembangkan
Chenery untuk menganalisis sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada periode studi. Sedangkan untuk analisis tenaga kerja dikernbangkan
pernikiran Wolff dan Howell dengan modifikasi untuk implementasi empiris.
2.2.2 Dekom~osisiStruktural
Ada dua model dasar yang biasanya digunakan untuk menyusun model
perubahan struktur ekonomi. Pertama, menggunakan pendekatan Input-Output
dari Leontief (1951), dan lainnya adalah aplikasi pendekatan keseimbangan
umum (general equilibrium) yang dikemukakan pertama kali oleh Johansen
(1960). Perbedaan utama diantara kedua pendekatan itu adalah bahwa secara
ekplisit dalam pendekatan keseimbangan urnurn telah memasukkan unsur harga.
Sistem Input-Output yang dikemukakan Leontief menjabarkan hubungan antar
sektor ekonomi, sedangkan pendekatan keseimbangan umum menambahkan
unsur permintaan dan fungsi produksi yang tergantung pada harga relatif.
Meskipun
dengan
mengikut
sertakan
faktor
harga
pada
pendekatan
keseimbangan umum, yang secara langsung mencerminkan bahwa pendekatan
ini lebih disukai dan lebih bermanfaat apabila digunakan sebagai analisis
kebijakan, tetapi pendekatan ini lebih mensyaratkan tersedianya data dengan
lengkap,
dimana dalam
implementasi penggunaannya tentu
saja akan
menimbulkan banyak kesulitan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
penyusunan model berdasarkan time series dengan pendekatan keseimbangan
umurn akan mengalami kesulitan karena biasanya data harga dan stok kapital
sangat sufit diperoleh atau bahkan tidak tersedia.
Seperti telah dikemukakan terdahulu, sistem Input-Output pertarna kali
digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi Amerika oleh Leontief
et.al (1953). Permasalahan utama yang ditemukan dalam studi tersebut adalah
bahwa dampak perubahan koefisien input dalam struktur produksi, penggunaan
tenaga keja dengan perdagangan eksternal dan permintaan domestik antara
tahun 1919 dan 1939 dianggap konstan. Sejak saat itu, metode dasar sistem
Input-Output ini dikembangkan lebih lanjut lagi dengan menggunakan beberapa
cara. Dengan melaksanakan modifikasi dari model Input-Output Leontief.
Chenery et a1 (1962) membangun suatu kerangka dasar dimana perubahan total
output pada setiap sektor ditunjukkan dengan model inter-industri yang
merupakan fungsi dari empat faktor yaitu: (1) perubahan komposisi permintaan
domestik; (2) perubahan volume ekspor; (3) perubahan volume impor; dan (4)
perubahan teknologi. Model Input-Output yang dimodifikasi ini kemudian
digunakan Chenery eta1 (1962) untuk menganalisis proses industrialisasi di
Jepang tahun 1914-1954. Pada periode tersebut perekonomian Jepang telah
mengalami transformasi dari ekonomi negara terbelakang menjadi ekonomi
negara maju. Kesimpulan penting dari studi tersebut menunjukkan bahwa hampir
25 persen dari peningkatan kemampuan sektor memproduksi output disebabkan
karena peningkatan ekspor dan perubahan permintaan domestik. Sementara itu
tiga perempat sisanya, ternyata dipengaruhi oleh perubahan supply, termasuk
aktivitas manufaktur domestik untuk substitusi impor dan produk-produk primer.
Aplikasi penting lainnya dari sistem Input-Output untuk menganalisis
perubahan struktural adalah dari Carter (1970) dengan judul "Stmctural Change
in American Economy". Dasar pemikiran Carter dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi adalah memperhatikan faktor input antara dan faktor-faktor
primer yang digunakan dalam proses produksi. Carter rnenganalisis perubahan
struktur ekonomi Amerika tahun 1939-1961 dengan menggunakan metode
perbandingan yang dirancang rnenggunakan dasar matriks kebalikan ~eontief
dan pengukuran lain, seperti multiplier output, multiplier tenaga kerja dan
kontribusi input antara dalam pembentukkan total output. Kesimpulan penting
dalam studi Carter ini bahwa pada periode 1939-1961 penggunaan tenaga kerja
dan kapital dalam sistem ekonomi untuk memproduksi permintaan akhir dalam
jurnlah yang cenderung menurun. Tetapi, tentu saja kondisi tersebut didukung
dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja, kapital, dan total output antara
yang dibutuhkan untuk memproduksi permintaan akhir dalam jurnlah relatif tetap kurang lebih stabil atau hanya mengalami peningkatan sedikit. Penemuan ini
menunjukkan bahwa faktor spesialisasi menjadi penting yang dapat tejadi
karena perubahan teknologi produksi. Dalam studinya. Carter memberikan dua
kontribusi penting pada kerangka analisis perubahan struktural dengan
menggunakan sistem Input-Output. Pertama, bahwa dengan menggunakan
matriks Input-Output sektoral dapat dilaksanakan pengamatan dan analisis untuk
melihat perubahan struktur yang terjadi diberbagai sektor. Dalam ha1 ini
eksistensi struktur baru suatu sektor tergantung pada pembaruan yang
diperkenalkan oleh sektor lain. Kebaikan atau keburukan struktur baru suatu
sektor
tergantung
pada jumlah
tenaga
kerja
dibutuhkan
oleh
sektor
bersangkutan.
Kontribusi kedua yang penting dari studi Carter ini adalah bahwa dia
secara tidak langsung telah memperkenalkan elemen dinamis dari peranan
investasi untuk mendukung perubahan teknologi yang digunakan. Pada model
Input-Output yang dibangun Carter, tingkat perubahan struktural masing-masing
sektor dijelaskan dengan mengidentifikasi perubahan relatif teknologi lama dan
baru. Struktur setiap sektor dijabarkan dalam dua strata yaitu: (1) strata baru
atau "best practice" dimana ditunjukkan dengan koefisien-koefisien jenis
teknologi baru yang digunakan dalam kapasitas baru; (2) strata lama yang
merupakan bagian dari teknologi lama yang masih digunakan sejalan dengan
teknologi baru tadi. Keseluruhan perubahan struktural ini diasumsikan sebagai
"faktor penambah", artinya suatu sektor dapat meningkatkan peranan atau
aktivitas suatu teknologi baru atau lama
hanya dengan menginvestasikan
barang-barang kapital baru, yaitu tambahan kapital pada kapasitas terpasang.
Hanya setelah kapasitas yang diperlukan untuk meningkatkan permintaan akhir
terpenuhi, investasi tadi kemudian dialokasikan sebagai pengganti kapasitaskapasitas yang ada, tentu saja faktor keunggulan penggunaan teknologi baru
tersebut betul-betul telah diakui. Total penggunaan investasi baru untuk seluruh
aktivitas ekonomi suatu negara di spesifikasikan untuk suatu periode tertentu,
dan penggunaannya secara optimal dengan teknologi baru atau lama di setiap
sektor ditentukan dengan menggunakan tehnik linearprograrnming.
Akhir-akhir ini, metode yang dibangun Chenery, menjadi terkenal untuk
analisis Input-Output dekomposisi struktural. Metode Chenery ini secara berturutturut digunakan oleh Jiri Skolka (1989). Osrno Forssell (1990) dan Shujiro Urata
(1990) untuk rnenganalisis perubahan struktur ekonomi di Austria, Finish
(Finlandia), dan Uni-Soviet. Meskipun banyak indikasi dari perubahan struktural
yang diciptakan oleh para ahli dan peneliti, tetapi secara umurn tidak ada
perubahan yang berarti pada kerangka dasar metode analisis Input-Output.
Dalam implementasi empiris, dekomposisi struktural ini biasanya digunakan untuk
menganalisis ekonorni nasional atau daerah tertentu.
Metode yang dibangun oleh Chenery, juga banyak digunakan untuk
menganalisis perubahan struktur ekonomi di lndonesia antara lain oleh Dasril
(1993), Fujita dan James (1995), Stavenuiter (1987), dan Van Der Heide (1982,
1989). Ada dua studi : Anwar (1992) dan Paauw (1992), yang juga menganalisis
perubahan struktur ekonorni dan tenaga kerja di Indonesia, tetapi studi-studi ini
tidak menggunakan pendekatan model Input-Output.
Perhatian utama Dasril (1993) dalarn studinya adalah pada analisis
proses perturnbuhan dan perubahan struktur produksi sektor pertanian dalarn
industrialisasi di
lndonesia
pada
1971-1990.
Untuk
analisisnya,
Dasril
menggunakan pendekatan Input-Output dengan konsentrasi pada sektor
pertanian (kode sektor Input-Output pada 01 sampai 23). Data yang digunakan
adalah dari tabel Input-Output lndonesia 1971-1985 dan estirnasi untuk 1990.
Dasril menganalisis perubahan struktur produksi pertanian pada dua periode
kebijakan yaitu (1) tahun 1971-80 pada saat periode kebijakan substitusi impor
dimana perturnbuhan ekonomi Indonesia adalah tinggi; dan (2) tahun 1985-90
pada saat aktivitas ekspor dikembangkan, perturnbuhan ekonomi adalah rendah,
tetapi disertai dengan perturnbuhan sektor pertanian yang relatif stabil.
Studi
konsentrasi bidang
ketenagakerjaan dengan
menggunakan
pendekatan Input-Output di Indonesia, pertama kali dilaksanakan oleh Van Der
Heide (1982) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Stavenuiter (1987). Dalarn
studinya, Van Der Heide hanya rnenganalisis efektivitas penciptaan kesempatan
kerja karena pengeluaran pernerintah (government expenditure). Van Der Heide
rnenggunakan data Input-Output 1971 dan 1975, dan memproyeksikannya untuk
tahun 1982-1985 untuk melihat pola penyerapan tenaga kerja. Menurut Van Der
Heide peningkatan penciptaan kesempatan kerja pada sektor-sektor kunci diluar
sektor pertanian pada periode studi relatif kecil dibandingkan dengan total
seluruh kesempatan kerja di Indonesia.
Studi Stavenuiter (1987) rnerupakan pengembangan lebih lanjut dari
model yang digunakan oleh Van Der Heide untuk menganalisis dampak
pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja baik secara
langsung maupun tidak langsung. Data yang digunakan Stavenuiter adalah data
Input-Output tahun 1980 - 1985. Stavenuiter mengungkapkan bahwa telah tejadi
penurunan
penciptaan
kesempatan
kerja
sebagai
akibat
menurunnya
pengeluaran pemerintah pada tahun fiskal 1986187 dan 1987188 untuk anggaran
pembangunan dan anggaran rutin. Pada kesernpatan lain, Van Der Heide (1989)
memperbaiki hasil studinya dengan menggunakan data Tabel Input-Output 1980
dan 1985.
Studi paling akhir dalam bidang ketenagakerjaan dengan menggunakan
pendekatan
Input-Output dilaksanakan
oleh
Fujita dan
James
(1995).
Konsentrasi studi mereka adalah pada analisis perubahan struktur tenaga kerja
antara tahun 1980-1990 dengan fokus pada peranan ekpor sektor manufaktur
terhadap penciptaan kesempatan kerja secara umum. Data yang digunakan
bersumber dari tabel Input-Output tahun 1980 - 1990.
Studi Anwar (1992) menggunakan data Sensus Penduduk 1980
-
1990
dan SUPAS 1985 untuk analisis tenaga kerja, dan data PDB tahunan dari Biro
Pusat Statistik. Anwar mengemukakan bahwa terjadi transformasi tenaga kerja
menurut lapangan usaha. jenis dan status pekerjaan di Indonesia. Analisis yang
dilakukan Anwar didasarkan pada kecenderungan seri data tenaga kerja dan
PDB periode 1980-1990.
Studi Paauw (1992) juga menggunakan data Sensus Penduduk tahun
1971-1990 dan SVPAS 1985 untuk analisis tenaga kerja dan data PDB sebagai
"proxy output dari ekonomi untuk periode tahun yang sama. Paauw
mengemukakan terjadi realokaksi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
non-pertanian
selama
periode
1971-1990.
Dalam
analisisnya
Paauw
menggunakan model perpindahan tenaga kerja dari Fei dan Ranis (1964). Model
tersebut menganalisis bahwa pada tahap
pertama transformasi terjadi
perpindahan tenaga kerja dari pekerjaan dengan produktivitas rendah di sektor
pertanian ke sektor dengan pekerjaan yang sifatnya marginal (seperti tukang
becak dan pengelola warung) di luar sektor pertanian, dan pada tahap
selanjutnya apabila ada kesempatan akan pindah lagi ke jenis pekerjaan yang
lebih baik dengan penghasilan yang lebih besar.
Meskipun telah banyak peneliti melaksanakan studi perubahan struktur
ekonomi dan tenaga keja dengan menggunakan model Input-Output, tetapi studi
tersebut tidak secara spesifik mengembangkan metode sebagai dasar analisis
dekomposisi perubahan struktur ekonomi. Selain itu, untuk implementasi di
Indonesia, studi perubahan struktur ekonomi dilaksanakan secara parsial dan
terpisah dengan studi ketenagakejaan. Analisis studi ketenagakejaan yang
telah dilaksanakan tidak membahas tenaga keja menurut okupasi dan
pendidikannya. Jadi, sepanjang pengetahuan penulis, untuk implementasi di
Indonesia, hingga saat ini belum ada studi komprehensif mengenai perubahan
struktur ekonomi dengan pendekatan Input-Output yang dikaitkan dengan
perubahan struktur tenaga kerja menurut okupasi dan pendidikan. Penelitian ini
berupaya menyatukan analisis ekonomi dan tenaga kerja dalam kerangka
pemikiran menyeluruh dan menjabarkan struktur penyerapan tenaga keja
menurut okupasi dan pendidikan.
2.3 Kerangka Dasar dan
Tiga Model Analisis Struktur Input-Output
Kerangka Input-Output adalah alat analisis yang secara lengkap dapat
mengukur perubahan struktur ekonomi termasuk struktur total output dari sistem
produksi yang dapat dijabarkan secara rinci menurut sektor. Disamping itu
dinamika pertumbuhan sektor dapat dikaitkan dengan aktivitas sumber
pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perdagangan (ekspor-impor). Faktorfaktor yang digunakan dalam produksi juga dapat diketahui. Ahli ekonomi seperti
Chenery dan Clark (1959); Miernyk (1965): Miller dan Blair (1985); Miller,
Polenske dan Rose (1989); dan juga Leontief (1951) yang menggunakan InputOutput memberikan suatu ulasan komprehensif. Berikut ini disajikan kerangka
kerja Input-Output dan perancangan model analisis perubahan struktur ekonomi.
2.3.1 Keranaka Dasar In~ut-Output
Konsep dasar model Input-Output, yang dirnuat dalam Miller dan Blair
(1985), pertama kali dikemukakan oleh seorang ekonom Perancis bemama
Francois Quesnay pada tahun 1758. Quesnay memperkenalkan Tableau
Economique yang menggambarkan pendekatan pengeluaran dalam suatu
perekonomian dengan cara sistematis. Seabad kemudian Leon Walras (1874)
rnemperkenalkan pendekatan general equilibrium dalam ekonorni. Walras
menggunakan koefisien produksi untuk rnenjefaskan kuantitas faktor produksi
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit komoditi tertentu. Dalam karya
selanjutnya, Quesnay mengganti observasi aktivitas perputaran produksi dalam
bentuk tabel, yang dalarn perkembangan selanjutnya disebut sebagi "transaction
table". Model Leontief (1951) merupakan pengembangan dari tabel transaksi
Quesnay dan model Walrasian yang digunakan untuk mendiskripsikan struktur
ekonorni Amerika tahun 1939. Dalam perkernbangannya tabel transaksi tersebut
merupakan dasar analisis Input-Output ekonomi yang dikenal sampai saat ini.
Menurut Bulmer-Thomas (1982), model Input-Output pada dasarnya
menggarnbarkan suatu keseimbangan umum secara ernpiris pada sisi produksi.
Penekanan pada sisi produksi ini penting karena model Input-Output
menggarnbarkan perrnintaan akhir barang dan jasa (konsurnsi rumah tangga,
investasi swasta, sektor pemerintah, ekspor dan impor') sebagai variabel
eksogen.
Ada tiga asumsi pokok yang menjadi dasar model Input-Output, yaitu :
1) Keseragaman (homogenity). Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis
barang atau jasa yang homogen dengan struktur input tunggal. Artinya, tidak
ada produksi ganda yang menunjukkan adanya substitusi output antar sektor.
2) Kesebandingan (proportionality/linearity). Setiap kenaikan penggunaan input
selalu berbanding lurus (proporsional) dengan kenaikan outputnya. Asumsi ini
menggambarkan fungsi produksi Leontief, yang mencerminkan tidak adanya
substitusi antar faktor produksi (elastisitas substitusi u adalah "nol" , sehingga
koefisien input ai, selalu tetap).
3) Penjumlahan (additivity), yaitu efek total dari kegiatan produksi di berbagai
sektor merupakan penjumlahan dari efek masing-masing kegiatan.
Miller dan Blair (1985) menyebutkan bahwa model Input-Output yang
dikembangkan oleh Leontief yang dikenal saat ini memiliki tiga struktur dasar,
yaitu tabel transaksi antar sektor (kuadran I), sejumlah kolom tarnbahah
permintaan akhir (kuadran II) dan sejumlah baris tambahan untuk nilai tambah
(kuadran Ill). Tabel transaksi antar sektor menggambarkan distribusi output yang
diproduksi pada sisi baris dan menggambarkan distribusi input bagi tiap sektor
produksi pada sisi kolom. Dengan demikian tabel transaksi antar industri hanya
menggambarkan sektor-sektor yang saling berhubungan dalam masalah produksi
untuk
suatu
kurun waktu
tertentu.
Dilain
pihak,
barang-barang yang
--
i
Pada model Input-Output dengan impor kompetitif, maka sektor impor berada
pada sisi permintaan akhir.
Koefisien input a, = x , A ; (iJ, merupakan sektor baris, kolom 1, 2, ..... n), x,
merupakan matriks transaksi antara; dan X, rnerupakan input sektor kolom j.
dikelompokkan kedalam permintaan akhir merupakan barang-barang yang lebih
bersifat eksogen bagi sektor industri. Mereka merupakan barang-barang yang
diminta oleh konsumen akhir dalam ekonomi yaitu: rumah tangga, pemerintah
dan pihak luar negeri. Permintaan atas barang ini tidak ditentukan oleh jumlah
barang yang diproduksi ekonomi dan bukan pula input dalam proses industri.
Bagian baris tambahan dalam model Input-Output yang dikenal sebagai nilai
tambah (value added) rnerupakan input yang tidak diproduksi oleh sektor-sektor
ekonomi. Yang termasuk nilai tambah adalah jasa faktor produksi yaitu upah,
sewa, bunga dan keuntungan pemilik modal.
Seluruh data Input-Output dicatat berdasarkan satuan moneter dan
merupakan nilai tambah pada masing-masing sektor produksi. Menurut BulmerThomas (1982), formulasi Leontief yang asli menggarnbarkan s e l u ~ h
keterkaitan
produksi dalam model Input-Output dalam besaran fisik, akan tetapi ukuran fisik
ini sulit untuk digunakan sebagai perbandingan antar sektor, oleh sebab itu
digunakan satuan moneter. Tabel 1 menyajikan kerangka Tabel Input-Output
sederhana. Pada Tabel 1, XI* rnerupakan output sektor 1 yang digunakan
sebagai input antara oleh sektor 2, dan F, adalah output sektor 1 yang rnenjadi
bagian dari permintaan akhir untuk sektor rumah tangga (H), pemerintah (G) dan
ekspor (E). Jadi baris 1 menggarnbarkan distribusi total output sektor 1 sebesar
X, ke sektor-sektor produksi dan permintaan akhir sebesar
F,. Angka-angka
sepanjang kolom rnenunjukkan susunan input masing-masing sektor produksi.
Susunan input j terdiri dari Xfi (i = 1,2,3) dan input primer V I .
Secara umum persamaan yang menyatakan distribusi output adalah :
dan persarnaan yang rnenyatakan susunan input untuk sektor adalah
Tabel 1 : Kerangka Tabel Input-Output Sederhana
Catatan :
Input sektor j yang berasal dari produksi sektor i
Nilai produksi sektor j = Xi
Nilai tambah sektorj
Permintaan akhir produksi sektor i untuk sektor i(H, G & X )
lmpor produksi i
Household (sektor rumah tanggalswasta)
Government (sektor pemerintah)
Expor
lmpor
Berdasarkan Tabel input-Output dapat diturunkan persamaan yang
menunjukkan hubungan transaksi atau alokasi penggunaan output setiap
sektor :
di rnana :
X,
=
xi
=
=
Mi
=
input antara sektor j yang berasal dari output sektor i
perrnintaan akhir terhadap output sektor i
jurnlah output sektor i
irnpor sektor i
Bagian kiri dari persarnaan diatas menunjukkan banyaknya permintaan
dan pada sisi kanan rnenunjukkan banyaknya persediaan. Apabila angka-angka
dibaca rnenurut kolom, khususnya pada transaksi antara, rnaka angka pada
kolom (sektor) tertentu rnenunjukkan berbagai input yang diperlukan dalarn
proses produksi pada sektor tersebut.
Jika setiap transaksi x,, masing-masing dibagi outputnya diperoleh koefisien
input antara (notasi a, ) diperoleh dengan rumus :
a,.
= x../ X.
I
I
I
atau
x..I = a..X.
g I
dimana,
ai
xi
=
=
input koefisien produk sektor i yang digunakan oleh sektor j.
jurnlah output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor
J.
I
f
=
=
sektor yang rnenghasilkan output; i = 7, 2, ...., n
sektor yang rnernerlukan input; j = 7, 2, ....., n
Koefisien ai. ini juga menunjukkan tingkat teknologi yang digunakan proses
produksi pada suatu saat tertentu. Dengan rnensubstitusi xi pada persamaan
alokasi output diperoleh persamaan baru sebagai berikut :
untuk i = j, persamaan diatas dapat diubah kedalam bentuk persamaan
matriks :
AX
A
+ F = X + M, dimana :
=
a a . a
. a,,
a2, aZ2... aa ... aZn
:
aira, ... a, ... a,
X =
a n l a ,? . . . a,.... a,
AX
+F
= X
+M
X1
X2
:
Xi
fI
f2
F
=
:
X,
6
Fa
MI
M2
M = :
M;
nlS,
dapat diubah lebih lanjut menjadi :
F - M = X-AX.
F - M = It-AIX;
/ = Identity Matrix, matriks identitas yaitu matriks dengan diagonal
utamanya bernilai 1 dan elemen-elemen lainnya bernilai 0.
X = (I
- AI" I F - M )
Dari persamaan terakhir dapat dilihat bahwa output merupakan fungsi
permintaan akhir dengan matriks kebalikan (/-A/-'sebagai koefisien arahnya.
2.3.2 Tiaa Model Analisis Struktur Inout-Output
ldentitas persamaan (1) berikut ini rnenggambarkan keseimbangan
ekonomi dalam struktur Input-Output:
dimana,
Xi = banyaknya output yang dihasilkan sektor i,
xil = banyaknya output yang dihasilkan sektor iyang digunakan sebagai
input sektor j (rnerupakan input antara sektor iyang digunakan oleh
sektor j),
4 = banyaknya perrnintaan akhir domestik dari output sektor i,
Ei = banyaknya perrnintaan ekspor dari output sektor i,
M, = banyaknya irnpor komoditi yang dikelompokkan pada sektor i.
Persamaan (1) menunjukkan permintaan output dari suatu sektor tertentu
dapat dipenuhi melalui dua sumber pertumbuhan yaitu sumber produksi domestik
dan sumber impor. Selain itu, tingkat produksi (output dornestik) hams sama
dengan banyaknya output sektor bersangkutan yang digunakan sebagai input
oleh semua sektor (termasuk sektor itu sendiri), ditambah dengan yang
digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dan ekspor.
Asumsi dasar dalam analisis Input-Output adalah bahwa dalam arus antar
sektor dari sektor i sampai j tergantung pada jumlah output sektor j. Dengan kata
lain, input antara (infermediate inpuf) yang dibutuhkan adalah dalam jumlah atau
proporsi tertentu dari output di setiap sektor, yang dapat dihitung dengan
menggunakan rasio persamaan (2) berikut :
au =
Xi,
-
x,
(2)
Rasio ini dikenal sebagai koefisien tehnis, yang menunjukkan adanya
hubungan tetap antara output sektor tertentu dengan setiap inputnya. Secara
implisit, dalam rasio ini pengaruh skala ekonomi (economies of scale) dalam
suatu proses produksi dianggap tidak ada. Dengan mengacu pada rasio
persamaan (2),dan jika dikehendaki perhitungan jumlah input yang dibutuhkan
untuk produksi maka dapat dihitung dengan mengalikan koefisien teknis dengan
total output. Dengan demikian persamaan keseimbangan (1) diatas dapat
dituliskan kembali dengan mengikut sertakan koefisien teknis sebagai persamaan
(3) berikut :
Asumsi lain yang digunakan pada persamaan (3) adalah bahwa impor
dianggap kompetitif, artinya bahwa impor tersebut dapat disubstitusi secara
sempurna dengan produksi domestik. Selanjutnya, dalam suatu perekonomian
dengan jumlah sektor sebanyak N,akan ada sejumlah persamaan keseimbangan
yang sifatnya linear. Apabila koefisien a# adalah untuk sektor idan j, maka untuk
seluruh sektor N , koefisien teknis al, menjadi A. Sehingga persamaan (3) untuk
seluruh sektor dalam ekonomi dapat dituliskan kembali sebagai persamaan (4)
berikut :
X=AX+D+E-M
dimana.
A
X
D
E
M
=
=
=
=
matrik koefisien tehnis dari struktur ekonomi,
vektor total output dari struktur ekonomi.
vektor permintaan akhir domestik,
vektor ekspor,
= vektor impor.
Persamaan keseimbangan (4) ini dapat diselesaikan lebih lanjut lagi untuk
mengetahui produksi domestik yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan
domestik dan permintaan ekspor pada tingkat teknologi tertentu A, dan impor M;
dan dengan menggunakan matriks kebalikan (inverse matrix) Leontief (I-A).'
dapat dirumuskan persamaan solusi (5) berikut :
dimana.
I= matrik identitas,
(I - A)" = matrik kebalikan Leontief
Persamaan (5) dapat disederhanakan dengan membuat asumsi bahwa :
R = (I - A)-' dan
f =D+E-M
dengan demikian persamaan solusi (5) dapat disederhanakan menjadi :
X = Rf
(6)
Persamaan solusi (seperti persamaan 5) dalam sistem Input-Output
merupakan persamaan yang penting untuk analisis perubahan stwktural. Apabila
dijumpai spesifikasi yang berbeda dari persamaan, maka kondisi tersebut timbul
karena ada perbedaan elemen atau pertimbangan-pertimbangan yang digunakan
dalam analisis. Perhatian utama dari Chenery et. a1 (1962) dalam analisis "The
Pattern of Japanese Growth, 1914-1954' adalah menganalisis dampak elemen
perdagangan
terhadap
struktur
produksi
ekonomi
di
Jepang
dengan
menggunakan persamaan yang telah dimodifikasi dari persamaan solusi (6)
diatas. Persamaan (7) dibawah ini merupakan persamaan solusi yang digunakan
Chenery.
X = (I - A).' (D + E - M)
3
Catatan : untuk menghindari kerancuan definisi, maka simbol dalam persamaan
Chenery disajikan secara konsisten